Oleh :
Zulkifli AK, Adli Yusuf, Amrizal,T. Iskandar, M. Adil, M. Nasir Ali,
Buchari Sulaeman, Roswita, A.Azis, T.M. Fahrizal, Zulkifli Umar, T.Djuanda
PENDAHULUAN
Cabai merah (Capsicum annuum L.) memiliki potensi sebagai jenis sayuran buah
untuk dikembangkan karena cukup penting peranannya baik untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi Nasional maupun komoditas ekspor. Dengan makin beragamnya kebutuhan
manusia dan makin berkembangnya teknologi obat-obatan, kosmetik, zat warna,
pencampur an minuman dan lainnya, maka kebutuhan bahan baku cabai merah akan terus
meningkat setiap tahunnya. Menurut Lukmana (1995) di pasaran Internasional setiap
tahunnya diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton cabai merah.
Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai skala nasional adalah
keterbatasan teknologi budidaya yang dimiliki karena kurangnya informasi teknologi.
Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang ditanam terus menerus serta
masih banyak komponen teknologi pra-panen lainnya belum diterapkan secara tepat guna
seperti pemupukan berimbang melalui akar, aplikasi PPC/ZPT melalui daun, pemeliharaan
tanaman secara intensif, penggunaan mulsa plastik atau jerami, pengendalian
hama/penyakit serta gulma.
Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan pengembangan cabai secara intensif :
a. Peningkatan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan untuk skala nasional
maupun ekspor.
b. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya lahan baik lahan perkarangan, lahan
kering/tegalan kebun maupun lahan sawah.
c. Peningkatan pemanfaatan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia seperti pupuk
kandang, jerami padi, kayu sokongan, dan lain-lain.
d. Peningkatan konsumsi sayuran sebagai sumber vitamin untuk kebutuhan hidup setiap
individu manusia.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani serta keluarganya.
f. Dapat meningkatkan kesuburan tanah pasca panen cabai bila dirotasi dengan komoditas
alternatif lain.
Untuk melaksanakan intensifikasi cabai merah diperlukan rakitan teknologi
sederhana yang mudah diadopsi petani dengan pertimbangan secara teknis mudah
diterapkan, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial budaya dapat diterima dan
tidak merusak lingkungan.
Tulisan ini dirangkum dari hasil pengkajian SUT Cabai Merah LPTP Banda Aceh
Tahun 2000 dan hasil-hasil penelitian lain yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian
Nasional.
PERMASALAHAN
Beberapa masalah yang masih dijumpai pada sistem usahatani cabai merah yang
diusahakan petani adalah sebagai berikut :
Varietas
Masih banyak petani menggunakan varietas lokal setempat yang diturunkan terus
menerus tanpa pemuliaan. Kelemahan menggunakan varietas lokal ini selain produksi
rendah dan umur genjah juga kurang tahan terhadap hama dan penyakit. Selama kurun
waktu 1995 - 2000 telah banyak beredar varietas Hibrida baik yang dihasilkan dari dalam
1
maupun impor. Kebanyakan varietas impor berasal dari KnowYou- Seed, Taiwan yang
memiliki potensi hasil tinggi dan spesifikasi lain, seperti Hot Beauty (457), Hero (459),
Long Chili (455), Ever Flavor (462), Passion (451), TM.999 dan lain-lain masih cukup
banyak.
Cara dan Waktu Tanam
Penanaman yang dilakukan petani beberapa tahun terakhir ini nampak ada perubahan
perilaku ke arah perbaikan, namun demikian penanaman sistem tradisional masih umum
dilakukan terutama pada lahan-lahan kering, lereng-lereng gunung pada musim hujan.
Demikian juga pada penanaman dengan menggunakan teknologi anjuran masih banyak
dijumpai kendala sehingga menyebabkan penurunan produksi, kendala ini tidak lepas
kaitannya dengan penerapan komponen teknologi yang belum tepat sebagaimana
diharapkan.
Pengolahan Tanah dan Penggunaan Mulsa
Pada penanaman sistem tradisional belum melakukan pengolahan tanah, hanya saja
menggali menjelang tanam. Sedangkan pada teknologi anjuran pengolahan tanah baru
dilakukan 1-2 kali dan dibuat bedengan, drainase yang baik serta pemasangan mulsa
MPHP maupun jerami.
Persemaian Benih
Persemaian benih pada paket usahatani tradisional masih menggunakan sistem
cabutan, sedangkan pada teknologi anjuran sebahagian sudah dilakukan sistem
bumbungan.
Pemupukan melalui Akar dan Daun
Pada sistem usahatani tradisional pupuk yang digunakan Urea 100-150 kg/ha, SP-36
antara 75-100 kg/ha. Sedangkan pada sistem teknologi anjuran, pemupukan juga belum
dilakukan secara optimal serta belum menggunakan PPC/ZPT yang tepat.
Pemangkasan/Perempelan
Pemangkasan/perempelan tunas bawah pada usahatani tradisional belum dilakukan
sama sekali, akan tetapi pada teknologi anjuran sudah dilakukan walaupun belum
sempurna seperti yang diharapkan.
Pemberantasan Hama
Pada umumnya pemberantasan hama yang dilakukan belum sesuai dengan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Teknik Budidaya
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah struktur tanah menjadi gembur sesuai
untuk
perkembangan akar tanaman, menstabilkan peredaran air, peredaran udara dan suhu di
dalam tanah. Sebelum dibajak lahan digenangi sehari semalam agar tanah menjadi
lunak dan tidak melekat pada mata bajak saat pembajakan. Setelah dibajak lahan
dikeringkan dan digaru, kemudian diangin-anginkan selama 5-7 hari. Plot dibuat dengan
ukuran panjang 10-
12 m. lebar 110-20 cm, tinggi 30-40 cm (untuk musim kemarau) 50-70 cm (untuk
musim hujan), lebar parit 50-55 cm (musim kemarau), dan 60-70 cm (musim hujan).
b. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, selain itu juga untuk menambahkan
unsur hara Calsium (Ca) maupun unsur Magnesium (Mg). Kebutuhan Kapur sangat
tergantung tinggi rendahnya pH. Pada pH < 5 dibutuhkan kapur 5-10 ton/ha, sedangkan
pada pH > 6 diperlukan kapur 1- 4 ton.
c. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang di butuhkan tanaman, unsur
tersebut terdiri dari unsur makro yaitu N, P, K, Ca, S, C, H dan Mg dan unsur mikro yaitu
Fe, B, Zn, Cu dan Mo. Jenis dan dosis pupuk makro dan mikro, yang diberikan melalui
akar maupun melalui daun.
Tabel 1. Jenis, Dosis dan Jumlah (kali) Pemberian Pupuk pada Tanaman Cabai Merah.
Jenis Pupuk Dosis Jumlah Pemberian (kali)
Pupuk kandang 15-20 ton/ ha 1
Urea 100 kg/ ha 2
ZA 300 kg/ ha 2
SP-36 200 kg/ ha 2
KCl 150 kg/ ha 2
NPK 150 kg/ ha 2
Boret 10 kg/ ha 1
PPC Gandasil D&B 1,5 gr/ liter air 8
ZPT Dharmasri 60 ml/ 500 liter air 3
ZPT Hidrasil 0,2 ml/ lit er air 4
Atonik 750 cc/ ha 4
Furadan 10 kg/ ha 1
n. Pengairan
Pengairan harus senantiasa diperhatikan, karena air merupakan faktor vital bagi
tanaman cabai. Penyiraman yang paling banyak (2 hari sekali) yaitu, pada fase vegetatif
< 40 HST. Sistem pengairan dapat dengan menggunakan selang yang dimasukkan ke
mulsa plastik melalui lubang tanaman, hingga posisi selang air tepat di tengah-tengah
tempat tanaman cabai. Untuk pertanaman pada lahan sawah, sistem pengairan dilakukan
dengan cara penggenangan pada saluran drainase antar bedengan dengan ketinggian air
sekitar 3/4 tinggi bedengan.
o. Pengendalian Hama/penyakit
Berdasarkan konsep pengendalian hama terpadu (PHT), pestisida merupakan salah satu
teknik atau komponen PHT yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi.
Pestisida ini bukanlah suatu obat, melainkan bahan racun yang berbahaya bagi manusia,
hewan peliharaan, dan lingkungan bila salah dalam penggunaannya. Oleh sebab itu,
dalam penggunaan pestisida harus tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, tepat sasaran dan
tepat guna.
Gangguan hama pada tanaman cabai merah dapat berbahaya bila tidak segera diatasi,
jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman cabai merah dan sistem
pengendaliannya seperti dalam Tabel 3. Demikian juga, penyakit pada cabai merah pun
banyak ragamnya, jenis penyakit dan sistem pengendaliannya dapat dilihat pada Tabel 3
dan Tabel 4.
Tabel 3. Jenis Hama, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai Merah.
7
Tabel 4. Jenis Penyakit, Gejala Serangan dan Sistem Pengendalian pada Tanaman Cabai
Merah.
8
Tabel 5. Analisa Usahatani Cabai Merah per Hektar pada Petak Paket Teknologi
Petani, Teknologi Badan Litbang dan Teknologi Modifikasi Pengkajian Paket
Teknologi Cabai Merah LPTP Banda Aceh TA.2000.
Perlakuan
No Uraian Teknologi Petani Teknologi Badan Litbang Teknologi Modifikasi
Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp) Vol Nilai (Rp)
1 Biaya Variabel
A. Tenaga Kerja (HOK)
§ Pengolahan tanah 35 420.000 70 840.000 70 840.000
§ Semai benih 2 24.000 20 240.000 20 240.000
§ Pembuatan - - 50 600.000 50 600.000
bedengan 5 60.000 20 240.000 20 240.000
§ Pemupukan 10 120.000 20 240.000 20 240.000
§ Pembuatan lobang - - 15 180.000 20 240.000
§ Pemasangan mulsa 25 300.000 35 420.000 25 420.000
§ Penanaman 10 120.000 25 300.000 25 300.000
§ Pemberantasan H/ P 40 600.000 90 1.080.000 110 1.320.000
§ Pemeliharaan 40 600.000 120 1.440.000 120 1.440.000
§ Panen
Jumlah Biaya Variabel 167 2.044.000 465 5.580.000 490 5.880.000
2 B. Sarana Produksi
§ Benih (gr) 500 50.000 300 1500.000 300 1.500.000
§ Pupuk :
- Urea (kg) 100 100.000 100 100.000 - -
- ZA (kg) - - 300 450.000 300 450.000
- SP-36 (kg) 100 180.000 200 360.000 150 270.000
- KCl (kg) - - 150 450.000 100 300.000
- Kandang (ton) 5 150.000 20 600.000 15 450.000
§ Kapur (ton) - - 1 250.000 1 250.000
§ PPC Gandosil D dan B - - 1 100.000 1 100.000
§ ZPT :
- Dharmasri (ltr) - - 0,5 100.000 0,5 100.000
- Bayfolan (ltr) - - - - 1,5 150.000
- Atonik (ltr) 2 - - - 1 150.000
§ Pestisida (ltr) 1400 300.000 4 600.000 4 600.000
§ Sokongan (btg) 0 700.000 1800 1.800.000 1800 1.800.000
§ Hand sprayer (bh) 1 200.000 1 200.000 1 200.000
§ Mulsa (kg) - - 400* ) 6.000.000 5000 1.000.000
§ Tranportasi dll. - 200.000 - 500.000 **) 400.000
Jumlah Sarana Produksi 1.880.000 13.010.000 7.720.000
Jumlah Biaya 3.884.000 18.590.000 13.600.000
Operasional
3 Hasil Panen (ton/ ha) 4,74 11.850.000 16 40.000.000 16 40.000.000
4 Keuntungan Bersih 7.966.000 21.410.000 26.400.000
5 B/ C Ratio 3,05 - 2,15 2,94
6 NPKB - - 1,68 - 2,31
7 BEP (Rp/ kg) 819 1.162 850
*) MPHP **) Jerami
Deskripsi Paket Teknologi
Rakitan Teknologi Budidaya Cabai Merah