Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN BAYI SEHAT

PADA BAYI USIA 11 BULAN

DI DESA TEGALREJO

Dosen Pembimbing : Masini S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun Oleh :

Harum Ayu Kusuma

P1337424218011

CELOSIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM DIII KEBIDANAN MAGELANG

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani, dkk :
2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara
berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada
proses tumbuh kembang anak. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar
anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang
dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas, dan produktif.
Masa bayi adalah 0-11 bulan dan masa bayi dibagi menjadi : Masa neonatal (usia 0-28
hari), masa neonatal dini (usia 0-7 hari), masa neonatal lanjut (usia 8-28 hari), dan masa
pasca neonatal (28 hari-1 tahun). Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini adalah
sangat menentukan periode selanjutnya.
Imunisasi merupakan upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar membuat antibodi untuk mencegah penyakit
tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukkan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalu suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui
mulut seperti polio. (Hidayat, 2008).
Pemberian imunisasi pada anak bertujuan agar tubuh kebal terhadap penyakit tertentu,
kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya terdapat tinggi kadar
antibodi pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang dimasukkan, waktu antara
pemberian imunisasi. Keefektifan imunisasi tergantung dari faktor yang mempengaruhinya
sehingga kekebalan tubuh dapat diharapkan pada diri anak.
Efek samping vaksin bagi sebagian anak umumnya berupa reaksi ringan di area
penyuntikan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan. Terkadang reaki disertai demam ringan
1-2 hari setelah imunisasi. Gejala tersebut umumnya tidak berbahaya dan akan hilang
dengan cepat (Subdit Imunisasi Kementerian Kesehatan RI, 2010).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Membantu petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan pada bayi.
2. Memberikan dorongan kepada bidan agar lebih berfikir sistematis, kritis, dan
analatik dalam memberkan asuhan pada bayi.
3. Meningkatkan kemampuan bidan dalam melakukan pelayanan khususnya dalam
ranah yaitu mengenai asuhan pada bayi.
4. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan bayi sehat dengan dokumentasi
SOAP.
C. MANFAAT
1. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari institusi yang berkaitan dengan manajemen kebidanan khusunya
dengan dokumentasi Varney dan SOAP.
2. Memberikan motivasi kepada petugas kesehatan terutama bidan untuk meningkatkan
pelayanan yang berkualitas, aman, nyaman, yang memperhatikan aspek
keprofesionalan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Pengertian Bayi Sehat
Masa bayi adalah usia 0-11 bulan, dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Masa neonatal (usia 0-28 hari)
1) Masa neonatal dini (usia 0-7 hari)
2) Masa neonatal lanjut (usia 8-28 hari)
b. Masa pasca neonatal lanjut (usia 28 hari- 1 tahun)
2. Imunisasi
a. Pengertian
Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila terpapar antigen serupa tidak
menimbulkan penyakit (Arfiana, dkk, 2016 : 65).
b. Tujuan
Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Arfiana, dkk, 2016 : 66).
c. Jenis Kekebalan
1) Kekebalan Aktif
Merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh melalui infeksi klinis atau subklinis
atau melalui imunisasi. Pembentukkan kekebalan aktif membutuhkan sistem
imunologik dalam tubuh. Kekebalan aktif dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Kekebalan aktif alamiah yaitu tubuh membuat kekebalan sendiri setelah
mengalami infeksi klinis atau sub klinis.
b) Kekebalan aktif buatan yaitu kekebalan yang didapat setelah tubuh
mendapatkan imunisasi.
2) Kekebalan Pasif
Merupakan kekebalan yang diperoleh melalui pemberian antibodi (serum imun)
pada seseorang yang tidak memiliki kekebalan. Kekebalan pasif ada 2 jenis,
yaitu:
a) Kekebalan pasif alamiah/pasif bawaan yaitu kekebalan yang diperoleh bayi
sejak lahir dari ibu.
b) Kekebalan pasif buatan merupakan kekebalan yang didapat melalui
pemberian serum. (Arfiana, dkk, 2016 : 66)
d. Jenis Vaksin Imunisasi Dasar Lengkap
1) BCG
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosa, dengan kemasan dalam
ampul, beku kering. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut. Kontraindikasi:
sudah menderita TBC.
2) Hepatitis B
Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadao infeksi yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Kontraindikasi, hipersensitif terhadap komponen vaksin,
vaksin ini tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang disertai
kejang.
3) Polio
Indikasi pemberian vaksin polio untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomelitis. Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Polio tidak
memberikan efek yang berbahaya jika diberikan pada anak yang sakit, tetapi jika
ragu berikan dosis ulangan ketika anak sembuh.
4) DPT-HB-HiB
Indikasi, merupakan vaksin pengganti DPT-HB untuk pemberian kekebalan
aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, dan
infeksi haemophilus influenza tipe B.
5) Campak
Indikasi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Efek
samping, beberapa bayi dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama
3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi. Kontraindikasi jika terdapat
alergi terhadap telur sebaiknya jangan diberi imunisasi campak.
(Arfiana, dkk, 2016 : 67-69)
e. Jadwal Imunisasi

UMUR BAYI JENIS IMUNISASI


0 Bulan Hepatitis B (Hb) 0
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-HiB 1, Polio 2
3 Bulan DPT-HB-HiB 2, Polio 3
4 Bulan DPT-HB-HiB 3, Polio 4
9 Bulan Campak
(Arfiana, dkk, 2016 : 70)

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi


Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun indivodu yang bisa diukur dengan berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh (Arfiana,dkk, 2012:31)
a. Panjang Badan/Tinggi Badan
1) Panjang badan BBl normal 48-50 cm.
2) Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :
a) Triwulan pertama : 10 cm
b) Triwulan kedua : 6 cm
c) Triwulan ketiga : 5 cm
d) Triwulan keempat : 4 cm
3) Usia 1 tahun :1,5xTBL
4) Usia 4 tahun :2xTBL
5) Formula:
PB/TB anak dari 3 tahun s/d akil baligh
80+5n cm, n=usia anak (tahun)
(Arfiana,dkk, 2012:37)
b. Berat Badan
1) Umur 5 bulan 2xBBL
2) Umur 1 tahun 3xBBL
3) Umur 2,5 tahun 4xBBL
4) Umur 3 tahun 14,5xBBL
5) Umur 4 tahun ±16xBBL
6) Umur 5 tahun 6xBBL
7) Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi yang baik :
a) Triwulan pertama : 700 - 1000 gr
b) Triwulan kedua : 500 - 600 gr
c) Triwulan ketiga : 350 - 450 gr
d) Triwulan keempat : 250 - 350 gr

(Arfiana,dkk, 2012:37)

c. Lingkar Kepala
Yang diukur ialah LK terbesar, caranya dengan meletakkan pita melingkar kepala
melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata dan bagian belakang kepala anak yang
paling menonjol yaitu protoberansia oksipitalis. Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih
dari lingkar dada) Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
1) 6 bulan 44 cm
2) 1 tahun 47 cm
3) 2 tahun 49 cm

(Arfiana,dkk, 2012:38)

d. Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas BBL adalah 9,5-13,5 cm. LILA mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh
disbandingkan berat badan. LILA efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh
kembang anak pra sekolah yaitu 1-3 tahun. Alat yang digunkan adalah pita ukur/metlin.
Diukur pada pertengahan lengan kiri bagian atas. Lengan harus dalam keadaan
tergantung bebas dan lingkar metlin tidak ketat dan tidak longgar.

(Schwart’z Clinical Handbook of Pediatrics, 4th edition)


B. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
I. PENGKAJIAN
Tanggal: …… Jam: ………..
ANAMNESA
Anamneis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara. Anamnesis dapat
dilakukan secara langsung kepada pasien yang disebut autoanamnesis atau dilakukan
terhadap orangtua , wali, orang terdekat pasien atau sumber lain yang disebut
aloanamneis (Matondang, 2003 : 1)
II. IDENTITAS
1. Bayi
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan lengkap: nama depan,
nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
b. Tanggal/jam lahir
Dikaji untuk mengetahui tanggal lahir sehingga bisa diketahui usia anak dan
menghindari kemungkinan kekeliruan dengan anak lain.
c. Umur
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan atau
dilihat dari Kartu Menuju Sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya.
Apabila tanggal lahir tidak dapat diketahui pasti, maka Ia dapat
memperkirakannya dengan menghubungkannya dengan peristiwa yang umum
diketahui seperti hari proklamasi, hari raya Idul Fitri, dsb. Kecuali untuk
kepentingan identitas , umur perlu diketahui mengingat periode anak (periode
neonatus, periode bayi, pra sekolah, balita, sekolaj, akil baligh) mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan
untuk menginterpretasi data klins anak tersebut sesuai dengan usianya. .
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
d. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk penilaia
data pemeriksaan klinis. . (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
2. Orangtua
a. Nama orang tua
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru
dengan orang lain mengingat banyak sekali nama yang sama. Bila ada titel yang
bersangkutan harus disertakan. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 5)
b. Umur, pendidikan, pekerjaan
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan dan pekerjaan
orangtua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang
akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan anamnesis. Tingkat
pendidikan orangtua juga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam
pemeriksaan penunjang dan penentuan tata laksana pasien selanjutnya.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6)
c. Agama dan suku bangsa
Data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan identitas; disamping itu
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan
agama dan suku bangsa, kebiasaan, kepercayaan, dan tradisi dapat menunjang
namun tidak jarang menghambat perilaku hidup sehat. (Matondang, Corry S, dkk.
2003 : 6)
d. Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap. Kejelasan
alamat keluarga ini sangat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6)
III. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan Datang
Untuk mengetahui alasan kunjungan.
2. Keluhan Utama
Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama, yaitu keluhan atau
gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. Perlu diperhatikan bahwa keluhan
utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama disampaikan oleh orang tua
pasien; hal ini terutama pada orangtua dengan pendidikan rendah yang kurang dapat
mengemukakan esensi masalahnya. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 6-7)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Bayi
Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui, karena mungkin
ada hubungannya dengan penyakit sekarang atau setidaknya memberikan
informasi untuk membantu pembuatan diagnosis dan tata laksana penyakitnya
sekarang. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 12)
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh
gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien. Terdapatnya perkawinan keluarga
dekat antara ayah-ibu terdapatnya penyakit tertentu (stigmata alergi, penyakit
kardovaskuler, diabetes mellitus, atau penyakit keganasan lain) perlu ditanyakan
, sebab mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi
sekarang (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 15-16)
4. Riwayat Perkawinan
Bayi lahir dalam status perkawinan (sah/tidak sah). Orangtua menikah berapa kali,
lama perkawinan, usia ibu dan ayah saat menikah. Ditanyakan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh status perkawian terhadap masalah kesehatan bayi.
5. Riwayat Kehamilan, Sekarang, Persalinan, dan Nifas yang Lalu.
Hal yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu saat hamil, ada atau tidaknya
penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut, berapa kali
ibu melakukan kunjungan ANC dan kepada siapa kunjungan ANC dilakukan.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 12-13)
6. Riwayat Imunisasi.
Status imunisasi pasien harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG,
DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, bila mungkin ditambahkan tanggal dan tempat
imunisasi diberikan. (Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 14)
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Nutrisi memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak untuk menjaga
ketahanan tubuh dan pertumbuhan yang sesuai dengan usianya.
Makan:
1) Frekuensi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi/balita makan dalam sehari
2) Porsi
Tanyakan pada ibu seberapa banyak porsi makanan bayi sekali makan.
ASI…x perhari…ml/hari
3) Jenis
Tanyakan pada ibu makanan apa saja yang dimakan bayi tiap kali makan
4) Keluhan
Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan dalam pemenuhan kebutuhan makan
bayi

Minum

1) Frekuensi
Tanyakan pada ibu berapa banyak bayi minum tiap hari dan apa saja jenisnya.
2)Keluhan
Tanyakan pada ibu apakah ada keluhan dalam pemenuhan kebutuhan minum
bayi
b. Pola Eliminasi
Tanyakan pada ibu apakah bayi BAB/BAK dalam sehari, bagaimana frekuensi,
bentuk, warna, bau, waktu, dan konsistensi BAK dan BAB nya. Tanyakan pada
ibu apakah ada keluhan dalam BAB dan BAK pada bayi.
Pola eliminasi sangat perlu dikaji karena bayi/balita sangat rawan akan penyakit
gangguan saluran pencernaan karena sistem pencernannya belum sempurna.
BAB :…x….perhari, warna…
Frekuensi, bentuk, warna, konsistensi, bau..
BAK : …x….perhari, warna…
Frekuensi, warna, bau..
c. Pola Istirahat
Tanyakan pada ibu berapa lama bayi tidur siang dan malam. Kebutuhan tidur bayi
menentukan ketahanan tubuh bayi. Lama tidur malam bayi yang baik 10-12 jam,
dan untuk tidur siang baiknya 2-3 jam.
Tidur siang :…. jam
Tidur malam :…..jam
Masalah :….
d. Pola Aktivitas
Tanyakan pada ibu bagaimana kegiatan sehari-hari bayi.
e. Pola Personal Hygiene
Pada masa bayi sangat diperlukan untuk mengajari bayi tentang kebiasaan hidup
bersih agar nantinya bayi tidak mudah sakit yang akan mengganggu tumbuh
kembang bayi
1) Mandi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi mandi dalam sehari
2) Sikat gigi
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi sikat gigi dalam sehari
3) Keramas
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi keramas dalam sehari.
4) Ganti pakaian
Tanyakan pada ibu berapa kali bayi ganti pakaian dala sehari.
(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 3-10)
IV. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan
a. Keadaan Umum
Kesadaran baru dapat dinilai bia pasien tidak tidur. Penilaian kesadaran dinilai
sebagai:
1) Composmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberikan respon yang
adekuat dari stimulus yang diberikan.
2) Apatis : pasien dalam keadaan sadar tapi acuh tak acuh terhadap
keadaan lingkungannya, memberikan respon yang adekuat bila diberi respon
stimulus.
3) Somnolen : tingkat kesadaran lebih rendah dari apatis, pasien agak
mengantuk dan selalu ingin tidur; Ia tidak memberikan respon terhadap
stimulus ringan, tetapi masih memberi respon terhadap stimulus yang agak
berat lalu akan tidur lagi.
4) Sopor : pasien tidak memberi respon ringan maupun sedang, tetapi
masih memberikan sedikit respon terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil
masih positif.
5) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada, merupakan tingkat kesadaran yang paling
rendah.
6) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun dan kacau, biasanya
disertai disorientasi, iritatid, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik
hingga terjadi halusinasi.

(Matondang, Corry S, dkk. 2003 : 24-25)

b. Tanda Vital
1) Suhu : berapa suhu tubuh bayi
Pengukuran suhu tubuh dlakukan di aksilla atau pada rektal. Hasil pengukuran
pada axilla biasanya lebih rendah daripada pengukuran perrektal. Suhu tubuh
yang normal menurut Hamilton (1995) dam PUSDIKNAKES-WHO-
JHPIEGO (2003), YAITU 36,5-37,2°C.

USIA NILAI SUHU USIA NILAI SUHU

>3 BULAN 37,5°C > 7 TAHUN 36,8°C

>6 BULAN 37,5°C >9 TAHUN 36,7°C

>1 TAHUN 37,7°C >11 TAHUN 36,7°C

>3 TAHUN 37,2°C >13 TAHUN 36,6°C

>5 TAHUN 37,5°C

2) Nadi : berapa banyak denyut nadi bayi tiap menit


a) BBL : 100-180x/menit
b) 1 minggu-3 bulan : 100-220x/menit
c) 3 bulan-2 tahun : 88-150x/menit
3) Pernafasan
a) BBL : 35x/menit
b) 1-11 tahun : 30x/menit
c. Antropometri
1) Berat Badan : kenaikan BB anak pertahun pertama kehidupan
a) 700-1000 gram/bulan pada Triwulan I.
b) 500-600 gram/bulan pada Triwulan II.
c) 350-450 gram/bulan pada Triwulan III.
d) 250-350 gram/bulan pada Triwulan IV
2) Panjang Badan
2,5 sampai 4 cm pada bulan pertama sampai bulan ke 4.
3) Lingkar Kepala
Antara usia 0 dan 6 bulan lingkar kepala meningkat 1,32 cm per bulan hingga
ukuran rata-rata 37,4 cm.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit
Yang dikaji: warma, sianosis, ikterus, heangioma, ekzema, pucat, purpura,
eritema, makula, papula, vesikula, pustula, ulkus, nodul subkutan, turgor kulit,
struktur, suhu, kelembaban, edema.
2) Kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala. Pemeriksaan
yang lain adalah ubun-ubun besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit
cekung, namun apabila ubun-ubun besar menonjol dapat menunjukkan adanya
peningkatan tekanan intrakranial, sedangkan apabila cekung kemungkinan
terjadi dehidrasi. Alimul Aziz, 2008: 79).
3) Rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan, distribusi,
dan karakteristik lainnya. Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra
dan kuat. Rambut yang kering, rapuh, kurang pigmen dapat menunjukkan
adanya kekurangan gizi. (Alimul Aziz, 2008: 79).
4) Muka
Pemeriksaan muka pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan wajah.
Asimetris pada wajah disebabkan adanya paralisis pasialis. Selain itu juga
untuk menilai adanya pembengkakan di daerah wajah. (Alimul Aziz, 2008:
79).
Keasimetrisan pada wajah juga bisa disebabkan posisi bayi intrauterine.
Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau sindrom piere
robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir. (Marmi, 2014:56)
5) Mata
Pemeriksaan mata bermanfaat untuk menilai visus. Pemeriksaan visus dapat
dilakukan dengan pemberian rangsangan cahaya pada usia neonatus. Pada usia
2 bulan bayi sudah mampu melihat jari, untuk memperjelas pemeriksaan dapat
digunakan oftal muskop. Pemeriksaan palpebra dilihat apakah simetris atau
tidak, pemeriksaan sklera untuk menilai warna sklera normal putih.
Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya lensa.
(Aziz Alimul, 2008:80).
6) Hidung
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk hidung
juga untuk menentukan ada tidaknya epitaksis. (Aziz Alimul, 2008:81)

7) Telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga luar, tengah, dan
dalam. Telinga bagian luar menentukan bentuk, besar serta posisinya.
Pemeriksaan membran timpani untuk menentukan cekungan dan mengkilap
dan adanya perfolasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid melihat adanya
pembengkaka daerah mastoid dan pemeriksaan pendengaran apakah
mengalami gangguan atau tidak (Aziz Alimul, 2008:80-81).
8) Mulut dan tenggorokan.
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknya trismus yang
merupakan kesulitan membuka mulut, holitosis merupakan bau mulut tidak
sedap serta labioskisis keadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan gusi untuk
melihat adanya oedema dan tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan lidah untuk
melihat apakah terjadi kelainan kongenital atau tidak. pemeriksaan
tenggorokan untuk megetahui adanya hiperemia, oedema, serta adanya abses
baik retrofaringeal maupun peritonsial. (Aziz Alimul, 2008:81)
9) Leher
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena
jugularis, ada tidaknya distensi pada distensi pada vena jugularism ada
tidaknya massa dalam leher, dan pembesaran kelenjar tiroid. (Aziz Alimul,
2008:82)
10) Dada
Cara dalam melakukan pemeriksaan dada dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Dalam melakukan pemeriksaan hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada,
adanya deformitas atau tidak, adanya penonjolan serta adanya pembengkakan
atau kelainan yang lain. (Aziz Alimul, 2008:83)
11) Perut
a) Inspeksi
Untuk menilai ukuran dan bentuk perut membuncit, simetris atau tidak.
apabila membuncit asimetris, kemungkinan dijumpai poliomyelitis,
pembesaran organ intraabdominal, ileus, dan lain-lain.
b) Auskultasi
Dilakukan menggunakan stetoskop, dapat diketahui adanya suara
peristaltik usus. Normalnya terdengar setiap 10-30 detik.
c) Perkusi
Dilakukan melalui epigastriu secara simetris menuju kebagian abdomen.
Normalnya (bunyi timpani) adalah bila terdengar pada seluruh lapangan
abdomen.
d) Palpasi
Dapat dilakukan dengan cara satu tangan (monomanual) atau dua tangan
(bimanual). Yang dinilai adalah apakah ada pembesaran pada organ hati,
limfa, dan ginjal. (Aziz Alimul, 2008:88)
e) Genitalia
Pada laki-laki : apakah glands penis baik bentuknya, bagaimana testis apakah
sudah turun, bagaimana BAK lancar atau tidak, penyumbatan atau tidak,
skrotum simetris atau tidak.
Pada wanita : ada sekret atau tidak, labia minora dan klitoris menonjol atau
tidak, masa daerah inguinal ada atau tidak. (Marmi, 2014:59).
f) Anus
Keadaan lubang anus apakah ada haemoroid, prolaps, dan sebagainya.
(Matondang, 2003:112-114)
g) Tulang belakang/Punggung
Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang dimulai adalah adanya
kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis. (Alimul, 2008:89)
h) Ekstremitas
Simetris atau tidak, lengkap atau tidak, kebersihan kuku, bersih atau tidak.
(Matondang, dkk. 2003:36-126)
V. ANALISA
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan
diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah pada bayi.
1. Diagnosa Kebidanan
Bayi/balita.. umur… bulan, keterangan normal atau dengan…
Data yang telah didapat kemudian dianalisis sesuai data dasar yang telah didapat dari
hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Hal ini perlu dikaji
sebagai dasar untuk membuat keputusan klinik yang tepat (Depkes RI, 2008:8)
a. Data dasar:
Data Subjektif: informasi yang diceritakan oleh pasien tentang apa yang
dirasakannya, apa yang sedang dialaminya. Selain itu juga meliputi informasi
tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status bayi/balita.
b. Data Objektif: data dasar yang didapat dari pemeriksaan/pengamatan (fisik atau
penunjang)
2. Diagnosa Masalah
Dikaji guna menganalisa apakah bayi/balita mengalami masalah yang memerlukan
penangan maka dituliskan sebagai masalah. Diagnosa masalah harus disertai dengan
data dasar. (Depkes RI, 2008:9)
3. Diagnosa Potensial
Digunakan untuk menetukan diagnosa dan masalah potensial yang mungkin terjadi
dari diagnosa atau masalah yang telah ditentukan. Selain itu juga menentukan
tindakan untuk mengantisipasi terjadinya masalah atau mencegah jika
memungkinkan.
4. Kebutuhan akan Tindakan Segera, Konsultasi, dan Kolaborasi.
Untuk menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan sesuai kondisi
bayi/balita, kebutuhan konsultasi dngan profesional lain jika diperlukan.

VI. PENATALAKSANAAN
Tanggal :5 Juni 2020
1. Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan manfaat imunisasi lanjutan
3. Menganjurkan tentang untuk tetap tinggal dirumah selama masa pandemi dikarenakan
bayi sangat rentan untuk terpapar virus
4. Memberitahukan cara pencegahan penularan virus covid-19
5. Melakukan dokumentasi
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN
Di teori, pembahasan dan kasus pada bayi W umur 11 bulan sudah diberikan imunisasi
dasar secraa lengkap. Bayi dalam keadaan sehat dan pertumbuhan serta perkembangan
bayi sesuai dengan usianya. Ibu terlihat senang dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan
oleh bidan dan ibu bersedia untuk melakukan imunisasi lanjutan.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maa penulis menyampaikan beberapa saran yang
bermanfaat:
1. Bagi Ibu dan Keluarga:
a. Perlu meningkatkan pemahaman tentang jadwal pemberian imunisasi sesuai usia
bayi.
b. Dapat mengetahui tentang pentingnya pemberian imunisasi.
2. Bagi Bidan:
a. Diharapkan bidan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan
kebidanan terhadap penularan influenza.
b. Meningkatkan asuhan kebidanan pada bayi.
3. Untuk Institusi
a. Bagi Mahasiswa:
Diharapkan dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
prosedur, karena teori dan prosedur yang mendasari setiap praktik sehingga
menghindari kesalahn.
b. Pendidikan:
Diharapkan dapat menambah referensi dan memberi masukan secara konsep
DAFTAR PUSTAKA

Arfiana, Arum Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Transmedika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Matondang, Corry S., dkk. 2003. Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta: Sagung Seto

Marmi, Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai