PROPOSAL
Oleh :
RUPANA BR PURBA
NPM : 21.222.136
PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Kebidanan Pada
Program Studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan
Deli HusadaDelitua
Oleh :
RUPANA BR PURBA
NPM : 21.222.136
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rupana Br Purba
Tempat/tanggal lahir : Lekang Empat,15 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Anak ke- : 5 dari 6 bersaudara
Alamat : Dusun VIII Pondok Batu
Kec Kuala Kab Langkat
II. IDENTITAS ORANGTUA
Nama Ayah : Dina Purba
Nama Ibu : Bangun Br Bangun
Alamat : Dusun VIII Pondok Batu
Kec Kuala Kab Langkat .
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2015-2018 : Ahli Madya Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dinamakan juga kala pembukaan.
Normalnya kala I berlangsung selama12-14 jam.
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin di dorong keluar sampai lahir.
3) Kala III
Kala III atau disebut juga kala uripada saat plasenta terlepas dari dinding uterus dan di
lahirkan.
4) Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut
diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.
2.1.5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
ukuran dirinya dan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Engagement adalah persitiwa
ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblig di
dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Penurunan dimulai sebelum persalinan atau inpartu.
Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung
antara lain : tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong janin dan kontraksi
otot abdomen (Mila, 2016).
Fleksi gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju, tetapi kepala janin terhambat
oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Putar paksi dalam adalah pemutaran bagian
terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis. Ekstensi
merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo inferior simpisis pubis.
Penyebabnya di karenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan
atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.
Putar paksi luar dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul sama seperti pada putaran paksi dalam.
Putaran paksi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah punggung janin bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadika kanan atau kiri, sedangkan muka janin
menghadap ke salah satu paha ibu (Mila, 2016).
Ekspulsi setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirnya trochanter depan
dan belakang sampai lahir janin seutuhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan
badan seluruhnya (Wibowo, 2016).
2.2. Nyeri Persalinan
2.2.1. Pengertian Nyeri Persalinan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nyeri adalah rasa yang menyebabkan penderitaan.
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan ataupun berat, sedangkan nyeri
persalinan merupakan proses fisiologis terjadinya di sebabkan oleh kontraksi uterus yang
dirasakan bertambah kuat dan paling dominan terjadi pada kala I fase aktif. Intensitas nyeri
dirasakan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya posisi maternal dan
teknik relaksasi (Indriyani, 2016).
2.2.2. Fisiologi Nyeri Persalinan
Proses terjadinya nyeri persalinan terdiri dari 3 komponen fisiologis berikut ini (Aris
munandar, 2015).
1) Resepsi : proses perjalanan nyeri.
2) Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri.
3) Reaksi : respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
a) Faktor Internal
1) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu dalam
mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu multipara
dan primipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri berbeda-beda
walaupun menghadapi kondisi yang sama.
2) Usia
Usia muda cenderung di kaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labilyang
memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat.
Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap
nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman
terhadap nyeri.
3) Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa sakit
menjelang persalinan, selama itu tidak melakukan latihan-latihan yang tidak
terlalu keras dan berat serta menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini
justru akan memicu nyeri yang lebih berat.
4) Kondisi Psikologi
Situasi dan kondisi psikologi yang lebih memegang peranan penting dalam
memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan gangguan
secara psikis menjadi gangguan fisik.
b) Faktor Eksternal
1) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang maka mekanisme pertahanan tubuh
terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi psikologis yang
relatife stabil.
2) Lingkungan Fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrim seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai
dan bising.Memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri.
3) Budaya
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, ada budaya
yang mengekspresikan nyeri secara bebas, tapi ada pula yang tidak perlu di
ekspresikan secara berlebihan.
4) Support Sistem
Tersedianya sarana dan support sistem yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan keluarga dan orang terdekat sangat membantu
mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat menghadapi
persalinan.
5) Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami.Seringkali status ekonomi mengikuti keadaan nyeri
persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi
yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu
kurang mengetahui bagaimna mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi
berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan
tersendiri dalam menghadapi persalinan.
2.2.4. Penilaian Nyeri Pada Persalinan
Penilaiannyeri selama persalinan sangatlah penting untuk mengetahui seberapa rasa sakit yang
diderita pasien dan juga untuk memonitoring kerja obat analgesia yang diberikan selama
persalinan. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi
kriteria sebagai berikut (Ennye, 2016).
1. Mudah dimengerti dan digunakan
2. Memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
3. Mudah dinilai
4. Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri.
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta
untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya. Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan (Farid Yudiantoro, 2015).
Intensitas nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Tingkat keparahan pasien tentang
nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkaji ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang, atau berat. Komponen-
komponen nyeri yang paling penting dinilai adalah PAIN: Pattern (pola-nya), Area, Intensitas
dan Nature (sifat-nya).
1. Pola nyeri (pattern of pain)
Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi dan interval tanpa nyeri. Oleh karena
itu, petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri dimulai; berapa lama nyeri berlangsung;
apakah nyeri ini berulang; dan jika ya, lamanya interval tanpa nyeri; dan kapan nyeri terakhir
terjadi. Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata (verbal). Ibu diminta untuk
menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan, intermiten atau transiet. Ibu juga ditanyakan
waktu dan kapan nyeri mulai berlangsung dan berapa lama nyeri berlangsung untuk mengukur
saat serangan nyeri dan durasi nyeri.
2. Area nyeri (Area of Pain)
Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas kesehatan dapat
menentukan lokasi nyeri dengan menanyakan pada pasien untuk menunjukkan area nyeri pada
tubuh.
3. Intensitas nyeri (Intensity of Pain)
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitaas nyeri dapat diukur dengan
menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.
4. Sifat nyeri (Nature of Pain)
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada sifat,
tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore
termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral yaitu
pada saluran reproduksi (Asmadi,2018). Sementara itu menurut Potter & Perry (2016),
karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang
atau berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” . Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian
Numerik rating Scale (NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam
hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri (Perry & Potter,2016)
Keterangan :
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian bawah.
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat melakukan
aktifitas, masih dapat berkonsentrasibelajar.
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
kurangnafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit beraktifitasbelajar.
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,paha,
atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktifitas,
tidak dapat berkonsentrasibelajar.
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala,
badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak
dapat beraktivitas, terkadang sampaipingsan. (Potter & Perry, 2016)
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja
dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien.
4) Fentanyl
Fentanyl adalah opioid sintetik yang kerja cepat dan durasi kerjanya pendek. Fentanyl
100 ug ekuipotensi dengan 10 mg morfin dan 100 mg meperidine. Dosis fentanyl 50-100 ug IM
dan efek puncak 7-8 menit setelah pemberian atau 25-50 ug IV dn mencapai efek puncak 3-5
menit setelah pemberian.
5) Remifentanil
Merupakan obat analgetik yang bekerja secara agonis pada reseptor opioid.Obat ini
bekerja ultra cepat.Remifentanil dapat menembus plasenta tetapi secara cepat dimetabolisme
oleh neonates. Dosis 0,1-0,2 mcg/kg/min berhasil untuk mengurangi nyeri persalinan.
2.3.2. Intervensi Non-Farmakologi
Intervensi non-farmakologi banyak digunakan sebelum ditemukannya obat anastesi dan
analgesia untuk mengurangi nyeri saat persalinan. Intervensi non-farmakologi ini hingga
sekarang masih digunakan karena efek samping yang timbul pada fetus atau neonatus sedikit,
selain itu ibu juga dapat berpartisipasi dalam proses persalinan.
Oleh karena itu teknik ini lebih dipilih oleh ibu hamil yang ingin mempunyai pengalaman
melahirkan secara normal. Terapi ini merupakan alternative yang dapat dipilih pada pasien yang
tidak ingin menggunakan obat-obatan atau dapat juga digunakan bersama-sama sebagai
tambahan dari terapi obat-obatan (Rahayu Prasetyo, 2016).
Intervensi non-farmakologi di bawah ini dapat digunakan dalam mengelola nyeri
persalinan :
A. Hidroterapi
Hidroterapi dapat mengurangi nyeri, ketegangan otot dan kecemasan secara dramatis
pada banyak wanita. Terdapat 2 macam teknik yang digunakan pada hidroterapi ini yaitu dengan
berendam dalam bak mandi dan menggunakan shower. Suhu air yang digunakan hendaknya di
pertahankan dan tidak melebihi 37◦ -37,5◦ C. Air yang lebih hangat dapat meningkatkan suhu
tubuh wanita dan mengakibatkan takikardi janin.
Selain merangsang pengeluaran endorphin akibat efek rileks yang diciptakan, air hangat juga
mampu menghambat impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit sehingga membuat persalinan
tidak begitu terasa berat (Istiqomah, 2017).
B. Injeksi Air Intradermal
Injeksi air intradermal dapat mengurangi rasa nyeri pada punggung selama
persalinan.Insiden nyeri punggung bawah pada wanita selama bersalin berkisar antara 15%-74%
dari seluruh persalinan.Hal ini disebabkan akibat posisi janin oksiput posterior, persisten
ansynclitsime, karakteristik pelvis ibu serta perjalanan nyeri akibat kontraksi uterus. Injeksi ini
dilakukan dengan menyuntikkan 0,05-0,1 Ml air steril ke intradermal diempat lokasi dengan
menggunakan 1 ml spuit injeksi dengan jarum 25G.
Dua injeksi di lakukan atas masing-masing spina iliaca posterior, sisanya dilakukan di 3
cm ke bawah dan 1 cm kearah medial dari lokasi injeksi pertama. Injeksi yang di lakukan
menimbulkan rasa nyeri seperti tersengat selama 20-3- detik. Namun setelah nyeri akut akibat
injeksi ini hilang, biasanya nyeri punggung yang dirasakan pasien juga menghilang dan bertahan
hingga 2 jam tanpa pengulangan (Rahayu Prasetyo, 2016).
C. Pemijatan/Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon
atau ligament, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi dan memperbaiki sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar pada masase meliputi
gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan
dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, memotong-motong dan meremas-remas.
Masase membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah
penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahap persalinan akan lebih
bebas dari rasa nyeri . hal ini akibat pelepasan senyawa endorphin oleh tubuh yang merupakan
pereda nyeri alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman pada pasien.Masase
dapat dilakukan di kepala, leher, bahu, punggung dan tungkai (Hariyanti dan Intan, 2015).
D. Teknik Relaksai Dan Pernapasan
Teknik relaksasi pernapasan merupakan tindakan pengendalian nyeri non farmakologis
yang dapat membantu ibu mengundurkan seluruh tubuhnya ketika Rahim berkontraksi. Beberapa
jenis pernapasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap 1 (sebelum
diperbolehkan mengedan):
1. Menarik napas dalam (untuk membantu ibu relaks) dilakukan pada awal akhir kontraksi.
2. Menarik napas dangkal dan cepat di dada bagian atas dilakukan pada saat kontraksi
mencapai puncaknya.
3. Menarik napas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan napas melalui mulut
dan dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan
lengkap).
Pada tahap ini, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan
dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan ini mengurangi gesekan dan
rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding abdomen karena otot-otot di daerah genitalia juga
menjadi lebih rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin (Asmah Sukarta,
2016).
E. Tehnik Rebozzo
Tehnik rebozzo adalah tehnik yang tidak invasive dan praktis yang dilakukan saat wanita
berdiri, berbaring atau tangan berada di lututnya. Ini melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrol
secara lembut dari pinggul wanita yang bekerja dari sisi ke sisi dengan menggunakan selubung
tenun khusus dan dilakukan baik oleh bidan atau orang lain yang sudah terampil.
Rebozzo digunakan pertamakali di Maksiko yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
persalinan.Teknik rebozzo ini membuat relaks ligament uterus yang ketat dan otot perut.
Sehingga dapat membuat janin dengan mudah turun ke panggul. Selain itu rebozzo juga dapat
membantu bayi merotasi posisi yang abnormal/oblig sehingga persalinan dapat dilakukan dengan
nyaman dan lebih rileks (Sexual & Kespro, 2017).
2.4. Tehnik Rebozzo
2.4.1. Pengertian Rebozzo
Rebozzo berarti selendang dalam bahasa Spanyol. Ini adalah selendang tradisional meksiko
yang panjangnya sekitar 4-5 kaki. Ini adalah alat multi fungsi yang digunakan sebelum
persalinan, digunakan untuk membantu melahirkan wanita dan digunakan untuk
membawa/menggendong bayi (Gena Kirby, 2017).
2.4.2. Pengertian Teknik Rebozzo
Tehnik rebozzo adalah salah satu tehnik tradisional dari Maksiko yang di kembangkan
untuk membantu meringankan beban ibu hamil pada saat persalinan.
Relaksasi otot dan narkotika adalah obat-obatan umum yang ditawarkan di rumah sakit ketika
orang bersalin tegang atau kesakitan atau dalam persalinan lama. Obat-obatan semacam itu
mungkin memiliki efek samping yang tidak diinginkan pada bayi dan ibu, sedangkan teknik
rebozzo membantu menenangkan ibu tanpa obat sama sekali (Pitrou dkk, 2017).
Tehnik yang tidak invasive dan praktis yang dilakukan saat wanita berdiri, berbaring atau
berada di tangan atau lututnya. Teknik ini melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrol secara
lembut dari pinggul wanita yang bekerja dari sisi ke sisi dengan menggunakan selubung tenun
khusus dan dilakukan baik oleh bidan atau orang lain yang sudah terampil (Pitrou dkk, 2017).
2.4.3. Sejarah Perkembangan Teknik Rebozzo
Rebozzo adalah selendang atau syal tradisional Meksiko. Selama berabad-abad rebozzo
telah membantu wanita dalam persalinan. Rebozzo tidak terbatas dan dapat melakukan banyak
hal berbeda dalam kehidupan wanita di Meksiko dan Amerika Selatan. Rebozzo dapat digunakan
dalam persalinan, gendongan bayi, syal dan selendang elegan pada cuaca dingin. Meskipun
asalnya adalah orang Moor, Rebozo diperkenalkan ke Meksiko oleh Spanyol agar perempuan
pribumi menutupi kepala di gereja. Kata rebozzo berasal dari Spanyol yaitu rebozar yg artinya
peredam atau menutupi. Pada tahun 1794 raja muda Rivillagigedo menggambarkan rebozzo
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lemari pakaian wanita (Gena Kirby, 2017).
2.4.4. Penggunaan Tehnik Rebozzo
Tehnik rebozzo dapat digunakan pada saat kehamilan atau setelah persalinan dan memiliki
fungsi yang berbeda (Naoli Vinaver, 2017).
a) Pada Saat Kehamilan
1. Membantu ibu rileks di sela-sela kontraksi (bagi sebagian wanita rasanya seperti
mereka sedang terbungkus dan dipeluk dengan lembut).
2. Mengendurkan ligament ketat selama kehamilan dan saat melahirkan.
3. Membantu mengoptimalkan posisi janin dan memudahkan janin turun ke panggul.
4. Mengurangi nyeri pada punggung saat persalinan.
b) Setelah Persalinan
Pada saat persalinan selesai tehnik rebozzo dapat melindungi otot perut ibu.Bagi beberapa
orang yang berakhir dengan operasi caesar, teknik rebozzo mampu membuat ibu mengurangi
konsumsi obat-obatan dan mengurangi nyeri bekas operasi sehingga membuat ibu lebih cepat
bergerak setelah operasi selesai, sedangkan pada wanita dengan riwayat persalinan normal teknik
rebozzo membantu otot perut untuk menormalkan kontraksi uterus ke bentuk semula sebelum
hamil.
Adapun indikasi dan kontra indikasi pada pelaksanaan Tehnik Rebozzo adalah :
a)Indikasi
1. Ibu yang ingin bersalin normal dengan nyeri yang minim
2. Ibu dengan malposisi janin
3. Ibu yang keadaan kandungannya baik-baik saja
4. Ibu yang partus lama/macet
5. Ibu yang belum pernah abortus
6. Ibu yang sudah memasuki TM III
b)Kontraindikasi
1. Ibu dengan plasenta previa
2. Ibu yang hamil muda atau hamil di bawah usia 30 minggu
3. Ibu yang memiliki riwayat perdarahan
4. Ibu dengan riwayat abortus
2.4.5. Tujuan Teknik Rebozzo
Adapun beberapa tujuan dari teknik rebozzo adalah (Sexual & Kespro, 2017) :
1) Untuk membantu ibu dalam mepersiapkan atau kesiapan dalam menghadapi
persalinan fisiologis
2) Untuk membantu ibu dalam meperdayakan dirinya dalam hal fisiologis
3) Untuk membantu ibu dalam mengoptimalkan posisi janin
4) Membantu ibu dalam mengatur napas yang baik saat menghadapi persalinan
5) Membantu ibu agar proses persalinan lebih rileks dan nyaman
2.5.Kerangka Teori
Faktor Presdisposisi
(Presdisposing)
1. Pekerjaan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Dukungan Suami
2.7. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan teori (Donsu, 2016).
Hipotesa pada umumnya dinyatakan dalam bentuk hipotesa alternatif (Ha) dan (H0). diartikan
sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan antara teknik rebozzo terhadap pengurangan nyeri persalinan.
H0 : Tidak ada hubungan antara teknik rebozzo terhadap pengurangan nyeri persalinan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Adapun jumlah besar sampel untuk kelompok perlakuan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus frederer :
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dimana : n = Besar sampel tiap kelompok
t = Banyaknya kelompok
(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
(n – 1) x (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x (1) ≥ 15
N – 1 ≥ 15 n ≥ 15 + 1
n ≥ 16
Dengan demikian sampel berjumlah 16 yang bertugas sebagai kelompok control
sekaligus. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
purposive sampling dengan menggunakan kriteria dengan jenis Non-Random (Non-Probability).
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
3.5.Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian yang akan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi dengan melakukan observasi penurunan nyeri persalinan dan Tehnik Rebozzo
pada ibu post partum di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab Langkat
selama bulan April-mei 2022.
3.5.1. Tehnik Rebozzo
Pengukuran variabel independen Tehnik Rebozzo didasarkan pada skala ordinal, dengan
kategori sebagai berikut :
1 = Sebelum intervensi : Tanpa Perlakuan
2 = Sesudah intervensi : selama 30 hari sebanyak 1 kali dalam satu minggu dengan frekuensi 10
menit.
-Tidak Dilakukan : Tanpa tehnik rebozzo
3.5.2. Penurunan Nyeri
Pengukuran variabel dependen Penurunan Nyeri didasarkan pada skala ordinal, dengan melihat
adakah Penurunan Nyeri sebelum dan sesudah pemberian Tehnik Rebozzo.Penurunan nyeri
sebelum tehnik rebozzo pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pada hari
pertama sebelum tehnik rebozzo dan Penurunan nyeri setelah di lakukan tehnik pada kelompok
intervensi pada minggu ketiga setelah proses tehnik rebozzo.
Uji kevalidan dipengaruhi oleh sikap, presepsi dan motivasi responden dalam
memberikan jawaban. Oleh karena itu, mutu jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia
dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawab dengan baik. Jadi
semakin tinggi validitas suatu alat ukur, makin mengena sasarannya dan makin menunjukkan apa
yang sebenarnya yang akan diukur.
memang belum berubah. Dalam hal ini, relative sama berarti tetap adanya toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan kecil antara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat
besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dilakukan sebagai reliable.
Reabilitas bisa disebut sebagai uji keajegan atau konsistensi alat ukur. Alat ukur yang
stabil yang selalu memberikan hasil yang relative konstan.Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur
dinyatakan dengan angka yang disebut koefisien reliabilitas. Besar koefisien reliabilitas berkisar
antara 0 sampai 1 dan tidak ada patokan yang pasti. Besar koefisien reliabilitas yang baik adalah
sebesar mungkin, mendekati 1,00 yang disebut sempurna. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 brarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin
rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reabilitasnya.
No Register Responden :
Tanggal :
NamaIbu :
Pekerjaan :
Usia :
A. Tehnik Rebozzo
8
9
10
11
12
13
14
15
16
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Fakultas : Kebidanan
Alamat : Dusun VIII Pondok Batu Desa Parit Bindu Kec Kuala Kab
Langkat
Dalam kesempatan ini, saya memohon kepada Ibu untuk menjadi responden mengenai
Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan di Klinik Sri Nilam Lingkuan 1
Sukatani kec Kuala Kab Langkat.
Penelitian ini ditujukan untuk Skripsi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas
Kebidanan dan juga untuk memberikan masukan kepada ibu hamil tentang tehnik Rebozzo
terhadap penurunan Nyeri Persalinan .
Saya memohon kepada ibu selaku responden untuk bersedia dimintai keterangan
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mencapai keberhasilan dalam
penelitian ini, hasil observasi yang peneliti lakukan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Peneliti
(…………………………….) (Rupana Br Purba)
Saya :
Umur :
Alamat :
NIM : 21.222.136
Saya akan memberikan jawaban dengan sukarela dan sejujurnya sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya demi kepentingan penelitian ini. Demikian surat ini saya tanda tangani atas
kesadaran dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Responden
Andriana, E. 2017. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit Dengan Metode Relaksasi Hypnobirthing.
Jakarta : Bhuana Ilmu Popular .
Andriyani. 2016. Gambaran Pengetahuan Remaja Madya Tentang Dysmenorrhea di SMPN 29
Kota Bandung.
Arismunandar, R. 2015 ‘The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee In Erderly
Patients’,J Majority, 4(5), Pp. 110-116.
Elisabeth, Siwi Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru.
Gena Kirby, Rebozzo In The Use Of Pregnancy, Birth And Postpartum ; 2017 .
Indrayani, Djami, M. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Iversen, M. L., Midtgaard, J., Ekelin, M., & Hegaard, H. K. (2017). Danish Women’s
Experiences oif the Rebozzo Technique during Labour: A Qualitative Explorative Study.
Sexual & Reproductive Healthcare: Official Journal of the Swedish Association of
midwives,2016
Jannah, N. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan & Kehamilan. Yogyakarta : ANDI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Maita, 2016. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Di BPM
Khairani Asnita. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.9,No. 2, Hal 186-190.
Manuaba, IBG, dkk. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan
bidan, Edisi 2. Jakarta. EGC
Mette Langeland, dkk, “Pengalaman Wanita Denmark Tentang Tehnik Rebozzo Selama
Persalinan : Sebuah Studi Eksploratif Kualitatif”. Kesehatan Sexual dan Reproduksi 11,
2017.
Perry, A,G & Potter, P.A,2012 Fundamental Keperawatan, Klinis dan Praktik Jakarta Penerbit
Pitrou, Perig, Dkk. “ Hidup, Bangkit, dan Tidak Terurai : Ritual Kelahiran Di Antara Mixe Of
Oaxaca, Meksiko”. Antropologi Saat Ini 58.3 2017 .
Setyowati, H. 2018. Akupuntur Untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil Penelitian . Unimma
Press.
Sexual Reproductive Healthcare. Journal Sexual & Reproductive Healthcare, 2017 .
Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet. CV.
Sukriana, Y, 2018. Efektivitas Pijat Woolwich Terhadap Produksi Asi Post Partum Di
Puskesmas Paying Sekaki Pecan Baru. Fakultas Keperawatan Universitas Riau. JOM FKp,
Volume 5 No. 2
Tando Marie, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : In Media .
Ringga Herlambang,2018
Tomas CR, Cohen SR, 2015, Rebozzo Technique For Fetal Malposition In Labor. Journal Of
Midwifery And Women’s Health. 60(4):445-51.
Wiboyo, N. Et Al., 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Jakarta : Perkumpulan
Obstetric dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
Wulandari Priharyanti. (2015). Pengaruh effleurage massage Terhadap Pengurangan Tingkat
Nyeri Persalinan di Ruang Bougenville RSUD Tugurezi Semarang. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 3,59-67.
Yusuf, A. M. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenada Media.