Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH TEHNIK REBOZZO TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN DI

KLINIK SRI NILAM LINGKUNGAN 1 SUKATANI


KEC KUALA KAB LANGKAT
TAHUN 2022

PROPOSAL

Oleh :
RUPANA BR PURBA
NPM : 21.222.136

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA JALUR TRANSFER

FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN

DELI HUSADA DELITUA TAHUN 2022


PENGARUH TEHNIK REBOZZO TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN DI
KLINIK SRI NILAM LINGKUNGAN 1 SUKATANI
KEC KUALA KAB LANGKAT
TAHUN 2022

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana Kebidanan Pada
Program Studi Sarjana Kebidanan Institut Kesehatan
Deli HusadaDelitua

Oleh :
RUPANA BR PURBA
NPM : 21.222.136

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA JALUR TRANSFER

FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT KESEHATAN

DELI HUSADA DELITUA TAHUN 2022


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rupana Br Purba
Tempat/tanggal lahir : Lekang Empat,15 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Anak ke- : 5 dari 6 bersaudara
Alamat : Dusun VIII Pondok Batu
Kec Kuala Kab Langkat
II. IDENTITAS ORANGTUA
Nama Ayah : Dina Purba
Nama Ibu : Bangun Br Bangun
Alamat : Dusun VIII Pondok Batu
Kec Kuala Kab Langkat .
II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2003-2009 : SDN.No. 057739

Tahun 2009-2012 : SMPN. 3 Seibingai

Tahun 2012-2015 : SMAN. 2 Binjai

Tahun 2015-2018          : Ahli Madya Kebidanan Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.

Tahun 2021-2022  : Mengikuti Pendidikan Sarjana Kebidanan  Non Reguler


Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................


DAFTAR ISI...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
1.3.2. Tujuan Khusus
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan
1.4.2. Bagi Tenaga Kesehatan
1.4.3. Bagi Masyarakat
1.4.4. Bagi Peneliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
2.1.1. Defenisi Persalinan
2.1.2. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan
2.1.4. Tahap Persalinan
2.1.5. Mekanisme Persalinan
2.2. Nyeri Persalinan
2.2.1. Pengertian Nyeri Persalinan
2.2.2. Fisiologi Nyeri Persalinan
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
2.2.4. Penilaian Nyeri Pada Persalinan
2.3. Penanganan Nyeri Persalinan
2.3.1. Intervensi Farmakologi
2.3.2. Intervensi Non-Farmakologi
2.4. Tehnik Rebozzo
2.4.1. Pengertian Rebozzo
2.4.2. Pengertian Teknik Rebozzo
2.4.3. Sejarah Perkembangan Teknik Rebozzo
2.4.4. Penggunaan Tehnik Rebozzo
2.4.5. Tujuan Teknik Rebozzo
2.4.6. Keuntungan dan Kerugian Tehnik Rebozzo
2.4.7. Metode Tehnik Rebozzo
2.4.8. Cara Menggunakan Teknik Rebozzo
2.5.Kerangka Teori
2.6. Kerangka Konseptual
2.7. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
3.2.2. Waktu Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
3.4. Variabel dan Defenisi Operasional
3.4.1. Identifikasi Variabel
3.4.2. Defenisi Operasional
3.5. Aspek Pengukuran
3.5.1. Tehnik Rebozzo
3.5.2. Penurunan Nyeri
3.6. Instrumen Penelitian
3.7. Uji Validitas dan Rehabilitas
3.7.1. Uji Validitis
3.7.2. Uji Rehabilitas
3.8. Metode Pengumpulan Data
3.8.1. Data Primer
3.8.2. Data Sekunder
3.9.Prosedur Penelitian
3.9.1.Tahap Awal
3.9.3 Tahap Akhir
3.10. Kode Etik Penelitian
3.10.1. Informed Consent
3.10.2. Anonymity
3.10.3. Confidentiality
3.11. Teknik Analisis Data
3.11.1. Analisis Univariat
3.11.2. Analisis Bivariat

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. : Skala Intensitas Nyeri................................................................


Gambar 2.2. : Gerakan Ritmis Sifting Rebozzo................................................

Gambar 2.3. : Tehnik Rebozzo.........................................................................

Gambar 2.4. : Tehnik Rebozzo


Gambar 2.5. : Kerangka Teori ........................................................................

Gambar 2.6. : Kerangka Konsep.......................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lampiran 3 : Lembar Observasi


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian
perubahan besar pada seorang ibu untuk dapat mengeluarkan janinnya melalui jalan lahir ibu.
Setiap ibu hamil pasti mendambakan persalinan yang normal dan minimal akan rasa nyeri.
Namun demikian, bagi seorang wanita khususnya ibu muda, proses persalinan seringkali
merupakan sesuatu yang sangat menakutkan dan identik dengan rasa nyeri. Nyeri persalinan
merupakan proses yang fisiologis. Apabila nyeri tidak diatasi dengan baik akan menimbulkan
masalah yang lain diantaranya meningkatkan kecemasan atau rasa khawatir akan proses
persalinan sehingga produksi hormon adrenalin meningkat dan mengakibatkan vasokonstraksi
yang menyebabkan aliran darah ibu ke janin menurun. Janin akan mengalami hipoksia
sedangkan ibu akan mengalami persalinan lama dan dapat juga meningkatkan tekanan sistolik
dan diastolik (Merry,2018).
Proses persalinan merupakan pengalaman emosi dan melibatkan mekanisme fisik dan
psikologis. Nyeri persalinan merupakan pengalaman yang di rasakan ibu tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin selama
persalinan.Reaksi terhadap nyeri merupakan respons yang sifatnya sangat individual.Reaksi ini
tergantung pada kepribadian, kondisi emosional dan pengalaman sebelumnya. Sensitifitas
kecemasan dalam nyeri persalinan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap sensorik dan
afektif pada nyeri persalinan (Small, 2017 )
Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala I fase aktif sangat
penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang ibu bersalin dapat menjalani persalinan
normal atau di akhiri suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang
sangat hebat.Mengingat dampak nyeri cukup signifikan bagi ibu dan bayi, maka harus ada upaya
untuk menurunkan nyeri tersebut (Maita,2016).
World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran, sekitar 99% dari seluruh kematian ibu
terjadi di Negara berkembang, sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya
komplikasi selama kehamilan dan setelah persalinan. Setiap tahun 20.000 perempuan di
Indonesia meninggal akibat komplikasi pada persalinan.Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami
penurunan 40% dalam 10 tahun terakhir. Tahun 2005 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
sekitar 212/100.000 kelahiran hidup sedangkan tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia 126/100.000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari Angka Kematian Ibu (AKI) yang
ditargetkan (WHO, 2016).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 Indonesia, angka kematian ibu di
Indonesia sebesar 305/100.000 kelahiran hidup.Angka ini masih di bawah dari Negara-negara
yang ada di ASEAN (Depkes RI, 2015). Terkait target dari program SDGs (Sustainable
Development Goals)di Tahun 2019 untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar 306 per
100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (Anung,
2015).
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, angka kematian ibu di
Indosia masih tinggi sebesar 309 per 100.000 kelahiran hidup.Angka ini turun jika di bandingkan
pada tahun 2012 yang hanya 359 per 100.000 kelahiran hidup.Penyebab terjadinya AKI yang
terjadi di Indonesia adalah : preeklamsi 27,1%, infeksi 7,3%, partus lama 1,8%, abortus 1,6%,
perdarahan 30,1%. Banyak sebab akibat dari perdarahan antara lain : retensio plasenta 15,1%,
sisa plasenta 10%, rupture perineum 5%(Profil Kesehatan Indonesia,2015).
Saat ini kesakitan dan kematian ibu dan anak masih menjadi masalah kesehatan.Angka
kematian ibu (AKI) dan Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator
pembagunan kesehatan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2015-2019 dan
SDG’s. Menurut data SDKI (Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia) pada tahun 2015
menunjukkan penurunan sebesar angka kematian ibu 305 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan
angka kematian bayi sebesar 22-23 per 1000 kelahiran hidup. Setelah dilakukan survei, penyebab
kematian ibu disebabkan karena hipertensi sebanyak 33,07%, perdarahan sebanyak 27,03% salah
satunya disebabkan kekurangan zat besi, komplikasi sebanyak 15,7%, BBL dan premature
sebanyak 19%, infeksi sebanyak 6,06% dan akibat lainnya sebanyak 8,2 % (Direktoral Jendral
Kesehatan Masyarakat, 2019).
Nyeri saat persalinan merupakan kondisi fisiologis yang secara umum dialami oleh hampir
semua ibu bersalin. Nyeri persalinan merupakan sebuah pengalaman subjektif disebabkan oleh
iskemik otot uteri, penarikan dan traksi ligament uteri, traksi ovarium, tuba fallopi dan distensi
bagian bawah uteri, otot dasar panggul dan perineum. Nyeri persalinan mulai timbul pada kala I
fase laten dan fase aktif. Nyeri juga disebabkan karena adanya kontraksi uterus dan dilatasi
serviks. Dengan seiring bertambambahnya intensitas dan frekuensi kontraksi uterus nyeri yang
dirasakan akan bertambah kuat. Puncak nyeri akan dirasakan pada fase aktif pembukaan lengkap
(10 cm) dan berlangsung sekitar 4-6 jam untuk primipara dan 2-4 jam pada multipara (Wan
Anita, 2017).
Dikarenakan takut akan rasa nyeri persalinan, tak sedikit ibu hamil yang memilih seksio
sesarea untuk persalinannya, karena mereka merasa dengan seksio sesarea proses persalinan akan
lebih cepat dan jauh dari rasa nyeri. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah seksio sesarea
yang seharusnya hanya 15-20% meningkat 2001-2006 dengan rata-rata 20,23% (Dessy,2018).
Seiring berjalannya waktu banyak tehnik ataupun cara yang dikenalkan untuk pengurangan
nyeri pada persalinan, baik secara farmakologis maupun non-farmakologis. Secara farmakologis
memang lebih efektif dibandingkan dengan metode non-farmakologis lebih mahal dan berpotensi
mempunyai efek yang kurang baik, sedangkan tindakan non-farmakologi dapat di lakukan
melalui kegiatan tanpa obat antara lain hypnobirthing,birt ball,massage
endorphindanrebozzo.Pengendalian nyeri non-farmakologi menjadi lebih murah,simpel, efektif
dan tanpa efek yang merugikan.Disamping itu metode ini juga dapat meningkatkan kepuasan
selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaan dan kekuatannya(Ardiana,2017).
Tehnik rebozzo adalah tehnik yang tidak invasive dan praktis yang di lakukan saat wanita
berdiri, berbaring atau saat berlutut. Ini melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrol secara
lembut dari pinggul wanita yang bekerja dari sisi ke sisi dengan menggunakan selubung tenun
khusus dan dilakukan baik oleh bidan atau orang lain yang sudah terampil (Small, 2017).
Berdasarkan penelitian yang di lakukan Mette Langeland, Julie Midtgaard dan Maria Ekelin
(2017) terhadap adanya hubungan pengalaman wanita Denmark tentang teknik rebozzo untuk
pengurangan nyeri tanpa obat selama persalinan. Sebuah studi Australia mendokumentasikan
tingkat dari 20% hingga 60%, dengan penggunaan yang lebih tinggi pada wanita yang lebih tua
dengan pendidikan tinggi dan pendapatan, dan gejala fisik yang lebih besar. Selain itu, studi
longitudinal swedia menemukan bahwa preferensi untuk metode nyeri persalinan non-
farmakologis pada kehamilan lanjut lebih umum.Tetapi terlepas dari metode yang disukai,
penggunaan analgesia epidural selama persalinan di kaitkan dengan pengalaman kelahiran yang
kurang positif.Dengan demikian, metode nonfarmakologis tampaknya memiliki dampak positif
pada pengalaman kelahiran secara keseluruhan dan perempuan tampak termotivasi terhadap
metode nonfarmakologis (Sexual & Reproductive Healtcare,2017).
Budaya kelahiran Meksiko, khususnya memiliki tradisi panjang untuk kinerja teknik
rebozzo sebelum, selama dan setelah lahir. Meskipun prevalensi awal rebozzo tampaknya di
bawah 2% untuk wanita dengan persalinan vagina indentas,penelitian Denmark local
menunjukkan tingkat sekitar 9% untuk tahun 2014. Tingkat yang berbeda menunjukkan
kemungkinan variasi geografis yang besar dalam penggunaan tehnik rebozzo dalam mengurangi
rasa nyeri pada saat persalinan (sexual & Reproductive Healtcare, 2017).
Pengguna rebozzo telah menghasilkan narasi individu dengan pernyataan positif dalam
makalah non-peer-review, mengklaim bahwa teknik untuk beberapa tingkat sebanding dengan
metode non-farmakologis berkaitan dengan peningkatan kontraksi dan efek penghilang rasa
sakit. Menghubungkan penggunaan klinis rebozzo dengan tulang punggung berbasis bukti
dianggap penting untuk penggunaa dan penerapan teknik di masa depan, baik pada tingkat
nasional maupun internasional. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
rebozzo, langkah pertama adalah membenamkan diri ke dalam pengalaman teknik, sehingga
membangun pemahaman yang lebih dalam tentang hal itu dan akan berpotensi mengembangkan
hipotesis yang akan di uji di masa depan (Small, 2017).

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah ada Hubungan Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Persalinan?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri
Persalinan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi skala nyeri persalinan yang dirasakan kelompok yang melakukan tehnik
rebozzo di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab Langkat
2) Mengidentifikasi skala nyeri persalinan yang dirasakan kelompok yang tidak melakukan
tehnik rebozzo di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab Langkat
3) Mengetahui pengaruh tehnik rebozzo terhadap pengurangan rasa nyeri persalinan di Klinik
Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab Langkat
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian dapat menjadi sumber masukan untuk mengetahui Hubungan
Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri Persalinan.
1.4.2. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian dapat dijadikan bahan informasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan serta dapat
mengoptimalkan atau membantu program pelayanan dalam pengurangan nyeri persalinan dengan
cara tradisional (non-farmakologis).

1.4.3. Bagi Masyarakat


Sebagai informasi dan juga wawasan ilmu pengetahuan bagi Ibu Hamil untuk mengetahui
Hubungan Tehnik Rebozzo dan Pengurangan Nyeri Persalinan.
1.4.4. Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan, pemahaman, berlatih
menganalisis masalah di bidang kebidanan khususnya tentang pengaruh tehnik rebozzo dalam
pengurangan nyeri persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan
2.1.1. Defenisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
ke dunia luar. Persalinan mencakup proses fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah, 2017).

2.1.2. Tanda- Tanda Mulainya Persalinan


Menurut Manuaba (2016) kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus
kadang-kadang disebut “false laborpains”.
5. Serviks menjadi lembek : mulai mendatar dan sekresinya bertambah mungkin bercampur
darah (bloody show).

2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Dalam buku Elisabeth (2016) Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ialah :
1. Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar)
Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi diafragma dan
ligamentum action terutama ligamentum rotundum.
2. Passage (Faktor jalan lahir)
Perubahan pada serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks dan perubahan pada
vagina dan dasar panggul.
3. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin.Ukuran kepala janin lebih lebar daripada
bagian bahu, kurang lebih seperempat dari panjang bahu, 96% bayi dilahirkan dengan
bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari janin, plasenta dan selaput ketuban.
4. Psikis ibu
Penerimaan klien atas jalannya perawatan kehamilan (petunjuk dan persiapan untuk
menjalani persalinan) kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong dan
adaptasi terhadap rasa nyeri persalinan.
5. Penolong
Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran, pengertiannya dalam
mengahadapi klien baik primipara dan multipara.
2.1.4. Tahap Persalinan
Menurut Sofian (2015) Persalinan dibagi menjadi 4 tahap, tahapan persalinan tersebut
adalah

1) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I dinamakan juga kala pembukaan.
Normalnya kala I berlangsung selama12-14 jam.
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan janin di dorong keluar sampai lahir.
3) Kala III
Kala III atau disebut juga kala uripada saat plasenta terlepas dari dinding uterus dan di
lahirkan.
4) Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut
diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.
2.1.5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
ukuran dirinya dan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Engagement adalah persitiwa
ketika diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblig di
dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Penurunan dimulai sebelum persalinan atau inpartu.
Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya. Kekuatan yang mendukung
antara lain : tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong janin dan kontraksi
otot abdomen (Mila, 2016).
Fleksi gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju, tetapi kepala janin terhambat
oleh serviks, dinding panggul atau dasar panggul. Putar paksi dalam adalah pemutaran bagian
terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis. Ekstensi
merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo inferior simpisis pubis.
Penyebabnya di karenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan
atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.
Putar paksi luar dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul sama seperti pada putaran paksi dalam.
Putaran paksi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah punggung janin bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber iskiadika kanan atau kiri, sedangkan muka janin
menghadap ke salah satu paha ibu (Mila, 2016).
Ekspulsi setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirnya trochanter depan
dan belakang sampai lahir janin seutuhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang dan
badan seluruhnya (Wibowo, 2016).
2.2. Nyeri Persalinan
2.2.1. Pengertian Nyeri Persalinan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia nyeri adalah rasa yang menyebabkan penderitaan.
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan ataupun berat, sedangkan nyeri
persalinan merupakan proses fisiologis terjadinya di sebabkan oleh kontraksi uterus yang
dirasakan bertambah kuat dan paling dominan terjadi pada kala I fase aktif. Intensitas nyeri
dirasakan berbeda-beda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya posisi maternal dan
teknik relaksasi (Indriyani, 2016).
2.2.2. Fisiologi Nyeri Persalinan
Proses terjadinya nyeri persalinan terdiri dari 3 komponen fisiologis berikut ini (Aris
munandar, 2015).
1) Resepsi : proses perjalanan nyeri.
2) Persepsi : kesadaran seseorang terhadap nyeri.
3) Reaksi : respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri.
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
a) Faktor Internal
1) Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu dalam
mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu multipara
dan primipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri berbeda-beda
walaupun menghadapi kondisi yang sama.
2) Usia
Usia muda cenderung di kaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labilyang
memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat.
Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap
nyeri. Toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman
terhadap nyeri.
3) Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa sakit
menjelang persalinan, selama itu tidak melakukan latihan-latihan yang tidak
terlalu keras dan berat serta menimbulkan keletihan pada wanita karena hal ini
justru akan memicu nyeri yang lebih berat.
4) Kondisi Psikologi
Situasi dan kondisi psikologi yang lebih memegang peranan penting dalam
memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan gangguan
secara psikis menjadi gangguan fisik.

b) Faktor Eksternal
1) Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang maka mekanisme pertahanan tubuh
terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi psikologis yang
relatife stabil.
2) Lingkungan Fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrim seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai
dan bising.Memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri.
3) Budaya
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, ada budaya
yang mengekspresikan nyeri secara bebas, tapi ada pula yang tidak perlu di
ekspresikan secara berlebihan.
4) Support Sistem
Tersedianya sarana dan support sistem yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan keluarga dan orang terdekat sangat membantu
mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat menghadapi
persalinan.
5) Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami.Seringkali status ekonomi mengikuti keadaan nyeri
persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi
yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu
kurang mengetahui bagaimna mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi
berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan
tersendiri dalam menghadapi persalinan.
2.2.4. Penilaian Nyeri Pada Persalinan
Penilaiannyeri selama persalinan sangatlah penting untuk mengetahui seberapa rasa sakit yang
diderita pasien dan juga untuk memonitoring kerja obat analgesia yang diberikan selama
persalinan. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi
kriteria sebagai berikut (Ennye, 2016).
1. Mudah dimengerti dan digunakan
2. Memiliki sedikit upaya pada pihak pasien
3. Mudah dinilai
4. Sensitive terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri.
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta
untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya. Penilaian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan (Farid Yudiantoro, 2015).
Intensitas nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Tingkat keparahan pasien tentang
nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkaji ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang, atau berat. Komponen-
komponen nyeri yang paling penting dinilai adalah PAIN: Pattern (pola-nya), Area, Intensitas
dan Nature (sifat-nya).
1. Pola nyeri (pattern of pain)
Pola nyeri meliputi waktu terjadinya nyeri, durasi dan interval tanpa nyeri. Oleh karena
itu, petugas kesehatan dapat menentukan kapan nyeri dimulai; berapa lama nyeri berlangsung;
apakah nyeri ini berulang; dan jika ya, lamanya interval tanpa nyeri; dan kapan nyeri terakhir
terjadi. Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata (verbal). Ibu diminta untuk
menggambarkan nyeri sebagai variasi pola konstan, intermiten atau transiet. Ibu juga ditanyakan
waktu dan kapan nyeri mulai berlangsung dan berapa lama nyeri berlangsung untuk mengukur
saat serangan nyeri dan durasi nyeri.
2. Area nyeri (Area of Pain)
Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas kesehatan dapat
menentukan lokasi nyeri dengan menanyakan pada pasien untuk menunjukkan area nyeri pada
tubuh.
3. Intensitas nyeri (Intensity of Pain)
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitaas nyeri dapat diukur dengan
menggunakan angka 0 sampai 10 pada skala nyeri.
4. Sifat nyeri (Nature of Pain)
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan pada sifat,
tempat, berat ringannya dan waktu lamanya serangan. Menurut klasifikasi ini, nyeri dismenore
termasuk ke dalam jenis deep pain (nyeri dalam) karena terjadi pada organ tubuh viseral yaitu
pada saluran reproduksi (Asmadi,2018). Sementara itu menurut Potter & Perry (2016),
karakteristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas nyeri
tersebut. Klien sering kali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang
atau berat. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan yang lebih obyektif.
Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari
3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan” . Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsi nyeri. Skala penilaian
Numerik rating Scale (NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam
hal ini klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri (Perry & Potter,2016)
Keterangan :
0 : Tidak ada keluhan nyeri haid atau kram pada perut bagian bawah.
1-3 : Terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih dapat melakukan
aktifitas, masih dapat berkonsentrasibelajar.
4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,
kurangnafsu makan, sebagian aktifitas terganggu, sulit beraktifitasbelajar.
7-9 : Terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke pinggang,paha,
atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual, badan lemas, tidak kuat beraktifitas,
tidak dapat berkonsentrasibelajar.
10 : Terasa kram yang berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, kaki, dan punggung, tidak mau makan, mual, muntah, sakit kepala,
badan tidak ada tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak
dapat beraktivitas, terkadang sampaipingsan. (Potter & Perry, 2016)
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja
dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien.

2.3. Penanganan Nyeri Persalinan


Pada kala I persalinan, rasa nyeri akan muncul disebabkan karena adanya kontraksi otot-otot
uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregang serviks, iskemia korpus uteri
dan peregangan segmen bawah Rahim. Lewat segmen saraf spinalis dan saraf-saraf asesori
torokal bawah serta saraf simpatik lumbal atas reseptor nyeri akan di transmisikan. Rangsangan
nyeri ini berjalan mulai dari perifer melalui medula dan korteks serebri. Ketika persalinan
mengalami kemajuan, intensitas setiap kontraksi meningkat, menghasilkan intensitas nyeri yang
lebih besar (Herna Rina, 2015).
Pemberi asuhan pelayanan harus memperhatikan kenyamanan ibu yang akan melahirkan,
salah satunya adalah penanganan nyeri persalinan. Penolong persalinan sering kali melupakan
untuk menerapkan teknik pengontrolan nyeri, hal ini akan menyebabkan ibu bersalin memiliki
pengalaman persalinan yang buruk, mengalami trauma persalinan yang dapat menyebabkan
postpartum bluesmaka sangat penting untuk penolong persalinan memenuhi kebutuhan ibu akan
rasa aman dan nyaman (Setyowati, 2018).
Sebagian besar wanita mengalami nyeri yang hebat selama proses persalinan. Banyak
metode yang dapat dipilih untuk mengurangi rasa nyeri pada saat persalinan sesuai dengan
keinginan ibu. Metode tersebut dapat berupa intervensi farmakologi dan Intervensi non-
farmakologi (Setyowati, 2018).
2.3.1. Intervensi Farmakologi
Manajemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Agen farmakologis yang digunakan
dalam penatalaksanaan nyeri selama persalinan (Sunarsih Rahayu, 2016).
1) Morfin
Merupakan salah satu penghilang rasa nyeri, namun karena sering menimbulkan depresi
pernpasan pada neonates agent ini sekarang sudah jarang digunakan.
2) Meperidine
Obat ini paling sering digunakan karena onsetnya cepat.Obat ini dapat diberikan secara
intravena dengan dosis 25-50 mg (efektif dalam 5-10 menit) maupun intramuscular dengan dosis
50-100 mg (efek puncak dalam 40-50 menit).
3) Alphaprodine
Alphaprodine mempunyai onset kerja yang paling cepat dan durasi kerja yang pendek
sehingga dulu banyak digunakan untuk persalinan.Tetapi sekarang tidak tersedia lagi karena
dapat menyebabkan pola denyut jantung fetus sinusoid.

4) Fentanyl
Fentanyl adalah opioid sintetik yang kerja cepat dan durasi kerjanya pendek. Fentanyl
100 ug ekuipotensi dengan 10 mg morfin dan 100 mg meperidine. Dosis fentanyl 50-100 ug IM
dan efek puncak 7-8 menit setelah pemberian atau 25-50 ug IV dn mencapai efek puncak 3-5
menit setelah pemberian.
5) Remifentanil
Merupakan obat analgetik yang bekerja secara agonis pada reseptor opioid.Obat ini
bekerja ultra cepat.Remifentanil dapat menembus plasenta tetapi secara cepat dimetabolisme
oleh neonates. Dosis 0,1-0,2 mcg/kg/min berhasil untuk mengurangi nyeri persalinan.
2.3.2. Intervensi Non-Farmakologi
Intervensi non-farmakologi banyak digunakan sebelum ditemukannya obat anastesi dan
analgesia untuk mengurangi nyeri saat persalinan. Intervensi non-farmakologi ini hingga
sekarang masih digunakan karena efek samping yang timbul pada fetus atau neonatus sedikit,
selain itu ibu juga dapat berpartisipasi dalam proses persalinan.
Oleh karena itu teknik ini lebih dipilih oleh ibu hamil yang ingin mempunyai pengalaman
melahirkan secara normal. Terapi ini merupakan alternative yang dapat dipilih pada pasien yang
tidak ingin menggunakan obat-obatan atau dapat juga digunakan bersama-sama sebagai
tambahan dari terapi obat-obatan (Rahayu Prasetyo, 2016).
Intervensi non-farmakologi di bawah ini dapat digunakan dalam mengelola nyeri
persalinan :
A. Hidroterapi
Hidroterapi dapat mengurangi nyeri, ketegangan otot dan kecemasan secara dramatis
pada banyak wanita. Terdapat 2 macam teknik yang digunakan pada hidroterapi ini yaitu dengan
berendam dalam bak mandi dan menggunakan shower. Suhu air yang digunakan hendaknya di
pertahankan dan tidak melebihi 37◦ -37,5◦ C. Air yang lebih hangat dapat meningkatkan suhu
tubuh wanita dan mengakibatkan takikardi janin.
Selain merangsang pengeluaran endorphin akibat efek rileks yang diciptakan, air hangat juga
mampu menghambat impuls saraf yang menghantarkan rasa sakit sehingga membuat persalinan
tidak begitu terasa berat (Istiqomah, 2017).
B. Injeksi Air Intradermal
Injeksi air intradermal dapat mengurangi rasa nyeri pada punggung selama
persalinan.Insiden nyeri punggung bawah pada wanita selama bersalin berkisar antara 15%-74%
dari seluruh persalinan.Hal ini disebabkan akibat posisi janin oksiput posterior, persisten
ansynclitsime, karakteristik pelvis ibu serta perjalanan nyeri akibat kontraksi uterus. Injeksi ini
dilakukan dengan menyuntikkan 0,05-0,1 Ml air steril ke intradermal diempat lokasi dengan
menggunakan 1 ml spuit injeksi dengan jarum 25G.
Dua injeksi di lakukan atas masing-masing spina iliaca posterior, sisanya dilakukan di 3
cm ke bawah dan 1 cm kearah medial dari lokasi injeksi pertama. Injeksi yang di lakukan
menimbulkan rasa nyeri seperti tersengat selama 20-3- detik. Namun setelah nyeri akut akibat
injeksi ini hilang, biasanya nyeri punggung yang dirasakan pasien juga menghilang dan bertahan
hingga 2 jam tanpa pengulangan (Rahayu Prasetyo, 2016).
C. Pemijatan/Masase
Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon
atau ligament, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi dan memperbaiki sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar pada masase meliputi
gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan
dan kebelakang menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, memotong-motong dan meremas-remas.
Masase membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah
penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahap persalinan akan lebih
bebas dari rasa nyeri . hal ini akibat pelepasan senyawa endorphin oleh tubuh yang merupakan
pereda nyeri alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman pada pasien.Masase
dapat dilakukan di kepala, leher, bahu, punggung dan tungkai (Hariyanti dan Intan, 2015).
D. Teknik Relaksai Dan Pernapasan
Teknik relaksasi pernapasan merupakan tindakan pengendalian nyeri non farmakologis
yang dapat membantu ibu mengundurkan seluruh tubuhnya ketika Rahim berkontraksi. Beberapa
jenis pernapasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan tahap 1 (sebelum
diperbolehkan mengedan):
1. Menarik napas dalam (untuk membantu ibu relaks) dilakukan pada awal akhir kontraksi.
2. Menarik napas dangkal dan cepat di dada bagian atas dilakukan pada saat kontraksi
mencapai puncaknya.
3. Menarik napas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan napas melalui mulut
dan dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan
lengkap).
Pada tahap ini, teknik pernapasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan
dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaan ini mengurangi gesekan dan
rasa tidak nyaman antara rahim dan dinding abdomen karena otot-otot di daerah genitalia juga
menjadi lebih rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin (Asmah Sukarta,
2016).
E. Tehnik Rebozzo
Tehnik rebozzo adalah tehnik yang tidak invasive dan praktis yang dilakukan saat wanita
berdiri, berbaring atau tangan berada di lututnya. Ini melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrol
secara lembut dari pinggul wanita yang bekerja dari sisi ke sisi dengan menggunakan selubung
tenun khusus dan dilakukan baik oleh bidan atau orang lain yang sudah terampil.
Rebozzo digunakan pertamakali di Maksiko yang bertujuan untuk mengurangi nyeri
persalinan.Teknik rebozzo ini membuat relaks ligament uterus yang ketat dan otot perut.
Sehingga dapat membuat janin dengan mudah turun ke panggul. Selain itu rebozzo juga dapat
membantu bayi merotasi posisi yang abnormal/oblig sehingga persalinan dapat dilakukan dengan
nyaman dan lebih rileks (Sexual & Kespro, 2017).
2.4. Tehnik Rebozzo
2.4.1. Pengertian Rebozzo
Rebozzo berarti selendang dalam bahasa Spanyol. Ini adalah selendang tradisional meksiko
yang panjangnya sekitar 4-5 kaki. Ini adalah alat multi fungsi yang digunakan sebelum
persalinan, digunakan untuk membantu melahirkan wanita dan digunakan untuk
membawa/menggendong bayi (Gena Kirby, 2017).
2.4.2. Pengertian Teknik Rebozzo
Tehnik rebozzo adalah salah satu tehnik tradisional dari Maksiko yang di kembangkan
untuk membantu meringankan beban ibu hamil pada saat persalinan.
Relaksasi otot dan narkotika adalah obat-obatan umum yang ditawarkan di rumah sakit ketika
orang bersalin tegang atau kesakitan atau dalam persalinan lama. Obat-obatan semacam itu
mungkin memiliki efek samping yang tidak diinginkan pada bayi dan ibu, sedangkan teknik
rebozzo membantu menenangkan ibu tanpa obat sama sekali (Pitrou dkk, 2017).
Tehnik yang tidak invasive dan praktis yang dilakukan saat wanita berdiri, berbaring atau
berada di tangan atau lututnya. Teknik ini melibatkan gerakan-gerakan yang dikontrol secara
lembut dari pinggul wanita yang bekerja dari sisi ke sisi dengan menggunakan selubung tenun
khusus dan dilakukan baik oleh bidan atau orang lain yang sudah terampil (Pitrou dkk, 2017).
2.4.3. Sejarah Perkembangan Teknik Rebozzo
Rebozzo adalah selendang atau syal tradisional Meksiko. Selama berabad-abad rebozzo
telah membantu wanita dalam persalinan. Rebozzo tidak terbatas dan dapat melakukan banyak
hal berbeda dalam kehidupan wanita di Meksiko dan Amerika Selatan. Rebozzo dapat digunakan
dalam persalinan, gendongan bayi, syal dan selendang elegan pada cuaca dingin. Meskipun
asalnya adalah orang Moor, Rebozo diperkenalkan ke Meksiko oleh Spanyol agar perempuan
pribumi menutupi kepala di gereja. Kata rebozzo berasal dari Spanyol yaitu rebozar yg artinya
peredam atau menutupi. Pada tahun 1794 raja muda Rivillagigedo menggambarkan rebozzo
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari lemari pakaian wanita (Gena Kirby, 2017).
2.4.4. Penggunaan Tehnik Rebozzo
Tehnik rebozzo dapat digunakan pada saat kehamilan atau setelah persalinan dan memiliki
fungsi yang berbeda (Naoli Vinaver, 2017).
a) Pada Saat Kehamilan
1. Membantu ibu rileks di sela-sela kontraksi (bagi sebagian wanita rasanya seperti
mereka sedang terbungkus dan dipeluk dengan lembut).
2. Mengendurkan ligament ketat selama kehamilan dan saat melahirkan.
3. Membantu mengoptimalkan posisi janin dan memudahkan janin turun ke panggul.
4. Mengurangi nyeri pada punggung saat persalinan.
b) Setelah Persalinan
Pada saat persalinan selesai tehnik rebozzo dapat melindungi otot perut ibu.Bagi beberapa
orang yang berakhir dengan operasi caesar, teknik rebozzo mampu membuat ibu mengurangi
konsumsi obat-obatan dan mengurangi nyeri bekas operasi sehingga membuat ibu lebih cepat
bergerak setelah operasi selesai, sedangkan pada wanita dengan riwayat persalinan normal teknik
rebozzo membantu otot perut untuk menormalkan kontraksi uterus ke bentuk semula sebelum
hamil.
Adapun indikasi dan kontra indikasi pada pelaksanaan Tehnik Rebozzo adalah :
a)Indikasi
1. Ibu yang ingin bersalin normal dengan nyeri yang minim
2. Ibu dengan malposisi janin
3. Ibu yang keadaan kandungannya baik-baik saja
4. Ibu yang partus lama/macet
5. Ibu yang belum pernah abortus
6. Ibu yang sudah memasuki TM III
b)Kontraindikasi
1. Ibu dengan plasenta previa
2. Ibu yang hamil muda atau hamil di bawah usia 30 minggu
3. Ibu yang memiliki riwayat perdarahan
4. Ibu dengan riwayat abortus
2.4.5. Tujuan Teknik Rebozzo
Adapun beberapa tujuan dari teknik rebozzo adalah (Sexual & Kespro, 2017) :
1) Untuk membantu ibu dalam mepersiapkan atau kesiapan dalam menghadapi
persalinan fisiologis
2) Untuk membantu ibu dalam meperdayakan dirinya dalam hal fisiologis
3) Untuk membantu ibu dalam mengoptimalkan posisi janin
4) Membantu ibu dalam mengatur napas yang baik saat menghadapi persalinan
5) Membantu ibu agar proses persalinan lebih rileks dan nyaman

2.4.6. Keuntungan dan Kerugian Tehnik Rebozzo


Adapun keuntungan dan kerugian pada tehnik rebozzo adalah (Langeland, 2017) :
A. Keuntungan :
1) Membantu mengurangi nyeri persalinan
2) Membantu proses persalinan agar lebih cepat
3) Membantu janin agar lebih leluasa turun ke panggul
4) Membantu memperbaiki posisi janin yang sungsang
5) Membantu ibu lebih nyaman dalam persalinan
B. Kerugian :
1) Dapat menyebabkan cedera pada ibu maupun janin
2) Dapat membuat lecet pada bagian perut ibu
3) Dapat menyebabkan perdarahan pada ibu
4) Dapat menyebabkan abortus
2.4.7. Metode Tehnik Rebozzo
Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada tehnik rebozzo adalah (General Guidelines,
2015).
A. Gerakan ritmis ( sifting )
Minta ibu bersandar di dinding dengan hanya bagian punggung bagian atas yang
menyentuhnya.Kaki di lebarkan selebar pinggul, tubuhnya di posisikan lurus dan bagian
bawahnya tidak menyentuh dinding.Bagian tengah rebozzo di tempatkan di belakangnya,
menutupi area dari garis bra sampai tepat di bawah bokong.Pasangan berdiri menghadap ibu
sambil memegang Rebozzo di dekat bagian perutnya.
Menghabiskan waktu untuk memastikan bahwa ada ketegangan yang baik pada kain
membuat semua perbedaan pada tehnik karena jika kain kendor maka akan tidak nyaman dan
tidak efektif. Ketegangan kemudian diangkat ke kain lebih jauh oleh pasangan sebelum gerakan
dimulai. Gerakan ini disebut pengayakan dan kain dipindahkan dari satu sisi ke sisi lain untuk
memberikan gerakan ritmis panggul yang akan membuat ibu senang dan dapat mendorong
relaksasi dan juga memudahkan gerakan bayi pada proses memasuki PAP.
Gambar 2.2. gerakan ritmis sifting rebozzo (stikes telogorejo semarang, 2020).
B. Santai ligament yang luas
Bidan homebirth AS Gail Tully menunjukkan bahwa ketegangan di dalam ligament pelvis
dapat berdampak pada ruang yang harus di tempuh bayi di dalam rahim dan tehnik ini bertujuan
mengurangi ketegangan pada pelvis. Dengan ibu dalam posisi merangkak dengan menggunakan
pegangan seperti kursi dan bola jimball. Kemudian pasangan meletakkan Rebozzo di perut ibu
tanpa ada bagian perut yang keluar dari kain.
Informasikan kepada ibu bahwa bidan/pasangan akan menggunakan gerakan yang sama
seperti di atas, tapi kali ini bertujuan untuk mengendurkan ligamentum besar yang terletak di
bagian depan rahimnya. Bantu dan ajari ibu untuk membiarkan perutnya menggantung dan
memikirkan relaksasi. Pastikan tidak ada bagian yang longgar pada saat melakukan gerakan pada
perut ibu agar pengayakan berjalan dengan baik.

Gambar 2.3. tehnik rebozzo (Prasetyawati,2016)

C. Gemetar apel (kocok apel)


Wanita itu berlutut dan meletakkan kepalanya di lantai, kain itu diletakkan di atas
pantatnya dan ujung-ujung kain itu dipegang dekat dengannya.Dalam posisi ini bentuk kain di
bawahnya menyerupai toffee goyang. Semua teknik lain yang dijelaskan menggunakan gerakan
menyaring yang cukup lambat dan lembut. Namun gerakan satu ini adalah gerakan goyang yang
lebih cepat.Pastikan kain memiliki ketegangan yang bagus untuk membuat goyangan yang baik.
Gerakan ini digunakan untuk mendapatkan daya tarik pada area yang luas dan gerakan yang
menyebabkan bokong goyah .

Gambar 2.4 tehnik rebozzo (pregnancy,2017).


2.4.8. Standar Oprasional Prosedur (SOP) Rebozzo Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan
Adapun. Standar Oprasional Prosedur (SOP) Rebozzo Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan
adalah sebagai berikut(Ringga Herlambang,2018)
1. Pengertian
Rebozzo untuk mengurangi rasa nyeri persalinan adalah latihan dengan bantuan kain
untuk memberikan rasa relaksasi pada ibu.
2. Tujuan
Menjelaskan maksud dan tujuan tehnik rebozzo.Tehnik rebozzo ini dapat membantu ibu
untuk menjadi lebih rileks tanpa bantuan obat apapun.Selain itu,tehnik ini juga dapat
digunakan untuk memberikan ruang ke bayi sehingga bayi dapat berada di posisi yang
seoptimal mungkin untuk persalinan.
3. Indikasi
Ibu hamil atau bersalin dengan keluhan nyeri punggung.
4. Kontraindikasi
Luka pada daerah punggung atau fraktur ibu hamil atau bersalin dengan resiko tinggi.
5. Persiapan alat
Kain rebozzo,gym ball,matras,bantal
6. Persiapan pasian
Menyiapkan pasien (duduk dengan nyaman) diatas gym ball.
7. Persiapan tindakan
Menyiapka matras dan gym ball
8. Prosedur pelaksanaan
-Rebozzo sifting
 Memepersiapkan rebozzo di sekitar perut klien seakan membentuk
hammock(tempat tidur gantung)atau kantong
 Berdiri dibelakang klien dan memegang ujung rebozzo keatas seperti memegang
kendali kuda,lalu angkat berat perut klien dari punggung klien senyaman
mungkin.
 Mulai goyangkan rebozzo seperti gerakan mengayuh sepeda.

-Shake The Apples


 Memposisikan rebozzo disekitar pinggul klien hingga melingkupi bokong klien
 Goyangkan rebozzo kekanan dan kekiri dengan gerakan shaking.memposisikan
rebozzo di sekitar panggung klien seakan mebentuk hammock(tempat tidur
gantung atau kantong.

-Santai ligament yang luas


 Minta klien berbaring dan rileks
 Tarik rebozzo kearah atas sehingga panggul klien sedikit terangkat,mulailah
goyangkan rebozzo ke kanan dan kekiri serta berikan hal positif pada klien
senyaman mungkin.

2.5.Kerangka Teori

Faktor Presdisposisi
(Presdisposing)
1. Pekerjaan
2. Pengetahuan
3. Sikap
4. Dukungan Suami

Faktor Pemungkin (pendukung)


Kegagalan Tehnik Rebozzo
1. Ketersediaan fasilitas
Terhadap Penurunan Nyeri
pelayanan kesehatan
Persalinan
2. Keterjangkauan
terhadap pelayanan
kesehatan

Faktor Pendorong (Reinforcing)


1. Pengaruh orang terdekat
2.Gambar
Pengaruh petugas
2.5. Kerangka T Gambar 2.5.Kerangka Teori
kesehatan
2.6. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan fokus penelitian yang akan di teliti. Kerangka konsep ini
terdiri dari variable bebas (independent) dan variable terkait (dependent). Kerangka konsep
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Teknik Rebozzo dengan Pengurangan Nyeri
Persalinan, maka di tetapkan kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik Rebozzo Nyeri Persalinan

Gambar 2.6. Kerangka Konsep

2.7. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan
sementara karena jawaban yang diberikan baru di dasarkan teori (Donsu, 2016).
Hipotesa pada umumnya dinyatakan dalam bentuk hipotesa alternatif (Ha) dan (H0). diartikan
sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan antara teknik rebozzo terhadap pengurangan nyeri persalinan.
H0 : Tidak ada hubungan antara teknik rebozzo terhadap pengurangan nyeri persalinan
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperiment (eksperiment semu). Penelitian
quasy eksperiment merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada tidaknya akibat
dari suatu yang dikenakan pada subjek yang diteliti. Dengan menggunakan design pendekatan
Pretest Posstest Control Group Design yang menggunakan populasi perlakuan dan populasi
kontrol dimana peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan tehnik rebozzo
terhadap pengurangan rasa nyeri perslinan.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab
Langkat
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan direncanakan pada bulan April-Mei 2022.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan yang ingin diketahui
karakteristiknya berdasarkan inferensi atau generilisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu inpartu yang merasakan nyeri fisiologis persalinan di klinik sri nilam lingkungan 1
sukatani kec kuala kab langkat Tahun 2022, dengan jumlah populasi sebanyak 20 orang.

3.3.2. Sampel
Adapun jumlah besar sampel untuk kelompok perlakuan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rumus frederer :
(t-1) (n-1) ≥ 15
Dimana : n = Besar sampel tiap kelompok
t = Banyaknya kelompok
(n – 1) x (t – 1) ≥ 15
(n – 1) x (2 – 1) ≥ 15
(n – 1) x (1) ≥ 15
N – 1 ≥ 15 n ≥ 15 + 1
n ≥ 16
Dengan demikian sampel berjumlah 16 yang bertugas sebagai kelompok control
sekaligus. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
purposive sampling dengan menggunakan kriteria dengan jenis Non-Random (Non-Probability).

Adapun kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :


1. Ibu hamil dalam trimester ke-III
2. Ibu hamil yang bersedia mengikuti tehnik rebozzo
3. Ibu hamil yang tidak dalam keadaan plasenta previa
4. Ibu hamil yang tidak ada riwayat abortus atau perdarahan
5. Ibu yang bersedia menjadi responden
Adapun kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
2. Ihu hamil yang dalam keadaan plasenta previa
3. Ibu hamil yang memiliki riwayat abortus dan perdarahan
3.4. Variabel dan Defenisi Operasional
3.4.1. Identifikasi Variabel
Variable adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok yang
berbeda dengan yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut. Dalam penelitian ini
menggunakan 2 variabel yaitu penerapan pengguna tehnik rebozzo sebagai variabel independen
dan pengurangan nyeri persalinan sebagai variabel dependen.
3.4.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau phenomena.

Gambar 3.4.2. Definisi Operasional Pengaruh Teknik Rebozzo Terhadap Penurunan


Nyeri Persalinan.

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

Variabel Penerapan Lembar Pengamatan 1. Sebelum Nominal


Independent : Teknik Observasi langsung. intervensi
Teknik Rebozzo. Rebozzo yang : Tanpa
dilakukan Perlakuan
selama 10
menit setiap 2. Sesudah
2x seminggu intervensi
yang di : selama
lakukan 30 hari
selama 30 sebanyak
hari. 2x dalam
satu
minggu
dengan
frekuensi
10 menit.
Variabel Nyeri Skala Skala Nyeri 1-3 =
Dependen : persalinan Nyeri NRC nyeri Ordinal
Penurunan Nyeri merupakan NRC (Numeric ringan.
Persalinan. poses (Numeric Rating 4-6=nyeri
fisiologis Rating Scale) sedang
terjadinya Scale) 0,1,2,3,4,5,6 7-
nyeri yang di 0,1,2,3,4,5 ,7,8,9,10 10=nyeri
sebabkan ,6,7,8,9,10 berat.
oleh
kontraksi
uterus yang
bertambah
kuat dan
paling
dominan
pada kala I
fase aktif.

3.5.Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran dalam penelitian yang akan dilaksanakan dengan menggunakan
lembar observasi dengan melakukan observasi penurunan nyeri persalinan dan Tehnik Rebozzo
pada ibu post partum di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec Kuala Kab Langkat
selama bulan April-mei 2022.
3.5.1. Tehnik Rebozzo
Pengukuran variabel independen Tehnik Rebozzo didasarkan pada skala ordinal, dengan
kategori sebagai berikut :
1 = Sebelum intervensi : Tanpa Perlakuan
2 = Sesudah intervensi : selama 30 hari sebanyak 1 kali dalam satu minggu dengan frekuensi 10
menit.
-Tidak Dilakukan : Tanpa tehnik rebozzo
3.5.2. Penurunan Nyeri
Pengukuran variabel dependen Penurunan Nyeri didasarkan pada skala ordinal, dengan melihat
adakah Penurunan Nyeri sebelum dan sesudah pemberian Tehnik Rebozzo.Penurunan nyeri
sebelum tehnik rebozzo pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pada hari
pertama sebelum tehnik rebozzo dan Penurunan nyeri setelah di lakukan tehnik pada kelompok
intervensi pada minggu ketiga setelah proses tehnik rebozzo.

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,lengkap dan sistematis
sehingga mudah di olah.

Adapun instrumen/alat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah selendang/kain


panjang untuk tehnik rebozzo, gymball/kursi untuk pegangan ibu dan lembar observasi untuk
mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah penurunan nyeri dengan Tehnik Rebozzo dan yang
tidak melakukan Tehnik Rebozzo.

3.7. Uji Validitas dan Rehabilitas


Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat
menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan (Yusuf, 2016).
3.7.1. Uji Validitis
Validitas adalah sejauh mana kecermatan dan ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi alat ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi alat ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Uji kevalidan dipengaruhi oleh sikap, presepsi dan motivasi responden dalam
memberikan jawaban. Oleh karena itu, mutu jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia
dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawab dengan baik. Jadi
semakin tinggi validitas suatu alat ukur, makin mengena sasarannya dan makin menunjukkan apa
yang sebenarnya yang akan diukur.

3.7.2. Uji Rehabilitas


Reabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran
tertentu. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil relative sama selama aspek
yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah. Dalam hal ini, relative sama berarti tetap adanya toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan kecil antara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat
besar dari waktu ke waktu maka hasil pengukuran tidak dapat dilakukan sebagai reliable.
Reabilitas bisa disebut sebagai uji keajegan atau konsistensi alat ukur. Alat ukur yang
stabil yang selalu memberikan hasil yang relative konstan.Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur
dinyatakan dengan angka yang disebut koefisien reliabilitas. Besar koefisien reliabilitas berkisar
antara 0 sampai 1 dan tidak ada patokan yang pasti. Besar koefisien reliabilitas yang baik adalah
sebesar mungkin, mendekati 1,00 yang disebut sempurna. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 brarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin
rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reabilitasnya.

3.8. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.
3.8.1. Data Primer
Sumber data yang langsung diperoleh dari responden melalui hasil lembar observasi yang
telah dilakukan kepada responden.
3.8.2. Data Sekunder
Sumber data yang tidak langsung didapatkan dari objek yang diteliti. Data sekunder pada
penelitian ini diperoleh dari buku register/catatan dengan melihat jumlah ibu post partum pada
buku register di klinik Sri Nilam.
3.9 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini meliputi tahapan sebagai berikut :
3.9.1 Tahap awal (Persiapan)
Penelitian akan dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Institut Kesehatan
Delihusada Delitua untuk melakukan penelitian di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec
Kuala Kab Langkat
3.9.2 Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti mengurus ijin pelaksanaan peneliti di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec
Kuala Kab Langkat
b. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur peneliti kepada calon responden. Setelah
itu responden diminta menandatangani syarat persetujuan menjadi responden setelah sudah
mengerti dan setuju terlibat dalam penelitian.
3.9.3 Tahap Akhir
Sebelum data terkumpul, peneliti memeriksa seluruh data penelitian. Untuk memastikan
kembali identitas ibu secara lengkap pada lembar observasi dan lembar observasi sudah terisi
secara menyeluruh oleh peneliti. Kemudian dikumpul oleh peneliti untuk dioalah dan dianalisa
hasil data dari responden dan hasil data dari peneliti.
3.10. Kode Etik Penelitian
Penelitian ini menggunakan pasien ibu hamil sebagai objek penelitian. Hakikatnya
sebagai manusia harus di lindungi dengan memperhatikan prinsip dan kode etik yaitu :
responden mempunyai hak untuk memutuskan bersedia atau tidaknya menjadi objek peneliti
tanpa ada sanksi apapun.
Dalam hal ini peneliti juga memberi informasi secara lengkap dan jelas serta bertanggung
jawab untuk menjaga kerahasiaan responden serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat
pribadi dengan responden.
Data-data yang diperoleh dari respondennya hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Responden harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, responden
tidak boleh di diskriminasi jika menolak menjadi responden. Selain itu ada prinsip-prinsip etik
yang meliputi :
3.10.1. Informed Consent
Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila responden menolak
maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
3.10.2. Anonymity
Lembar persetujuan maupun lembar observasi tidak akan menuliskan nama responden
tetapi hanya menuliskan inisialnya saja.
3.10.3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu yang dilaporkan sebagai
hasil peneliti.
3.11. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan salah satu perangkat computer untuk melihat
presentase data yang terkumpul serta disajikan dalam table distribusi frekuensi.Analisis data
dilanjutkan dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada diantaranya.
3.11.1. Analisis Univariat
Analisa Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya
dalam analisa hanya menghasilkan distribusi dari tiap variabel (Notoatmodjo,2010).
Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan data dan mendeskripsikan tentang
karakteristik responden (data umum) meliputi umur, pendidikan terakhir, status pekerjaan,
paritas, untuk memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti yaitu penurunan nyeri. Hasil
analisa disajikan dalam bentuk presentase.
3.11.2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Pairet Sample
t-test yang membandingkan antara sebelum diberikan intervensi dan sesudah diberikan intervensi
dengan melihat normalitasnya (Sugiyono, 2014). Analisis Bivariat bertujuan untuk menjelaskan
atau mengetahui apakah ada pengaruh atau perbedaan yang signifikan antara sebelum dan
sesudah dilakukan tehnik rebozzo teradap penurunan nyeri pada ibu bersalin.
LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH TEHNIK REBOZZO TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN DI


KLINIK SRI NILAM LINGKUNGAN 1 SUKATANI KEC KUALA
KAB LANGKAT TAHUN 2022

No Register Responden :

Tanggal :

NamaIbu :

Pekerjaan :

Usia :

A. Tehnik Rebozzo

No Hari/Tanggal Rasa Sakit Sebelum di Rasa Sakit Sesudah di


Lakukan Tehnik Rebozzo Berikan Tehnik
Rebozzo

8
9

10

11

12

13

14

15

16
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Responden yang terhormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Rupana Br Purba

Nomor Induk Mahasiswa : 21.222.136

Fakultas : Kebidanan

Program Studi : Sarjanan Kebidanan

Alamat : Dusun VIII Pondok Batu Desa Parit Bindu Kec Kuala Kab
Langkat

Dalam kesempatan ini, saya memohon kepada Ibu untuk menjadi responden mengenai
Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan di Klinik Sri Nilam Lingkuan 1
Sukatani kec Kuala Kab Langkat.

Penelitian ini ditujukan untuk Skripsi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas
Kebidanan dan juga untuk memberikan masukan kepada ibu hamil tentang tehnik Rebozzo
terhadap penurunan Nyeri Persalinan .

Saya memohon kepada ibu selaku responden untuk bersedia dimintai keterangan
berdasarkan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti untuk mencapai keberhasilan dalam
penelitian ini, hasil observasi yang peneliti lakukan akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya
dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.

Atas perhatian dan kerjasamanya saya mengucapkan terima kasih.

Responden Langkat, 2020

Peneliti
(…………………………….) (Rupana Br Purba)

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) BERSEDIA BERPARTISIPASI


SEBAGAI RESPONDEN

Yang bertandatangan di bawah ini,

Saya :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Rupana Br Purba

NIM : 21.222.136

Pendidikan : Sarjana Kebidanan

Judul Proposal : Pengaruh Tehnik Rebozzo Terhadap Penurunan Nyeri


Persalinan di Klinik Sri Nilam Lingkungan 1 Sukatani Kec
Kuala Kab Langkat.

Saya akan memberikan jawaban dengan sukarela dan sejujurnya sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya demi kepentingan penelitian ini. Demikian surat ini saya tanda tangani atas
kesadaran dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Peneliti Langkat , 2020

Responden

(Rupana Br Purba ) (……………………………….)


DAFTAR PUSTAKA
Adam, J., & Umboh, J (2015). Hubungan Antara Umur, Paritas dan Agama dengan Intensitas
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Deselerasi di Ruang Bersalin RSUD Prof. Dr. H. Aloe
Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsrat,5, 406-413.

Andriana, E. 2017. Melahirkan Tanpa Rasa Sakit Dengan Metode Relaksasi Hypnobirthing.
Jakarta : Bhuana Ilmu Popular .
Andriyani. 2016. Gambaran Pengetahuan Remaja Madya Tentang Dysmenorrhea di SMPN 29
Kota Bandung.
Arismunandar, R. 2015 ‘The Relations Between Obesity and Osteoarthritis Knee In Erderly
Patients’,J Majority, 4(5), Pp. 110-116.
Elisabeth, Siwi Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : PT. Pustaka
Baru.
Gena Kirby, Rebozzo In The Use Of Pregnancy, Birth And Postpartum ; 2017 .
Indrayani, Djami, M. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Iversen, M. L., Midtgaard, J., Ekelin, M., & Hegaard, H. K. (2017). Danish Women’s
Experiences oif the Rebozzo Technique during Labour: A Qualitative Explorative Study.
Sexual & Reproductive Healthcare: Official Journal of the Swedish Association of
midwives,2016
Jannah, N. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan & Kehamilan. Yogyakarta : ANDI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Maita, 2016. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Di BPM
Khairani Asnita. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.9,No. 2, Hal 186-190.

Manuaba, IBG, dkk. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan
bidan, Edisi 2. Jakarta. EGC
Mette Langeland, dkk, “Pengalaman Wanita Denmark Tentang Tehnik Rebozzo Selama
Persalinan : Sebuah Studi Eksploratif Kualitatif”. Kesehatan Sexual dan Reproduksi 11,
2017.

Notoatmodjo S. 2014. Metodologi 4Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Perry, A,G & Potter, P.A,2012 Fundamental Keperawatan, Klinis dan Praktik Jakarta Penerbit

Pitrou, Perig, Dkk. “ Hidup, Bangkit, dan Tidak Terurai : Ritual Kelahiran Di Antara Mixe Of
Oaxaca, Meksiko”. Antropologi Saat Ini 58.3 2017 .
Setyowati, H. 2018. Akupuntur Untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil Penelitian . Unimma
Press.
Sexual Reproductive Healthcare. Journal Sexual & Reproductive Healthcare, 2017 .

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet. CV.
Sukriana, Y, 2018. Efektivitas Pijat Woolwich Terhadap Produksi Asi Post Partum Di
Puskesmas Paying Sekaki Pecan Baru. Fakultas Keperawatan Universitas Riau. JOM FKp,
Volume 5 No. 2

Tando Marie, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : In Media .

Green(2005) dalam Notoatmodjo(2010)

Ringga Herlambang,2018

Tomas CR, Cohen SR, 2015, Rebozzo Technique For Fetal Malposition In Labor. Journal Of
Midwifery And Women’s Health. 60(4):445-51.
Wiboyo, N. Et Al., 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. Jakarta : Perkumpulan
Obstetric dan Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
Wulandari Priharyanti. (2015). Pengaruh effleurage massage Terhadap Pengurangan Tingkat
Nyeri Persalinan di Ruang Bougenville RSUD Tugurezi Semarang. Jurnal Keperawatan
Maternitas, 3,59-67.
Yusuf, A. M. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, Jakarta:
Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai