Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT

DISUSUN OLEH :
Fitriani Nur Aziza
PO7120321239

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PALU
PRODI D-IV KEPERAWATAN PALU
TAHUN 2020/2021
TUGAS I

Kasus : DBD

Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jombang, Jawa

Timur, tercatat sebanyak 61 kasus dengan 2 di antaranya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Subandriyah mengatakan, jumlah

tersebut merupakan catatan kasus DBD sejak Januari hingga pertengahan Maret

2020. "Sampai dengan saat ini jumlahnya 61 kasus, 2 meninggal dunia," ungkap

Subandriyah, usai mendampingi Bupati Jombang Mundjidah Wahab, di Pendopo

Kabupaten Jombang, Senin (16/3/2020). Artikel ini telah tayang di Kompas.com

dengan judul "DBD di Jombang 61 Kasus, 2 Anak Meninggal di Rumah Sakit

Kasus kematian akibat DBD dilaporkan terjadi pada awal Januari lalu.

Sedangkan kasus kematian kedua terjadi pada Februari 2020. Kedua korban

tersebut meninggal dunia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Jombang.

1. Pengertian

Indonesia adalah salah satu negara tropis yang paling besar di dunia.

Iklim tropis menyebabkan adanya berbagai penyakit tropis yang disebabkan

oleh nyamuk Aedes aegypti, salah satunya Demam Berdarah Dengue (DBD).

DBD menjadi penyebab utama banyaknya rawat inap di rumah sakit.

Penyebab utama munculnya epidemi penyakit tersebut adalah


perkembangbiakan dan penyebaran nyamuk sebagai vektor penyakit yang

tidak terkendali. (Nangi, 2019)

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang

sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dunia

dalam waktu yang sangat pendek (beberapa hari). Penyakit DBD

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia

karena jumlah penderitanya cenderung meningkat. Data dari seluruh

dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah

penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968

hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara

Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

(Dinata, 2018)

2. Cara Penularan Infeksi Dengue:

a) Nyamuk betina terinfeksi virus dengue setelah menghisap darah dari pasien

DBD yang sedang pada fase demam

b) Nyamuk sedang dalam sifat infektif selama 8-12 hari. Setelah masa

inkubasi ekstrinsik tersebut, nyamuk tetap bisa infektif selama hidupnya

c) Selama masa tersebut, virus bisa berkembang biak pada saluran pencernaan

nyamuk. Hingga akhirnya sampai pada kelenjar ludah nyamuk


d) Ketika nyamuk tersebut menggigit manusia, ia akan menularkan virus

dengue melalui cairan ludah ke dalam luka gigitannya.

3. Gejala dan Tanda Bahaya Infeksi Dengue

Gejala dengue:

a) Demam mencapai 40 derajat Celcius

b) Nyeri kepala berat

c) Nyeri otot dan sendi

d) Mual

e) Muntah

f) Bengkak kelenjar getah bening

g) Muncul ruam seluruh tubuh

Ada tanda-tanda bahaya dari infeksi dengue yang harus diperhatikan. Di

antaranya:

1. Nyeri perut berat

2. Muntah darah

3. Napas berat

4. Pendarahan gusi

5. Kelelahan dan gelisah


Fase kritis biasanya terjadi pada 3-7 hari setelah munculnya gejala. Pada saat

itu demam akan turun hingga di bawah 38 derajat celcius.

4. Pencegahan :

Pemerintah Indonesia terus berusaha memperbaiki program

pemberantasan DBD yang terdiri dari tiga hal yaitu peningkatan kegiatan

surveilens penyakit dan vektor, diagnosis dan pengobatan dini, serta

peningkatan upaya pemberantasan vektor. Pemberantasan vektor DBD dapat

dilakukan secara mekanik, kimiawi, dan biologis yang bertujuan untuk

mengurangi populasi vektor. Pengendalian vektor yang sering dilakukan pada

saat ini adalah dengan metode kimia (pengasapan dan larvasida), peningkatan

keterampilan petugas, dan penyuluhan. (Firdaus, 2012)

5. Pemberantasan :

a. Pembersian Jentik-jentik

 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

 Larvasidasi

 Menggunakan ikan (Ikan kepala timah, cupang, sepati)

b. Pencegahan gigitan nyamuk :

 Menggunakan kelambu
 Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

 Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang, menggunakan baju)

 penyemprotan
DAFTAR PUSTAKA

Dinata, A. (2018). Bersahabat dengan Nyamuk: Jurus Jitu Atasi Penyakit Bersumber

Nyamuk. Arda Publishing House

Nangi, M. G., Yanti, F., & Lestari, S. A. (2019). Dasar Epidemiologi. Deepublish.

Firdaus J. K. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Trans Info Media :

Jakarta Timur.
TUGAS 2

1. Faktor predisposisi merupakan yang mempermudah atau mempredisposisi


terjadinya perilaku seseorang antara lain pengetahuan sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai.
2. Faktor pemungkin (enabling faktor) merupakan faktor yang memungkinkan atau
memfalitasi perilaku atau tindakan, artinya bahwa faktor pemungkin adalah
sarana dan prasarana atau fasilitas terjadinya perilaku kesehatan.
3. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau
memperkuat terjadinya perilaku.
4. Faktor-faktor yang mendorong yaitu :
Dilingkungan petugas kesehatan, dimana semua petugas kesehatan baik dilihat
dari jenis dan tingkatnya pada penyuluhan kesehatan.

TUGAS 3

1. Melakukan (Input) dalam administrasi adalah segala sesuatu yang dibutuhkan


untuk dapat melaksanakan pekerjaan administrasinya.
2. Proses dalam administrasi adalah langkah-langkah yang harus mencapai tujuan
yang telah dicapai atau diterapkan pada umumnya proses dan fungsi administrasi
ini.
3. Keluaran (Output) dari status pekerjaan administrasi kesehatan keluaran tersebut
dilihat dengan nama pelayanan kesehatan.
4. Dampak yang dimaksud adalah dampak akibat yang ditimbulkan oleh ketularan,
untuk administrasi kesehatan dampak yang diharapkan adalah makin
meningkatnya derajat kesehatan pemakaian jasa pelayanan (health costumer).

Anda mungkin juga menyukai