Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

GANGLION

DISUSUN OLEH:
MIFTAHUL CHOIR
1102010165

PEMBIMBING:
Letkol dr. Wiganda, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RS TK.II MOH. RIDWAN MEURAKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
BAB I
STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : R.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 26 tahun
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : pekerja kantoran
Status Pernikahan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : chinese
Tanggal Masuk RS : 07 Agustus 2016
Tanggal Pemeriksaan : 07 Agustus 2016
Tanggal Pembedahan : 8 Agustus 2016

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjolan pergelangan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang : os.mengeluh terdapat benjolan pada pergelangan
tangan kirinya kurang lebih 3 minggu
smrs.benjolan terasa nyeri bila ditekan,terfiksir,
ukuran 2x3x3
Riwayat Penyakit Dahulu : Tifoid
Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi dan Diabetes Melitus
Alergi : Disangkal

1
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran Umum : Compos mentis
Pernafasan : Spontan, 20 x/menit
Tekanan Darah : 120/75 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,8oC
Kepala : Normocephal
Mata : CA -/-, SI -/- , RC +/+ , pupil isokor
Telinga : sekret -/-, darah -/-, nyeri tekan mastoid -/-
Hidung : bentuk simetris, sekret -/-, darah -/-
Mulut : gigi lengkap, hiperemis (-), lidah kotor (-)
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-)
Thoraks : bergerak simestris dalam keadaan statis dan dinamis
Paru : suara vesikuler +/+, suara tambahan -/-
Jantung : Bunyi jantung I II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, Nyeri tekan (-)
Genitourinaria : BAK normal
Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-)
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)
Status Lokalis : Regio Dorsum Pedis Sinistra
Look tampak massa ukuran 4x4x3 cm
Feel Nyeri tekan (+), permukaan halus,
konsistensi kenyal, terfiksir, kalor (-).
Movement tidak ada keterbatasan ROM

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium tanggal 31 Mei 2016
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Referensi Satuan
Hematologi
Hemoglobin 14.8 13.2 – 17.3 g/dl
Jumlah Leukosit 7.5 3.8 – 10.6 ribu/l

2
Jumlah Hematokrit 45 40 - 52 %
Jumlah Trombosit 355 150 - 440 ribu/l
Laju Endap Darah 9 < 10 mm/jam
Hitung Jenis
Basofil 0 <1 %
Eosinofil 2 <3 %
Batang 0 <6 %
Segmen 65 50 - 70 %
Limfosit 27 20 - 40 %
Monosit 7 <8 %
Hemostasis
Waktu Pendarahan 2’00” 1’00” – 3’00” menit
Waktu Pembekuan 6’00” 2’00” – 6’00” menit
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 99 < 140 mg/dl

E. DIAGNOSIS
Ganglion manus sinsitra

F. PENATALAKSANAAN
Eksisi Ekstirpasi

G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Qua ad sanam : ad bonam

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Kista Ganglion atau biasa disebut Ganglion merupakan kista yang

terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi

cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista

merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan.

Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan

tangan atau melekat pada suatu sendi.

Ganglion adalah salah satu tumor jaringan lunak yang paling sering

pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion jarang terjadi di kaki. Ukuran

kista bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil seiring berjalannya

waktu dan bahkan menghilang. Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi

jika teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat

tekanan tinggi cairan yang mengisi kista sehingga kadang didiagnosis sebagai

tonjolan tulang. Ganglion sering timbul pada tempat-tempat berikut ini:

1. Pergelangan tangan – punggung tangan (dorsal wrist ganglion), telapak

tangan (volar wrist ganglion), atau kadang pada daerah ibu jari. Kista ini

berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang diperberat

oleh cedera pada pergelangan tangan

2. Telapak tangan pada dasar jari-jari (flexor tendon sheath cyst). Kista ini

berasal dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan kadang

terjadi akibat iritasi pada tendon - tendinitis.

4
3. Bagian belakang tepi sendi jari (mucous cyst), terletak di sebelah dasar

kuku. Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi

terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini

biasanya disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.

B. EPIDEMIOLOGI

Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering

ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Kista ini dapat terjadi pada

berbagai usia termasuk anak-anak. Kurang lebih 15% terjadi pada usia di

bawah 21 tahun. Tujuh puluh persen terjadi pada dekade kedua dan keempat

kehidupan. Perempuan tiga kali lebih banyak menderita dibandingkan laki-

laki. Tidak ditemukan predileksi antara tangan kanan dan kiri, dan tampaknya

pekerjaan tidak meningkatkan resiko timbulnya ganglion, namun referensi

lain menyebutkan bahwa ganglion banyak ditemukan pada pesenam dimana

terjadi tekanan yang besar pada pergelangan tangan.

C. ETIOLOGI

Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan

pembentukan kista hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat.

Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif

yang melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Teori yang lebih baru,

yang dipostulasikan oleh Angelides pada 1999, menjelaskan bahwa kista

terbentuk akibat trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi

produksi asam hialuronik.

5
Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang

terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang melekat

untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus pada

akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar.

Penyebab ganglion tidak sepenuhnya diketahui, namun ganglion dapat

terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum yang melewati selubung tendon

atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas

kecil yang tidak diketahui sebelumnya.

D. PATOFISIOLOGI

Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya

memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan

musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin dan

glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak

lobus dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat

nekrosis dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi.

Normalnya, sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang

terkunci di dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang, akibat arthritis, cedera

atau tanpa sebab yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut.

Cairan tersebut kental seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka

akan seperti lubang jarum pada pasta gigi. Jika pasta gigi ditekan, walaupun

lubangnya kecil dan pasta di dalamnya kental, maka akan mengalir keluar-

dan begitu keluar, tidak dapat masuk kembali. Hal ini bekerja hampir seperti

katup satu arah, dan akan mengisi ruang di luar area lubang.

6
Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan

meremas dan menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang

berisi cairan tersebut, ini dapat menyebabkan benjolan dengan tekanan yang

besar sehingga sekeras tulang.

Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya

kental dan pekat dan menyulitkan tubuh untuk me-reabsorbsi jika terjadi

kebocoran. Tubuh akan mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut,

tapi hanya sanggup menyerap air yang terkandung di dalamnya sehingga

membuatnya lebih kental lagi. Biasanya, pada saat benjolan cukup besar

untuk dilihat, cairan tersebut telah menjadi sekental jelly.

Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari

membran sinovial sendi atau dari selubung suatu tendo. Namun, kami tidak

dapat memperlihatkan adanya hubungan antara rongga kista dengan selubung

tendon atau sendi yang berhubungan. Namun, terdapat kemungkinan bahwa

kista berasal dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan

kemudian terjadi strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya; bagian ini

kemudian berdegenerasi dan terisi oleh materi koloid yang berakumulasi dan

membentuk kista.

7
E. MANIFESTASI KLINIS

Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul

dapat berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion

umumnya soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan

hampir semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar

wrist, volar retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion

yang paling sering ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion

terbesar terletak di belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.

Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali

ganglion dorsal okulta (tersembunyi), yang dapat timbul dengan tekanan

lembut pada regio fossa scapholunate. Nyeri terjadi dengan gerakan

pergelangan tangan yang ekstrim. Temuan radiografik biasanya normal, dan

MRI berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis. Eksisi bedah pada ganglion

okulta dapat menghilangkan nyeri dan gejala pada sebagian besar kasus.

Sebagian pasien mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian

besar terletak pada bagian belakang pergelangan tangan, sisi telapak pada

pergelangan tangan, di atas tendon pada dasar jari pada sisi telapak tangan,

atau pada sendi jari terdekat ke ujung jari. Ganglion umumnya tidak nyeri,

namun dapat menyebabkan nyeri ketika digerakkan atau menyebabkan

masalah mekanis (terbatasnya ruang gerak) tergantung dari lokasi ganglion

tersebut.

8
Kista ganglion memiliki kecenderungan untuk membesar dan

mengecil, kemungkinan karena cairan yang terdapat dalam kista terserap

kembali ke dalam sendi atau tendon untuk kemudian diproduksi kembali.

Masalah terbesar dengan ganglion adalah ketakutan pasien bahwa benjolan

tersebut merupakan sesuatu yang gawat.

Gambar 1. Kista ganglion pada bagian dorsal pergelangan tangan.

(http://emedicine.medscape.com/article/1243454-clinical)

9
Gambar 2. Kista Ganglion pada bagian volar pergelangan tangan

(http://emedicine.medscape.com/article/1243454-clinical)

Gambar 3. Kista Ganglion pada bagian dorsum kaki

(http://www.nashvillepodiatry.com)

10
F. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisik dan kadang melalui pemeriksaan radiologik. Dari anamesis bisa

didapatkan benjolan yang tidak bergejala namun kadang ditemukan nyeri

serta riwayat penggunaan ekstremitas yang berlebihan. Pada pemeriksaan

fisik ditemukan benjolan lunak yang tidak nyeri tekan. Melalui transiluminasi

diketahui bahwa isi benjolan bukan merupakan massa padat tapi merupakan

cairan. Pada aspirasi diperoleh cairan dengan viskositas yang tinggi dan

jernih. Sering juga ditemukan adanya gangguan pergerakan dan parestesia

serta kelemahan pada kaki dan tangan.

Gambar 4a. Gambaran Ganglion pada kalkaneus dilihat dari sumbu sagital.

Gambar 4b. Gambaran Ganglion pada kalkaneus dilihat dari sumbu coronal.

(Sayit et al, 2015).

11
Gambar 5. Pemeriksaan Trasluminasi.

G. DIAGNOSIS BANDING

Ganglion dapat didiagnosis banding dengan benjolan lain yang mungkin

didapatkan di tangan seperti lipoma, kista, dermatofibroma, dan nevus

pigmentosus.

1. Lipoma

Suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri dari

lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun

juga dapat dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak,

maka dapat muncul dimanapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering

adalah yang berada lebih ke permukaan kulit (superficial).

12
Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau

lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti

dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.

Gambar 4. Lipoma pada bahu. (http://www.healthdirect.gov.au/lipoma)

2. Dermatofibroma

Dermatofibroma adalah tumor kulit jinak yang teridiri dari sel

sel fibroblas (sel-sel yang membentuk jaringan lunak di bawah

kulit). Dermatofibroma tampak sebagi benjolan kecil berwarna merah

sampai coklat. Paling sering ditemukan di tungkai atau lengan. Kadang

menimbulkan gatal-gatal.

13
Gmabar 5. Dermatofibroma. (http://mddk.com/dermatofibroma.html)

3. Nevus Pigmentosus

Nevus adalah tumor yang paling sering dijumpai pada manusia,

merupakan tumor yang berasal dari sel-sel melanosit. Nevus umumnya

muncul saat lahir atau segera setelah lahir, terbanyak pada dewasa muda,

dan menurun pada orang tua.

Gambar 6. Nevus Pigmentosus. (http://www.dermis.net/dermisroot/)

14
Pada dasarnya nevus tidak memberikan gejala apa-apa jika memang nevus

itu jinak. Namun kita perlu mengenal tanda-tandanya jika nevus itu ganas

antara lain :

• Ulserasi (luka) dan perdarahan spontan

• Membesar dan warna lebih gelap

• Pigmen menyebar dari ke kulit sekitarnya

• Disekitarnya ada lesi-lesi yang lebih kecil mengelilinginya

• Inflamasi tanpa didahului trauma

• Nyeri dan gatal

H. PENATALAKSANAAN

Terdapat tiga pilihan utama penatalaksanaan ganglion. Pertama,

membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan apapun.

Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa tersebut

bukanlah kanker atau hal lain yang memerlukan pengobatan segera, pasien

diminta untuk membiarkan dan menunggu saja. Jika ganglion menimbulkan

gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat dua pilihan

penatalaksanaan: aspirasi (mengeluarkan isi kista dengan menggunakan

jarum) dan pengangkatan kista secara bedah.

Aspirasi merupakan pemasukan jarum ke dalam kista dan

mengeluarkan isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan

anestesi lokal. Karena diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi

dan akumulasi cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang

diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi serta

15
mencegah kista tersebut terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian terbaru

menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain seperti hialuronidase

bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan angka kesembuhan

dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan substansi tambahan.

Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi

saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada

saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Hal

ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya

bersama dengan sebagian selubung tendo atau kapsul sendi dari mana kista

tersebut berasal. Lengan kemudian dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini

biasanya merupakan prosedur minor, tapi dapat menjadi rumit tergantung

pada lokasi kista dan apakah kista tersebut melekat pada struktur lain seperti

pembuluh darah, saraf atau tendon.

I. KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran

ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana

terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah

menjadi ganas. Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang

dilakukan berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu

juga terdapat resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau

pembuluh darah.

16
J. PROGNOSIS

Prognosis penyakit tergantung dari beberapa hal:

1. Kista yang berasal dari selaput tendon lebih mudah sembuh dengan

suntikan kortikosteroid dbandingkan dengan yang berasal dari sendi

2. Kista dari pergelangan tangan bagian depan (volar wrist ganglion) akan

lebih mudah kembali setelah pembedahan dibandingkan kista pada bagian

dorsal.

Tingkat rekurensi setelah penanganan nonoperatif mencapai 30-60%

dibandingkan dengan yang dioperasi (5-15%). Ganglionektomi

menghasilkan angka kesembuhan 85-95% jika kista dan akar diangkat

bersamaan dengan pemotongan sedikit dari kapsul tendo. Rekurensi setelah

operasi biasanya diakibatkan oleh pengangkatan kapsul atau membrane

sinovial yang tidak lengkap.

17
D A F TA R P U S TA K A

http://www.citydirectory.co.id/kesehatan/berita/Kista-Ganglion-Kista-pada-

Tendon-atau-Sendi

http://emedicine.medscape.com/article/1243454-overview

Huriawati Hartanto, et al. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran.

Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Sayit, et al. 2015. Ganglion of the Foot and Ankle: Imaging and Pathological

Findings, Differential Diagnosis, and Operative Management. J Orthop Res

Physiother 1: 005.

Schwartz. 2006. Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta: EGC

Sjamsuhidaja R, Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC

Staf pengajar FK UI. 2005. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Widodo, Djoko. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai