ULKUS DIABETIKUM
Pembimbing :
Disusun oleh :
Arie Suseno
1102010032
Periode 2016
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. Tasirah
No. RM : 355283
Tanggal lahir : 31/07/1958
Usia saat masuk : 58 Tahun
Alamat : Jln. Utan Panjang II, Kemayoran, Jakarta
Pusat
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk : 22/07/2016
Tanggal pemeriksaan : 27/07/2016
Ruang perawatan : R. Kencana
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : Nyeri pada kaki kanan
2
f. Penyakit hepar (-)
Riwayat kebiasaan :
Pasien memiliki kebiasaan makan yang menganduk lemak tinggi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan : 22 Juli 2016 (pukul 17.00 WIB)
Tanda-tanda vital
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 90/55
Nadi : 94 x/mnt
Laju pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,8oC
Pemeriksaan Generalisata
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/- ;
pupil isokor, Ø 3mm / 3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung +/+
Mulut : bibir tidak kering, bibir sianosis (-), lidah
kotor (-), faring hiperemis (-)
Leher : trakea di tengah, deviasi (-) pembesaran
kelenjar getah bening (-)
Thorax
Paru
(I) : pergerakan dada simetris dalam keadaan statis dan dinamis
(P) : fremitus taktil dan vokal, kiri dan kanan sama
(P) : sonor+/+ di seluruh lapang paru
(A) : bunyi nafas vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
3
Jantung
(I) : iktus kordis tidak terlihat
(P) : iktus kordis tidak teraba
(P) : batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
batas kiri : ICS V linea mid-klavikula sinistra
(A) : bunyi jantung S1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
(I) : tampak datar
(P) : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muskular (-), hepar
dan lien tidak teraba, massa (-)
(P) : timpani pada seluruh kuadran, shifting dullness (-)
(A) : bising usus (+) normal, metallic sound (-)
Ekstremitas
Akral hangat, CRT < 2 detik, pitting edema -/-
Status Lokalis :
At regio pedis dextra terdapat ulkus , pus (+), gangren (+), darah (+), refleks
sensorik (-) dan refleks motoric (-).
4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
5
26 Juli 2016
E. DIAGNOSIS
Ulkus diabetikum a/r pedis dextra dengan diabetes mellitus tipe 2
F. PROGNOSIS
G. TATALAKSANA
Farmakoterapi : Cefoperazone 3 x 1 inj, Flagyl supp 2 x 1 amp,
Ketorolac 3 x 30 mg inj, Gentamisin 3 x 1 inj dan Ranitidin 3 x 1
inj
Tindakan : Debridement
6
H. LAPORAN PEMBEDAHAN
FOLLOW-UP
7
Mata : Konjungtiva pucat -/- ; sklera - Gentamycin 2 x 1 amp
ikterik - GV 2 x 1
-/- ; pupil isokor, Ø 3mm / 3mm, - Ozon 1 x 1
refleks
cahaya langsung dan tidak langsung Tx Dr.eny Sp.PD
+/+ - Levemir 1 x 10 U
Mulut : bibir tidak kering, bibir >stop
sianosis (-) - Diamicron 1 x 1 pagi
lidah kotor (-), faring hiperemis (-) sebelum makan
Thorax :
o Pulmo : vesikuler +/+,
rhonki -/-, wheezing -/-
o Cor : Bunyi jantung I/II
reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
(I) : tampak datar
(P) : supel, nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba, massa (-)
(P) : timpani pada seluruh kuadran,
shifting dullness (-)
(A) : Bising usus (+) normal
Status lokalis : regio pedis sinistra
tampak luka post disarticulatio
dengan verban (+), rembesan (-)
GDS pukul: 17.00 : 121 mg/dl
A : Ulkus diabetikum a/r pedis
sinistra digiti V
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ULKUS DIABETIKUM
II.1 Definisi
Ulkus adalah rusaknya barier kulit sampai ke seluruh lapisan (full thickness)
dari dermis. Pengertian ulkus kaki diabetik termasuk nekrosis atau gangren.
akibat penyakit vaskular perifir oklusi yang menyertai penderita diabetes sebagai
komplikasi menahun dari diabetes itu sendiri. Ulkus kaki diabetik dapat diikuti oleh
invasi bakteri sehingga terjadi infeksi dan pembusukan, dapat terjadi di setiap
II.2 Epidemiologi
diabetik yang sulit sembuh dan risiko amputasi pada tungkai bawah, keadaan ini
memberi beban sosioekonomi baik bagi pasien dan masyarakat. Jumlah penderita
DM di Amerika Serikat akan meningkat 2 kali lipat dari 23,7 juta menjadi 44,1 juta
antara tahun 2009-2034 (Huang dkk., 2009), 15- 25% akan mengalami ulkus di kaki
didalam hidup mereka. Proporsi ulkus kaki diabetik derajat III-V mencapai 74,6 %
dibandingkan dengan derajat I-II yang hanya mencapai 25,4 % dari seluruh kasus
10
ulkus kaki diabetik yang 15 dirawat di RS Sanglah, semakin tinggi derajat ulkus
masyarakat yang besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan, dan adanya
klinik kaki diabetes yang aktif mengelola sejak pencegahan primer, nasib
penyandang kaki diabetes menjadi lebih cerah. Angka kematian dan angka
amputasi dapat ditekan samapai sangat rendah, menurun sebanyak 49-85% dari
menyangkut kaki diabetes. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi,
masing-masing sebesar 16% dan 25% (data RSUPNCM tahun 2003).Nasib para
penyandang DM pasca amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak 14,3% akan
meninggal dalam setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal 3
11
II.3 Klasifikasi
1. Ulkus neuropatik
Kaki teraba hangat dan perfusi masih baik dengan pulsasi masih teraba, keringat
2. Ulkus neuroiskemik
Kaki teraba lebih dingin, tidak teraba pulsasi, kulit tipis, halus dan tanpa rambut,
ada atrofi jaringan subkutan, klaudikasio intermiten dan rest pain mungkin tidak
Penilaian ulkus kaki diabetik Untuk mencegah amputasi kaki dan penyembuhan
data ulkus secara menyeluruh yang akan bermanfaat didalam perencanan pengobatan,
perlu dilakukan penilaian-penilaian ulkus meliputi : (Van Baal, 2004 ; Khanolkar dkk.,
2008)
1. Penilaian neuropati
2. Penilaian struktur
di plantar pedis : claw toes, flat toe, hammer toe, callus, hallux rigidus, charcot
foot.
12
3. Penilaian vaskuler
pulsasi arteri, ABI, Doppler arteri, dilakukan secara sistematis. Iskemia berat atau
kritis, apabila ditemukan tanda infeksi, kaki teraba dingin, pucat, tidak ada
pulsasi, adanya nekrosis, tekanan darah ankle < 50 mmHg (Ankle Brachial Index
< 0,5), TcPO2 < 30mmHg, tekanan darah jari < 30mmHg
4. Penilaian ulkus
harus bisa menjawab pertanyaan, apakah ulkusnya superfisial atau dalam, apakah
Ada beberapa klasifikasi derajat ulkus kaki diabetik dikenal saat ini seperti,
klasifikasi Wagner, University of Texas wound classification system (UT), dan PEDIS (
Perfusion, Extent / size, Depth / tissue loss, Infection, Sensation ). Klasifikasi Wagner
banyak dipakai secara luas, menggambarkan derajat luas dan berat ulkus namun tidak
menggambarkan keadaan iskemia dan ikhtiar pengobatan (Oyibo dkk., 2001 ; Widatalla
dkk., 2009 ).
Kriteria diagnosa infeksi pada ulkus kaki diabetik bila terdapat 2 atau lebih tanda-
tanda berikut : bengkak, indurasi, eritema sekitar lesi, nyeri lokal, teraba hangat lokal,
adanya pus (Bernard, 2007 ; Lipsky dkk.,2012). Infeksi dibagi dalam infeksi ringan
(superficial, ukuran dan dalam terbatas), sedang (lebih dalam dan luas), berat (disertai
tanda-tanda sistemik atau gangguan metabolik) (Lipsky dkk., 2012). Termasuk dalam
infeksi berat seperti fasiitis nekrotikan, gas gangren, selulitis asenden, terdapat sindroma
mengancam kaki dan jiwa pasien (Zgonis dkk., 2008). Klasifikasi Wagner ( dikutip dari
13
Grade 0 : Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi
Grade III : Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering komplikasi
Ada beberapa komponen penyebab sebagai pencetus timbulnya ulkus kaki diabetik pada
pasien diabetes, dapat dibagai dalam 2 faktor besar (Gibbons dkk., 1995 ; Singh dkk., 2005)
yaitu :
Faktor kausatif
Merupakan Faktor kausatif utama dan terpenting. Neuropati sensorik biasanya derajatnya
cukup dalam (>50%) sebelum mengalami kehilangan sensasi proteksi yang berakibat pada
kerentanan terhadap trauma fisik dan termal sehingga meningkatkan resiko ulkus kaki.
Tidak hanya sensasi nyeri dan tekanan yang hilang, tetapi juga propriosepsi yaitu sensasi
tulang-tulang abnormal, arsitektur normal kaki berubah, deformitas yang khas seperti
hammer toe dan hallux rigidus. Sedangkan neuropati autonom atau autosimpatektomi,
ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan peningkatan pengisian kapiler sekunder
14
akibat pintasan arteriovenous di kulit , hal ini mencetuskan timbulnya fisura, kerak kulit ,
Merupakan faktor kausatif kedua terpenting. Keadaan ini berkaitan dengan dua hal yaitu
keterbatasan mobilitas sendi ( ankle, subtalar, and first metatarsophalangeal joints ) dan
deformitas kaki. Pada pasien dengan neuropati perifir, 28% dengan tekanan plantar yang
tinggi, dalam 2,5 tahun kemudian timbul ulkus di kaki dibanding dengan pasien tanpa
- Trauma
Terutama trauma yang berulang, 21% trauma akibat gesekan dari alas kaki, 11% karena
cedera kaki (kebanyakan karena jatuh), 4% selulitis akibat komplikasi tinea pedis, dan 4%
Faktor kontributif
- Aterosklerosis
femoropoplitea dan pembuluh darah kecil dibawah lutut, merupakan faktor kontributif
terpenting. Risiko ulkus, dua kali lebih tinggi pada pasien diabetes dibanding dengan pasien
nondiabetes.
- Diabetes
dan gangguan imunologi terutama gangguan fungsi PMN. Disamping itu penderita diabetes
15
memiliki angka onikomikosis dan infeksi tinea yang lebih tinggi, sehingga kulit mudah
menyebabkan inflamasi kronis, namun keadaan ini dianggap sebagai inflamasi derajat
seluler. Inflamasi dan neovaskularisasi penting dalam penyembuhan luka, tetapi harus
sekuensial, self-limited, dan dikendalikan secara ketat oleh interaksi sel-molekul. Pada DM
respon inflamasi akut dianggap lemah dan angiogenesis terganggu sehingga terjadi
gangguan penyembuhan luka seperti terlihat pada gambar 2.1 (Tellechea dkk, 2010)
nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya
16
teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangiopati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (kesemutan).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
Klasifikasi : Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,
yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
17
Tanda dan gejala ulkus kaki diabetes seperti sering kesemutan, nyeri kaki saat
istirahat., sensasi rasa berkurang, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi
arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal dan
II.6 Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik : Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka / ulkus pada kulit
atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi / rasa berkurang atau
hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang.
laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus kaki diabetes menjadi infeksi dan
Diagnosa banding dari suatu gangren diabetik adalah gangren yang disebabkan
telapak kaki setelah berjalan beberapa saat dan segera hilang bila istirahat
18
Bila aliran darah tersumbat total, tidaka menyebabkan tulang-tulang
Pada gangrene diabetik, bila aliran darah tersumbat total maka tulang akan
intermittent juga timbul pada waktu istirahat, baik siang atau malam hari, disertai
Salah satu diagnosa banding dari ulkus diabetik adalah ulkus tropikum,
sebab pada ulkus ini biasanya terdapat pada daerah yang terbuka terutama daerah
tungkai yang bentuknya bulat, bergaung, kotor dan dikelilingi tanda radang.
Biasanyanya tukak ini disertai demam dan limfadinitis. Tukak ini biasanya
sembuh spontan tanpa nyeri lagi dengan menyisakan ulkus yang indolen.
II.8 Tatalaksana
Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus,
vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu
Regulasi glukosa darah perlu dilakukan, meskipun belum ada bukti adanya
hubungan langsung antara regulasi glukosa darah dengan penyembuhan luka. Hal itu
19
B. Debridement
Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan luka.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus dan
jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan
proses penyembuhan luka. 3,6,18 Metode debridement yang sering dilakukan yaitu
surgical (sharp), autolitik, enzimatik, kimia, mekanis dan biologis. Metode surgical,
Surgical debridement merupakan standar baku pada ulkus diabetes dan metode
yang paling efisien, khususnya pada luka yang banyak terdapat jaringan nekrosis atau
terinfeksi. Pada kasus dimana infeksi telah merusak fungsi kaki atau membahayakan jiwa
20
pasien, amputasi diperlukan untuk memungkinkan kontrol infeksi dan penutupan luka
selanjutnya.
papainurea, streptokinase, streptodornase dan tripsin. Agen topikal diberikan pada luka
sehari sekali, kemudian dibungkus dengan balutan tertutup. Penggunaan agen topikal
standar. Oleh karena itu, penggunaannya terbatas dan secara umum diindikasikan untuk
memperlambat ulserasi dekubitus pada kaki dan pada luka dengan perfusi arteri terbatas.
luka. Teknik debridement mekanis yang sederhana adalah pada aplikasi kasa basah-kering
(wet-to-dry saline gauze). Setelah kain kasa basah dilekatkan pada dasar luka dan dibiarkan
sampai mengering, debris nekrotik menempel pada kasa dan secara mekanis akan
C. Offloading
Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu komponen
penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat
tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk mengurangi tekanan tetapi
sulit untuk dilakukan Total Contact Casting (TCC) merupakan metode offloading yang
paling efektif. TCC dibuat dari gips yang dibentuk secara khusus untuk menyebarkan beban
pasien keluar dari area ulkus. Metode ini memungkinkan penderita untuk berjalan selama
perawatan dan bermanfaat untuk mengontrol adanya edema yang dapat mengganggu
penyembuhan luka. Meskipun sukar dan lama, TCC dapat mengurangi tekanan pada luka
dan itu ditunjukkan oleh penyembuhan 73-100%. Kerugian TCC antara lain membutuhkan
21
ketrampilan dan waktu, iritasi dari gips dapat menimbulkan luka baru, kesulitan untuk
Karena beberapa kerugian TCC tersebut, lebih banyak digunakan Cam Walker,
removable cast walker, sehingga memungkinkan untuk inspeksi luka setiap hari,
D. Penanganan Infeksi
luka. Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan
pendekatan sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi terutama berdasarkan
keadaan klinis seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya nanah dari luka.
Penentuan derajat infeksi menjadi sangat penting. Menurut The Infectious Diseases Society
Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak meluas sampai tulang
atau sendi.
Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi,
masih sedikit, sehingga sebagian besar didasarkan pada pengalaman klinis. Terapi
antibiotik harus didasarkan pada hasil kuftur bakteri dan kemampuan toksistas
22
ringan dan sedang dapat dirawat poliklinis dengan pemberian antibiotika oral,
berat harus dirawat dirumah sakit, dengan pemberian antibiotika yang mencakup
gram posistif dan gram negatif, serta aerobik dan anaerobik. Pilihan antibiotika
luas.
E. Pembedahan
Debridement
Debridement dilakukan untuk membuang jaringan mati dan terinfeksi dari ulkus,
callus hipertropik. Pada debridement juga ditentukan kedalaman dan adanya tulang
ostektomi
gejala dari kelainan pembuluh darah, yaitu nyeri hebat, luka yang tidak sembuh,
adanya gangren.
thickness.
Skin allograft memungkinkan penutupan luka yang luas dan dalam dimana dasar
23
Jaringan pengganti kulit
o Dermagraft
o Apligraft
F. Perawatan Luka
Penggunaan balutan yang efektif dan tepat menjadi bagian yang penting untuk
lingkungan sekitar luka yang bersih dan lembab telah diterima luas. Keuntungan
pendekatan ini yaitu mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi
telah banyak digunakan pada perawatan luka serta didesain untuk mencegah
menjadi standar baku perawatan luka. Selain itu dapat digunakan Platelet Derived
satunya faktor pertumbuhan yang disetujui oleh US Food and Drug Administration
(FDA). Living skin equivalen (LSE) merupakan pengganti kulit biologis yang
24
G. Terapi Tekanan Negatif dan Terapi Oksigen Hiperbarik
Penggunaan terapi tekanan negatif berguna pada perawatan diabetic ulkus karena
dapat mengurangi edema, membuang produk bakteri dan mendekatkan tepi luka
dilakukan, hal itu dibuktikan dengan berkurangnya angka amputasi pada pasien dengan
ulkus diabetes.
II.9 Pencegahan
Pengawasan dan perawatan penyakit diabetes dapat mencegah ulkus diabetes. Regulasi
kadar gula darah dapat mencegah neuropati perifer atau mencegah keadaan yang lebih
buruk.
Penderita diabetes harus memeriksa kakinya setiap hari, menjaga tetap bersih dengan
sabun dan air serta menjaga kelembaban kaki dengan pelembab topikal.
Sepatu dan alas kaki harus dipilih secara khusus untuk mencegah adanya gesekan atau
II.10 Prognosis
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada kaki
dan 1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh karena itu,
diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma ekstremitas bawah di
Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini selama
rentang 5 tahun ke depan. Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes
merupakan resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti dengan penyakit
mikrovaskuler dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada penderita diabetes dengan
25
neuropati, meskipun hasil penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66%
26
DAFTAR PUSTAKA
Kruse I, Edelman S. Evaluation dan Treatment of Diabetic Foot Ulcer. Clinical Diabetes
Frykberg RG. Diabetic Foot Ulcer : Pathogenesis and Management. Am Fam Physician,
Stillman, RM. Diabetic Ulcers. Cited Jun 2008. Available at : URL http
Mathes. Plastic Surgery. Trunk and Lower Extremity Vol 6, Second Edition. P 1443 – 1450
Jones R. Exploring The Complex Care of The Diabetic Foot Ulcer. JAAPA. 2007
H.Thorne, Charles . Grab's and Smith Plastic Surgery. 6th Edition. p 704-706.
1990.p.4079 -92
Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM; Fischer JE, Galloway AC, editors.
Amstrong DG, Lavery LA. Diabetic Foot Ulcer : Prevention, Diagnosis and Classification.
27