NEONATAL HIPERBILIRUBINEMIA
H A N I FA A F F I A N I ( 1 3 0 11 2 1 6 0 5 3 0 )
Z U H A I R A H U S N A FAT M A ( 1 3 0 11 2 1 6 0 5 3 9 )
P E R S E P T O R : P R O F. D R . S J A R I F H I D AYAT E F F E N D I , D R . , S PA ( K )
R I N I R O S S A N T I , D R . , S PA , M . K E S
IDENTITAS PASIEN
Selama masa kehamilan, ibu pasien mengaku tidak pernah sakit seperti demam, flu
ataupun sakit kuning dan tidak pernah mengkonsumsi obat kecuali asam folat yang
diberikan oleh bidan. Ibu pasien mengaku selama pada masa kehamilan rutin kontrol ke
bidan 1 bulan sekali dan juga mendapatkan imunisasi TT1 dan TT2.
Ketika melahirkan, warna ketubannya bening dan jarak antara ketuban pecah dengan
melahirkan kurang lebih 16 jam.
Riwayat memiliki hewan peliharaan seperti kucing, ayam, ataupun bebek di rumah
disangkal. Riwayat keluhan serupa pada anggota keluarga lain tidak ada.
Golongan darah ibu O, sedangkan golongan darah bapak B, rhesus tidak diketahui.
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
• Keadaan umum : tampak sakit ringan, warna kulit kuning kramer V
• Kesadaran : compos mentis
• TTV :
- T : tidak diperiksa - R : 50x/m
- N : 100 x/m - S : 37,1 C
• Antropometri :
- BB : 3,1 kg
- PB : 49 cm
- LK : 31 cm
• Status Gizi :
- BB/U : 0 - (-1) SD (normal) - BB/TB : 1 SD (normal)
- PB/U : 0 - (-2) SD (normal) - LK/U : SD
• Gestational age: 39 minggu (NBS: 37)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
• Kepala dan leher
Kepala : simetris, fontanel anterior datar, fontanel posterior datar
Rambut : warna hitam, sudah tumbuh
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
Hidung: tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga: dalam batas normal
Mulut : tidak ada perioral cyanosis, langit-langit intak
Leher : tidak ada retraksi suprasternal, KGB tidak teraba membesar
• Thorax
Bentuk dan gerak simetris, tidak ada retraksi
Pulmo : bronchovesikuler, tidak ada suara napas tambahan, sonor, VBS kanan = VBS kiri
Cor : S1-S2 normal, reguler, tidak ada murmur
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen
Datar lembut, bising usus (+) normal, lien dan hepar tidak teraba, tali pusat tidak ada
inflamasi, turgor kembali cepat
• Genitalia
Laki-laki, testis di dalam skrotum, tidak ada epispadia, tidak ada hipospadia
• Anus
(+)
• Ekstremitas
Ikterus kramer V, akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada akrosianosis, tidak ada edema,
tonus otot baik, tidak ada deformitas
PEMERIKSAAN FISIK
• Neurologis
Refleks moro (+)
Refleks grasping (+)
Refleks sucking (+)
Refleks rooting (+)
Babinski (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lebih dari separuh bayi normal dan sebagian besar bayi kurang bulan mengalami
ikterus.
KLASIFIKASI
• Ikterus fisiologis
Terjadi setelah beberapa hari kehidupan. Ditandai dengan keadaan umum bayi baik, berat badan naik,
dan kuning menghilang pada minggu ke 1-2 pasca kelahiran.
Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin tidak terkonjugasi akan mencapai puncaknya sekitar 6-8mg/dL
pada hari ketiga kehidupan, kemudian akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan
yang lambat sebesar 1mg/dL selama 1-2 minggu. Sedangkan pada bayi kurang bulan, peningkatan
kadar bilirubin tidak terkonjugasi lebih tinggi (10-12mg/dL) dan terjadi lebih lama.
• Ikterus patologis
Terjadi dalam 24 jam pertama kehidupan. Ditandai dengan peningkatan bilirubin serum >5mg/dL/24
jam atau kadar bilirubin terkonjugasi >2mg/dL (>20% bilirubin total), disertai dengan demam atau
tanda sakit (muntah, letargi, penurunan berat badan, apnea, takipnea), dan ikterus menetap sesudah 8
hari pada bayi cukup bulan atau sesudah 14 hari pada bayi kurang bulan.
ETIOLOGI
A. Ikterus fisiologis
• Peningkatan produksi bilirubin: akibat masa hidup eritrosit yang lebih singkat,
peningkatan eritropoiesis
• Peningkatan resirkulasi melalui enterohepatik shunt: akibat peningkatan aktivitas β-
glukoronidase, tidak ada flora bakteri
• Penurunan bilirubin clearance: akibat menurunnya clearance bilirubin dari plasma
yang disebabkan oleh defisiensi protein karier atau imaturitas hepar dan akibat
menurunnya metabolisme hepatik yang disebabkan oleh menurunnya aktivitas
UDPGT
ETIOLOGI
B. Ikterus patologis
• Infeksi berat atau infeksi intrauterin: sepsis, hepatitis, sifilis kongenital, TORCH
• Penyakit hemolitik: inkompabilitas golongan darah (Rh, ABO), defisiensi enzim
G6PD
• Penurunan uptake bilirubin oleh hepar: gangguan fungsi hepar akibat asidosis,
hipoksia dan infeksi, defisiensi albumin
• Defek konjugasi: tidak terdapatnya enzim UDPGT
• Gangguan transportasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit
• Gangguan dalam ekskresi: obstruksi
ETIOLOGI
• Bayi baru lahir memproduksi bilirubin 2-3 kali lebih banyak (6-10 mg/kg/24 jam vs
3 mg/kg/24 jam) yang disebabkan oleh peningkatan eritrosit dan usia eritrosit yang
lebih pendek (70-90 hari).
• Bilirubin diproduksi di dalam rahim oleh janin normal. Bilirubin indirek yang tidak
terkonjugasi milik janin ditransfer melalui plasenta dan dikonjugasi oleh enzim hati
ibu.
FAKTOR RESIKO
FAKTOR RESIKO
• Faktor resiko major
- sebelum pulang, kadar bilirubin serum total terletak pada daerah resiko tinggi
- ikterus yang muncul dalam 24 jam pertama kehidupan
- inkompatibilitas golongan darah dengan tes antiglobulin direk yang (+) atau penyakit hemolitik lainnya
- usia kehamilan 35-36 minggu
- riwayat anak sebelumnya yang mendapat fototerapi
- sefal hematom
- ASI eksklusif dengan cara perawatan tidak baik dan kehilangan berat badan yang berlebihan
Ikterus neonatorum
MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir(neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dl. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai
kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan
ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat.
A. Anamnesis
• Keluhan utama
• Onset
• Distribusi kuning
• Keluhan penyerta
• Diagnosis banding
• Penyebab dan faktor resiko: prematur, infeksi, asidosis, asfiksia, hipoglikemia,
konsumsi obat-obatan, transfusi darah, riwayat keluarga, riwayat memiliki hewan
peliharaan
DIAGNOSIS
B. Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum
Menilai ikterik: memeriksa bayi di dalam ruangan dengan pencahayaan yang baik, nilai
sklera, konjungtiva, dan kulit tubuh serta menekan kulit dengan tekanan ringan untuk
melihat warna kulit dan jaringan subkutan.
• Tanda-tanda vital
• Identifikasi penyebab ikterus patologis: pucat, penurunan kesadaran, petekia, memar
yang berlebihan, kehilangan BB, hepatosplenomegali
• Pemeriksaan kepala, leher, thorax, abdomen, ekstremitas, dan anus
• Pemeriksaan status neurologis: refleks moro, refleks grasping, refleks sucking, refleks
rooting
C. Pemeriksaan Penunjang
Klinis : ikterometer Kramer atau dengan bilirubinometer
Laboratorium : jenis pemeriksaan lihat (Gambar 66)
Prolonged jaundice : pemeriksaan fungsi hepar (SGOT, SGPT, alkalin fosfatase), fungsi tiroid
(tiroksin/T4), pemeriksaan terhadap infeksi virus/bakteri, dan pemeriksaan urin untuk galaktosemia.
DIAGNOSIS BANDING
Waktu Diagnosis banding
Hari ke-1 Penyakit hemolitik
Inkompatibilitas darah(Rh,ABO)
Sferositosis
Anemia hemolitik nonsferositosis(defisiensi
G6PD)
• Fototerapi intensif
dilakukan jika total serum
bilirubin (TSB) melebihi
garis tiap kategori
• Evaluasi:
- Serum bilirubin level/4-8
jam selama 24 jam pertama
- Hematocrit/4-8 jam (pada
pasien dengan hemolisis)
FOTOTERAPI
TRANSFUSI GANTI
• Dilakukan jika fototerapi gagal mendapatkan jumlah TSB dalam range aman
• Jika harus dilakukan transfusi ganti, fototerapi tetap dilakukan
• Penghentian transfusi ganti:
• Emboli
• Hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia, asidosis, hipoglikemia
• Gangguan pembekuan darah karena pemakaian heparin
• Perforasi pembuluh darah
TRANSFUSI GANTI