Anda di halaman 1dari 17

STATUS UJIAN

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RENCANA PENANGGULANGAN PENYAKIT
DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun oleh:
Muhammad Furqon Wibowo
1965050135

Dosen Penguji:
dr. Wiradi Suryanegara, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 26 APRIL 2021 – 12 JUNI 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

STATUS UJIAN
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 01 FEBRUARI – 13 MARET 2021

Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue


Hari/Tanggal ujian : Juni 2021
Tempat ujian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Nama : Muhammad Furqon Wibowo


NIM : 19650500135
Tanda Tangan :

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 1
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

I. PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh

vektor nyamuk Aedes Spp yang merupakan nyamuk yang paling cepat berkembang. Infeksi

demam berdarah dengue ditandai dengan demam 2-7 hari , disertai dengan penurunan

trombosit (trombositopenia) dan peningkatan hematokrit akibat hemokonsentrasi serta dapat

diikuti dengan nyeri ulu hati, gusi berdarah, dan hidung berdarah. Virus Demam berdarah

menyebar teurama daerah tropis dan sub-tropis sehingga Asia Pasifik merupakan 75 %

wilayah dari penyebaran DBD. Di Indonesia kasus DBD kunjung naik turun setiap tahunnya.1

Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, tahun 2017 jumlah kasus

DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493

orang , dengan Incident Rate 26,12 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020 kasus demam

berdarah di Indonesia tersebar di 472 kabupaten/ kota di 34 provinsi. Kasus demam berdarah

hingga Juli 2020 mencapai 71.633. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat dengan

10.772 kasus, Bali 8.930 kasus Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus, Lampung 5.135

kasus, DKI Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta

2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus, provinsi diatas berpotensi endemis dari tahun ke tahun

yang selalu tinggi, sedangkan kasus kematian akibat demam berdarah dengue pada 2020

mencapai 459 kasus. 2

Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) akibat DBD lebih dari 1% dan dikategorikan

tinggi. Pada tahun 2017, terdapat 10 provinsi yang memiliki CFR tinggi , dimana 3 provinsi dengan

CFR tertinggi adalah Gorontalo (2.18%), Sulawesi Utara (1.55%) dan Sulawesi Tenggara (1,47 %).

Pada provinsi yang dengan CFR tinggi masih diperlukan upaya peningkatan kualitas piielayanan

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 2
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

Kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana

keshatan jika terdapat gejala DBD. 1

II. FAKTOR RESIKO TERJADINYA PENYAKIT

Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar sehingga setiap individu perlu

menjaga kesehatan. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat

Kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor penentu timbulnya masalah

Kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku, faktor lingkungan ( sosial, ekonomi,

politik, budaya) , faktor pelayanan Kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut

saling berinteraksi yang mempengaruhi Kesehatan perorangan dan derajat Kesehatan masyarakat,

diantara faktor tersebut, perilaku merupakan faktor yang paling besar dan sukar ditanggulangi, dan

disusul dengan faktor lingkungan. 3

gambar 2.1

II.1 Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar dalam keesehatan. Lingkungan

bervariasi, umumnya digolongkan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan

yang berhubungan dengan fisik contohnya sampah, air udara , tanah, iklim dan perumahan.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 3
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

Sedangkan lungkungan non fisik merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan ,

Pendidikan, ekonomi.

II.1.2 Lingkungan Fisik

.Faktor lingkungan beruapa perubahan iklim (climate change) global yang

menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga

disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan Demam Berdarah Dengue, bahkan beresiko

terhadap munculnya KLB demam berdarah. Selain itu sistem pengelolaan limbah dan

penyediaan air bersih yang tidak memadai dapat menyebabkan penyebaran infeksi demam

berdarah.

 Sanitasi Lingkungan

Perkembangang biakan nyamuk Aedes dipengaruhi terutama oleh kondisi

sanitasi lingkungan, misalnya terdapat banyak bak atau wadah yang berisi

penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, serta

berdekatan dengan rumah penduduk. Hal tersebut memicu semakin banyak tempat

perindukan nyamuk yang akan menyebabkan populasi Aedes makin padat dan waktu

penyebaran lebih cepat. 4

 Perubahan Iklim

Perubahan iklim mempengaruhi penularan demam berdarah. Distribusi

geografis dan perilaku vektor demam berdarah di Indonesia sangat dipengaruhi oeh

iklim. Nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyakit demam

berdarah, dianggap sebagai vektor yang paling penting di dunia dan sangat rentan

terhadap variabilitas iklim dan perubahan iklim. Peralihan musim panas ke musim

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 4
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

hujan di Indonesia secara tradisional dikenal dengan musim pancaroba dan dianggap

sebagai musim yang berbahaya karena dapat meningkatkan resiko menyebar ke

wilayah-wilayah baru.

Hal-hal yang mempengaruhi kejadian demam berdarah yang disebabkan oleh

perubahan iklim adalah suhu udara,curah hujan , kelembaban udara , kecepatan angin,

serta lama penyinaran matahari. Perkembang biakan nyamuk membutuhkan rata-rata

12 hari dengan suhu optimum berkisar antara 25°C-27°C. Siklus hidup nyamuk aedes

aegypti lebih pendek menjadi sekitar 7 hari pada suhu lebih dari optimum yaitu antara

32°C-35°C.

Penularan demam berdarah disebabkan karena curah hujan yang tinggi,

sehingga menyebabkan terjadinya banyak genangan air yang akan mengakibatkan

penyebaran larva dan pupa nyamuk ke berbagai tempat untuk meneruskan siklus

kehidupannya. Selain itu, kelembaban udara juga mempengaruhi daya tahan alat

pernafasan nyamuk itu trakea yang akan mempengaruhi umur nyamuk dan angka

insidensi demam beradarah. Kelebapan < 60 % merupakan batas maksimum yang

baik untuk vektor demam berdarah yang menyebabkan terjadinya penguapan air dari

tubuh nyamuk dan memperpendek umur nyamuk.

Kecepatan pergerakan angin dapat mempengaruhi penyebaran vektor nyamuk

sehingga penularan penyakit demam berdarah semakin meluas . pola angin dapat

berpengaruh pada penularan penyakit sebagai akibat dari peristiwa cuaca ekstrim,

penyebaran vektor penyakit, dan proses hidrologi yang dapat berpengaruh terhadap

kepadatan vektor. Selain kepadatan angin, lama penyinaran matahari juga

mempengaruhi siklus hidup dari nyamuk. Cahaya berpengaruh terhadap pada

kebiasaan nyamuk untuk mencari makanan atau tempat beristirahat. Nyamuk Aedes

aegypti mempunyai kebiasaan beristirahat di tempat yang gelap dan terlindung dari

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 5
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

sinar matahari, begitu pula dalam kebiasaan meletakkan telur.(5)

 Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat adalah faktor yang membatasi penyebaran nyamuk Aedes

Aegepti. Pada dataran rendah yang kurang dari 500 meter, tingkat populasi nyamuk

dari sedang hingga tinggi, sedangkan di daerah pegunungan, populasinya lebih

rendah. Di negara-negara Asia Tenggara, ketinggian 1.000 sampai 1.500 meter

merupakan batas penyebaran nyamuk Aedes Aegypti.

 Keberadaan Benda yang Dapat Menampung Air di Sekitar Rumah

Wadah seperti ban, botol, plastic yang dapat menampng air adalah sarana

yang memungkinkan untuk tempat perkembang biakan nyamuk. Makin banyaknya

barang bekas yang menampung air, semakin banyak tempat bagi nyamuk untuk
5
bertelur dan berkembang biak, sehingga meningkatkan pula resiko kejadian DBD.

II.1.2 Lingkungan Non-Fisik

Peran lingkunagan non-fisik terhadap kejadian penyakit demam berdarah antara lain

yaitu, pendapat keluarga, aktivitas sosial , dan tingkat Pendidikan. Semakin baik pendapatan

keluarga, semakin mampu keluarga itu untuk memenuhi kebutuhannya , termasuk dalam hal

pencegahan dan pengobatan penyakit demam berdarah, selain itu , aktivitas sosial yang

menyebabkan tingginya mobiisasi penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus dengue. Tingkat Pendidikan juga berhubungan dengan penyebaran

penyakit demam berdarah dengue dan dengan angka kematiannya .Pada kelompok masyrakat

yang berpendidikan rendah, akan cenderung tidak mengetahui cara pencegahan suatu

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 6
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

penyakit, termasuk demam berdarah dengue . 6,8

II.2 Perilaku 7,8

Berdasarkan pembagian domain oleh blum, terdapat 3 tingkat ranah perilaku yang

dikembangkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge )

Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia , atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata , hidung, telinga, dan sebagainya).

Masyarakat yang tingkat pengetahuannya rendah mengenai demam berdarah, maka akan

cenderung menjadi acuh terhadap potensi penyebaran infeksi demam berdarah sehingga

tidak berusaha mengurangi segala kegiatan yang berpotensi untuk terjadinya penyakit

demam berdarah.

2. Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Masyarakat menganggap

penanganan dan pencegahan demam berdarah dengue dengan fogging merupakan cara yang

paling efektif. Hal ini yang menyebabkan permintaan fogging meningkat, sedangkan

efektivitas fogging dalam menurunkan Angka Bebas Jentik dan menurunkan Larva Density

Index hanya sampai 8,6% ,sedangkan fogging hanya bertahan selama dua minggu dan

hanya mematikan nyamuk dewasa.

3. Tindakan / perilaku 9

Tindakan atau perilaku adalah segala perbuatan yang dilakukan makluk hidup.

Perilaku manusia yang berhubungan dengan terjadinya penularan infeksi demam berdarah

adalah dengan melakukan :

 Kebiasaan Menampung air

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 7
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

Kebiasaan menampung air untuk keperluan seharo-hari seperti menampung

air hujan, air sumur dalam bak mandi atau drum membuat hal tersebut sebagai

tempat perkembang biakan nyamuk. Tempat penampungan yang jarak diberishkan

dapat meningkatkan populasi jentik sehingga akan terjadi peningkatan dari

pertumbuhan dan perkembangan jentik menjadi nyamuk dewasa. Jentik biasanya

diletakan di dinding penampungan air saat naymuk dewasa bertelur.

 Penampungan Air yang Tidak Tertutup Rapat

Tempat penampungan air yang tidak tertutup rapat dan jarang dibersihkan

dapat dijadikan tempat perkembang biakan (breeding place) nyamuk Aedes Aegypti

mulai dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa.

 Kebiasaan Menyimpan Barang Bekas

Barang-baranrg bekas yang dibiarkan bereserakan dapat menampung air dan

membuat genangan air, sehingga di dalam genangan tersebut nyamuk Aedes Aegypti

akan beretelur dan berkembang biak.

 Menggantung pakaian di dalam rumah

Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap,

lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat

tidur, kloset, kamar mandi. Pakaian yang menggantung menjadi tempat hinggap

nyamuk Aedes Aegypti untuk tempat beristirahat (resting place). Menggantung

pakaian di dalam rumah dapat menyebabkan ruangan menjadi gelap, lembab serta

tidak terkena sinar matahari langsung dan tidakterkena angin yang bertiup.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 8
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

II.3 Pelayanan Kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah yaitu :

 Penyediaan sarana infomasi oleh fasilitas Kesehatan setempat

Informasi yang diberikan kepada masyarakat mengenai demam berdarah dan

penanggulangannya akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap

kejadian demam berdarah. Dalam hal ini, fasilitas Kesehatan setempat yang berperan

dalam pemberi informasi mengenai penyakit demam berdarah. Minimnya informasi

yang diberikan oleh fasilitas Kesehatan setempat, baik oleh dokter puskesmas,

perawat, dan kader, akan menyebabkan sikap dan perilaku negatif masyarakat

terhadap penyakit demam berdarah.(9)

 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Prosedur Pelayanan Pencegeahan dan

Pemberantasan Demam Berdarah Dengue ( P2DBD).

Pedoman yang digunakan dalam pelayanan Pencegahan dan

Pemberantasan Demam Berdarah (P2DBD) adalah standar pelayanan

minimal (SPM) yang memuat dua pokok kegiatan, yaitu penemuan

tersangka/ penderita DBD di puskesmas dan tindak lanjut dari hasil

penemuan. Adapun prosedur penemuannya berupa :

A. Petugas melaksanakan anamnesa dan pemeriksaan fisik

B. Merujuk ke laboratorium untuk pemeriksaan darah

C. Bila ditemukan tersangka/ penderita DBD yang diperkuat

dengan surat keterangan dokter yang merawat, akan

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 9
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE).

Tindak lanjut dari penemuan tersangka/ penderita DBD adalah fogging fokus dan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tingginya jumlah kasus dan endemisnya suatu

daerah dapat disebabkan dari baik masalah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan

P2DBD yang tidak optimal. Ketidak optimalan dari pelaksanaan P2DBD dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti ketidak aktifan kader Kesehatan, dana yang dibutuhkan

untuk kegiatan, kinerja petugas Kesehatan yang belum maksimal, dan sarana dan

prasarana yang kurang atau tidak mendukung jalannya kegiatan. 11

 Upaya Preventif Kasus Demam Berdarah Dengue

Pelayanan di puskesmas yang lebih berfokus terhadap pelayanan kuratif

terhadap demam berdarah dengue daripada meningkatkan pelayanan preventif

menjadi salah satu faktor mengapa kasus demam berdarah dengue tidak menurun.

II.4 Keturunan 12

Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan beratnya infeksi dengue

pada manusia. Polimorfisme genetik pada beberapa alel HLA dan non-HLA ikut mempengaruhi

suseptibiltas individu terhadap demam berdarah dengue. Beberapa faktor genetik dapat memengaruhi

suseptibilitas individu terhadap DBD, yakni berbagai produk gen HLA kelas I, II dan III, serta 2 gen

non-HLA, yakni FcγRII dan VDR.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 10
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

GENETIK
Polimorfisme : alel HLA
dan non-HLA

JLN
PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN

FISIK:
DEMAM 1. sanitasi lingkungan
BERDARAH 2. iklim pancaroba
1. Minim pemberian DENGUE
informasi DBD di fasilitas 3. pemukiman dataran
kesehatan setempat rendah

2.pelaksana P2DBD yang 4.penampung air disekitar


tidak optimal PERILAKU rumah

3.fokus terhadap program


kuratif daripada preventif Non-Fisik:
PENGETAHUAN:
Tingkat pengetahuan rendah 1. Pendapatan keluarga
mengenai DBD rendah

, SIKAP: 2. aktivitas sosial tinggi


Sikap keliru terhadap 3. tingkat Pendidikan
bf pencegahan demam berdarah.. rendah

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 11
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

III. PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH

A. Masalah Kesehatan : Demam Berdarah Dengue


B. Sasaran : Masyarakat dan Tenaga Kesehatan Setempat
C. Tujuan :
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai demam berdarah dengue
dan pencegahannya agar tercipta perilaku masyarakat yang sadar terhadap
pencegahan demam berdah dengue.
 Mengawasi serta mengubah perilaku masyarakat agar tidak mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jentik nyamuk aedes aegypti.
 Menciptakan lingkungan sehat dan tidak mendukung pertumbuhan dan
perkembangan jentik nyamuk aedes aegypti.
 Mengoptimalkan program penanggulangan demam berdarah yang sudah ada
agar terlaksana secara maksimal.
D. Kegiatan :
1. Lingkungan
 Lingkungan Fisik :
 Modifikasi lingkungan dengan melakukan suatu program
penatalaksaan lingkungan seperti perbaikan suplai
penyimpanan air agar masyarakat tidak menampung air pada
wadah-wadah yang besar dan harus memiliki penutup agar
nyamuk tidak dapat berkembang biak.
 Melakukan pembimbingan terhadap masyarakat oleh tenaga
Kesehatan di puskesmas / dinas Kesehatan kabupatan/ kota
untuk melakukan larvasidasi yang dilakukannya pada saat
musim pancaroba atau perubahan iklim yang ekstrim.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 12
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

Larvasidasi dilakukan pada tempat penampungan air (TPA) di


rumah dan tempat-tempat umum.

 Lingkungan non-fisik :
 Melakukan pendekatan kepada masyrakat dengan Pendidikan
menengah keatas untuk ikut serta menjadi kader. Dengan
demikian masyarakat yang memiliki Pendidikan menengah
keatas akan mudah mengintervensi sesama mereka, dan
masyarakat yang pendidikannya lebih rendah.

2. Perilaku
 Bekerja sama dengan kader setempat melakukan edukasi yang
dilakukan secara luas, serentak, terus-menerus dan
berkesinambungan serta dilakukan secara langsung kepada
masyarakat mengenai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yaitu 3M: menguras bak mandi/bak penampungan air,
menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan
memanfaatkan kembali/mendaur ulang barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk.

PSN 3M diiringi dengan kegiatan Plus lainya, antara lain :


o Mengganti air vas bunga, tempat minum burung
atau tempat - tempat lainnya yang sejenis
seminggu sekali.
o Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak
lancar/rusak
o Menutup lubang-lubang pada potongan
bambu/pohon, dan lain-lain (dengan tanah, dan
lain-lain).

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 13
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

 Menggerakan dan memaksimalkan Program Gerakan 1 Rumah


1 Jumantik (G1R1J) secara intensif di tingkat keluarga ,serta
pemberian penghargaan pada juantik rumah sebagai upaya
membangun rasa memiliki terhadap program GIRIJ.
 Melakukan edukasi berupa penyuluhan dan pelatihan menanam
tanaman anti nyamuk seperti kayu putih, sereh, jahe ,
lengkuas ,jeruk purut dan lavender.
 Melakukan edukasi pemeliharaan ikan cupang, cere, kepala
timah untuk memberantas demam berdarah.

3. Pelayanan Kesehatan :
 Peningkatan penyediaan sarana informasi kepada masyarakat
mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD) serta
penanggulangannya melalui permanfaatan media elektronik, yang
dikemas dalam bentuk video atau infographics yang dapat diletakan
pada fasilitas Kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
 Petugas Kesehatan tempat melakukan Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) setiap 3 bulan dengan memeriksa 100 rumah untuk mengetahui
hasil penggerakan PSN DBD di daerah setempat.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 14
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Pedoman Demam Berdarah Dengue Indonesia. 2017;12–38.

2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017 [Internet]. Vol. 31,
Journal of Vector Ecology. 2018. p. 71–8. Available from: https://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf

3. Kementrian Kesehatan RI. Bersama Selesaikan Masalah Kesehatan. 2018. Available from :
https://www.kemkes.go.id/article/view/18012900004/together-overcoming-health-problem-.html

4. Muda AS. Determinan Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di Kelurahan Rangkah Buntu,
Surabaya. J PROMKES. 2019;7(1):22.

5. Widodo N. Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di di
Kecamtan Ngawi. 2012;

6. Sari UWP. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Klagenserut. Progr Stud Kesehat Masy Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
2018;

7. Sumarni N, Rosidin U, Witdiawati W. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Jayaraga Garut. ASPIRATOR - J
Vector-borne Dis Stud. 2019;11(2):113–20.

8. Subadi W. Hubungan Faktor Lingkungan Sosial (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Sorosutan Kota Yogyakarta Tahun 2013. J Ilmu Adm Publik
Bisnis. 2017;1(1):173–83.

9. Kurniawati RD, Ekawati E. Analisis 3M Plus Sebagai Upaya Pencegahan Penularan Demam Berdarah
Dengue Di Wilayah Puskesmas Margaasih Kabupaten Bandung. Vektora J Vektor dan Reserv Penyakit.
2020;12(1):1–10.

10. Lisastri Syahrias. Faktor Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Mangsang, Kota Batam. J Dunia Kesmas. 2018;7:134–41.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 15
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033

11. Umardiono A, Andriati A, Haryono N. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Untuk


Penanggulangan Penyakit Tropis Demam Berdarah Dengue. JAKPP (Jurnal Anal Kebijak Pelayanan
Publik) [Internet]. 2019;4(1):60–7. Available from:
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jakpp/article/view/5905

12. Eppy E, Hospital P. Aspek Genetik Demam Berdarah Dengue. 2019;(January). CDK-197/ vol. 39 no. 9,
th. 2012

13. Ramadhani F. Pelaksanaan PSN 3M Plus untuk Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Gorontalo
Journal of Public Health, 2019.

STATUS UJIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
PERIODE 26 APRIL – 12 JUNI 2021 | 16

Anda mungkin juga menyukai