Disusun oleh:
Muhammad Furqon Wibowo
1965050135
Dosen Penguji:
dr. Wiradi Suryanegara, M.Kes
JAKARTA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
Jl. Mayjen Sutoyo No. 02, Cawang, Jakarta timur 13650
Telp. (021) 29362033
STATUS UJIAN
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 01 FEBRUARI – 13 MARET 2021
I. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh
vektor nyamuk Aedes Spp yang merupakan nyamuk yang paling cepat berkembang. Infeksi
demam berdarah dengue ditandai dengan demam 2-7 hari , disertai dengan penurunan
diikuti dengan nyeri ulu hati, gusi berdarah, dan hidung berdarah. Virus Demam berdarah
menyebar teurama daerah tropis dan sub-tropis sehingga Asia Pasifik merupakan 75 %
wilayah dari penyebaran DBD. Di Indonesia kasus DBD kunjung naik turun setiap tahunnya.1
DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 493
orang , dengan Incident Rate 26,12 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2020 kasus demam
berdarah di Indonesia tersebar di 472 kabupaten/ kota di 34 provinsi. Kasus demam berdarah
hingga Juli 2020 mencapai 71.633. Jumlah kasus terbanyak terdapat di Jawa Barat dengan
10.772 kasus, Bali 8.930 kasus Jawa Timur 5.948 kasus, NTT 5.539 kasus, Lampung 5.135
kasus, DKI Jakarta 4.227 kasus, NTB 3.796 kasus, Jawa Tengah 2.846 kasus, Yogyakarta
2.720 kasus, dan Riau 2.255 kasus, provinsi diatas berpotensi endemis dari tahun ke tahun
yang selalu tinggi, sedangkan kasus kematian akibat demam berdarah dengue pada 2020
Angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) akibat DBD lebih dari 1% dan dikategorikan
tinggi. Pada tahun 2017, terdapat 10 provinsi yang memiliki CFR tinggi , dimana 3 provinsi dengan
CFR tertinggi adalah Gorontalo (2.18%), Sulawesi Utara (1.55%) dan Sulawesi Tenggara (1,47 %).
Pada provinsi yang dengan CFR tinggi masih diperlukan upaya peningkatan kualitas piielayanan
Kesehatan dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana
Kesehatan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar sehingga setiap individu perlu
menjaga kesehatan. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat
Kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor penentu timbulnya masalah
Kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku, faktor lingkungan ( sosial, ekonomi,
politik, budaya) , faktor pelayanan Kesehatan dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut
saling berinteraksi yang mempengaruhi Kesehatan perorangan dan derajat Kesehatan masyarakat,
diantara faktor tersebut, perilaku merupakan faktor yang paling besar dan sukar ditanggulangi, dan
gambar 2.1
II.1 Lingkungan
bervariasi, umumnya digolongkan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan
yang berhubungan dengan fisik contohnya sampah, air udara , tanah, iklim dan perumahan.
Sedangkan lungkungan non fisik merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan ,
Pendidikan, ekonomi.
menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga
disinyalir menyebabkan risiko terhadap penularan Demam Berdarah Dengue, bahkan beresiko
terhadap munculnya KLB demam berdarah. Selain itu sistem pengelolaan limbah dan
penyediaan air bersih yang tidak memadai dapat menyebabkan penyebaran infeksi demam
berdarah.
Sanitasi Lingkungan
sanitasi lingkungan, misalnya terdapat banyak bak atau wadah yang berisi
penampungan air hujan yang berserakan dan terlindung dari sinar matahari, serta
berdekatan dengan rumah penduduk. Hal tersebut memicu semakin banyak tempat
perindukan nyamuk yang akan menyebabkan populasi Aedes makin padat dan waktu
Perubahan Iklim
geografis dan perilaku vektor demam berdarah di Indonesia sangat dipengaruhi oeh
iklim. Nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyakit demam
berdarah, dianggap sebagai vektor yang paling penting di dunia dan sangat rentan
terhadap variabilitas iklim dan perubahan iklim. Peralihan musim panas ke musim
hujan di Indonesia secara tradisional dikenal dengan musim pancaroba dan dianggap
wilayah-wilayah baru.
perubahan iklim adalah suhu udara,curah hujan , kelembaban udara , kecepatan angin,
12 hari dengan suhu optimum berkisar antara 25°C-27°C. Siklus hidup nyamuk aedes
aegypti lebih pendek menjadi sekitar 7 hari pada suhu lebih dari optimum yaitu antara
32°C-35°C.
penyebaran larva dan pupa nyamuk ke berbagai tempat untuk meneruskan siklus
kehidupannya. Selain itu, kelembaban udara juga mempengaruhi daya tahan alat
pernafasan nyamuk itu trakea yang akan mempengaruhi umur nyamuk dan angka
baik untuk vektor demam berdarah yang menyebabkan terjadinya penguapan air dari
sehingga penularan penyakit demam berdarah semakin meluas . pola angin dapat
berpengaruh pada penularan penyakit sebagai akibat dari peristiwa cuaca ekstrim,
penyebaran vektor penyakit, dan proses hidrologi yang dapat berpengaruh terhadap
kebiasaan nyamuk untuk mencari makanan atau tempat beristirahat. Nyamuk Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan beristirahat di tempat yang gelap dan terlindung dari
Ketinggian Tempat
Aegepti. Pada dataran rendah yang kurang dari 500 meter, tingkat populasi nyamuk
Wadah seperti ban, botol, plastic yang dapat menampng air adalah sarana
barang bekas yang menampung air, semakin banyak tempat bagi nyamuk untuk
5
bertelur dan berkembang biak, sehingga meningkatkan pula resiko kejadian DBD.
Peran lingkunagan non-fisik terhadap kejadian penyakit demam berdarah antara lain
yaitu, pendapat keluarga, aktivitas sosial , dan tingkat Pendidikan. Semakin baik pendapatan
keluarga, semakin mampu keluarga itu untuk memenuhi kebutuhannya , termasuk dalam hal
pencegahan dan pengobatan penyakit demam berdarah, selain itu , aktivitas sosial yang
penularan infeksi virus dengue. Tingkat Pendidikan juga berhubungan dengan penyebaran
penyakit demam berdarah dengue dan dengan angka kematiannya .Pada kelompok masyrakat
yang berpendidikan rendah, akan cenderung tidak mengetahui cara pencegahan suatu
Berdasarkan pembagian domain oleh blum, terdapat 3 tingkat ranah perilaku yang
1. Pengetahuan (Knowledge )
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia , atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata , hidung, telinga, dan sebagainya).
Masyarakat yang tingkat pengetahuannya rendah mengenai demam berdarah, maka akan
cenderung menjadi acuh terhadap potensi penyebaran infeksi demam berdarah sehingga
tidak berusaha mengurangi segala kegiatan yang berpotensi untuk terjadinya penyakit
demam berdarah.
2. Sikap (attitude)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Masyarakat menganggap
penanganan dan pencegahan demam berdarah dengue dengan fogging merupakan cara yang
paling efektif. Hal ini yang menyebabkan permintaan fogging meningkat, sedangkan
efektivitas fogging dalam menurunkan Angka Bebas Jentik dan menurunkan Larva Density
Index hanya sampai 8,6% ,sedangkan fogging hanya bertahan selama dua minggu dan
3. Tindakan / perilaku 9
Tindakan atau perilaku adalah segala perbuatan yang dilakukan makluk hidup.
Perilaku manusia yang berhubungan dengan terjadinya penularan infeksi demam berdarah
air hujan, air sumur dalam bak mandi atau drum membuat hal tersebut sebagai
Tempat penampungan air yang tidak tertutup rapat dan jarang dibersihkan
dapat dijadikan tempat perkembang biakan (breeding place) nyamuk Aedes Aegypti
membuat genangan air, sehingga di dalam genangan tersebut nyamuk Aedes Aegypti
lembab, tempat tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk kolong tempat
tidur, kloset, kamar mandi. Pakaian yang menggantung menjadi tempat hinggap
pakaian di dalam rumah dapat menyebabkan ruangan menjadi gelap, lembab serta
tidak terkena sinar matahari langsung dan tidakterkena angin yang bertiup.
Faktor pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah yaitu :
kejadian demam berdarah. Dalam hal ini, fasilitas Kesehatan setempat yang berperan
yang diberikan oleh fasilitas Kesehatan setempat, baik oleh dokter puskesmas,
perawat, dan kader, akan menyebabkan sikap dan perilaku negatif masyarakat
Tindak lanjut dari penemuan tersangka/ penderita DBD adalah fogging fokus dan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tingginya jumlah kasus dan endemisnya suatu
daerah dapat disebabkan dari baik masalah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan
P2DBD yang tidak optimal. Ketidak optimalan dari pelaksanaan P2DBD dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti ketidak aktifan kader Kesehatan, dana yang dibutuhkan
untuk kegiatan, kinerja petugas Kesehatan yang belum maksimal, dan sarana dan
menjadi salah satu faktor mengapa kasus demam berdarah dengue tidak menurun.
II.4 Keturunan 12
Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan beratnya infeksi dengue
pada manusia. Polimorfisme genetik pada beberapa alel HLA dan non-HLA ikut mempengaruhi
suseptibiltas individu terhadap demam berdarah dengue. Beberapa faktor genetik dapat memengaruhi
suseptibilitas individu terhadap DBD, yakni berbagai produk gen HLA kelas I, II dan III, serta 2 gen
GENETIK
Polimorfisme : alel HLA
dan non-HLA
JLN
PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
FISIK:
DEMAM 1. sanitasi lingkungan
BERDARAH 2. iklim pancaroba
1. Minim pemberian DENGUE
informasi DBD di fasilitas 3. pemukiman dataran
kesehatan setempat rendah
Lingkungan non-fisik :
Melakukan pendekatan kepada masyrakat dengan Pendidikan
menengah keatas untuk ikut serta menjadi kader. Dengan
demikian masyarakat yang memiliki Pendidikan menengah
keatas akan mudah mengintervensi sesama mereka, dan
masyarakat yang pendidikannya lebih rendah.
2. Perilaku
Bekerja sama dengan kader setempat melakukan edukasi yang
dilakukan secara luas, serentak, terus-menerus dan
berkesinambungan serta dilakukan secara langsung kepada
masyarakat mengenai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yaitu 3M: menguras bak mandi/bak penampungan air,
menutup rapat-rapat tempat penampungan air dan
memanfaatkan kembali/mendaur ulang barang bekas yang
berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk.
3. Pelayanan Kesehatan :
Peningkatan penyediaan sarana informasi kepada masyarakat
mengenai penyakit demam berdarah dengue (DBD) serta
penanggulangannya melalui permanfaatan media elektronik, yang
dikemas dalam bentuk video atau infographics yang dapat diletakan
pada fasilitas Kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Petugas Kesehatan tempat melakukan Pemantauan Jentik Berkala
(PJB) setiap 3 bulan dengan memeriksa 100 rumah untuk mengetahui
hasil penggerakan PSN DBD di daerah setempat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Pedoman Demam Berdarah Dengue Indonesia. 2017;12–38.
2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Demam Berdarah Di Indonesia 2017 [Internet]. Vol. 31,
Journal of Vector Ecology. 2018. p. 71–8. Available from: https://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/InfoDatin-Situasi-Demam-Berdarah-Dengue.pdf
3. Kementrian Kesehatan RI. Bersama Selesaikan Masalah Kesehatan. 2018. Available from :
https://www.kemkes.go.id/article/view/18012900004/together-overcoming-health-problem-.html
4. Muda AS. Determinan Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Di Kelurahan Rangkah Buntu,
Surabaya. J PROMKES. 2019;7(1):22.
5. Widodo N. Faktor - Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di di
Kecamtan Ngawi. 2012;
6. Sari UWP. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Wilayah Kerja Puskesmas Klagenserut. Progr Stud Kesehat Masy Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
2018;
7. Sumarni N, Rosidin U, Witdiawati W. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Jentik Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Jayaraga Garut. ASPIRATOR - J
Vector-borne Dis Stud. 2019;11(2):113–20.
8. Subadi W. Hubungan Faktor Lingkungan Sosial (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Terhadap Kejadian
Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Sorosutan Kota Yogyakarta Tahun 2013. J Ilmu Adm Publik
Bisnis. 2017;1(1):173–83.
9. Kurniawati RD, Ekawati E. Analisis 3M Plus Sebagai Upaya Pencegahan Penularan Demam Berdarah
Dengue Di Wilayah Puskesmas Margaasih Kabupaten Bandung. Vektora J Vektor dan Reserv Penyakit.
2020;12(1):1–10.
10. Lisastri Syahrias. Faktor Perilaku Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan
Mangsang, Kota Batam. J Dunia Kesmas. 2018;7:134–41.
12. Eppy E, Hospital P. Aspek Genetik Demam Berdarah Dengue. 2019;(January). CDK-197/ vol. 39 no. 9,
th. 2012
13. Ramadhani F. Pelaksanaan PSN 3M Plus untuk Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Gorontalo
Journal of Public Health, 2019.