Anda di halaman 1dari 2

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA SCABIES

 MIKROSKOPIK
Uji mikroskopik dilakukan guna menemukan tungau, telur, maupun skibala.
Uji ini dilakukan menggunakan minyak mineral dengan kelebihan tungau
dapat menempel pada minyak mineral dan tetap hidup dan motil, skuama pada
kulit bercampur dengan minyak mineral, perbedaan refraksi tungau dengan
minyak mineral lebih besar, dan minyak mineral tidak melarutkan skibala.
Tata cara melakukan pemeriksaan ini diawali dengan pengambilan kerokan
kulit. Pertama tentukan lesi khusus nya pada papul yang merupakan ujung dari
terowongan, lalu teteskan minyak mineral. Lakukan kerokan menggunakan
scapel dengan lembut. Lalu pindahkan bahan kerokan dan minyak mineral
pada object glass lalu tutup dengan kaca penutup. Periksa dibawah mikroskop
cahaya dengan pembesaran paling rendah.

 BURROW INK TEST


Tes ini memungkinkan untuk mendeteksi terowongan. Sapukan bagian bawah
cartridge pena yang penuh dengan tinta berwarna hitam atau biru ke atas papul
yang dicurigai, kemudian bersihkan dengan kapas alkohol untuk menghapus
tinta dari permukaan lesi. Tes dikatakan positif jika terbentuk garis
menyerupai bentuk zig-zag berwarna gelap.

 DERMOSKOPI
Dermoskopi memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi yaitu 95 %.
Khusus nya pada kasus dengan infeksi sekunder burrow ink test lebih sering
menghasilkan hasil negative palsu, dikarenakan terowongan tertutupi oleh
krusta. Dermoskopi merupakan suatu Teknik non invasive yang
memungkinkan dilakukannya observasi kulit yang diperbesar dan cepat
dengan visualisasi morfologi yang sering tidak terlihat dengan mata telanjang.

Dermoskopi merupakan alat diagnostic yang menjanjikan dan bermanfaat


guna mendiagnosis scabies. Dermoskopi memungkinkan dilakukannya
pengindetifikasian tungau yang tampak sebagai struktur berbentuk segitiga,
berwarna kecoklatan, berbentuk seperti pesawat laying yang sesuai dengan
bagian anterior S. scabier ( delta wing sing/ jet with contrail).
DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S, Soebono H, et al. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOKSI; 2017 h.131 – 3
2. Muller GH. Laboratory diagnosis of scabies. Dalam: Orkin M, Maibach HI, Parish LC,
Schwartzman RM Scabies and Pediculosis. Philadelphia: J.B. Lippincott Company;
1997.h.99- 104.
3. Walter B, Heukelbach J, Fengler G, Worth C, Hengge U, Feldmeier H. Comparison of
dermoscopy, skin scraping, and the adhesive tape test for the diagnosis of scabies in
a resource – poor setting. Arch Dermatol. 2011;147(4):468-73
4. Soedarto M. Skabies. Dalam: Daili SF, Indriatmi W, Zubier F, Judanarso J, penyunting.
Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2005.h.179-85
5. Micali G, Lacarruba F, Massimino D, Schwartz RA. Dermatoscopy : alternative uses in
daily clinical practice. Journal of American Academy Dermatology 2011;64:1135-46.
6. himose, L., Munoz-Price, L.S. Diagnosis, Prevention, and Treatment of Scabies. Curr
Infect Dis Rep 15, 426–431 (2013). https://doi.org/10.1007/s11908-013-0354-0

Anda mungkin juga menyukai