Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

Disusun oleh:
Andhika Tatag Prahara
012116324
Pembimbing Akademik:
dr. H. Irawan Sanjoto Putro, Sp. OG
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PERIODE 18 MEI 11 JULI 2015
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAA SOEWONDO PATI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN
Nama

: Andhika Tatag Prahara

NIM

: 012116324

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung Semarang


Bagian

: Obstetri Ginekologi

RS

: RSUD RAA Soewondo Pati

Periode

: 18 Mei 2015 11 Juli 2015

Judul Lapkas

: Perdarahan Uterus Disfungsional

Pembimbing

: dr. H. Irawan Sanjoto Putro, Sp.OG

Mengetahui,

Pati, 30 Juni

2015
Pembimbing Akademik

dr. H. Irawan Sanjoto Putro, Sp.OG


Prahara

Koass Obsgyn

Andhika Tatag

Laporan Kasus
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
No. RM
Tanggal masuk

: Ny. Su
: 47 tahun
: Sukorukun, jaken PATI
: 070676
: 25 Juni 2015

2. Anamnesis
Keluhan Utama: Perdarahan dari jalan lahir saat siklus
dan diluar siklus menstruasi.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Wanita G1P1A0 datang mengeluhkan perdarahan pada saat
siklus dan diluar siklus menstruasi. Darah keluar lebih banyak
daripada menstruasi sebelumnya. Darah berwarna hitam. Pasien
mengaku ganti celana dalam sebanyak 6x dalam sehari. Pasien
berobat di poli kandungan untuk yang pertama kali dan sudah
diberi obat selama 8 hari. Setelah diberi obat, keluhan hilang,
namun setelah obat habis, keluhan kembali muncul.
Riwayat Menstruasi : menstruasi tidak teratur setiap 30 hari
terdapat 2 siklus menstruasi dengan lama menstruasi 5 hari. Hari
pertama menstruasi terakhir 24 Juni 2015.
Riwayat Obstetri : P1A0
Laki-laki sekarang berusia 19 th, lahir dengan BB 3000 gr,
persalinan normal, di bidan
Riwayat Pernikahan : 2x, 1 pada tahun 1995, 2 pada tahun
2009

Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi : Suntik 1 bulan 17


tahun yang lalu tetapi sekarang tidak ber KB.
Riwayat Penyakit Dahulu: Hipertensi(-) DM (-) penyakit
jantung (-) alergi (-) asma (-)
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: compos mentis, baik

BMI

: Bb 68kg, Tb 155cm : 28 kg/m2

Tanda Vital

Tekanan darah 130/80 mmHg


Nadi 94 x/menit
Respirasi 22x/menit
Suhu 37,2oC
Mata

Konjungtiva anemis -/Sklera ikterik

-/-

Thorax :
Inspeksi

: pengembangan dada ka-ki simetris, IC tidak

nampak
Palpasi : fremitus normal, IC kuat angkat - 2 jari
Perkusi

: Paru-paru sonor, batas jantung kesan tidak melebar

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), S1/2 normal tidak ada


bising

Abdomen:
Inspeksi

: kesan normal

Auskultasi

: Peristaltik (+) normal

Perkusi

: tympani

Palpasi

: nyeri tekan pada ke 4 regio(-), TFU tidak teraba,

tidak teraba massa.

Pemeriksaan Gynekologis VT :
-

Vulva urethra tak ada kelainan

Dinding vagina licin tak ada kelainan

Portio kenyal, utuh, konsistensi lunak, nyeri goyang (-)

OUE membuka 1 cm

Uterus sebesar telur ayam

Adnexa parametrium tak ada kelainan

Cavum Douglas tak ada kelainan

Darah (+)

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Darah

Hb

: 13,2 g/dl

Ht

: 39,8 %

Leukosit

: 7,2 k/ul

Trombosit : 425 k/ul


GDS

: 90 mg/dl

BT

: 3

CT

: 5

5. Usulan Pemeriksaan Penunjang

USG Transabdominal

USG Transvaginal

Kuretase dx tx (biopsi PA)

6. Diagnosis
Wanita 47 tahun G1P1A0 dengan Perdarahan Uterus Disfungsional
7. Usulan Penatalaksanaan
Asam tranexamat 500 mg 3.d.d
Tindakan operatif sesuai dengan hasil pemeriksaan radiografi dan
biopsi.

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (PUD)


Definisi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal
yang didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan
gangguan

fungsional

mekanisme

kerja

hipotalamus-hipofisis-ovarium-

endometrium tanpa kelainan organik alat reproduksi. PUD paling banyak


dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause.
Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara
menarche dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa
permulaan dan pada mssa akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars,
penyebab paling mungkin adalah faktor pembekuan darah dan gangguan psikis.
Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal
disebabkan oleh gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus,
dengan akibat bahwa pembuatan releasing factor dan hormon gonadotropin
tidak sempurna. Pada wanita dalam masa premenopasuse proses terhentinya
proses ovarium tidak selalu berjalan lancar.
Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional telah kehilangan siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai
hasilnya pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat
menstimulasi pertumbuhan endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga
perdarahan yang periodik tidak terjadi.
Perdarahan yang dinamakan metropatia

hemoragika

terjadi

karena

persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi endometrium
karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai
jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatif dan
sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi merupakan bagian terbesar.
Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi dan non sekresi penting
artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan ovulatoar dari
yang anovulatoar. Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis
perdarahan disfungsional ini memiliki dasar etiologi yang berlainan dan
memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang
ovulatoar

gangguan

dianggap

berasal

dari

faktor-faktor

neuromuskular,

hematologi dan vasomotorik, yang mekanismenya belum seberapa dimengerti,


sedang perdarahan anovulatoar biasanya dianggap bersumber pada gangguan
endokrin.http://kuliahitukeren.blogspot.com/

Gambaran Klinik
Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional
dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk
menegakkan diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada
masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus
haid tidak dikenali lagi, maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal
dapat

menolong.

Jika

sudah

dipastikan

bahwa

perdarahan

berasal

dari

endometrium tipe sekresi tanpa adanya sebab organik, maka harus dipikirkan
sebagai etiologiya :
1.

Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadangkadang

bersamaan

dengan

ovarium

membesar.

Sindrom

ini

harus

dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil


pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antara
keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan pelepasan
endometrium

tidak

teratur

(irregular

shedding).

Diagnosa

irregular

shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni pada
hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium
dalam tipe sekresi disamping tipe nonsekresi.
2.

Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting,


menoragia

atau

polimenorea.

Dasarnya

ialah

kurangnya

produksi

progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing factor. Diagnosis


dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok
dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus
yang bersangkutan.
3.

Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya


pembuluh darah dalam uterus.

4.

Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan


dalam mekanisme pembekuan darah.
Perdarahan anovulatoar

Stimulasi
Dengan

dengan

menurunnya

estrogen
kadar

menyebabkan

estrogen

dibawah

tumbuhnya
tingkat

endometrium.

tertentu,

timbul

perdarahan yang kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur


sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel yang
pada suatu waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen
sebelum mengalami atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru.
Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium
yang mula-mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat
diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam
kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa pubertas dan
masa premenopause. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil
sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus
haid menjadi ovulatoar, pada seorang wanita dewasa terutama dalam masa
premenopasue dengan perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan
untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Disamping itu stress dan
pemberian obat penenang juga dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar
yang bisanya bersifat sementara.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan
homeostasis seperti ptechiae, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang

mengarah pada kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit


kronis, dan lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainankelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor,
kehamilan terganggu).
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH,
LH, Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan
perdarahan jika ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b)
histeroskopi. Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda
dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang
gagal

berespon

terhadap

pengobatan

harus

menjalani

sejumlah

pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin


terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang
memerlukan investigasi, histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi
dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil
dalam uji coba terapeutik.

Diagnosis
Pembuatan

anamnesis

yang

cermat

penting

untuk

diagnosis.

Perlu

ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang


pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau
sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan, dan sebagainya. Pada
pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah
penyakit metabolik, endokrin, penyakit menahun, dan lai-lain. Kecurigaan
terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk
melakukan pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-

kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor,


kehamilan terganggu).
Pada wanita dalam masa pubertas tidak perlu dilakukan kuretase untuk
penegakkan diagnosis. Pada wanita usia antara 20 dan 40 tahun kemungkinan
besar

adalah

kehamilan

terganggu,

polip,

mikoma

submukosum,

dan

sebagainya. Kerokan dilakukan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan


tersebut tidak mengganggu kehamilan yan masih memeberi harapan untuk
diselamatkan. Pada wanita dalam masa premenopause, kerokan perlu dilakukan
untuk menastikan ada tidaknya tumor ganas.

Penatalaksaaan
Tujuan
mengontrol

penanganan
perdarahan

perdarahan
yang

keluar,

uterus

disfungsional

mencegah

adalah

komplikasi,

untuk

memperbaiki

keadaan umum pasien, memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi


pasien yang menginginkan anak.
Terkadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat
banyak. Sehingga penderita harus bed rest dan diberi transfusi darah. Pada usia
premenars, pengobatan hormonal perlu bila tidak dijumpai kelainan organik
maupun kelainan darah, gangguan terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah
menarche belum dijumpai siklus haid yang berovulasi, perdarahan yang terjadi
sampai mebuat keadaan umum memburuk.
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal
dari uterus dan tidak ada abortus inkomplitus, perdarahan untuk sementara
waktu dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan
perdarahan berhenti. Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau
estradiol benzoat 1,5mg secara intramuskular. Kekurangan terapi ini adalah
setelah suntikan dihentikan, perdarah timbul lagi.
b. Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional

bersifat

anovulatoar,

sehingga

pemberian

progesteron

mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan


kaproas

hidroksi-progesteron

125mg,

secara

intamuskular

atau

dapat

diberikan peroral sehari norethindrone 15mg atau medroksi-progesteron


asetat (provera) 10mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita
masa puberas.

Androgen berefek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia


endomentirum. Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya
virilisasi. Dapat diberikan testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat
diulangi 6 jam kemudian. Pemberian metiltestosteron peroral kurang dapat
efeknya. Androgen berguna pada perdarahan disfungsional berulang, dapat
diberikan metil testosteron 5 mg sehari. Erapi oral lebih baik dari pada suntikan,
dengan pedoman pemberian dosis sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Kecuali pada masa pubertas, terapi paling baik adalah dilatase kuretae.
Tindakan ini penting untuk diagnosis dan terapi, agar perdarahan tidak berulang.
Bila ada penyakit lain maka harus ditangani pula.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi,
dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat
karena

sebagian

besar

perdarahan

disfungsional

disebabkan

oleh

hiperestrenisme. Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen


secara endogen cukup. Dalam hubungan hal-hal tersebut diatas, pemberian
estrogen dan progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini
pil-pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dpat dilakukan mulai hari ke-5
perdrahan terus untuk 21 hari. Dapat pula diberikan progeseteron untuk 7 hari,
mulai hari ke ke-21 siklus haid.
Pil kontrasepsi dapat menekan pertumbuhan endometrium, mengontrol sifat
perdarahan, menurunkan perdarahan terus-menerus dan menurunkan resiko
anemia defesiensi besi.
Bila setelah dialakukan kerokan masih timbul perdarahan disfungsional,
dapat diberikan terapi hormonal. Pemberian kombinasi estrogen dan progestron,
seperti pemberian pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan

mulai hari ke 5 perdarahan sampai 21 hari. Dapat diberikan progesteron untuk 7


hari, mulai hari ke 21 siklus haid.,
Sebagai tindakan terakhir pada wanita dengan perdarahan disfungsional
terus-menerus (meski telah kuretase) adalah histerektomi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka: Jakarta.
2. https://bidandelima.wordpress.com/2013/09/19/perdarahan-uterusdisfungsional-disfungsional-uterine-bleeding/

Anda mungkin juga menyukai