Demam Tifoid
\\
DISUSUN OLEH
Sutrisno
012106281
PEMBIMBING
dr. Agustinawati Ulfah, Sp. A
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku
Pekerjaan
Bangsal
No Rekam Medis
Tanggal Masuk RS
: An. A.Z.
: 10 tahun
: Laki-laki
: Tarub 1/1 Tawangharjo
: Islam
: Jawa
: Pelajar
: Cempaka
: 00137839
: 08 Agustus 2016
ANAMNESIA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada
penderita dan alloanamnesis pada orang tua pasien pada
tanggal 9 Agustus 2016 pada pukul 12.00 WIB di bangsal
Cempaka dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama
: Demam
: (+)
: (+)
: (-)
: (+)
: (-)
: (+)
Riwayat Persalinan
Anak perempuan lahir spontan dari ibu G1P1A0 hamil 38 minggu umur 20
tahun.
Persalinan
: Lahir ditolong bidan
Jenis Persalinan
: Spontan
Usia dalam kandungan : 9 bulan (aterm)
Berat badan lahir
: 3000 gram
Panjang badan
: (keluarga pasien lupa)
Lingkar kepala
: (keluarga pasien lupa)
Keadaan lahir
: aktif langsung menangis
: 3000 gram
: 22 kg
: 22 kg
: 122 cm
: BB/TB2
: 22/1,222
: 14,8
Z-score
Status Gizi (Z-Score)
- 1,15 ( Normal )
SD
1, 9
Perkembangan
Mengangkat kepala
Memiringkan kepala
Tengkurap dan mempertahankan posisi kepala
Duduk
Merangkak
Berdiri, bersuara
Berjalan, memanggil mama
Berbicara
: 2 bulan
: 3 bulan
: 5 bulan
: 7 bulan
: 8 bulan
: 10 bulan
: 11 bulan
: 18 bulan
0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
: Hb 0
: BCG dan Polio 1
: DPT 1, HB1, HiB, Polio 2
: DPT2, HB2, HiB, Polio 3
: DPT 3, HB 3, HiB, Polio 4
: Campak
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: tampak lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda vital:
TD : 100 / 70 mmHg
HR : 90 x/menit, reguler, isi tegangan kuat
RR : 22 x/menit
T masuk RS : 38oC
T saat diperiksa
: 37,7C
Kepala
:
Mesocephale , rambut tipis kemerahan,
tidak mudah dicabut, tidak cekung
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata
sedikit cekung (-/-), refleks pupil (+/+), isokor (+/+, 2mm)
Telinga
:
Simetris, normotia (+/+), Nyeri (-/-),
otorhhea (-/-), kemerahan (-/-)
Hidung
: Bentuk normal, nafas cuping (-/-), discharge (-/-),
mukosa kemerahan (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut
: Sianosis (-), bibir kering (-), palatolabioskisis (-),
makroglosi (-), hipersalivasi (-), perdarahan (-), sariawan (-)
lidah kotor dan tepi hiperemis (+), tonsil T1-T1 tidak
hiperemis, faring tidak hiperemis,
Leher
: Tidak ada pembesaran KGB
Thorax
PULMO
COR
INSPEKSI
PALPASI
PERKUSI
AUSKULTASI
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Extremitas
:
Ekstremity
Superior
Inferior
Oedem
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
< 2
< 2
Capillary refill
PEMERIKSAAN PENUNJANG
08/08/2016
Daftar Masalah
Febris
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Nyeri ulu hati
Nyeri kepala
Pemeriksaan Fisik lidah kotor dan
tepi hiperemis (+), nyeri tekan
epigastrium (+)
Hasil laboratorium monositosis, uji
widal (+)
Diagnosa
Diagnosis Banding
Observasi febris 5 hari
Demam Tifoid
Demam Dengue
Malaria
Diagnosis Kerja
Demam Tifoid
INISIAL PLAN
Initial plan diagnosis
Pemeriksaan Serologi IgM antigen
Salmonella Typhi
Enzyme Immunoassay test
Kultur Salmonella Typhi
Apusan darah perifer
X-Foto Thorax & X-Foto Abdomen
untuk melihat komplikasi
Initial Terapi:
Infus RL
perhitungan cairan
Anak
: 10Kg I --- 100cc/Kg BB/24 jam
10Kg II --- 50cc /Kg BB/24 jam
selebihnya --- 20cc /Kg BB/24 jam
BB Penderita : 20 Kg
Cairan maintenance = (10 x 100cc) + (10x 50cc) = 1500
Tetesan infus = 1500 cc x 15tts = 15,62 tpm 15 tpm
24 x 60
Terapi simptomatik
Paracetamol : 10-15 mg/kg bb
20 kg X 10 mg = 200 mg --- 20 kg X 15 mg = 300
mg
Paracetamol 3 x 250 mg
Ranitidine : 2-4 mg/kg bb
20 kg X 2 mg = 40 mg --- 20 kg X 4 mg = 80 mg
Ranitidine 2 x 50 mg
Antibiotik
Kloramfenikol 50 100 mg/kg bb / hari selama 5 hari
20 kg X 50 mg = 1000 mg/hari --- 20 kg X 100 mg =
2000 mg/hari
Kloramfenikol 4 x 250 mg selama 10 hari
Prognosis
QUO AD VITAM
QUO AD SANAM
QUO AD FUNGTIONAM
: AD BONAM
: AD BONAM
: AD BONAM
DEMAM TIFOID
Definisi
Demam tifoid (tifus abdominalis, enteric fever)
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran pencernaan dengan
gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran pencernaan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit
infeksi endemik di Asia, Afrika, Amerika Latin Karibia dan
Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5
tahun. Ada dua sumber penularan S.typhi : pasien yang
menderita demam tifoid dan yang lebih sering dari carrier
yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun
masih mengeksresikan S. typhi dalam tinja selama lebih
dari satu tahun.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi
(S. typhi), kuman berbentuk basil gram negatif
berukuran 2-4 m x 0.5-0,8 m, bergerak dengan
flagel peritrik, dan tidak berspora. Salmonella sp.
tumbuh cepat dalam media yang sederhana
hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan
sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari
glukosa dan manosa, biasanya memproduksi
hidrogen sulfide atau H2S.
Patofisiologi
Diagnosis
Anamnesis
Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya
menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan
demam. Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun
dan normal kembali pada kahir minggu ketiga
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma
dan gelisah.
Pemeriksaan Fisik
Pada minggu pertama, gejala klinisnya yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut,
batuk, dan epistaksis.Dalam minggu ke-2, gejala telah
lebih jelas, yaitu berupa demam, bradikardia relatif
(peningkatan suhu 1oC tidak diikuti dengan peningkatan
denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput,
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, ganguan
mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, dan
psikosis.
Penunjang
Pemeriksaan darah tepi
Uji Serologis
Uji Widal
Tes TUBEX
Metode enzyme immunoassay (EIA) DOT
Metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Pemeriksaan dipstik
Terapi
SIMPTOMATIK
Panas yang merupakan gejala utama pada
tifoid dapat diberi antipiretik. Bila mungkin
peroral sebaiknya diberikan yang paling aman
dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis
10 mg/kg/kali minum
Non Medikamentosa
Tirah baring
Nutrisi Pemberian makanan tinggi
kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah
serat adalah yang paling membantu
dalam memenuhi nutrisi penderita namun
tidak memperburuk kondisi usus.
Cairan
Kompres air hangat
KOMPIKASI
Komplikasi pada usus halus
Perdarahan usus
Perforasi usus
Peritonitis
Tinjauan Pustaka
Pudjiadi, Antonius dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia, jilid 1. Hal 33-35. Jakarta. Badan Penerbitan IDAI
Campak dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Hal. 180183. 2009. Jakarta. WHO
Depkes, R.I., 2004. Demam Tifoid di Indonesia. http://www.penyakitinfeksi. Info
Soedarmo, Poorwo, SS, dkk ; penyunting : Buku ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis;Edisi kedua; Ikatan Dokter Anak Indonesia 2010, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK UI, Jakarta : 2010.
Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin; edisi bahasa Indonesia:A
Samik Wahab; Ilmu Kesehatan Anak Nelson, ed.15- Jakarta: EGC, 1999.
Aru W, Sudoyo, dkk ; editor ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam; Jilid III, edisi
IV;Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta : 2007
Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam
PediatricsUpdate. Cetakan pertama; Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : 2003
Rampengan. T H : Penyakit infeksi Tropis pada Anak ; edisi 2. Jakarta : EGC2007
TERIMA KASIH