Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN PUBLIKLIMBAH MEDIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Politik Kesehatan


Dosen Pengampu : dr. C. Tjahjono Kuntjoro, PhD

Disusun Oleh :
Andhinda Pramudya, S.KG
Erny Amperawati, S.H
Evita Puspa Oktavian, S.H
Febia Astiawati Sugiarto, S.KG
Swasti Artanti

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER HUKUM KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014

1
LIMBAH MEDIS DAN SEGALA MASALAH YANG MENGANCAM

I. LATAR BELAKANG

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-


kota besar semakin meningkat pula pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat
kualitas limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat, limbah rumah sakit dapat
mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat
mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk
demam typoid, kolera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah
sebelum dibuang ke lingkungan.

Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis
harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi
pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Faktor penting dalam
penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan
penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan
limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat.
Menurut Depkes RI. Limbah medis adalah berbagai jenis buangan yang
dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung,
masyarakat terutama petugas yang menanganinya.

Pengolahan limbah medis bukanlah hal mudah dilakukan. Di Indonesia


sendiri, pengolahan limbah medis masih belum tertangani dengan serius, baik di
kota kecil maupun kota besar di Indonesia. Kurangnya sosialisasi pemerintah dan
badan yang terkait mengenai efek yang ditimbulkan dari pembuangan limbah
medis secara sembarangan dan ketertarikan investor dalam mengolah limbah

2
rumah sakit menjadi masalah utama. Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung
logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah
organik yang berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya, sisanya merupakan limbah
anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.

II. MASALAH

1. Masalah yang terjadi


a. Akibat yang ditimbulkan dari buruknya pengolahan limbah rumah
sakit
b. Bagaimana pengolahan dan pengelolaan limbah rumah sakit yang
benar sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang berlaku saat ini agar
lingkungan sekitar rumah sakit tidak terkena dampak buruk
2. Tujuan yang akan dicapai
Untuk menghindarkan masyarakat (masyarakat umum, masyarakat
lingkungan rumah sakit, masyarakat TPA) dari pencemaran lingkungan
yang ditimbulkan karena buruknya pengolahan limbah rumah sakit

III.ANALISIS MASALAH

1. Akibat yang ditimbulkan limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan


penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat menimbulkan masalah
kesehatan..
2. Point point penting dalam pengolahan dan pengelolaan limbah rumah
sakit sesuai dengan kebijakan dari Pemerintah yang berlaku saat ini
adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :
a. Pemisahan

3
- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
- Perlu digunakan kantung plastic dengan warna warni yang
berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastic harus diangkut
untuk insinerasi atau dibuang.
b. Penyimpanan
Beberapa negara, kantung plastic cukup mahal sehingga sebagai
gantinya dapat digunakan kantung kertas tahan bocor (dibuat secara
lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna kemudian ditempatkan di tong
dengan kode warna.
c. Pengangkutan
Limbah medis ini diangkut dengan container tertutup. Untuk
keamanan, pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan
dengan limbah kimis yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif,.
Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat pemngiriman limbah.
d. Penanganan
- Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke
tempat pengumpul limbah daur ulang.
- Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai
masa akftif nya terlampaui.
- Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke saluran
pembuangan air. Contoh : limbah asam amino, gula, ion ion
anorganik.
- Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi,
ekstrasi, elektolisis.
- Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)

4
e. Pembuangan
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah rumah sakit harus
dibakar (insenerasi), jika tidak mengkin harus ditimbun dengan kapur
dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk. Rumah sakit yang besar mungkin
mampu membeli inserator sendiri, inserator berukuran kecil atau
menengah dapat membakar pada suhu 1300 1500 derajat celcius atau
lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas
yang dihasilkan untuk kebutuhan energy rumah sakit.

IV. ALTERNATIF KEBIJAKAN DAN REKOMENDASI

1. Sosialisasi dari Pemerintah mengenai dampak buruk limbah rumah sakit

a. Efektifitas
(1) Masyarakat paham akan dampak buruknya
(2) Pihak rumah sakit akan memperbaiki sistem pengolahan dan
pengelolaan limbahnya
b. Efisiensi
(1) Waktu relatif singkat
(2) Cakupan penerima sosialisasi tersebut cukup luas, bukan hanya
pihak rumah sakit namun juga masyarakat sekitar rumah sakit
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance

2. Pemberlakuan denda terhadap pelanggaran buruknya pengolahan dan


pengelolaan limbah rumah sakit

5
a. Efektifitas
(1) Pihak yang melanggar akan jera
b. Efisiensi
(1) Waktu yang dibutuhkan singkat
(2) Efek jera untuk pihak yang melanggar
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance
3. Pencabutan izin rumah sakit yang tidak mematuhi kebijakan pemerintah
mengenai pengolahan dan pengelolaan limbah rumah sakit yang
berdampak bagi lingkungan hidup

a. Efektifitas
(1) Pihak rumah sakit akan lebih serius dalam mengelola dan
mengolah limbahnya
(2) Masyarakat terhindar dari dampak buruk yang ditimbulkan karena
buruknya pula pengelolaan dan pengolahan limbah rumah sakit
tersebut
b. Efisiensi
(1) Pihak rumah sakit akan jera
(2) Dapat menjadi acuan rumah sakit lain agar tidak terjadi hal serupa
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance

6
V. STRATEGI IMPLEMENTASI

Strategi Impementasi adalah suatu kegiatan dan mekanisme dimana kebijakan


dipraktikkan dalam dunia nyata. Yang terkait dalam limbah medis maka harus
diwujudkan suatu strategi dengan alternatif kebijakan yang sudah dijelaskan diatas
yaitu :

1. Lembaga Pemerintah yang mengimplementasikan sosialisasi mengenai


dampak buruk limbah rumah sakit
2. Dinas Kesehatan yang mengawasi dan memberlakukan denda terhadap
rumah sakit yang melakukan pelanggaran akibat buruknya pengolahan dan
pengelolaan limbah rumah sakit
3. Badan Pengawas Rumah sakit untuk melakukan pencabutan izin rumah
sakit yang tidak mematuhi kebijakan pemerintah mengenai pengolahan
dan pengelolaan limbah rumah sakit yang berdampak bagi lingkungan
hidup

VI. STAKEHOLDER

Stakeholder yang terkait dalam kebijakan lembah medis adalah managemen


Rumah Sakit, Tenaga kesehatan dan paramedis dalam suatu Rumah Sakit, Karyawan
Rumah Sakit serta Dinas Kesehatan. Para Stakeholder tersebut dengan fungsinya
masing-masing dan kepentingannya masing-masing dalam menjalankan kebijakan
untuk mengatur pengelolaan limbah medis.

VII. RENCANA MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan melihat implementasi kebijakan


apakah telah berjalan atau tidak sehingga dapat mencapai suatu sasaran dan tujuan

7
mengenai pengelolaan lembah medis yaitu terwujudnya lingkungan yang baik tanpa
tercemari oleh lembah medis.
Upaya pengawasan (monitoring) yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Inspeksi khusus terkait dengan kebersuhan di setiap ruangan dilakukan
sewaktu-waktu tanpa ada jadwal dan pemberitahuan
- Tidak terdapat pelaporan dari hasil evaluasi pengawasan setiap ruangan

Evaluasi terhadap hasil monitoring dapat dilakukan dengan analisa SWOT.


Setelah dilakukan evaluasi dengan analisa SWOT makan dapat disusun suatu strategi
untuk memperbaiki kekurangan dengan membuat matriks SWOT dengan
menggunakan strategi berdasarkan posisi kuadran SWOT

Anda mungkin juga menyukai