Disusun Oleh :
Andhinda Pramudya, S.KG
Erny Amperawati, S.H
Evita Puspa Oktavian, S.H
Febia Astiawati Sugiarto, S.KG
Swasti Artanti
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER HUKUM KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014
1
LIMBAH MEDIS DAN SEGALA MASALAH YANG MENGANCAM
I. LATAR BELAKANG
Limbah medis adalah hasil buangan dari suatu aktivitas medis. Limbah medis
harus sesegera mungkin diolah setelah dihasilkan dan penyimpanan menjadi
pilihan terakhir jika limbah tidak dapat langsung diolah. Faktor penting dalam
penyimpanan limbah medis adalah melengkapi tempat penyimpanan dengan
penutup, menjaga areal penyimpanan limbah medis tidak tercampur dengan
limbah non-medis, membatasi akses lokasi, dan pemilihan tempat yang tepat.
Menurut Depkes RI. Limbah medis adalah berbagai jenis buangan yang
dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat
membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pengunjung,
masyarakat terutama petugas yang menanganinya.
2
rumah sakit menjadi masalah utama. Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar
10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung
logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah
organik yang berasal dari makanan dan sisa makanan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya, sisanya merupakan limbah
anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
II. MASALAH
III.ANALISIS MASALAH
3
- Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
- Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
- Perlu digunakan kantung plastic dengan warna warni yang
berbeda yang menunjukkan kemana kantong plastic harus diangkut
untuk insinerasi atau dibuang.
b. Penyimpanan
Beberapa negara, kantung plastic cukup mahal sehingga sebagai
gantinya dapat digunakan kantung kertas tahan bocor (dibuat secara
lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini
dapat ditempeli dengan strip berwarna kemudian ditempatkan di tong
dengan kode warna.
c. Pengangkutan
Limbah medis ini diangkut dengan container tertutup. Untuk
keamanan, pengangkutan limbah radioaktif sebaiknya dipisahkan
dengan limbah kimis yang bersifat reaktif, mudah terbakar, korosif,.
Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk
mencegah adanya limbah yang tercecer akibat pengangkutan dan
mengurangi resiko kecelakaan saat pemngiriman limbah.
d. Penanganan
- Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke
tempat pengumpul limbah daur ulang.
- Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai
masa akftif nya terlampaui.
- Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke saluran
pembuangan air. Contoh : limbah asam amino, gula, ion ion
anorganik.
- Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi,
ekstrasi, elektolisis.
- Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)
4
e. Pembuangan
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah rumah sakit harus
dibakar (insenerasi), jika tidak mengkin harus ditimbun dengan kapur
dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk. Rumah sakit yang besar mungkin
mampu membeli inserator sendiri, inserator berukuran kecil atau
menengah dapat membakar pada suhu 1300 1500 derajat celcius atau
lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas
yang dihasilkan untuk kebutuhan energy rumah sakit.
a. Efektifitas
(1) Masyarakat paham akan dampak buruknya
(2) Pihak rumah sakit akan memperbaiki sistem pengolahan dan
pengelolaan limbahnya
b. Efisiensi
(1) Waktu relatif singkat
(2) Cakupan penerima sosialisasi tersebut cukup luas, bukan hanya
pihak rumah sakit namun juga masyarakat sekitar rumah sakit
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance
5
a. Efektifitas
(1) Pihak yang melanggar akan jera
b. Efisiensi
(1) Waktu yang dibutuhkan singkat
(2) Efek jera untuk pihak yang melanggar
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance
3. Pencabutan izin rumah sakit yang tidak mematuhi kebijakan pemerintah
mengenai pengolahan dan pengelolaan limbah rumah sakit yang
berdampak bagi lingkungan hidup
a. Efektifitas
(1) Pihak rumah sakit akan lebih serius dalam mengelola dan
mengolah limbahnya
(2) Masyarakat terhindar dari dampak buruk yang ditimbulkan karena
buruknya pula pengelolaan dan pengolahan limbah rumah sakit
tersebut
b. Efisiensi
(1) Pihak rumah sakit akan jera
(2) Dapat menjadi acuan rumah sakit lain agar tidak terjadi hal serupa
c. Adegency
d. Equity
e. Respon
f. Appreance
6
V. STRATEGI IMPLEMENTASI
VI. STAKEHOLDER
7
mengenai pengelolaan lembah medis yaitu terwujudnya lingkungan yang baik tanpa
tercemari oleh lembah medis.
Upaya pengawasan (monitoring) yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Inspeksi khusus terkait dengan kebersuhan di setiap ruangan dilakukan
sewaktu-waktu tanpa ada jadwal dan pemberitahuan
- Tidak terdapat pelaporan dari hasil evaluasi pengawasan setiap ruangan