UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 1 hari
ANAMNESIS Nama : By. Ny. A
Ruang : Perinatologi (HCU)
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 3
Dokter yang merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp.A Ko Asisten : Puput Agus Sulistiawaty S. Ked
1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
28 th 23 th
2 hari
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Pasien
2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RIWAYAT PRIBADI
3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
e. Riwayat Vaksinasi
Vaksin
Hepatitis B 1 kali Pada umur : 0
BCG - -
DPT - -
Polio - -
Campak - -
MR - -
Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan nenek. Rumah terdiri dari ruang tamu, dapur, 3 kamar
tidur, dan 1 kamar mandi dan WC. Sumber air berasal dari sumur dan Pom. Air minum
menggunakan air sumur. Atap terbuat dari genteng, dinding dari batu bata, lantai rumah dari
semen. Ventilasi udara dan penerangan cukup. Tidak terdapat pabrik disekitar rumah.
Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.
4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Umur : 1 hari
PEMERIKSAAN Nama : By. Ny. A
Ruang : Perinatologi (HCU)
JASMANI Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 3
PEMERIKSAAN OLEH Puput Agus Sulistiawaty S. Ked
Tanggal 9 Oktober 2018 Jam 12.30
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah, menangis
Vital Sign
HR : 120/menit
RR : 36/menit
Suhu : 37,7ºC
SpO2 : 95%
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Ubun-ubun besar datar, rambut hitam, bentuk normocephali.
Mata : mata cowong (-), anemis (-/-),reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : sekret (+/+), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (+/+)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)
6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Retraksi dinding dada (+) Retraksi dinding dada (+)
Palpasi Fremitus (tdk dilakukan) Fremitus (tdk dilakukan)
massa (-) massa (-)
Perkusi Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan : Terdapat kelainan kedua lapang paru yaitu retraksi dinding dada (+)
Abdomen :
Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba.
Kesan : Tidak terdapat kelainan pada abdomen .
Ekstremitas : akral dingin (-), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Kesan : extremitas superior et inferior normal.
7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
RINGKASAN ANAMNESIS
HMRS : Pasien dibawa ke ruang peritanologi dengan keluhan gawat nafas setelah lahir,
sesak(+), ikterik (+), sianosis (+), BAB (+), BAK (+)
Riwayat penyakit dahulu,keluarga dan lingkungan disangkal
Riwayat ANC baik, persalinan spontan, PNC ASI tidak segera diberikan.
Apgar skor saat lahir 5-6, saat lahir pasien tidak menangis, sianosis, dan gerak tidak ada
Imunisasi dasar sesuai usia pasien saat ini.
Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: Lemah, menangis
Vital sign : HR : 120/menit, RR : 36/menit, Suhu : 37,7ºC, SpO2 : 95%
8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
DIAGNOSA KERJA
Neonatus Asfiksia sedang (Skor APGAR 5-6)
Neonatus Preterm (40-41 minggu)
Neonatus Spontan
TATALAKSANA
Infus RL 10 tpm
- Rerusitasi BBL
- O2 CPAP + Inf umbilikal
- Inj Antibiotik + perawatan tali pusat
- Pasang NGT
- Foto terapi
- Aff Infus
Rencana Tindakan
Obsevasi Keadaan Umum
Observasi Vital Sign
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubua ad bonam
9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINSI
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis.1
WHO
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.2
Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:3
10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia
menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia
setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.1,3 Diperkirakan 1 juta
anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka
panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar.4 Menurut hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%). 5
Menurut data-data di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2004 bayi baru lahir
berjumlah 184 orang, meninggal 9 orang (4,89%) 1 bayi meninggal dengan asphyxia
neonatorum. Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah 215, meninggal 9 orang (4,19%) dimana 1
bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum.6
Di Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan. Tahun 2005, bayi baru lahir berjumlah 754 orang,
27 bayi (3,58%) meninggal dan tahun 2006 dari jumlah kelahiran 1.185 bayi, bayi dengan
asphyxia neonatorum 205 meninggal sebelum usia 7 hari sejumlah 134 (11,31%), dimana
asphyxia neonatorum merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 108 bayi (81%)
dan tahun 2007 angka kelahiran 757, bayi lahir dengan asfiksia neonatorum sebanyak 234
(30,31%) dan meninggal sebelum usia 7 hari sebanyak 59 (77,94 per seribu) dan bayi
meninggal dengan asphyxia neonatorum sebanyak 20 bayi (34%). 6
III. ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta
untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran
darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.5
Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan
mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan
fungsi sel. Gangguan fungsi sel ini dapat ringan dan sementara atau menetap, tergantung dari
perubahan homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat
11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoksia yang diderita dan mengakibatkan
terjadinya perubahan fungsi sistem kardiovaskuler. 6
1. Faktor Ibu
Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a)
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. (b) Trauma yang terjadi pada persalinan,
12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan
konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung
kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah
dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian
masuk ke aorta.5
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan
berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam
pembuluh darah di sekitar alveoli. 5
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi
plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan
kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan
terhadap aliran darah bekurang. 5
14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VI. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan lahir
tidak bernafas/menangis.5 Pada anamnesis juga diarahkan untuk mencari faktor resiko.
10
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat ringannya
asfiksia 10
Klinis 0 1 2
Warna Biru Pucat Tubuh merah, Merah seluruh
Kulit
ekstremitas biru tubuh
(Appearance)
Frekuensi Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit
Jantung
(Pulse)
Rangsangan Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin
Refleks
(Grimace)
Tonus Otot Lunglai Fleksi ekstremitas Gerakan aktif
(Activity)
17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
1. Skor apgar 7-10 ( Vigorous Baby). Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa. 12
2. Skor apgar 4-6 (Mild-moderate asphyxia)- Asfiksia sedang. Pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 12
3. A. Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
menjadi 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. 10
C. Pemeriksaan Penunjang
Pa O2 < 50 mm H2O
PaCO2> 55 mm H2O
pH < 7,30
Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan
pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :
18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari. Tindahakan
yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Penilaian awal
dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus
segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara
melihat:
a. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
c. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ?
d. Apakah tonus otot baik ?
Apakah semua jawaban diatas “YA”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan
tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan bayi normal. Bila salah
satu lebih atau lebih jawaban “TIDAK” bayi memerlukan tindakan resusitasi
segera.
1) Langkah Awal dalam Stabilisasi
a) Memberikan kehangat
Bayi diletakan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.
19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
VIII. KOMPLIKASI
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan berbagai macam gangguan organ.
Sistem Pengaruh
23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
IX. PROGNOSIS
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolik dan
kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan
bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada tingkat keparahan ensefalopati
hipoksik-iskemik.16
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak.
Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya
menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang. 16
DAFTAR PUSTAKA
24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
1 IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV)
3 American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians and Gynaecologists. Care
of the neonate. Guidelines for perinatal care. Gilstrap LC, Oh W, editors. Elk Grove Village (IL):
American Academy of Pediatrics; 2002: 196-7.
4 Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A
Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics 2008; 121:e1381e1390
(doi:10.1542/peds.2007-1966). (Level of evidence IIb)
6 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.
7 Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. 2008.
Jakarta : Salemba Medika.
8 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in Neurology 2015;6(198):1-10.
10 Utomo, Martono Tri. Asfiksia Neonatorum. Cited on : December 28th. 2011. Updated on : 2006.
Available on http://www.pediatrik.com
11 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.
12 Dr. Rusepno Hassan,dkk. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Info Medika Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI.
25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
14 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in
Neurology 2015;6(198):1-10
15 For additional / next level management please refer to WHO Guidelines (Managing Newborn
Problems and Pocket Book of Hospital Care of Children), http://www.ontop-in.org/sick-newborn/,
http://www.newbornwhocc.org/
16 Behrman, Kliergman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta : EGC.
26
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK
27