Anda di halaman 1dari 27

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Umur : 1 hari
ANAMNESIS Nama : By. Ny. A
Ruang : Perinatologi (HCU)
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 3

Nama lengkap : By. Ny. A Jenis Kelamin :P


Tempat dan tanggal lahir : Ponorogo, 08/10/2018 Umur : 1 hari
Nama Ayah : Tn. T Umur : 28 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta Pendidikan ayah : SMA
Nama ibu : Ny. A Umur : 23 tahun
Pekerjaan ibu : IRT Pendidikan ibu : SMA
Alamat : Dkh. Duwet , Ponorogo
Masuk RS tanggal : 30 Januari 2018 Jam 15.00 Diagnosis masuk : Asfiksia Sedang

Dokter yang merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp.A Ko Asisten : Puput Agus Sulistiawaty S. Ked

Tanggal : 9 Oktober 2018 Alloanamnesis di Bangsal Teratai (Perinatologi)


KELUHAN UTAMA : Bayi lahir tidak langsung menangis.

KELUHAN TAMBAHAN : Ikterik

1. Riwayat penyakit sekarang


Pasien dilahirkan di RSUD Dr. Harjono S Ponorogo, Ibu pasien datang ke RSUD Dr. Harjono S
Ponorogo mengeluhkan tanggal perkiraan lahir sudah lewat, merasakan kencang-kencang.
Pasien lahir pada tanggal 8 oktober 2018 pukul 22.40 lahir secara spontan, ketuban keruh (+) tali
pusat tidak ada kelainan, mekonium (-) dari ibu G1P1A0 usia kehamilan 40 - 41 minggu. Apgar
skor saat lahir 5-6, saat lahir pasien tidak menangis, sianosis, dan gerak tidak ada. Kemudian
langsung dibawa ke ruang perinatologi oleh bidan ponek. Dilakukan resusitasi dengan balon
sungkup, tidak lama kemudian bayi menangis lemah, terdapat retraksi dada, sianosis. Pasien lahir
dengan berat badan 2600 gr dengan panjang 46 cm.
HMRS : Pasien dibawa ke ruang peritanologi dengan keluhan gawat nafas setelah lahir,
sesak(+), ikterik (+), sianosis (+), BAB (+), BAK (+)
2. Riwayat penyakit pada keluarga

1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

• Riwayat sakit serupa : disangkal


• Riwayat batuk pilek : diakui
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
3. Riwayat penyakit pada lingkungan
• Riwayat sakit serupa : disangkal
• Riwayat hipertensi : disangkal
• Riwayat batuk pilek : disangkal
• Riwayat kontak dengan penderita dengan gejala yang sama : disangkal
Kesan : Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan disangkal.
4. Pohon Keluarga

28 th 23 th

2 hari

Keterangan :
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

RIWAYAT PRIBADI

Riwayat kehamilan dan persalinan


a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G1P0A0 Hamil saat usia 23 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan
terakhir periksa ke dokter, Ibu mual dan muntah pada awal usia kehamilannya, ada riwayat
jatuh dari selokan, demam saat hamil (+), batuk pilek saat hamil (+), merokok saat hamil
(-), kejang saat hamil (-). Ibu minum obat paracetamol dan minum vitamin dari bidan.
Tekanan darah ibu saat mengandung dalam batas normal. Berat badan ibu dinyatakan
normal dan mengalami kenaikan berat badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan
dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan di ponek RSUD Dr Harjono ponorogo yang di tolong oleh bidan ponek ,
umur kehamilan 40-41 minggu, persalinan secara spontan, bayi tidak langsung menangis,
sianosis dan gerak tidak aktif dengan berat lahir 2600 gram, panjang badan 46 cm dan tidak
ditemukan kelainan bawaan saat lahir.
c. Riwayat pasca lahir pasien
Bayi perempuan BB 2600 gram, setelah lahir tidak langsung menangis, tonus otot baik,
warna kulit kebiruan, tidak ada demam atau kejang. Bayi tidak dilatih menetek pada hari
pertama setelah dilahirkan.
Kesan : Riwayat ANC baik, PNC ASI tidak segera diberikan.
d. Riwayat perkembangan dan kepandaian
Motorik Kasar Motorik Halus

Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai

Kesan : Motorik kasar, motorik halus, belum dapat dinilai.

3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

e. Riwayat Vaksinasi
Vaksin
Hepatitis B 1 kali Pada umur : 0
BCG - -
DPT - -
Polio - -
Campak - -
MR - -

f. Sosial, ekonomi, dan lingkungan


Sosial dan ekonomi
Ayah (28 tahun, Swasta) dan ibu (23 tahun IRT) penghasilan keluarga ± Rp
3.000.000,00/bulan dan ditambah dengan usaha sampingan (keluarga cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari).

Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan nenek. Rumah terdiri dari ruang tamu, dapur, 3 kamar
tidur, dan 1 kamar mandi dan WC. Sumber air berasal dari sumur dan Pom. Air minum
menggunakan air sumur. Atap terbuat dari genteng, dinding dari batu bata, lantai rumah dari
semen. Ventilasi udara dan penerangan cukup. Tidak terdapat pabrik disekitar rumah.
Kesan : keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.

4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Umur : 1 hari
PEMERIKSAAN Nama : By. Ny. A
Ruang : Perinatologi (HCU)
JASMANI Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : 3
PEMERIKSAAN OLEH Puput Agus Sulistiawaty S. Ked
Tanggal 9 Oktober 2018 Jam 12.30
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah, menangis
Vital Sign
HR : 120/menit
RR : 36/menit
Suhu : 37,7ºC
SpO2 : 95%

PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala : Ubun-ubun besar datar, rambut hitam, bentuk normocephali.
Mata : mata cowong (-), anemis (-/-),reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : sekret (+/+), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (+/+)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-)
Thorax : simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)

6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Retraksi dinding dada (+) Retraksi dinding dada (+)
Palpasi Fremitus (tdk dilakukan) Fremitus (tdk dilakukan)
massa (-) massa (-)
Perkusi Tdk dilakukan Tdk dilakukan
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)

Kesan : Terdapat kelainan kedua lapang paru yaitu retraksi dinding dada (+)
Abdomen :
Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)
Auskultasi : peristaltik dalam batas normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba.
Kesan : Tidak terdapat kelainan pada abdomen .

Ekstremitas : akral dingin (-), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : entrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Klonus Tungkai : (-) (-) (-) (-)
Kesan : extremitas superior et inferior normal.

7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN DAN KIMIA DARAH


(9 oktober 2018)
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 20400 10^3/uL 10-20
2. Lymph# 4.4 10^3/uL 4-12
3. Mid# 2.0 10^3/uL 0.1-2.5
4. Gran# 14.0 10^3/uL 1.6-16
5. Lymph% 21.5 % 10.0-60.0
6. Mid% 10.1 % 3.0-15.0
7. Gran% 57.7 % 40.0-80.0
8.. Hemoglobin 21.6 gr/dl 17,0-20,0 g/dl
10. Hematokrit 67.9 % 38-68%
11. MCV 117.1 fl 95-125 fl
12. MCH 37.2 Pikograms 30-42 pg
13. MCHC 31.8 g/dl 30-34 g/dl
14. RDW-CV 17.1 % 11.0-16.0
15. RDW-SD 79.2 fL 35.0-56.0
16. Trombosit 173000 uL 100.000-300.000/uL
Kesan : Hasil laboratorium menunjukkan Leukosit dan hemoglobin meningkat.

RINGKASAN ANAMNESIS
 HMRS : Pasien dibawa ke ruang peritanologi dengan keluhan gawat nafas setelah lahir,
sesak(+), ikterik (+), sianosis (+), BAB (+), BAK (+)
 Riwayat penyakit dahulu,keluarga dan lingkungan disangkal
 Riwayat ANC baik, persalinan spontan, PNC ASI tidak segera diberikan.
 Apgar skor saat lahir 5-6, saat lahir pasien tidak menangis, sianosis, dan gerak tidak ada
 Imunisasi dasar sesuai usia pasien saat ini.
 Keadaan sosial ekonomi cukup & kondisi lingkungan rumah cukup baik.
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
 KU: Lemah, menangis
Vital sign : HR : 120/menit, RR : 36/menit, Suhu : 37,7ºC, SpO2 : 95%

8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

 Kulit : dalam batas normal


 Kepala : dalam batas normal
 Leher : PKGB (-/-)
 Pemeriksaan thorax : SDV (+/+), ronkhi (-/-), weezing (-/-)
 Abdomen : bintik merah (-), ikterik (-)
 Extremitas superior et inferior normal.
LABORATORIUM
Darah Rutin : Hasil laboratorium menunjukkan Leukosit dan Hemoglobin meningkat.

DIAGNOSA KERJA
 Neonatus Asfiksia sedang (Skor APGAR 5-6)
 Neonatus Preterm (40-41 minggu)
 Neonatus Spontan

TATALAKSANA
Infus RL 10 tpm
- Rerusitasi BBL
- O2 CPAP + Inf umbilikal
- Inj Antibiotik + perawatan tali pusat
- Pasang NGT
- Foto terapi
- Aff Infus

Rencana Tindakan
Obsevasi Keadaan Umum
Observasi Vital Sign
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubua ad bonam

9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINSI
Beberapa sumber mendefinisikan asfiksia neonatorum dengan berbeda :

 Ikatan Dokter Anak Indonesia

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis.1

 WHO

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir.2

 ACOG dan AAP

Seorang neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut:3

 Nilai Apgar menit kelima 0-3

 Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0)

 Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma)

 Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular,


gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal).

Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan ensefalopati


hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami episode hipoksiaiskemi
yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari berbagai organ, dengan disfungsi otak
sebagai pertimbangan utama.4

10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

II. EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia
disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003 asfiksia
menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia
setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur.1,3 Diperkirakan 1 juta
anak yang bertahan setelah mengalami asfiksia saat lahir kini hidup dengan morbiditas jangka
panjang seperti cerebral palsy, retardasi mental dan gangguan belajar.4 Menurut hasil riset
kesehatan dasar tahun 2007, tiga penyebab utama kematian perinatal di Indonesia adalah
gangguan pernapasan/respiratory disorders (35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis
neonatorum (12.0%). 5
Menurut data-data di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan tahun 2004 bayi baru lahir
berjumlah 184 orang, meninggal 9 orang (4,89%) 1 bayi meninggal dengan asphyxia
neonatorum. Tahun 2005 bayi baru lahir berjumlah 215, meninggal 9 orang (4,19%) dimana 1
bayi meninggal dengan asphyxia neonatorum.6
Di Rumah Sakit Dr Pirngadi Medan. Tahun 2005, bayi baru lahir berjumlah 754 orang,
27 bayi (3,58%) meninggal dan tahun 2006 dari jumlah kelahiran 1.185 bayi, bayi dengan
asphyxia neonatorum 205 meninggal sebelum usia 7 hari sejumlah 134 (11,31%), dimana
asphyxia neonatorum merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 108 bayi (81%)
dan tahun 2007 angka kelahiran 757, bayi lahir dengan asfiksia neonatorum sebanyak 234
(30,31%) dan meninggal sebelum usia 7 hari sebanyak 59 (77,94 per seribu) dan bayi
meninggal dengan asphyxia neonatorum sebanyak 20 bayi (34%). 6
III. ETIOLOGI
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses persalinan dan
melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta
untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran
darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.5

Perubahan pertukaran gas dan transport oksigen selama kehamilan dan persalinan akan
mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya dapat mengakibatkan gangguan
fungsi sel. Gangguan fungsi sel ini dapat ringan dan sementara atau menetap, tergantung dari
perubahan homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat

11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

dengan beratnya dan lamanya anoksia atau hipoksia yang diderita dan mengakibatkan
terjadinya perubahan fungsi sistem kardiovaskuler. 6

Toweil (1966) menggolongkan penyebab asphyxia neonatorum terdiri dari 7:

1. Faktor Ibu

 Hipoksia ibu

Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya

 Gangguan aliran darah uterus

Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya


pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada (a) Ganguan
kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat,
(b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c) Hipertensi pada penyakit akiomsia
dan lain-lain.

2. Faktor Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.

3. Faktor Fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh


darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah
ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali
pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a)
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. (b) Trauma yang terjadi pada persalinan,

12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

misalnya perdarahan intrakranial.(c) Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia


diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

IV. FAKTOR RESIKO


Lee, dkk.(2008) melakukan penelitian terhadap faktor risiko antepartum, intrapartum
dan faktor risiko janin pada asfiksia neonatorum. Didapatkan bahwa gejala-gejala penyakit
maternal yang dilaporkan 7 hari sebelum kelahiran memiliki hubungan yang bermakna
terhadap peningkatan risiko kematian akibat asfiksia neonatorum. Gejala gejala tersebut adalah
demam selama kehamilan, perdarahan pervaginam, pembengkakan tangan,wajah atau kaki,
kejang, kehamilan ganda juga berhubungan kuat dengan mortalitas asfiksia neonatorum .Bayi
yang lahir dari wanita primipara memiliki risiko mortalitas asfiksia neonatorum yang lebih
tinggi, sedangkan adanya riwayat kematian bayi sebelumnya tidak bermakna dalam
memperkirakan kematian akibat asfiksia neonatorum. Partus lama dan ketuban pecah dini juga
meningkatkan risiko asfiksia neonatorum secara bermakna.4,5
Prematuritas memiliki risiko yang lebih besar terhadap kematian akibat asfiksia
neonatorum. Risiko tersebut meningkat 1.61 kali lipat pada usia kehamilan 34-37 minggu dan
meningkat 14.33 kali lipat pada usia kehamilan < 34 minggu.4 Kortikosteroid perlu diberikan
7 hari sebelum kelahiran hingga paling lambat 24 jam sebelum bayi lahir untuk meningkatkan
maturasi paru fetus. Pada suatu studi kohort dikatakan bahwa penggunaan kortikosteroid
antenatal adalah faktor protektif terhadap sindroma distres respirasi (OR: 0.278; 95%KI: 0.177-
0.437).5
.

13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Gambar 1 . Faktor Resiko Asfiksia Neonatorum5


V. PATOFISIOLOGI

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam keadaan
konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah. Hampir seluruh darah dari jantung
kanan tidak dapat melalui paru karena konstriksi pembuluh darah janin, sehingga darah
dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian
masuk ke aorta.5
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli akan
berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam
pembuluh darah di sekitar alveoli. 5
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi
plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan udara dan peningkatan
kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan mengalami relaksasi sehingga tahanan
terhadap aliran darah bekurang. 5

14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik, menyebabkan


tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan sistemik sehingga aliran
darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus arteriosus menurun. Oksigen yang
diabsorbsi di alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak
mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, kemudian dipompakan ke seluruh tubuh
bayi baru lahir. Pada kebanyakan keadaan, udara menyediakan oksigen (21%) untuk
menginisiasi relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh
paru mengalami relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui
duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen untuk dialirkan
ke seluruh jaringan tubuh. 5
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya
untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan mendorong
cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan pengembangan paru merupakan rangsang utama
relaksasi pembuluh darah paru. Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah,
warna kulit bayi akan berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan. 5
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan
akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai
dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung
selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi
selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan
bradikardi dan penurunan tekanan darah. 7
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran
gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan
terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh
terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan
kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan

15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan


kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan
tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi
dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan
kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. 7

Gambar 2 . Pathway Asfiksia Neonatorum5

16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

VI. DIAGNOSIS

A. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan gangguan/ kesulitan bernapas waktu lahir dan lahir
tidak bernafas/menangis.5 Pada anamnesis juga diarahkan untuk mencari faktor resiko.
10

B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis, skor apgar dipakai untuk menentukan derajat berat ringannya
asfiksia 10

Klinis 0 1 2
Warna Biru Pucat Tubuh merah, Merah seluruh
Kulit
ekstremitas biru tubuh
(Appearance)
Frekuensi Tidak Ada <100x/ menit >100x/menit
Jantung
(Pulse)
Rangsangan Tidak Ada Gerakan sedikit Batuk/ Bersin
Refleks
(Grimace)
Tonus Otot Lunglai Fleksi ekstremitas Gerakan aktif

(Activity)

Pernafasan Tidak ada Menangis lemah / Menangis kuat


(Respiratory) terdengar seperti
meringis atau
mendengkur
Tabel 1 . APGAR Score11

Berdasarkan penilaian apgar dapat diketahui derajat vitalitas bayi adalah


kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk
kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks-
refleks primitif seperti mengisap dan mencari puting susu, salah satu cara menetapkan
vitalitas bayi yaitu dengan nilai apgar. (IDAI, 1998)11

17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

1. Skor apgar 7-10 ( Vigorous Baby). Dalam hal ini bayi di anggap sehat dan
tidak memerlukan tindakan istimewa. 12
2. Skor apgar 4-6 (Mild-moderate asphyxia)- Asfiksia sedang. Pada
pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 12

3. A. Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis akan terlihat
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan
kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

B. Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung


ialah keadaan (a) bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap, (b) bunyi jantung bayi menghilang post partum.
Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada
penderita asfiksia berat. 12

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai
apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
menjadi 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30
detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. 10

C. Pemeriksaan Penunjang

- Foto Polos dada

- Laboratorium : Darah rutin, analisa gas darah 10

Pada pemeriksaan analisa gas darah, menunjukkan hasil :

 Pa O2 < 50 mm H2O

 PaCO2> 55 mm H2O

 pH < 7,30

Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan
pada kecurigaan atas komplikasi, berupa :

18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

 Darah perifer lengkap


 Pemeriksaan radiologi/foto dada
 Analisis gas darah sesudah lahir
 Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi
 Gula darah sewaktu
 Pemeriksaan USG Kepala
 Elektrolit darah (Kalsium, Natrium, Pemeriksaan EEG Kalium)
 Ureum kreatinin
 CT scan kepala
 Laktat

VII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul dikemudian hari. Tindahakan
yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Penilaian awal
dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus
segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan penilaian pada semua bayi dengan cara
melihat:
a. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
b. Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur mekonium ?
c. Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis ?
d. Apakah tonus otot baik ?
Apakah semua jawaban diatas “YA”, berarti bayi baik dan tidak memerlukan
tindakan resusitasi. Pada bayi ini segera dilakukan asuhan bayi normal. Bila salah
satu lebih atau lebih jawaban “TIDAK” bayi memerlukan tindakan resusitasi
segera.
1) Langkah Awal dalam Stabilisasi
a) Memberikan kehangat
Bayi diletakan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan
memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.

19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

b) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya. Bayi


diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi
terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup atau
untuk pemasangan pipa endotrakeal.
c) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan. Aspirasi mekoneum saat
proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.
d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakan pada
posisi yang benar. Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap
sekret, dan mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada
bayi untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar,
penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat,
maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau
menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh dan
ekstremitas bayi.
2) Ventilasi Tekanan Positif
Setelah dilakukan langkah awal resusitasi, ventilasi tekanan positif harus
dimulai bila bayi tetap apnea setelah stimulasi atau pernapasan tidak adekuat,
dan/atau frekuensi jantung memadai tetapi sianosis sentral, bayi diberi oksigen
aliran bebas. Bila setelah ini bayi tetap sianosis, dapat dicoba melakukan
ventilasi tekanan positif.
3) Pemberian Oksigen
Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen.
Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan
sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece
resuscitator dan selang/pipa oksigen.
Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan karena
dapat merusak jaringan. Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara
bertahap bila tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau
saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi oksigen sama dengan
konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis, maka pemeberian

20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya


dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan
kadar oksigen mencapai normal.
4) Kompresi Dada
Kompresi dada Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari
60x/menit setelah dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik.
Kompresi dada dilakukan dengan menekan sternum menggunakan 1 jempol
atau 2 jari tegak lurus di linea parasentralis kiri sedalam 1/3 diameter
anteroposterior rongga dada dengan 3 kali penekanan dan 1 kali ventilasi
dalam 2 detik (45 kali kompresi dada dan 15 kali ventilasi selama 30 detik).
5) Terapi Medikamentosa
a. Epinefrin 1:10.000
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg berat badan atau 0,01-0,03 mg/kg berat badan diberikan
secara cepat, dilarutkan dengan larutan NaCl 0,9% menjadi 1-2 ml bila secara
endotrakea.
b. Cairan penambah volume darah (plasma expander)
Dosis awal 10 ml/kg dengan kecepatan 5-10 menit secara intravena. Bila bayi
menunjukkan perbaikan yang minimal setelah pemberian dosis pertama, dapat
dberikan dosis tambahan lagi 10 ml/kg.
c. Nalokson
Dosis : 0,1 mg/kg diberikan secara intravena atau intramuskular.
d. Natrium Bikarbonat
Dosis : 1-2 mEq/kg diberikan secara intravena setelah ventilasi dan perfusi
adekuat dicapai, diberikan dalam kira-kira 2 menit yaitu 1 mEq/kg/menit.

21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

Bagan 1 . Algoritma Resusitasi Neonatus

22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

VIII. KOMPLIKASI
Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan berbagai macam gangguan organ.

Sistem Pengaruh

Sistem Saraf Pusat Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark,


perdarahan intrakranial, kejang-kejang,
edema otak, hipotonia, hipertonia

Kardiovaskular Iskemia miokardium, kontraktilitas jelek,


bising jantung, insufisiensi trikuspidalis,
hipotensi

Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru,


sindrom kegawatan pernapasan

Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks

Adrenal Perdarahan adrenal

Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis

Metabolik Sekresi ADH yang tidak sesuai,


hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia,
mioglobinuria

Kulit Nekrosis lemak subkutan

Hematologi Koagulasi intravaskular tersebar

Tabel 2. Pengaruh Asfiksia

23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

IX. PROGNOSIS
Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada apakah komplikasi metabolik dan
kardiopulmonalnya (hipoksia, hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan
bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada tingkat keparahan ensefalopati
hipoksik-iskemik.16
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak.
Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya
menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang. 16

DAFTAR PUSTAKA

24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

1 IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2004.h. 272-276. (level of evidence IV)

2 World Health Organization. Basic Newborn Resuscitation: A Practical Guide-Revision. Geneva:


World Health Organization; 1999. Diunduh dari:
www.who.int/reproductivehealth/publications/newborn_resus_citation/index.html.

3 American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians and Gynaecologists. Care
of the neonate. Guidelines for perinatal care. Gilstrap LC, Oh W, editors. Elk Grove Village (IL):
American Academy of Pediatrics; 2002: 196-7.

4 Lee, et.al. Risk Factors for Neonatal Mortality Due to Birth Asphyxia in Southern Nepal: A
Prospective, Community-Based Cohort Study. Pediatrics 2008; 121:e1381e1390
(doi:10.1542/peds.2007-1966). (Level of evidence IIb)

5 Departemen kesehatan republik Indonesia. 2008. Pencegahan dan penatalaksanaan Asfiksia


Neonatorum.

6 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.

7 Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. 2008.
Jakarta : Salemba Medika.

8 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in Neurology 2015;6(198):1-10.

9 American Academy of Pediatrics dan American Heart Association. Bukupanduan resusitasi


25eonates. Edisi ke-5, 2006

10 Utomo, Martono Tri. Asfiksia Neonatorum. Cited on : December 28th. 2011. Updated on : 2006.
Available on http://www.pediatrik.com

11 Desfauza, Evi. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Asphyxia Neonatorum Pada bayi
Baru Lahir yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan. 2007. Medan :Universitas Sumatera Utara.

12 Dr. Rusepno Hassan,dkk. 1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Info Medika Jakarta :
Fakultas Kedokteran UI.

25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

13 Anggriawan Alonso. Tinjauan Klinis Hypoxic Ischemic Encephalopathy. CDK-243..Vol 43.No 8.


2016 (Dokter PTT Puskesmas Seba, Kabupaten Sabu Raijua, NTT,Indonesia)

14 Davidson JO, Wassink G, Heuji LG, Bennet L, Gunn AJ. Therapeutic hypothermia for neonatal
hypoxic-ischemic encephalopathy – where to from here? Frontiers in

Neurology 2015;6(198):1-10

15 For additional / next level management please refer to WHO Guidelines (Managing Newborn
Problems and Pocket Book of Hospital Care of Children), http://www.ontop-in.org/sick-newborn/,
http://www.newbornwhocc.org/
16 Behrman, Kliergman, Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta : EGC.

26
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 41-85-42
SURAKARTA KESEHATAN ANAK

27

Anda mungkin juga menyukai