Oleh Kelompok :
I. KONSEP TEORI
A. DEFENISI
Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar gula menurun. Kadar guladarah dites melalui
tes darah yang namanya GDS (gula darah sewaktu). Padabayi baru lahir, bila mengalami
hipoglikemia, akibatnya bisa fatal. Penurunan kadar gula darah yang serius dapat menyebabkan
kejang, kerusakan otak, bahkan kematian. Tapi tentunya tidak semua bayi beresiko
hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa serum secara signifikan lebih rendah dari pada
rentang pada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai.Walaupun hipoglikemia dapat
terjadi dengan gejala neurologis, seperti letargi, koma, apnea, seizure atau simpatomimetik,
seperti pucat, palpitasi, diaforesis,yang merupakan manifestasi dari respon terhadap glukosa,
banyak neonatusdengan serum glukosa rendah menunjukkan tanda hipoglikemia nonspesifik
(Kliegman et al, 2011).
Serum glukosa pada neonatus menurun segera setelah lahir sampai 1-3 hari pertama
kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat, serum glukosa jarang beradadi bawah nilai 35 mg/dL
dalam 1 - 3 jam pertama kehidupan, di bawah 40mg/dL dalam 3-24 jam, dan kurang dari 45
mg/dL (2.5 mmol/L) setelah 24 jam (Kliegman et al, 2011)
B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA
C. ETIOLOGI
a) Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk glikogen).
b) Prematuritas
c) Post-maturitas
d) Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
e) Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulintinggi. bayi yang
ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadarinsulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar darah yang tinggi,sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan
sampai ke janinselama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah
besarinsulin,
f) Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderitapenyakit
hematolotik berat .
g) Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurundengan cepat
pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,dimana aliran gula dari
plasenta secara tiba-tiba terhenti
E. PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah dan Pada
ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga
terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. ·
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama
proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. setiap stress yang terjadi
mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
Dehidrasi
Kehilangan elektrolit
Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter
air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2001).
Sepsis Hipermetabolisme H
I
P
Intra uterin O
Diabetes melitus pada orang tua/
malnutrisi G
keluarga
L
Kadar I
Pemakaian parenteral nutrition glukaosa K
darah E
interal feeding kurang MI
a
Disfungsi
Ibu yang memakai atau ketergantungan pankreas
narkotik
Banyak keringat
Resiko Infeksi
Intolerasi
Aktifitas Keseibangan
ketidakseimbangan
elektolit
H. KOMPLIKAS
Kerusakan otak ,koma dan kematian
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada
orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu
diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam
10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti
dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan
pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu 5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang
atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Konsep Asuhan Keperawatan
Fokus Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan kadar gulkosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
plasma rendah
2. Intoretansi aktifitas berhubungan dengan hipoglikemia pada otot
3. Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI
DATA BAYI
2. Vital Sing
Suhu : 36,7 ℃
Nadi : 86 x/m
Pernapasan : 150 x/ m
SPO2 : 99 %
12. Umbilikus
Normal (√)
Jumlah pembuluh darah ( √)
13. Genital
Perempuan normal (√)
14. Anus
Paten (√)
15. Spina
Normal (√)
16. Kulit
a. Warna : icterius
b. Kemerahan : tidak ada
c. Tanda lahir: tidak ada
17. Suhu
a. lingkungan : pengaturan suhu (√), inkubator (√)
b. suhu kulit : 36,7 ℃
Ket :
: : laki-laki
: perempuan
X : Meninggal
: Pasien
Yang di lingkar besar adalah tinggal serumah
Budaya
- Suku : Maluku
- Agama : Kristen Protestan
- Bahasa Utama : Bahasa Ibu
Perencanaan makanan bayi : Asi dan susu formula
Problem sosial yang penting
Perencanaan makanan bayi
Problem social yang penting
Hubungan orangtua dan bayi
1. Terpasang OGT
2. Bayi tampak pucat
3.
Pemeriksaan Lap
Tanggal : 27 Juni 2021
Ruang IGD
HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Jumlah leukosit 9,83 10³/ mm³ 5,0-10,0
Jumlah eritrosit 5,27 10/mm³ 3,5-5,5
Hemoglobin 18,2 g /dl 14,0-18,0 (P), 12,0-15,0 (W)
Hematocrit 53,7 % 40-52 (P), 37-43 (W)
MCV 101,9 µm³ 80-100
MCH 34,5 Pg 27-32
MCHC 33,9 g /dl 32-36
Jumlah trombosit 165 10³/ mm³ 150-400
RDW 19,0 % 11-16
PDW 19,5 % 11-18
MPV 11,5 µm³ 6-11
P-LCT 37,3 % 13-43
PCT 0,19 % 0,150 -0,500
LED 3 mm / jam ‹ 10 (P), ‹15 (W)
Hitung jenis
Neutofil 71,9 % 50-70
Limfosit 19,0 % 20-40
Monosit 8,2 % 2-8
Eosinifit 0,7 % 1-3
Basophil 0,2 % 0-1
Ig 0,6 % 0-72
TERAPI/PENGOBATAN
Hari/tanggal Nama obat Dosis
KLASIFIKASI DATA
ANALISA DATA
Tanggal Data Etiologi Masalah
28 Juni 21 DS: hiperbilirubin ketidakstabilan
Bayi lemah kadar glukosa darah
DO:
Bayi tampak lemah
Tampak
rewel/menangis
keras
GDS I 22 mg/dL
GDS II 46 mg/dL
GDS III 78 mg/dL
Bayi minum 30cc/2
jam
DS Spasme jalan nafas Bersihan jalan nafas
Bayi aktif tidak efektif
Pernafasan cepat
Nadi cepat
DO:
Bayi aktif tampak
rewel/menangis
keras
Pernapasan Cepat
Sianosis pada hidung
dan mulut
Bunyi ronkhi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL WAKTU INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
(TUJUAN, KRITERIA HASIL)
Senin 28 juni 21 09:00 Keseimbangan kadar gulkosa Manejemen Hipoglikemia 1. Mengetahui tanda
darah berhubungan dengan Observasi dan gejala
hipoglikemia pada neonatus 1. Indentifikasi tanda dan hipoglikemia
gejala hipoglikemia 2. Mengetahui
Tujuan : ketidakstabilan kadar 2. Indentifikasi penyebab penyebab
glukosa darah hipoglikemia hipoglikemia
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik 3. Kadar gula dalam
keperawatan 3x 24 jam kepada by. 3. Berikan glukosa, jika batas normal
W Kestabilan kadar gulkosa darah perluh 4. Pernafasan dalam
dalam batas normal dengan 4. Pertahankan askes IV batas normal
kriteria hasil: Edukasi 5. Kondisi pasien tetap
1. Kadar gulkosa dalam darah 5. Anjurkan memonitor stabil
membaik kadar gula darah 6. Mengetahui kadar
2. Kadar gulkosa dalam urin Kolaborasi gula darah
membaik 6. Kolaborasi pemberian 7. Pengobatan
3. Keluhan lapar menurun dexstrose Hipoglikemia
Senin, 28 Juni 09:30 Bersihan jalan nafas tidak efektif Manejemen jalan nafas RASIONAL
2021 1. Mengetahui ada
Tujuan : Bersihan jalan nafas, Obsevasi sumbatan di jalan
Setelah dilakukan tindakan Monitor jalan nafas nafas
keperawatan 3x 24 jam kepada by. Monitor jumlah 2. Mengetahui jumlah
W pasien bisa benafas lega dengan sputum sputum
kriteria hasil: Terapeutik 3. Mengetahui jalan
1. Frekuensi nafas membaik
2. Pola nafas membaik Pertahankan nafas efektif
kepatenan jalan nafas 4. Untuk mengecerkan
Berikan minum hangat sputum
Lakukan fisoterapi 5. Tahap pengobatan
dada 6. Menginformasikan
Edukasi tujuan dan prosedur
Edukasi Fisoterpi dada tindakan
Edukasi pengukuran 7. Memantau repirasi
respirasi
Kolaborasi
Kolaborasi
bronkodiator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perluh
Senin, 28 Juni 10:00 Pola nafas tidak efektif Pemantaun respirasi Rasional
2021 1. Mengetahui
Tujuan : Pola Nafas Obsevasi frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan
keperawatan 3x 24 jam kepada by. irama,kedalaman dan upaya nafas
W pola napas membaik dengan upaya nafas 2. Mengetahui pola
kriteria hasil Monitor pola nafas nafas
1. Frekuensi nafas membaik Monitor adanya 3. Mengetahui adanya
2. Kedalaman nafas membaik sumbatan jalan nafas sumbatan di jalan
Palpasi kesimertrisan nafas
ekpansi paru 4. Mengetahu ekpansi
Aukultasi bunyi nafas paru
Monitor saturasi 5. Mengetahui bunyi
oksigen nafas
Terapeutik 6. Mengetahui nilai
Atur interval AGPR
pementauan respirasi 7. Mengetahu kelaian di
sesuai kondisi pasien paru
Edukasi 8. Mengobservasi
Jelaskan tujuan dan respirasi
prosedur pemantauan 9. Mendokumentasi
Informasikan hasil hasil pemeriksaan
pemantauan, jika 10. Menjeleskan tujuan
perluh dan prosedur
tindakan
11. Menginformasikan
hasil tindakan
Senin, 28 Juni 10:30 Ikterik Neonates Fototerapi Neonates RASIONAL
2021 1. Mengetahui adanya
Tujuan : adaptasi neonatus Obsevasi ikterik pada neonates
Setelah dilakukan tindakan Monitor ikterik pada 2. Mengetahui
keperawatan 3x 24 jam kepada by. skela bayi kebutuhan cairan
W, adaptasi neonates membaik Indentifikasi intek output
dengan kebutuhan cairan 3. Mengetahui tanda-
Kriteria hasil: sesuai dengan usia dan tanda vital pasien
1. Membran mukosa kuning berat badan 4. Mengetahui efek
menurun Monitor suhu dan samping dari
2. Kulit kuning menurun tanda vital bayi pengobatan
3. Sclera kuning menurun Monitor efek samping 5. Tindakan sesuai
fototerapi dengan prosedur yang
benar
Terapeutik 6. Kebutuhan nutrsi
Siapkan lampu yang adekuat
fototerapi dan 7. Mengetahui kelainan
incubator dalam darah
Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
Berikan penutup mata
Ukur jarak antara
lampu dan
permukanan kulit bayi
30 cm atau tergantung
spesifikasi lampu
fototerapi
Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi
Edukasi
Anjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin
Kolaborasi
Pemeriksaan
laboratorium
Senin, 28 Juni 11:00 Risiko aspirasi Insensi selang oralgastrik RASIONAL
2021 Obsevasi 1. Mengetahui adanya
Tujuan : Tingkat Aspirasi, Setelah Indentifikasi indikasi indikasi aspirasi
dilakukan tindakan keperawatan pemasanga n OTG 2. Mengetahui adanya
3x 24 jam dengan Kriteria Hasil Monitor tanda bahaya kelaian di saluran
1. Kemampuan menelan pernapasan pernapasan
meningkat Terapeutik 3. Memenuhi kebutuhan
2. Kebersihan mulut Pemesangan OTG nutrisi
meningkat Edukasi 4. Persetujuan sebelum
3. Frekuensi napas membaik Jelaskan Tujuan dan melakukan tindakan
Prodesur tindakan
kepada keluarga
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/
DIAGNOSA PARAF
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN JAM
WAKTU
Senin, Ketidakstabilan Manejemen Hipoglikemia Senin, S:
28 juni kadar gulkosa darah 1. Mengindentifikasi tanda 28 juni
2020 dan gejala hipoglikemia 2021 O: By lemah
2. Mengindentifikasi
Jam penyebab hipoglikemia Jam Suhu : 36,7 ℃
12:00 3. Memonitor TTV 13:30 RR : 86 x/m
Suhu : 36,7 ℃ HR : 150x/m
RR : 86 x/m SPO2 : 99 %
HR : 150 x/ m
SPO2 : 99 % Gds: 22 mg/dl
4. Mempertahankan askes Dex 10 % 12 tetes
IV, Hasil: IVFD Dexstrose
10% 12 tetes A: ketidakstabilan kadar glukosa
dalam darah belum teratasi
5. Memonitor kadar gula P: intervensi
darah 1. mengidentifikasi tanda dan
6. kolaborasi pemberian gejala hipoglikemia
dexstrose 2. mengidentifikasi penyebab
hipoglikemia
3. Monitor TTV
4. Mempertahankan akses IV
5. memonitor kadar gula
darah
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian dexstrose
Dilanjutkan
Senin, Bersihan jalan nafas Manejemen jalan nafas Senin, S:
28 juni tidak efektif 28 Juni Bayi Tampak tidur
2021 1. Memonitor jalan nafas 2021 O:
Hasil: Pernafasan Cepat Pernapasan Cepat
Jam 2. Mepertahankan Jam Terpasang O2 CPAP
12:00 kepatenan jalan nafas 13: 30 Bayi Minum 20 cc/ 2 jam
Hasil: Terpasang O2 CPAP A:
Bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P:
1. Monitor jalan nafas
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Senin, Pola Nafas Tidak Pemantaun respirasi Senin, S: bayi tidur
28 juni Efektif 1. Monitor frekuensi, 28 juni
2021 irama,kedalaman dan 2021 O:
upaya nafas Pernapasan cepat
Jam Hasil: Jam RR: 84x/m
12:00 RR: 79 x/m 13 Suhu inkubatir 33,5
Spo2 : 99% Spo2 : 99 %
N: 140 x/m Nadi: 122x/m
Suhu Inkubator : 33,5
2. Memonitor pola nafas A:
Hasil: Pola nafas tidak efektif
Pernapasan cepat belum teratasibelum
3. Memonitor adanya teratasi
sumbatan jalan nafas
hasil: tidak ada P:
4. Aukultasi bunyi nafas 1. Memonitor frekuensi,
Hasil: bunyi nasaf irama,kedalaman dan
terdengar ronchi upaya nafas
5. Memonitor saturasi 2. Memonitor pola nafas
oksigen 3. Memonitor adanya
Hasil: 98 % sumbatan jalan nafas
4. Memonitor saturasi oksigen
Lanjutkan
GSD: 79 mg/dl