Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA By. W DENGAN HIPOGLIKEMIA


Di RUANG NICU RSUD DR M HAULUSSY
Stase Maternitas dan Anak

Oleh Kelompok :

OLIVIA SALAWANEY (1490121090)


RENI MARDIA MALAWAT (1490121072)
RIFQAH SUWOTO PUTRI (1490121030)
NURMIN KADOPU (1490121130)
OLIVIAN POLLATU (1490121021)
RAHMA SARI SIAUTA (1490121125)
MERLYN RADJAWANE (1490121036)
INGGRID V TENTUA (1490121010)
MAZARO LUKAS TALAKUA (1490121075)
MARINI HATALA (1490121005)
FITRI LAILA R LATU (1490121154)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA
AMBON
2021
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPOGLIKEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

I. KONSEP TEORI
A. DEFENISI

Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar gula menurun. Kadar guladarah dites melalui
tes darah yang namanya GDS (gula darah sewaktu). Padabayi baru lahir, bila mengalami
hipoglikemia, akibatnya bisa fatal. Penurunan kadar gula darah yang serius dapat menyebabkan
kejang, kerusakan otak, bahkan kematian. Tapi tentunya tidak semua bayi beresiko
hipoglikemia.

Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa serum secara signifikan lebih rendah dari pada
rentang pada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai.Walaupun hipoglikemia dapat
terjadi dengan gejala neurologis, seperti letargi, koma, apnea, seizure atau simpatomimetik,
seperti pucat, palpitasi, diaforesis,yang merupakan manifestasi dari respon terhadap glukosa,
banyak neonatusdengan serum glukosa rendah menunjukkan tanda hipoglikemia nonspesifik
(Kliegman et al, 2011).

Serum glukosa pada neonatus menurun segera setelah lahir sampai 1-3 hari pertama
kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat, serum glukosa jarang beradadi bawah nilai 35 mg/dL
dalam 1 - 3 jam pertama kehidupan, di bawah 40mg/dL dalam 3-24 jam, dan kurang dari 45
mg/dL (2.5 mmol/L) setelah 24 jam (Kliegman et al, 2011)

Hipoglikemia merupakan masalah metabolik yang paling seringditemukan pada


neonatus. Pada anak, hipoglikemia terjadi pada nilai glukosadarah kurang dari 40 mg/dL.
Sementara pada neonatus, hipoglikemia adalah kondisi dimana glukosa plasma kurang dari 30
mg/dL pada 24 jam pertama kehidupan dan kurang dari 45 mg/dL setelahnya (Cranmer, 2013).

B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:


1. Transisi dini neonatus (early transitional neonatal) : ukuran bayi yangbesar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksipankreas sehingga terjadi
hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jikabayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadanganlemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehinggaterjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadanganglikogen.
4. Berulang (Recurrent):disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
ataumetabolisme insulin terganggu.

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :

1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)


Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan
bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi,
penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda
dan perasaan ingin pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl DARAH PLASMA/SERUM


Bayi/anak <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK <20 mg/100 ml <25 mg/100 ml
* BCB
0 - 3 hr <30 mg/100 ml <35 mg/100 ml
3 hr <40 mg/100 ml <45 mg/100 ml

C. ETIOLOGI
a) Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan memiliki cadangan
glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk glikogen).
b) Prematuritas
c) Post-maturitas
d) Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam kandungan.
e) Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulintinggi. bayi yang
ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadarinsulin yang tinggi karena ibunya
memiliki kadar darah yang tinggi,sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan
sampai ke janinselama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah
besarinsulin,
f) Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderitapenyakit
hematolotik berat .
g) Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurundengan cepat
pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,dimana aliran gula dari
plasenta secara tiba-tiba terhenti

D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA


1. Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)
2. Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)
3. Bayi prematur dan lebih bulan
4. BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan
lemak tubuh
5. Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan
kalori
6. Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)
7. Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen,
intoleransi glukosa)
8. Neonatus puasa
9. Neonatus dengan polisitemia
10. Neonatus dengan eritroblastosis
11. Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

E. PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah dan Pada
ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga
terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. ·
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama
proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. setiap stress yang terjadi
mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung
pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak
dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai
dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat
tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka
akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental
seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl
(3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM),
sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
ketoasidosis.
 Dehidrasi
 Kehilangan elektrolit
 Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali,
kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan
glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai
oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter
air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan
keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang
berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah
timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi,
sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di
samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang
sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami
disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran (Smeltzer. 2001).

F. TANDA DAN GEJALA


Hipoglikemia terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat
menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung
saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga
menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,
gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang
lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan
maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin
atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin,
gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula
darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering
terjadi dan lebih berat.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat
autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin.
Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan,
rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya
gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur,
ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus,
penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).
G. PATWAY

Sepsis Hipermetabolisme H
I
P
Intra uterin O
Diabetes melitus pada orang tua/
malnutrisi G
keluarga
L
Kadar I
Pemakaian parenteral nutrition glukaosa K
darah E
interal feeding kurang MI
a

Pemakaian Corticosteroid therapi

Disfungsi
Ibu yang memakai atau ketergantungan pankreas
narkotik

Kanker pada keluarga

Ggn GGn saraf Ketidakseimbangan Daya tahan


metabolisme otonom kadar gulkosa
tubuh turun
muskuler dalam darah

Banyak keringat
Resiko Infeksi
Intolerasi
Aktifitas Keseibangan
ketidakseimbangan
elektolit
H. KOMPLIKAS
Kerusakan otak ,koma dan kematian

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA
1. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada
orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang
tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah
kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk
tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah
segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam
coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu
diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami
kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian
madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam
10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam
hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula
darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti
dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan
pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk
mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya
8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu 5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang
atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif.
Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa
dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar
disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.
Konsep Asuhan Keperawatan

Fokus Pengkajian

Data dasar yang perlu dikaji yaitu :


1. Keluhan utama : sering tidak terperinci tetapi bisanya simptomatis, dan lebih
sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumnya menyerupai asfiksia, kejang, sepsis.
2. Riwayat
• ANC
• Perinatal
• Post natal
• Imunisasi
• Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga
• Pemakaian parenteral nutrition
• Sepsis
• Enteral feeding
• Pemakaian Corticosteroid therapy
• Ibu yang menggunakan atau ketergantungan narkotika
• Kanker
3. Data focus
Data Subyektif:
• Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas
• Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin
• Rasa lapar (bayi sering nangis)
• Nyeri kepala
• Sering menguap
• Irritabel
Data obyektif:
• Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku,
• Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma
• Plasma glukosa < 50 gr/%

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan kadar gulkosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
plasma rendah
2. Intoretansi aktifitas berhubungan dengan hipoglikemia pada otot
3. Resiko keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan peningkatan
pengeluaran keringat.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA INTERVENSI

1. Ketidakseimbangan kadar gulkosa Observasi


darah  Indentifikasi tanda dan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan gejala hipoglikemia
keperawatan 3x 24 jam kadar gula  Indentifikasi penyebab
darah berada pada rentang normal hipoglikemia
dengan kriteria hasil: Terapeutik
1) Kadar glukosa dalam urin  Berikan glukosa, jika
normal perluh
2) Palpitasi normal  Pertahankan ketepatenan
3) Perilaku normal jalan nafas
4) Jumlah urin normal  Pertahankan askes IV
Edukasi
 Anjurkan memonitor
kadar gula darah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
dexstrose
2. Intoretansi aktifitas Manejemen Energi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x 24 jam  Indentifikasi gangguan
Respon fisologis terhadap aktifiatas fungsi tubuh yang
meningkat, dengan kriteria hasil: mengaktibatkan kelelahan
1) Frekuensi Nadi  Monitor kelelahan fisik
2) Saturasi Oksigen  Monitor pola dan jam
Kemudahaan dalam melakukan tidur
aktifitas  Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
memalkukan aktifitas
Teraupetik
 Sediakan lingkungan yang
nyaman
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan menghubungi
perwarat jiak dan dan
gejala kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
cara meningkatkan asupan
makanan

3. Resiko keseimbangan elektrolit Pementau Elektrolit


Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x 24 jam kadar  Indentifikasi Kemungkinan
serum elektrolit dalam batas Penyebab
normal, dengan Kriteria Hasil: Ketidakseimbangan
1) Serum narium normal elektolit
2) Serum kalium normal  Monitor kadar elektolit
3) Serum klorida normal serum
4) Serum kalsium normal  Monitor, mual, munta dan
diare
 Monitor kehilangan cairan
 Monitor tanda dan gejala
hipokalemia
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalemia
 Monitor tanda dan geja
hiponatremia
 Monitoe tanda dan gejala
hipokalsemia
Teurapetik
 Atur interval waktu
pemantauan dengan
kondisi pasien
 Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan

4. Resiko infeksi Manejemen Imunisasi/Vaksinasi


Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x 24 jam derajat  Indentifikasi riwayat
infeksi berdasarkan observasi kesehatan dan riwayat
menurun, dengan kriteria hasil: alergi
1) Kebersihan Tangan  Indentifikasi kontaindikasi
2) Kebersihan makan pemberian imunisasi
3) Nafsu makan  Indentifikasi status
imunisasi
Terapeutik
 Berikan suntikan pada bayi
di bagiab paha
 Dokumentasi informasi
vaksinasi
 Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat
raaksi yang terjadi, jadwal,
dan efek samping
 Informasikan imunisasi
yang wajib diberikan
 Informasikan imunisasi
yang dapat melindungi
terhadap penyakit
 Informasikan penyedian
layanan pecan imunisasi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.W DENGAN HIPOGLIKEMIA
DI RUANG NICU RSU Dr HAULUSSY AMBON

DATA BAYI

Nama Bayi : By.W


BB/PB Kaji : 2100 gr/ 47 Cm
BB / PB Lahir : 2400 gr/47 Cm
Jenis Kelamin :P
Tanggal Lahir : 22 Juni 2021
Tanggal pengkajian : 28 Juni 2021
Apgar Score : 6-7
APGAR 1 Menit 5 Menit
Frekuensi
1 2
Denyut jantung
Usaha Nafas 2 2
Tonus otot 1 1
Refleks 1 1
Warna Kulit 1 1
6 7

DATA ORANG TUA


Nama Ibu : Ny.O Nama Suami : Tn.E
Umur : 37 Thn Umur : 36 Thn
Pendidikan : D3 Pendidikan : Sarjana (S1)
Alamat : OSM Alamat : OSM

PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


1. Reflek
1. Kesan Umum : Bayi lemah

2. Vital Sing
Suhu : 36,7 ℃
Nadi : 86 x/m
Pernapasan : 150 x/ m
SPO2 : 99 %

3. Refleks: mengenggam baik ( √ )


4. Tonus aktifitas
a. Aktif (),Tenang ( ), Letargie ( √), Kejang ( )
b. Lemah (√ )
5. Kepala / leher
a. Fontanel Anterior: Lunak (√ )
b. Sutura Sagitalis: Tepat (√ )
c. Gambaran wajah : Simetris (√)
d. Mulut : Palato (√) Sianotis (√)
6. Mata
Bersih (√)
Skela : ikterius (√)
7. THT
a. Telinga :(abnormal (√)
b. Hidung : (sianotis (√)
8. Abdomen
a. Lunak Lingkar perut : 34 cm
b. Liver : kurang 2 cm ( √)
9. Thoraks
a. Simetris (√)
b. Retraksi dada Ada(√)
c. Klavikula normal (√)
10. Paru-paru
a. Suara nafas kanan kiri sama ( ), tidak sama (√)
b. Bunyi nafas disemua lapang paru-paru terdengar ( ), tak terdengar ( ), menurun ( √)
c. Suara nafas tambahan ( ronchi )
d. Respirasi : alat bantu nafas oksigen CPAP
11. Ekstremitas
a. Gerakan bebas (√), ROM terbatas ( ), tidak terkaji ( )
b. Nadi : Cepat
Nadi Keras Lemah Tidak ada
Perifer √
Brakial kanan √
Brakial kiri √
Fmoral kanan √
Femoral kiri √

12. Umbilikus
Normal (√)
Jumlah pembuluh darah ( √)
13. Genital
Perempuan normal (√)
14. Anus
Paten (√)
15. Spina
Normal (√)
16. Kulit
a. Warna : icterius
b. Kemerahan : tidak ada
c. Tanda lahir: tidak ada

17. Suhu
a. lingkungan : pengaturan suhu (√), inkubator (√)
b. suhu kulit : 36,7 ℃

RIWAYAT PRANATAL (ANC)


 Jumlah kunjungan :2x
 Bidan/Dokter : Dokter
 Pend-Kes yang didapat : Tidak ada
 HPHT : Sudah lupa
 Kenaikan BB selama hamil : 15 Kg
 Komplikasi obat : Tidak Ada
 Komplikasi obat : Tidak ada
 Riwayat hospitalisasi : Dirawat selama 3 hari saat melahirkan di RS GPM
 Obat-obatan yang didapat : Vitamin, obat tambah darah dan kalsium
 Pengobatan yang didapat : Pemeriksaan kandungan
 Golongan darah ibu hamil :O

RIWAYAT PERSALINAN (INTRA NATAL)


 Awal persalinan : ibu tidak tahu
 Lama persalinan : ibu tidak tahu
 Cara melahirkan : Caesar (√)
 Komplikasi persalinan: Tidak ada
 Terapi yang diberikan: Tidak tau
 Terapi yang diberikan
Jenis dan jumlah : Tidak tau
Lama pemberian : Tidak tau
 Lama antara ruptur vagina dan saat partus
Jumlah cairan ketuban : Tidak tau
Anestesi yang diberikan: Tidak Tau
Jumlah cairan ketuban : Tidak tau
Ada/tidak mekonium : Tidak tau
Anestesi yang diberikan : Tidaktau
RIWAYAT POST NATAL
 Usaha nafas dengan bantuan : ibu mengatakan tidak tahu
 Usaha napas dengan bantuan : ibu mengatakan tidak tahu
 Apgar Score menit pertama : ibu mengatakan tidak tahu
 Apgar score menit pertama : ibu mengatakan tidak tahu
 Kebutuhan resuisitasi : ibu mengatakan tidak tahu
 Kebutuhan nutrisi : ibu mengatakan tidak tahu

RIWAYAT SOSIAL
 Struktur Keluarga ( genogram )

Ket :

: : laki-laki
: perempuan

X : Meninggal
: Pasien
Yang di lingkar besar adalah tinggal serumah

 Budaya
- Suku : Maluku
- Agama : Kristen Protestan
- Bahasa Utama : Bahasa Ibu
 Perencanaan makanan bayi : Asi dan susu formula
 Problem sosial yang penting
 Perencanaan makanan bayi
 Problem social yang penting
 Hubungan orangtua dan bayi

Orang terdekat yang dapat dihubungi :


Orang tua berespon terhadap penyakit: Ya (√)
 Orang terdekat yang dapat dihubungi : ayah
Orang tua berespon terhadap penyakit : ya
Respon : orang tua selau support
 Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : ya
 Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya
 Respon :orang tua selalu support
DATA TAMBAHAN

1. Terpasang OGT
2. Bayi tampak pucat
3.
Pemeriksaan Lap
Tanggal : 27 Juni 2021
Ruang IGD
HEMATOLOGI HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Jumlah leukosit 9,83 10³/ mm³ 5,0-10,0
Jumlah eritrosit 5,27 10/mm³ 3,5-5,5
Hemoglobin 18,2 g /dl 14,0-18,0 (P), 12,0-15,0 (W)
Hematocrit 53,7 % 40-52 (P), 37-43 (W)
MCV 101,9 µm³ 80-100
MCH 34,5 Pg 27-32
MCHC 33,9 g /dl 32-36
Jumlah trombosit 165 10³/ mm³ 150-400
RDW 19,0 % 11-16
PDW 19,5 % 11-18
MPV 11,5 µm³ 6-11
P-LCT 37,3 % 13-43
PCT 0,19 % 0,150 -0,500
LED 3 mm / jam ‹ 10 (P), ‹15 (W)
Hitung jenis
Neutofil 71,9 % 50-70
Limfosit 19,0 % 20-40
Monosit 8,2 % 2-8
Eosinifit 0,7 % 1-3
Basophil 0,2 % 0-1
Ig 0,6 % 0-72

Tanggal : 27 Juni 2021


Ruang IGD
KIMIA KLINIK HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Ureum 35 mg/dl 10-50
Kreatitin 0,2 mg/dl ‹7(P), ‹6(W)
SGOT 46 µ/l ‹33
SGPT 27 µ/l ‹ 50
Bilirubin Total 26,2 mg/dl ‹ 1,5
Bilirubin direk 10,6 mg/dl ‹ 0,5
Bilirubin inderek 15,6 mg/dl ‹ 1,1

Tanggal 30 Juni 2021


Ruang : NICU
ELEKTROLIT HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Natrium 139 mmol/L 136-146
Kalium 3,3 mmol/L 3,5-5,1
Chlorida 95 mmol/L 98-106

TERAPI/PENGOBATAN
Hari/tanggal Nama obat Dosis
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


 Lemah  By Tampak pucat
 Bayi tampak Lemas
 Bayi Aktif dan menangis keras
 Pernafasan bayi cepat
Spo2 : 99 %
N: 150 x/ m
RR : 86 x/m
S: 36,5 ℃
 Hemoglobin 18,2 gr/dl (12,0-15,0)
 Leukosit 9.830 /µL
 Trombosit 165.000/µL
 GDS I 22 mg/dL
 GDS II 46 mg/dL
 GDS III 78 mg/dL
 Mulut : Palato, Sianosis
 Hidung Sianosis
 Terpasang OGT
 Paru-paru :
Suara nafas tidak sama
Bunyi nafas terdengar : Ronchi
Respirasi: Alat bantu : O2 Terpasang
CPAP

ANALISA DATA
Tanggal Data Etiologi Masalah
28 Juni 21 DS: hiperbilirubin ketidakstabilan
 Bayi lemah kadar glukosa darah
DO:
 Bayi tampak lemah
 Tampak
rewel/menangis
keras
 GDS I 22 mg/dL
 GDS II 46 mg/dL
 GDS III 78 mg/dL
 Bayi minum 30cc/2
jam
DS Spasme jalan nafas Bersihan jalan nafas
 Bayi aktif tidak efektif
 Pernafasan cepat
 Nadi cepat
DO:
 Bayi aktif tampak
rewel/menangis
keras
 Pernapasan Cepat
 Sianosis pada hidung
dan mulut
 Bunyi ronkhi

DS: Penurunan energi Pola nafas tidak


 Pernafasan cepat efektif
 Nadi cepat
DO:
 Pernafasan bayi
tampak cepat
Spo2 : 98 %
N: 150 x/ m
RR : 86 x/m
S: 36,5 ℃

DS: Imaturitas hepar Ikterik neonates


 Bayi rewel
DO:
 Tampak
rewel/menangis
keras
 Sclera kuning
 Tampak pucat
 Bilirubin Total 26,2
mg/dl
 Bilirubin direk 10,6
mg/dl
 Bilirubin indirek 15,6
mg/dl
DS: Risiko Aspirasi
DO:
 Bayi letargi
 Bunyi napas ronchi
 Terpasang OGT
 Palato
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Keseimbangan kadar gulkosa darah berhubungan dengan hiperbilirubin


2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas tidak efektif Spasme jalan nafas
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energi
4. Ikterik neonates berhubungan dengan imaturitas hepar
5. Risiko aspirasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN
HARI/TANGGAL WAKTU INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
(TUJUAN, KRITERIA HASIL)
Senin 28 juni 21 09:00 Keseimbangan kadar gulkosa Manejemen Hipoglikemia 1. Mengetahui tanda
darah berhubungan dengan Observasi dan gejala
hipoglikemia pada neonatus 1. Indentifikasi tanda dan hipoglikemia
gejala hipoglikemia 2. Mengetahui
Tujuan : ketidakstabilan kadar 2. Indentifikasi penyebab penyebab
glukosa darah hipoglikemia hipoglikemia
Setelah dilakukan tindakan Terapeutik 3. Kadar gula dalam
keperawatan 3x 24 jam kepada by. 3. Berikan glukosa, jika batas normal
W Kestabilan kadar gulkosa darah perluh 4. Pernafasan dalam
dalam batas normal dengan 4. Pertahankan askes IV batas normal
kriteria hasil: Edukasi 5. Kondisi pasien tetap
1. Kadar gulkosa dalam darah 5. Anjurkan memonitor stabil
membaik kadar gula darah 6. Mengetahui kadar
2. Kadar gulkosa dalam urin Kolaborasi gula darah
membaik 6. Kolaborasi pemberian 7. Pengobatan
3. Keluhan lapar menurun dexstrose Hipoglikemia

Senin, 28 Juni 09:30 Bersihan jalan nafas tidak efektif Manejemen jalan nafas RASIONAL
2021 1. Mengetahui ada
Tujuan : Bersihan jalan nafas, Obsevasi sumbatan di jalan
Setelah dilakukan tindakan  Monitor jalan nafas nafas
keperawatan 3x 24 jam kepada by.  Monitor jumlah 2. Mengetahui jumlah
W pasien bisa benafas lega dengan sputum sputum
kriteria hasil: Terapeutik 3. Mengetahui jalan
1. Frekuensi nafas membaik
2. Pola nafas membaik  Pertahankan nafas efektif
kepatenan jalan nafas 4. Untuk mengecerkan
 Berikan minum hangat sputum
 Lakukan fisoterapi 5. Tahap pengobatan
dada 6. Menginformasikan
Edukasi tujuan dan prosedur
 Edukasi Fisoterpi dada tindakan
 Edukasi pengukuran 7. Memantau repirasi
respirasi
Kolaborasi
 Kolaborasi
bronkodiator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perluh
Senin, 28 Juni 10:00 Pola nafas tidak efektif Pemantaun respirasi Rasional
2021 1. Mengetahui
Tujuan : Pola Nafas Obsevasi frekuensi,
Setelah dilakukan tindakan  Monitor frekuensi, irama,kedalaman dan
keperawatan 3x 24 jam kepada by. irama,kedalaman dan upaya nafas
W pola napas membaik dengan upaya nafas 2. Mengetahui pola
kriteria hasil  Monitor pola nafas nafas
1. Frekuensi nafas membaik  Monitor adanya 3. Mengetahui adanya
2. Kedalaman nafas membaik sumbatan jalan nafas sumbatan di jalan
 Palpasi kesimertrisan nafas
ekpansi paru 4. Mengetahu ekpansi
 Aukultasi bunyi nafas paru
 Monitor saturasi 5. Mengetahui bunyi
oksigen nafas
Terapeutik 6. Mengetahui nilai
 Atur interval AGPR
pementauan respirasi 7. Mengetahu kelaian di
sesuai kondisi pasien paru
Edukasi 8. Mengobservasi
 Jelaskan tujuan dan respirasi
prosedur pemantauan 9. Mendokumentasi
 Informasikan hasil hasil pemeriksaan
pemantauan, jika 10. Menjeleskan tujuan
perluh dan prosedur
tindakan
11. Menginformasikan
hasil tindakan
Senin, 28 Juni 10:30 Ikterik Neonates Fototerapi Neonates RASIONAL
2021 1. Mengetahui adanya
Tujuan : adaptasi neonatus Obsevasi ikterik pada neonates
Setelah dilakukan tindakan  Monitor ikterik pada 2. Mengetahui
keperawatan 3x 24 jam kepada by. skela bayi kebutuhan cairan
W, adaptasi neonates membaik  Indentifikasi intek output
dengan kebutuhan cairan 3. Mengetahui tanda-
Kriteria hasil: sesuai dengan usia dan tanda vital pasien
1. Membran mukosa kuning berat badan 4. Mengetahui efek
menurun  Monitor suhu dan samping dari
2. Kulit kuning menurun tanda vital bayi pengobatan
3. Sclera kuning menurun  Monitor efek samping 5. Tindakan sesuai
fototerapi dengan prosedur yang
benar
Terapeutik 6. Kebutuhan nutrsi
 Siapkan lampu yang adekuat
fototerapi dan 7. Mengetahui kelainan
incubator dalam darah
 Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
 Berikan penutup mata
 Ukur jarak antara
lampu dan
permukanan kulit bayi
30 cm atau tergantung
spesifikasi lampu
fototerapi
 Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapi

Edukasi
 Anjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin
Kolaborasi
 Pemeriksaan
laboratorium
Senin, 28 Juni 11:00 Risiko aspirasi Insensi selang oralgastrik RASIONAL
2021 Obsevasi 1. Mengetahui adanya
Tujuan : Tingkat Aspirasi, Setelah  Indentifikasi indikasi indikasi aspirasi
dilakukan tindakan keperawatan pemasanga n OTG 2. Mengetahui adanya
3x 24 jam dengan Kriteria Hasil  Monitor tanda bahaya kelaian di saluran
1. Kemampuan menelan pernapasan pernapasan
meningkat Terapeutik 3. Memenuhi kebutuhan
2. Kebersihan mulut  Pemesangan OTG nutrisi
meningkat Edukasi 4. Persetujuan sebelum
3. Frekuensi napas membaik  Jelaskan Tujuan dan melakukan tindakan
Prodesur tindakan
kepada keluarga

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

HARI/
DIAGNOSA PARAF
TGL IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN JAM
WAKTU
Senin, Ketidakstabilan Manejemen Hipoglikemia Senin, S:
28 juni kadar gulkosa darah 1. Mengindentifikasi tanda 28 juni
2020 dan gejala hipoglikemia 2021 O: By lemah
2. Mengindentifikasi
Jam penyebab hipoglikemia Jam Suhu : 36,7 ℃
12:00 3. Memonitor TTV 13:30 RR : 86 x/m
Suhu : 36,7 ℃ HR : 150x/m
RR : 86 x/m SPO2 : 99 %
HR : 150 x/ m
SPO2 : 99 % Gds: 22 mg/dl
4. Mempertahankan askes Dex 10 % 12 tetes
IV, Hasil: IVFD Dexstrose
10% 12 tetes A: ketidakstabilan kadar glukosa
dalam darah belum teratasi
5. Memonitor kadar gula P: intervensi
darah 1. mengidentifikasi tanda dan
6. kolaborasi pemberian gejala hipoglikemia
dexstrose 2. mengidentifikasi penyebab
hipoglikemia
3. Monitor TTV
4. Mempertahankan akses IV
5. memonitor kadar gula
darah
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian dexstrose
Dilanjutkan
Senin, Bersihan jalan nafas Manejemen jalan nafas Senin, S:
28 juni tidak efektif 28 Juni  Bayi Tampak tidur
2021 1. Memonitor jalan nafas 2021 O:
Hasil: Pernafasan Cepat  Pernapasan Cepat
Jam 2. Mepertahankan Jam  Terpasang O2 CPAP
12:00 kepatenan jalan nafas 13: 30  Bayi Minum 20 cc/ 2 jam
Hasil: Terpasang O2 CPAP A:
 Bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P:
1. Monitor jalan nafas
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Senin, Pola Nafas Tidak Pemantaun respirasi Senin, S: bayi tidur
28 juni Efektif 1. Monitor frekuensi, 28 juni
2021 irama,kedalaman dan 2021 O:
upaya nafas  Pernapasan cepat
Jam Hasil: Jam RR: 84x/m
12:00 RR: 79 x/m 13 Suhu inkubatir 33,5
Spo2 : 99% Spo2 : 99 %
N: 140 x/m Nadi: 122x/m
Suhu Inkubator : 33,5
2. Memonitor pola nafas A:
Hasil:  Pola nafas tidak efektif
Pernapasan cepat belum teratasibelum
3. Memonitor adanya teratasi
sumbatan jalan nafas
hasil: tidak ada P:
4. Aukultasi bunyi nafas 1. Memonitor frekuensi,
Hasil: bunyi nasaf irama,kedalaman dan
terdengar ronchi upaya nafas
5. Memonitor saturasi 2. Memonitor pola nafas
oksigen 3. Memonitor adanya
Hasil: 98 % sumbatan jalan nafas
4. Memonitor saturasi oksigen

Lanjutkan

Senin, Ikterik Neonatus Fototerapi Neonates Senin, S:


28 juni 28 Juni  Bayi tidur
2020 1. Memonitor ikterik pada 2021 O:
skela bayi  bayi tampak tidur
Jam hasil : seluh tubuh Jam  fototerafi terpasang
12:00 2. Meonitor suhu dan tanda 13:45  tidak ada sianosis
vital bayi  inctrus seluh tubuh
Hasil:  Bilirubin Total: 26,2
RR: 79 x/m  Bilirubin Direk : 10,6
Spo2 : 99%  Bilirubin Inderek : 15,6
N: 140 x/m A:
3. Memonitor efek samping Masalah ikterik neonatus belum
fototerapi teratasi
Hasil: tidak ada
4. Menyiapkan lampu P:
fototerapi dan incubator: 1. Memonitor ikterik pada
Hasil: sesuai prosedur skela bayi
5. Mepaskan pakaian bayi
kecuali popok 2. Memonitor suhu dan tanda
Hasil: seuai prosedur vital bayi
6. Memberikan penutup 3. Memonitor efek samping
mata fototerapi
Hasil : di berikan sesuai 4. Menyiapkan lampu
prosedur fototerapi dan incubator
7. Mengukur jarak antara 5. Melepaskan pakaian bayi
lampu dan permukanan kecuali popok
kulit bayi 30 cm atau 6. Memberikan penutup mata
tergantung spesifikasi 7. Mengukur jarak antara
lampu fototerapi lampu dan permukanan
Hasil: diberikanSesuai kulit bayi 30 cm atau
prosedur tergantung spesifikasi
8. Membiarkan tubuh bayi lampu fototerapi
terpapar sinar fototerapi 8. Membiarkan tubuh bayi
Hasil: terpapar sinar fototerapi
Di berikan Sesuai 9. Menganjurkan ibu
prosedur menyusui sesering mungkin
9. Menganjurkan ibu Hasil: di berikan susu setiap
menyusui sesering 2 jam
mungkin 10. Memeriksaan darah vena
Hasil: di berikan susu Bilirubin direk dan indirek
setiap 2 jam
10. Memeriksaan darah vena
Bilirubin direk dan indirek
Hasil :
Bilirubin Total: 26,2
Bilirubin Direk : 10,6
Bilirubin Inderek : 15,6
Senin Risiko Aspirasi Insensi selang oralgastrik Senin, S:
28, juni 28 Juni  Bayi tidur
2021 1. Mengindentifikasi indikasi 2021 O:
pemasangan OTG  Bayi tampak tidur
Jam Hasil: ada palato Jam  Ada palato
12:00 2. Memonitor tanda bahaya 14:00  Terpasang OTG
pernapasan: resiko  Bayi minum lewat OTG 2/
aspirasi jam
3. Memesangan OTG  Residu ( - )
Hasil: Terpasang OTG  Kebung (-)
4. Tujuan dan Prodesur  Sianisis (-)
tindakan kepada keluarga
Hasil: sudah di sampaikan A : Resiko aspirasi belum teratasi
sebelumnya P:
1. Memonitor tanda bahaya
pernapasan resiko aspirasi:
Palato
Selasa, Ketidakstabilan Rabu, S:
29 juni kadar gulkosa darah 1. Memerikan glukosa 30 Juni
2021 2021 O:
2. Monitor TTV 06:00
Jam Hasil : Suhu : 36,5 ℃
20: 30 Suhu: 36,7℃ RR : 84 x/m
RR :79 x/m HR : 122x/m
HR : 140 x/m SPO2 : 99 %
Spo2 : 99 %
Suhu incubator 33℃ GDS: 46 mg/dl
3. Mempertahankan askes Dex 10 % 10 tetes
IV
Hasil: IVDF terpasang Dex A: keseimbangan kadar glukosa
10 % 10 tetes darah belum teratasi
4. Memonitor kadar gula P:
darah 1. Monitor TTV
Hasil: GDS 46 mg/ml 2. Pertahankan askes IV
5. Kolaborasi pemberian 3. memonitor kadar gula
dexstrose darah
4. Kolaborasi pemberian
dexstrose

Selasa, Bersihan jalan nafas Manejemen jalan nafas Rabu, S:


29 juni tidak efektif 30 Juni  Bayi Tampak tidur
2021 1 Memonitor jalan nafas 2021 O:
Hasil: Pernafasan Cepat 06:30  Pernapasan Cepat
Jam 2. Mempertahanan  Terpasang O2 CPAP
20:30 kepatenan jalan nafas  Bayi Minum 20 cc/ 2 jam
Hasil: Terpasang O2 CPAP A:
 Bersihan jalan nafas tidak
efektif belum teratasi
P:
1. Monitor jalan nafas
2. Monitor jumlah sputum
3. Pertahankan kepatenan
jalan nafas

Selasa, Pola nafas tidak Pemantaun respirasi Rabu, S: bayi tidur


29 juni efektif belum 1. Monitor frekuensi, 30 Juni
2021 teratasi irama,kedalaman dan 2021 O:
upaya nafas 07:00  Pernapasan cepat
Jam Hasil: RR: 84x/m
21:00 RR: 79 x/m Suhu inkubatir 33,5
Spo2 : 98% Spo2 : 98 %
N: 140 x/m Nadi: 122x/m
2. Memonitor pola nafas
Hasil: A:
Pernapasan cepat  Pola nafas tidak efektif
3. Memonitor adanya belum teratasi
sumbatan jalan nafas
hasil: tidak ada P:
4. Aukultasi bunyi nafas 1. Memonitor frekuensi,
Hasil: bunyi nasaf irama,kedalaman dan
terdengar ronchi upaya nafas
5. Memonitor saturasi 2. Memonitor pola nafas
oksigen 3. Memonitor adanya
Hasil: 98% sumbatan jalan nafas
4. Aukulttasi bunyi nafas
5. Memonitor saturasi oksigen

Selasa, Icterus Neonates Fototerapi Neonates Rabu, S:


29 juni 30 Juni  Bayi tidur
2021 1. Memonitor ikterik pada 2021 O:
skela bayi 07:30  bayi tampak tidur
Jam hasil : seluh tubuh  fototerafi terpasang
21:30 2. Mengindentifikasi  tidak ada sianosis
kebutuhan cairan sesuai  inctrus seluh tubuh
dengan usia dan berat A: Masalah icterus neonates belum
badan teratasi
Hasil: ivfd terpasang
3. Meonitor suhu dan tanda P:
vital bayi 1. Memonitor ikterik pada
Hasil: skela bayi
RR: 79 x/m
Spo2 : 99% 2. Mengindentifikasi
N: 140 x/m kebutuhan cairan sesuai
4. Memonitor efek samping dengan usia dan berat
fototerapi badan
Hasil: tidak ada 3. Memonitor suhu dan tanda
5. Menyiapkan lampu vital bayi
fototerapi dan incubator: 4. Memonitor efek samping
Hasil: sesuai prosedur fototerapi
6. Mepaskan pakaian bayi 5. Menyiapkan lampu
kecuali popok fototerapi dan incubator
Hasil: seuai prosedur 6. Melepaskan pakaian bayi
7. Memberikan penutup kecuali popok
mata 7. Memberikan penutup mata
Hasil : di berikan sesuai 8. Mengukur jarak antara
prosedur lampu dan permukanan
8. Mengukur jarak antara kulit bayi 30 cm atau
lampu dan permukanan tergantung spesifikasi
kulit bayi 30 cm atau lampu fototerapi
tergantung spesifikasi 9. Membiarkan tubuh bayi
lampu fototerapi terpapar sinar fototerapi
Hasil: diberikanSesuai 10. Menganjurkan ibu
prosedur menyusui sesering mungkin
9. Membiarkan tubuh bayi Hasil: di berikan susu setiap
terpapar sinar fototerapi 2 jam
Hasil: 11. Memeriksaan darah vena
Di berikan Sesuai Bilirubin direk dan indirek
prosedur
10. Menganjurkan ibu
menyusui sesering
mungkin
Hasil: di berikan susu
setiap 2 jam
11. Memeriksaan darah vena
Bilirubin direk dan indirek
Hasil : 26,0 mg/dL

Selasa, Risiko Aspirasi Insensi selang oralgastrik Rabu, S:


29 juni 30 Juni  Bayi tidur
2021 1. Mengindentifikasi indikasi 2021 O:
pemasangan OTG 08:00  Bayi tampak tidur
Jam Hasil: ada palato  Ada palato
22:00 2. Memonitor tanda bahaya  Terpasang OTG
pernapasan: resiko  Bayi minum lewat OTG 2/
aspirasi jam
 Residu ( - )
 Kebung (-)
 Sianisis (-)

A : Masalah resiko aspirasi belum


teratasi
P:
1. Mengindentifikasi indikasi
pemasangan OTG
2. Memonitor tanda bahaya

Rabu 30 Keseimbangan kadar 1. Monitor TTV Rabu S: By lemas


Juli 2021 gulkosa darah 2. Pertahankan askes IV 30 Juli
berhubungan 3. Memonitor kadar gula 2021 O: By tampak lemas dan tidur
Jam dengan hipoglikemia darah
09:00 pada neonatus 4. Kolaborasi pemberian Jam Suhu : 36,9 ℃
dexstrose 14:00 RR : 66 x/m
Hasil: 10 % 12 tetes HR : 144x/m
SPO2 : 98 %

GSD: 79 mg/dl

A: Masalah Keseimbangan kadar


gulkosa darah teratasi
P:
Intervesi Dihentikan
Rabu 30 Bersihan jalan nafas 1. Monitor jalan nafas Rabu S:
Juli 2021 tidak efektif Hasil: Pernapasan Normal 30 Juli  Bayi Tampak tidur
2. Pertahankan kepatenan 2021 O:
Jam jalan nafas  Pernapasan Normal
09:00 Hasil: Terpasang O2 CPAP Jam  Terpasang O2
14:00
A:
 Bersihan jalan nafas efektif
P:

1. Monitor jalan nafas


2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
Rabu 30 Pola nafas Tidak Pola nafas Tidak Efektif Rabu S:
Juli 2021 Efektif 1. Monitor frekuensi, 30 Juli  Bayi terpasang O2
irama,kedalaman dan 2021
Jam upaya nafas O:
09:00 RR: 60x/m Jam  Bayi terpasang O2 Cpap
S : 36 ℃ 14:00 RR: 60x/m
Spo2 : 98 % S : 36,9 ℃
Nadi: 146x/m Spo2 : 98 %
2. Monitor pola nafas Nadi: 144x/m
3. Monitor adanya AGGAR: 6-7
sumbatan jalan nafas A:
4. Monitor saturasi oksigen  Pola nafas efektif
P:
Intervensi di hentikan
Rabu 30 Ikterik neonates 1. Monitor ikterik pada Rabu S:
Juli 2021 sklera bayi 30 Juli  Bayi Tampak Tidur
2. Monitor suhu dan tanda 2021 O:
Jam vital bayi  bayi tampak tidur
09:00 3. Monitor efek samping Jam  fototerafi terpasang
fototerapi 14:00  tidak ada sianosis
4. Siapkan lampu fototerapi A:
dan incubator  ictrus neonatus
5. Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok P:
6. memberikan penutup 1. Monitor ikterik pada
mata skela bayi
7. mengukur jarak antara 2. Indentifikasi kebutuhan
lampu dan permukanan cairan sesuai dengan usia
kulit bayi 30 cm atau dan berat badan
tergantung spesifikasi 3. Monitor suhu dan tanda
lampu fototerapi vital bayi
8. membiarkan tubuh bayi 4. Monitor efek samping
terpapar sinar fototerapi fototerapi
9. menganjurkan ibu 5. Siapkan lampu fototerapi
menyusui sesering dan incubator
mungkin 6. Lepaskan pakaian bayi
Hasil: di berikan susu kecuali popok
setiap 2 jam 7. Memberikan penutup mata
10. Bilirubin direk dan indirek 8. Mengukur jarak antara
Hasil masih ada lampu dan permukanan
Hasil: kulit bayi 30 cm atau
tergantung spesifikasi
lampu fototerapi
9. Membiarkan tubuh bayi
terpapar sinar fototerapi
10. Menganjurkan ibu
menyusui sesering mungkin
Hasil: di berikan susu setiap
2 jam

Rabu 30 Risiko Aspirasi 1. Memonitor tanda bahaya Rabu S:


Juli 2021 pernapasan resiko 30 Juli  Bayi tidur
aspirasi: Palato 2021
Jam hasil: masih tampak O:
09:00 palato Jam  Bayi tampak tidur
2. Memonitor tanda bahaya 14:00  Ada palato
pernapasan: resiko  Terpasang OTG
aspirasi  Bayi minum lewat OTG 2/
3. Memesangan OTG jam
Hasil: Terpasang OTG  Residu ( - )
4. Tujuan dan Prodesur  Kebung (-)
tindakan kepada keluarga  Sianisis (-)
Hasil: sudah di sampaikan
sebelumnya A:
 Risiko Aspirasi
P:
1. Memonitor tanda bahaya
pernapasan resiko aspirasi:
Palato

Anda mungkin juga menyukai