Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TUBERCULOSIS

jud

Di susun oleh :

1. Arinda Fiska Loviani (1703007)


2. Dwi klara ningsih (1703011)
3. Erina savitri (1703015)
4. Franky bagus (1703021)
5. Heraditya Mahardik (1703023)
6. Isti nurhikmah (1703027)
7. Mega maharani (1703039)
8. Nanik pratiwi (1703043)
9. Yoshua irda (1703065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Keluarga  yang telah memberikan tugas
ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Semarang,16 maret 2020

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C.      Tujuan...........................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

TINJAUAN TEORI...................................................................................................................6

A. Definisi TB (Tuberkulosis).............................................................................................6

B. Tanda Gejala...................................................................................................................6

C. Pengobatan TB (Tuberkulosis).......................................................................................6

D. Penyebab TBC................................................................................................................7

E. Cara penularan TBC........................................................................................................8

BAB III.......................................................................................................................................9

PENUTUP..................................................................................................................................9

A. Simpulan.........................................................................................................................9

B. Saran................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan dunia terutama di negara yang
dikelompokkan dalam high burden countries termasuk Indonesia. Sesuai dengan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, WHO menargetkan untuk menurunkan
kematian akibat tuberkulosis sebesar 90% dan menurunkan insidens sebesar 80%
pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2014. Penyakit tuberculosis masih
menjadi beban masalah kesehatan di Indonesia hingga saat ini. Tuberkulosis atau
TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.tuberculosis,
M.africanum, M. bovis, M. Leprae dsb.
Pada tahun 2017, jumlah kasus terbesar kasus TB baru terjadi di kawasan
Asia Tenggara dan Pasifik Barat, dengan 62% kasus baru, diikuti oleh wilayah Afrika
dengan kasus 52% kasus baru. Pada tahun 2017, 87% kasus TB baru terjadi di 30
negara dengan TB tinggi. Delapan Negara menyumbang dua pertiga dari kasus TB
baru: India, Cina, Indonesia, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika
Selatan (WHO, 2018)
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 prevalensi TB paru di Indonesia 0,42%
atau sebanyak 1.017.290, sedangkan di Jawa Tengah prevalensi TB paru 0,36% atau
sebanyak 132.565. Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah kelompok usia yang paling
produktif secara ekonomis (15-50). Di Indonesia yang selalu minum obat rutin dalam
1 periode pengobatan tanpa terlewat sebanyak 1.616, sedangkan di jawa tengah
sebanyak 174 orang. Mereka tidak rutin minum obat karena sering lupa, tidak
tersedia di fayankes, tidak tahan efek samping, masa pengobatan yang tertalu lama,
tidak mampu membeli obat TB secara rutin dan merasa sudah sehat(Riskesdas, 2018).
Tuberkulosis juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat (Kemenkes RI 2011). Pengetahuan mengenai penyakit ini
sangatlah penting terutama bagi penderita Tuberkulosis Paru sehingga bisa menekan
angka kejadian yang semakin mengkhawatirkan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

4
1.         Apa pengertian dari TBC?
2.         Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3.         Bagaimana cara Penularan TBC?
4.         Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5.         Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6.         Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?

C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2.      Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3.      Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4.      Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5.      Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6.      Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi TB (Tuberkulosis)
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru
atau di berbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi. Penyakit TB paru banyak menyerang kelompok usia kerja produktif dari
kelompok dengan sosial ekonomi dan pendidikan rendah. Kekebalan ganda
(multidrug resistance = MDR) terhadap obat anti TB semakin menjadi masalah akibat
kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

B. Tanda Gejala
Tuberkolosis adalah penyakit kronis yang menyerang orang, secara fisik,
mental, sosial dan emosional karena pasien harus menghadapi gejala : nyeri dada,
batuk darah, batuk berkepanjangan selama lebih dari tiga minggu. Gejala sistemik
termasuk demam, menggigil, keringat malam, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, pucat

C. Pengobatan TB (Tuberkulosis)
Pengobatan TB paru di antaranya adalah untuk mencegah penularan dan
membunuh pertumbuhan kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan, Menurut Kementrian Kesehatan RI bahwa pengobatan tuberkulosis
diberikan dalam 2 tahapan yaitu, tahap awal (intensif), dan tahap lanjutan. Tahap
Intensif tahap penting untuk mengeradikasi sebagian besar kuman, sedangkan tahap
lanjutan untuk menghilangkan kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan, maka kepatuhan pasien dalam minum obat merupakan faktor penting
dalam keberhasilan suatu pengobatan. Pengobatan TB paru yang lama sering
membuat pasien bosan dan menimbulkan ketidakpatuhan pasien dalam minum obat.
Permasalahan kepatuhan pasien penyakit TB paru di pengaruhi banyak faktor, yaitu
faktor obat, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi, dan
faktor pasien. Dukungan keluarga dan pengetahuan pasien terhadap penyakit

6
tuberkulosis, obat anti tuberkulosis, dan keyakinan terhadap efikasi obatnya akan
mempengaruhi keputusan pasien untuk menyelesaikan terapinya atau tidak.

D. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TBC. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga
sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC
berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman
TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks
primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer
adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-
kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
TBC.

7
2. Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

E. Cara penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada
anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini
bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
F. Peran Keluarga dalam merawat Anggota yang Menderita TB
1. Peran Keluarga sebagai motivator
2. Peran Keluarga sebagai edukator
3. Peran Keluarga sebagai fasilitator
4. Peran Keluarga sebagai inisiator
5. Peran Keluarga sebagai pemberi perawatan
6. Peran Keluarga sebagai koordinator
7. Peran Keluarga sebagai mediator

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Intervensi Keluarga dalam Memberikan Perawatan Penderita TB


1. Memberikan dukukan bukan hanya fisik tetapi psikososial
Intervensi yang dapat diberikan yaitu setiap anggota keluarga memberikan dukungan
melalui perhatian pada penderita penyakit TB paru dalam hal terapi pengobatan
dimana peran dari keluarga merupakan salah satu factor yang sangat dibutuhkan oleh
anggota keluarga yang menderita Tuberkulosis Paru. Dalam keluarga komunikasi
yang terjadi secara terbuka dan dua arah akan sangat mendukung bagi penderita TBC.
Saling mengingatkan dan memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan
dapat mempercepat proses penyembuhan. Peran keluarga dalam Perawatan pada
Penderita Tuberkulosis Paru dapat menjadi motivator atau memberi dukungan social
bagi tiap anggota keluarganya, baik untuk alasan instrumental (support for
instrumental reasons) maupun alasan emosi (support for emotional reasons). Selain
itu dukungan keluarga juga digambarkan oleh tanggapan (respon), dukungan moral
(emosi), dan dukungan material (finansial) keluarga terhadap perawatan penyakit TB
paru.
2. Program SOWAN
Penjelasan mengenai program SOWAN yang berarti dalam bahasa jawa berkunjung
dan dalam bahasa Inggris adalah Supporting,Observation,Well-being,Action and
Nuring sebagai berikut:
a. Supporting
Pada pasien TB Paru Masalah pasien pada penelitian ini yaitu minum obat bosan
dan terpaksa, menjaga jarak dengan keluarga dan masyarakat dan kehilangan
kebiasaan sendiri yaitu memeluk anak, makan bersama dengan teman dan
bekerja,didukung oleh penelitian Saktibahwa minum obat yang besar dan banyak
merupakan masalah atau faktor yang menyebabkan pasien putus obat. Pada pasien
TB paru hal yang membuat pasien mencari pelayanan kesehatan adalah keparahan
atau gejala batuk yang menganggu, dan pengobatan yang lama dan minum obat
merupakan faktor terjadinya putus obat. Masalah psikologi, kemampuan
mengontrol emosi menjadi masalah yang dialami oleh pasien TB Paru ini di
dukung oleh penelitian. Keadaan ini mengakibatkan pasien kurang mampu

9
mengontrol diri untuk bisa berubah dalam kemampuan merawat diri dan
mengakibatkan kemampuan menerima dirinya sendiri semakin sulit dan ini
berpengaruh dalam kesadaran diri yang kurang yang mengakibatkan masalah
sosial,Masalah sosial: masalah sosial dari pasien TB Paru mempengaruhi pasien
dalam melakukan pencarian pelayanan kesehatn yang di butuhkan. Pada pasien
TB paru terjadi isolasi dalam keluarga yaitu menjaga jarak. Sementara di tempat
kerja membuat pasien menjaga jarak dengan temannya, bahkan ada beberapa
pasien yang di keluarkan dari pekerjaan karena di nyatakan sakit TB Paru.
Masalah spiritual: Berdoa mempunyai pengaruh dalam proses penyembuhan
karena mampu menenangkan pasien, sehingga mampu menurunkan kortisol dan
meningkatkan Imun
b. Observation
Perawat memperhatikan tujuan dari pasien dan apa yang jadi focus perhatian
pasien dalam mencapai target sehat mandiri. Monitoring pada pasien TB Paru
sesuai dengat target yang di sepakati dengan pasien pada penelitian ini adalah
kebiasaan pasien minum obat secara teratur, kebutuhan makan pasien terpenuhi,
kebutuhan tidur terpenuhi, pasien dapat memenuhi kebugaran fisik/latihan, pasien
dapat mengatasi keluhan fisik dengan tenang, mengontrol emosi, mengontrol
diri, menerima diri sendiri, komunikasi dengan keluarga dan teman, komunikasi
dengan petugas kesehatan serta kegiatan sosial juga ikhlas dan pasrah pada tabel
5.4.
c. Well-being
Kemandirian yang di capai pasien dalam penelitian ini adalah minum obat dengan
tenang, mengotrol marah,membuat jadwal kegiatan,berdoa dengan tenang, lebih
santai atau rileks mengatasi keluhan.Kemampuan pasien tersebut berdampak pada
kepuasan pasien yang berobat. karena bukan hanya patuh minum obat tetapi juga
mengetahui cara mengatasi masalah dan di rasakan manfaatnya oleh pasien.pada
pasien TB Paru. Kartu sehat mandiri sebagai alat untuk melihat keaadaan pasien
secara holistik mampu memberikan kepuasan perawat tentang hasil pelayanan
yang di lakukan terhadap pasien.
d. Action
Pada pasien TB paru Pasien membutuhakan pelayanan keperawatan holistik
menjadi hal penting dalam menjalin hubungan perawat pasien.Perawat akan
menjaga kebutuhan ini dengan cara membuat kontrak dengan pasien dan tujuan

10
yang jelas tentang apa yang akan di capai bersama pasien. Pelayanan yang
berfokus pasien ternyata membuat perawat menjadi kreatif yaitu dengan membuat
permainan kartu pengkajian kemandirian pasien. Dengan prinsip mindfullnes
bahwa pain+resisten: suffering ,perawat menggunakan rumus ini dengan
kombinasi antara releks,maindfuness dan berdoa membuat pasien merasa mampu
tenang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
e. Nursing pada pasien TB Paru.
Dalam mencapai target sehat mandiri perawat memperhatikan tujuan yang di
sepakati pasien sebagai berikut:
1. Tujuan yang tidak mungkin tercapai
2. Tugas yang dibuat tidak sama dengan apa yang maksud pasien
3. Terlalu banyak keingingan yang membuat pasien tidak focus
4. Self care harus memperhatikan sumbersumber yang tersedia
5. Banyaknya tujuan dan perhatian
6. Tidak mampu bertanya karena kurangnya pengetahuan atau situasi
7. Tidak adanya pengetahuan yang membuat salah keputusan
8. Pasien tertekan untuk membuat keputusan
9. Lingkungan yang mendukung untuk pasien mampu refleksi dan konsultasi
sehingga pasien mampu mencapai target sehat mandiri

B. Kelebihan dan Hambatan mengaplikasikan untuk Askep Keluarga

Peran keluarga dapat menciptakan penilaian positif terhadap keberadaan


keluarga sehingga memberikan kontribusi pada kemampuan keluarga untuk
menghadapi masalah secara efektif. Keluarga sangat berperan dalam kehidupan
seseorang apalagi orang tersebut dalam keadaan sakit. Anggota keluarga adalah satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya sehingga bila salah satu
anggota keluarga mengalami sakit maka anggota keluarga yang lain ikut merasakan
juga. Peran keluarga sangat penting dan merupakan sentral peran yang setiap orang
harus mempelajari agar dapat dimainkan dengan sukses. Sedangkan untuk
berfungsinya peran secara adekuat merupakan hal yang sangat penting bukan hanya
untuk berfungsinya individu secara sukses melainkan juga untuk keberhasilan fungsi-
fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga dicapai lewat penampilan-penampilan
keluarga. Peran keluarga sebagai motivator, edukator, fasilitator, inisiator, pemberi

11
perawatan, koordinator dan mediator sangat dibutuhkan khususnya dalam
memberikan perawatan, tidak hanya perawatan secara fisik namun secara psikososial.
Adapun kelebihan dalam melakukan intervensi ini yaitu anggota keluarga
semakin erat hubungannya dan dapat menerapkan fungsi-fungsi keluarga Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan orang terdekat dari penderita dan juga sesuai dengan
salah satu fungsi keluarga yaitu memberikan perawatan pada anggota keluarga yang
sakit. Keluarga harus aktif dalam ikut merawat penderita, bagaimana keluarga
mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang diperlukan penderita, sikap
keluarga terhadap penderita, keaktifan keluarga mencari informasi tentang perawatan
terhadap penderita. Peran keluarga yang baik disebabkan karena adanya kesadaran
yang tinggi dari keluarga untuk saling memelihara dan memberi perawatan kesehatan
pada anggota keluarga yang sakit sehingga dapat mempengaruhi keberhasilan
perawatan pada penderita Tuberkulosis paru.
Fungsi lain yang dapat diterapkan yaitu fungsi ekonomi dimana anggota
keluarga dapat membantu dalam pembelian obat anti tuberculosis agar pasien dapat
minum obat tepat waktu selama 6 bulan. Fungsi selanjutnya yang dapat diterapkan
yaitu fungsi cinta dan kasih sayang dimana anggota keluarga dapat memberikan
dukungan motivasi agar selalu minum obat dan mendorong penderita untuk bisa
sembuh. Kegagalan pengobatan TB karena tidak ada dukungan atau pengawasan dari
keluarga sehingga penderita sering lupa untuk minum obat sehingga harus mengulang
terapi dari awal lagi. Berdasarkan Riskesdas 2018, di Indonesia kegagalan pengobatan
TB karena lupa minum obat sebanyak 8,12%, karena tidak mampu membeli obat
secara rutin sebanyak 17,3% dan pasien yang tidak rutin berobat sebanyak 28,42%
sedangkan prevelensi tertinggi kegagalan pengobatan karena pasien merasa sudah
sehat yaitu 37,51% hal ini merupakan peran anggota keluarga menjelaskan bahwa
pengobatan itu penting, sehinga sangat dibutuhkan dukungan dari keluarga agar
penderita tuberculosis berhasil dalam pengobatan.
Kekurangan dalam memberikan intervensi ini adalah jika ada anggota
keluarga yang acuh atau kurang memperhatikan dengan kondisi keluarga yang
menderita TB atau penderita TB yang tidak memiliki keluarga, akan berpengaruh
dalam kepatuhan minum obat karena penderita akan tidak mendapatkan dukungan
secara emosional maupun keseluruhan seperti keluarga tidak mengingatkan minum
obat, keluarga yang tidak menanyakan perkembangan kesehatan penderita kepada
petugas kesehatan, serta keluarga yang tidak selalu mengantar pengobatan.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Angka TB (Tuberkulosis) di Indonesia sangat tinggi. Perlunya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat yang terkena TB maupun yang belum mencari informasi
penanganan dan pencegahannya. Peran perawat atau tenaga kesehatan yang lain
sangatlah penting dalam memberikan pendidikan kesehatan atau informasi mengenai
TB (Tuberkulosis). Perlunya pula dukungan keluarga kepada pasien karena pada
pasien TB paru yang lama sering membuat pasien bosan dan menimbulkan
ketidakpatuhan pasien dalam minum obat.

B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri
ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

13
Permana , D. A. (2018). GAMBARAN DAN ANALISIS KESESUAIAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI PUSKESMAS CILACAP
SELATAN TAHUN 2018. Jurnal Pharmaqueous STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah
Cilacap, 99-105.

Siswanto, I. P. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan


Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang . Jurnal
Kesehatan Andalas, 624-728.

Sulistyo Andarmoyo. (2015). PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI


MEDIA LEAFLET EFEKTIF DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN
PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN
PONOROGO . 600-605.

Tim Riskesdas 2018. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Kementrian
Kesehata RI Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan.

Togatorop, L. B. (2019). PERSEPSI PERAWATAN MANDIRI PASIEN TUBERKULOSIS.


Jurnal Perawat Indonesia, 101-108.

14

Anda mungkin juga menyukai