Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

Abses Mandibula

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:
Yustika Rini
1706978452

Program Profesi Ners


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2021
A. Anatomi dan Fisiologi Fasia Kepala dan Leher

Leher terdiri atas fasia servikal superfisial dan profunda yang memisahkan
struktur menjadi beberapa bagian. Ruang leher bagian dalam dibentuk dari fasia
ini, namun fasia servikal superfisial dari leher tidak ikut berperan untuk terjadinya
infeksi leher dalam. Ruang fasial wajah dan leher merupakan daerah jaringan
penyambung longgar, dimana memungkinkan menjadi daerah pembentukan abses
sesuai dengan perluasan jalannya infeksi. Ruangan ini dikelilingi oleh selubung
fasia yang merupakan lapisan penyambung padat menutupi otot dan organ. Fungsi
selubung ini adalah untuk memberi perlindungan juga memungkinkan pencegahan
terjadinya pergerakan struktur satu dan lainnya.
1. Fasia kepala dan leher dalam membungkus otot dan organ-organ viscera
leher, kemudian membentuk dasar dan ruangan yang membatasi
penyebaran infeksi, diantaranya : ruang submandibula, ruang faring
lateral, ruang retrofaring, ruang bahaya (danger space) dan ruang
prevertebra. Infeksi pada ruang-ruang ini mempunyai efek yang sangat
fatal dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atau meluas kedaerah vital
seperti mediastinum dan atau carotid sheath (Sherwood, 2016)..
2. Fasia servikal terdiri dari lapisan dari lapisan jaringan ikat fibrous yang
membungkus organ, otot, saraf dan pembuluh darah yang membagi leher
menjadi ruang potensial. Fasia servikal terbagi menjadi dua bagian yaitu
fasia servikal superfisial dan fasia servikal profunda. Fasia servikal
superfisial yang disebut juga panikulus adiposus menutupi seluruh leher
dan berlanjut ke muskulus platisma di sebelah anteriornya. Fasia servikalis
profunda atau yang disebut juga deep cervical fascia terbagi menjadi tiga
lapis yaitu lapisan superfisial, lapisan media dan lapisan profunda
(Sherwood, 2016).
Ruang potensial leher dalam adalah ruang yang terbentuk oleh sekat-sekat fasia
leher dalam yang terdiri atas :
- Lapisan Superficial dari Deep Cervical Fascia (Investing Layer)
- Lapisan tengah dari Deep Cervical Fascia yang terdiri atas:
- Lapisan Muscular
- Lapisan Visceral
- Lapisan dalam dari Deep Cervical Fascia yang terderi atas :
- Alar fascia
- Prevertebral fascia
Ruang leher dalam dapat dikelompokan menjadi (modifikasi Hollingshead):
- Ruang yang melibatkan sepanjang leher
- Ruang retropharyngeal (posterior visceral, retroviseral,
retroesophageal) - Danger space
-Ruang prevertebral
- Ruang viseral vascular
- Ruang yang terbatas di atas tulang hioid
- Ruang paraparing (faringomaxilla, lateral faring, perifaring)
- Ruang Submandibula and submental \
- Ruang Parotis
- Ruang Mastikator
- Ruang Peritonsil
- Ruang Tempora
- Ruang yang terbatas di bawah tulang hyoid
- Ruang Pretrakea
- Ruang Suprasternal (Sherwood, 2016).
Diantara ruang-ruang ini terdapat hubungan yang memungkinkan infeksi pada
satu ruang dapat meluas ke ruang-ruang potesial lainnya.
B. Abses Mandibula
1. Definisi
Definisi abses leher dalam adalah terkumpulnya pus di dalam ruang
potensial diantara fascia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari
berbagai sumber infeksi seperti gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal,
telinga dan leher.
2. Faktor Risiko & Etiologi
Pembentukan abses merupakan hasil perkembangan dari flora normal
dalam tubuh. Flora normal dapat tumbuh dan mencapai daerah steril
dari tubuh baik karena perluasan langsung maupun laserasi atau
perforasi. Penyebab abses leher dalam diantaranya adalah infeksi
orofaring, infeksi gigi, sialolit, sialadenitis, benda asing, tuberkulosis.
Infeksi gigi dapat mengenai pulpa dan periodontal. Penyebaran infeksi
dapat meluas melalui foramen apikal gigi ke daerah sekitarnya. Apeks
gigi molar satu yang berada diatas perlekatan muskulus milohyoideus
menyebabkan penjalaran infeksi akan masuk terlebih dahulu ke daerah
sublingual sedangkan apeks molar kedua dan ketiga berada dibawah
perlekatan muskulus milohyoideus sehingga infeksi akan lebih cepat
ke daerah submandibula. Abses leher dalam secara umum disebabkan
oleh polimikroba, yaitu campuran kuman aerob, anaerob maupun
fakultatif anaerob. Organisme aerob seperti Streptokokus viridan,
Streptokokus beta hemolitikus, Stafilokokus aureus dan epidermidis.
Bakteri anaerob seperti Bacteroides melaninogenicus,
Peptostreptokokus, Fusobakterium. Bakteri gram negatif seperti
Hemofilus, Escherichia, Pseudomonas, Neisseria dan Klebsiella. Pola
kuman penyebab abses leher dalam berbeda sesuai dengan sumber
infeksinya. Infeksi yang berasal dari orofaring lebih banyak
disebabkan oleh kuman flora normal di saluran nafas atas seperti
Streptokokus dan Stafilokokus. Infeksi yang berasal dari gigi biasanya
lebih dominan kuman anaerob seperti Prevotela dan Fusobakterium.
Penyebaran abses leher dalam dapat melalui beberapa jalan yaitu
hematogen, limfogen dan celah antar ruang leher dalam. Beratnya
infeksi tergantung dari virulensi kuman, daya tahan tubuh dan lokasi
anatomi.
3. Manifestasi Klinis
Pada penelitian yang dilakukan Kamath (2015) ditemukan sebanyak
66% pasien dengan gejala klinis sulit menelan, sebanyak 59% dengan
nyeri pada leher, 48% dengan demam, 21% dengan trismus dan sesak
sebanyak 17%. Suebara dkk15 pada penelitiannya melaporkan pasien
abses leher dalam dengan gejala klinis nyeri sebanyak 98,75%, demam
sebanyak 85%, nyeri menelan sebanyak 23,75%, sulit menelan
sebanyak 11,25%, sesak sebanyak 10% dan nyeri pada gigi sebanyak
3,75%. Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 100% penderita abses
leher dalam dengan gejala klinis nyeri, 51,72% pasien dengan demam,
37,93% dengan sulit menelan, 27,58% dengan trismus dan 6,89%
dengan gejala sesak.
4. Patofisiologi
5. Komplikasi
Komplikasi dari abses leher dalam yang dapat terjadi diantaranya
adalah sumbatan jalan nafas, mediastinitis, abses paru, pneumonia,
perikarditis, trombosis vena jugularis dan ruptur arteri karotis.
6. Pengkajian
a. Airway
1) Bebas, ada obstruksi: parsial/total, penyebab obstruksi: darah,
lendir, lidah jatuh.
2) Normal, suara nafas karena obstruksi: snoring, gurling, growing,
stridor.
3) Kondisi utama sevikal/spine control: bebas, jelas, fraktur.
4) Penggunaan otot bantu pernafasan
5) Sianosis : di sekitar mulut/mukosa, kuku
b. Breathing
1) Respirasi berapa kali per menit, regular/irregular
2) Gerakan otot pernafasan tambahan
3) Suara abnormal : wheezing, ronkhi, krekles, friction rub pleural.
4) Eupnea, bradipnoe, cheyne stokes, apnoe, takhipnoe
c. Sirkulasi
1) Tekanan darah.
2) Nadi.
3) Suhu.
4) Abnormalisasi warna kulit : pucat, kebiruan, eritema, ikterik,
kehilangan pigmen, merah.
5) Henti jantung : bradycardi, tachycardi.
6) Capilary refill: < 2 detik, > 2 detik.
7) Kehilangan cairan dalam jumlah besar : muntah, diare.
8) Perdarahan : tidak terlihat, terlihat : 500 cc, > 500cc
9) Luka bakar: luas, grade.
d. Disability
1. Kesadaran.
2. Nilai GCS E, M,V, total GCS.
3. Pupil : isokor, anisokor, miosis, midriasis, pin point.
4. Reaksi pupil terhadap cahaya : positif, negatif
5. Lateralisasi motorik : reflek abnormal satu sisi, kejang salah satu
sisi.
e. Eksposure
Buka semua pakaian pasien untuk melihat adanya luka.
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian pola fungsional menurut Doenges:
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalah
dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi,
kehilangan tonus otot, otot spastik.
2) Sirkulasi
Gejala: Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi),
perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi
yang diselingi dengan bradikardi, disritmia).
3) Integritas EGO
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis).
Tanda: Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung,
depresi dan inpulsif.

4) Eliminasi
Gejala: Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5) Makanan/Cairan
Gejala: Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera.
Tanda: Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan
(batuk, air liur keluar, disfagia).
6) Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar
kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan
pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas.
Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya,
diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotofobia. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.
Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian,
konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh
emosi/tingkah laku dan memori). Perubahan pupil
(respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata,
ketidakmampuan mengikuti. Kehilangan pengindraan,
seperti: pengecapan, penciuman dan pendengaran.
Wajah tidak simetris. Genggaman lemah, tidak
seimbang. Reflek tendon dalam tidak ada atau lemah.
Apraksia, hemiparase, quadreplegia. Postur
(dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive
terhadap sentuhan dan gerakan. Kehilangan sensasi
sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat,
merintih.
8) Pernafasan
Tanda: Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak.
Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi).
9) Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit: Laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon
eye”, Tanda battle disekitar telinga (merupakan Tanda
adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari
telinga/hidung (CSS). Gangguan kognitif, gangguan
rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralisis. Demam, gangguan dalam regulasi
suhu tubuh.
10) Interaksi Sosial
Tanda: Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria, anomia.
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Penggunaan alkohol/obat lain
Pertimbangan rencana pemulangan: Membutuhkan
bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,
menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan,
tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, atau
penempatan fasilitas lainnya dirumah.
7. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan trauma, luka post op.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan
8. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan luka post op Tujuan : pasien akan
merasa nyaman yang ditandai dengan anak tidak mengeluh nyeri,
dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Intervensi : Kaji keluhan
nyeri dengan menggunakan skala nyeri, catat lokasi nyeri, lamanya,
serangannya, peningkatan nadi, nafas cepat atau lambat, berkeringat
dingin. Mengatur posisi sesuai kebutuhan anak untuk mengurangi
nyeri. Kurangi rangsangan. Pemberian obat analgetik sesuai dengan
program. Ciptakan lingkungan yang nyaman termasuk tempat tidur.
Berikan sentuhan terapeutik, lakukan distraksi dan relaksasi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri. Tujuan : pasien
akan terbebas dari infeksi yang ditandai dengan tidak ditemukan
tanda-tanda infeksi: suhu tubuh dalam batas normal, tidak ada pus
dari luka, leukosit dalam batas normal. Intervensi : Kaji adanya
drainage pada area luka. Monitor tanda-tanda vital: suhu tubuh.
Lakukan perawatan luka dengan steril dan hati-hati. Kaji tanda dan
gejala adanya meningitis, termasuk kaku kuduk, iritabel, sakit
kepala, demam, muntah dan kenjang.
c. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan. Tujuan: Mempertahankan
masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB
stabil, Awasi konsumsi makanan / cairan, Perhatikan adanya mual
dan muntah, Beikan makanan sedikit tapi sering, Tingkatkan
kunjungan oleh orang terdekat selama makan, Berikan perawatan
mulut sering
9. Terapi
a. Mandibulektomi
Mandibulektomi adalah operasi pengangkatan bagian rahang
bawah. Ini dapat digunakan untuk menghilangkan kanker. Beberapa
jaringan sehat di sekitar tepi tumor juga perlu diangkat untuk
membantu mengurangi risiko tertinggalnya sel kanker. Berapa
banyak rahang bawah yang diangkat tergantung pada ukuran kanker
dan di mana letaknya. Menghapus bagian dari rahang bawah
mungkin termasuk beberapa gigi. Beberapa pasien mungkin
memiliki operasi ini yang direkomendasikan untuk pengobatan
osteo-radionekrosis, yang merupakan efek samping yang jarang dari
radioterapi. Meskipun selebaran ini membahas pengobatan kanker,
pedoman ini juga berlaku untuk pengelolaan osteo-radionekrosis.
Area yang diangkat kemudian diganti dengan: otot dan kulit 'flap',
atau kombinasi pelat logam, kulit, otot dan/atau tulang 'flap'. Flap
bebas adalah sepotong jaringan yang dipindahkan dari satu bagian
tubuh, seperti kaki, lengan, atau paha ke rahang bawah. Tujuan
mengganti area yang dihilangkan adalah untuk mencoba dan
mengembalikan kemampuan menelan dan berbicara dan untuk
mengembalikan penampilan sebanyak mungkin. Sampel jaringan
yang diambil selama operasi akan dikirim ke laboratorium dan
diperiksa di bawah mikroskop.

Daftar Pustaka
Novialdi, Pulungan MR. (2011). Pola kuman abses leher dalam.
Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Diunduh dari url: http://repository.unand.ac.id/18384.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2010). Nursing Care Plan:
guidelines for individualizing client care across the life span 8th ed.
Philadelphia: Davis Company.

Kamath MP, Shetty AB, Hegde MC, Sreedharan S, Bhojwani K, Padmanabhan


K, dkk. (2011). Presentation and management of deep neck space abscess.
Indian Journal of otolaryngology and Head and Neck Surgery (serial
online). Okt- Des; 1 (1). Diunduh dari url:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23119999.

Anda mungkin juga menyukai