Anda di halaman 1dari 5

Istirahat dan Tidur: Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Tidur

Oleh Yustika Rini, 1706978452

Mahasiswa S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur terkait dengan faktor fisiologis,


psikologis, dan lingkungan yang mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor tunggal
bukan satu-satunya penyebab masalah tidur. Terdapat tujuh faktor dalam mempengaruhi
gangguan tidur. Pertama obat-obatan dan sejenisnya, obat-obatan yang diresepkan oleh
dokter sering kali mempengaruhi gangguan tidur seperti kantuk, insomnia, dan kelelahan
(Potter & Perry, 2013). Seperti beta blocker, yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi, gagal jantung kongestif, glaukoma, dan migrain, sering menyebabkan
berkurangnya jumlah REM (pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye Movement
merupakan fase tidur. Selama tidur REM, mata bergerak cepat ke berbagai arah, walaupun
kelopak mata tetap tertutup. Pernafasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan dangkal.
Denyut jantung dan nadi meningkat. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM,
maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang
dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah) dan tidur gelombang lambat,
dan juga dikaitkan dengan peningkatan kantuk di siang hari (Harvard Medical School,
2007);(Universitas Sumatera Utara, 2013). Alpha blocker, yang juga digunakan untuk
mengobati tekanan darah tinggi dan kondisi prostat, terkait dengan penurunan REM dan
peningkatan kantuk di siang hari (Harvard Medical School, 2007). Antidepresan, yang
dapat mengurangi durasi periode tidur REM, memiliki efek jangka panjang yang tidak
diketahui pada tidur secara keseluruhan (Harvard Medical School, 2007). Selain obat-
obatan yang diresepkan, zat aktif lainnya seperti kafein dan alcohol juga mempengaruhi
gangguan tidur. Kafein pada umumnya menurunkan kuantitas tidur gelombang lambat dan
tidur REM (Harvard Medical School, 2007). Hal ini tergantung dengan pada jumlah kafein
yang dicerna, tingkat toleransi individu, dan fase jam internal individu (Harvard Medical
School, 2007). Pada alcohol umumnya membuat individu cepat tidur. Namun, meskipun
alkohol dapat membantu seseorang tertidur lebih cepat, kualitas tidur individu itu di bawah
pengaruh alcohol (Harvard Medical School, 2007)l. Alkohol juga cenderung memperburuk
gejala sleep apnea (Harvard Medical School, 2007). Selain contoh diatas ada beberapa
contoh obat-obatan dan zat aktif lain yang terlihat didalam tabel.

Nama obat-obatan atau zat aktif lainnnya Efek


HIPNOTIK  Mengganggu mencapai tahap tidur
yang lebih dalam
 Hanya berikan peningkatan jumlah
tidur sementara (1 minggu)
 Akhirnya menyebabkan "mabuk"
pada siang hari; rasa kantuk
berlebihan, kebingungan, penurunan
energy
 Kadang-kadang memperburuk sleep
apnea pada orang dewasa yang lebih
tua
ANTIDEPRESAN DAN STIMULAN  Menekan jumlah REM
 Mengurangi jumlah waktu tidur total
ALKOHOL  Mempercepat terjadinya tidur
 Mengurangi tidur REM
 Membuat individu terbangun
dimalam hari dan mengalami
kesulitan untuk tidur kembali
CAFFEINE  Mencegah orang tertidur
 Menyebabkan seseorang terbangun
di malam hari
 Mengganggu tidur REM
DIURETIK  Terbangun di malam hari yang
disebabkan oleh nocturia
BETA-ADRENERGIC BLOCKERS  Menyebabkan mimpi buruk
 Menyebabkan insomnia
 Menyebabkan bangun dari tidur
BENZODIAZEPIN  Meningkatkan waktu tidur
 Meningkatkan kantuk di siang hari
 Merubah tidur REM
NIKOTIN  Mengurangi waktu tidur total
 Mengurangi waktu tidur REM
 Menyebabkan terbangun dari tidur
 Menyebabkan kesulitan untuk tetap
tertidur
NARKOTIK  Penyebab kantuk di siang hari
meningkat
 Menekan jumlah REM
ANTIKONVULSAN  Menurunkan waktu tidur REM
 Menyebabkan kantuk di siang hari

Sumber: (Potter & Perry, 2013)

Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur yang kedua adalah gaya hidup. Gaya
hidup seseorang dapat mempengaruhi pola tidur seperti melakukan pekerjaan berat yang
tidak biasa, terlibat dalam kegiatan sosial larut malam, mengubah waktu makan malam, dan
banyak begadang karena pekerjaan (Potter & Perry, 2013). Setelah beberapa minggu
begadang, jam biologis seseorang biasanya menyesuaikan. Individu dapat tidur hanya 3
atau 4 jam karena jam tubuhnya merasakan bahwa sudah waktunya untuk bangun dan aktif
(Potter & Perry, 2013). Faktor ketiga adalah pola tidur sehari-hari yang tidak baik. Kurang
tidur kronis jauh lebih serius dan menyebabkan perubahan serius pada kemampuan untuk
melakukan fungsi sehari-hari. Kantuk cenderung paling sulit untuk diatasi selama tugas-
tugas yang tidak aktif seperti mengemudi (Potter & Perry, 2013). Ada peningkatan risiko
kecelakaan kendaraan bermotor jika seseorang berkendara setelah tidur kurang dari 7 jam
(Potter & Perry, 2013). Faktor keempat adalah stress emosional. Individu dari segala usia
yang mengalami stres, kecemasan, dan depresi cenderung merasa lebih sulit untuk tertidur,
dan ketika mereka melakukannya, tidur cenderung ringan dan mencakup lebih banyak tidur
REM dan kurang tidur nyenyak (Harvard Medical School, 2007). Ini mungkin karena tubuh
kita diprogram untuk merespons situasi yang penuh tekanan dan berpotensi bahaya dengan
bangun (Harvard Medical School, 2007).

Faktor kelima adalah lingkungan sekitar individu saat ingin tidur. Hal lingkungan
sekitar individu seperti kasur, suara, terbiasa tidur dengan orang, suhu, dan cahaya.
Meskipun suara latar belakang dapat membuat orang rileks, tingkat volume harus rendah
(Harvard Medical School, 2007). Jika tidak, peningkatan frekuensi terbangun dapat
mencegah transisi ke tahap tidur yang lebih dalam. Penelitian menunjukkan bahwa rentang
suhu ideal untuk tidur sangat bervariasi di antara individu, begitu banyak sehingga tidak
ada suhu kamar terbaik yang ditentukan untuk menghasilkan pola tidur yang optimal
(Harvard Medical School, 2007). Tidur REM umumnya lebih sensitif terhadap gangguan
terkait suhu. Misalnya, dalam suhu yang sangat dingin, kita mungkin sepenuhnya
kekurangan tidur REM. Tingkat cahaya mempengaruhi kemampuan untuk tertidur (Harvard
Medical School, 2007). Cahaya memengaruhi jam internal kita melalui sel khusus di retina
mata, Sel-sel ini, yang menempati ruang yang sama seperti batang dan kerucut yang
memungkinkan penglihatan, memberi tahu otak apakah itu siang hari atau malam hari, dan
pola tidur diatur dengan tepat (Harvard Medical School, 2007). Faktor yang keenam adalah
latihan dan kelelahan. Seseorang yang cukup lelah biasanya tidur nyenyak. Berolahraga 2
jam atau lebih sebelum tidur memungkinkan tubuh untuk mendinginkan dan
mempertahankan kondisi kelelahan yang mendorong relaksasi (Potter & Perry, 2013).
Namun, kelelahan berlebih akibat kerja yang melelahkan atau membuat stres menjadi lebih
sulit untuk tidur (Potter & Perry, 2013). Faktor yang terakhir mempengaruhi tidur adalah
makanan. Makan makanan yang besar, berat, dan / atau pedas di malam hari sering
menyebabkan gangguan pencernaan yang mengganggu tidur (Potter & Perry, 2013).
Beberapa alergi makanan menyebabkan insomnia (Potter & Perry, 2013). Alergi susu
terkadang menyebabkan bangun malam dan menangis atau kolik pada bayi (Potter & Perry,
2013). Selain itu kelebihan berat badan berkontribusi pada OSA karena peningkatan ukuran
struktur jaringan lunak di saluran napas bagian atas (Potter & Perry, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Harvard Medical School. (2007). External Factors that Influence Sleep. Retrieved from:
http://healthysleep.med.harvard.edu/healthy/science/how/external-factors

Potter & Perry. (2013). Fundamental of Nursing. (8th ed). Canada: Elsevier.

Universitas Sumatera Utara. (2013). Fisiologi Tidur. Retrieved from:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27941/Chapter%20II.pdf?se
quence=4

Anda mungkin juga menyukai