Anda di halaman 1dari 41

ANTIKONVULSI

Rima Parwati Sari


EPILEPSI
 gangguan SSP yang ditandai dg terjadinya
bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang
bersifat spontan (unprovoked) ataupun
berulang
 Gejala utama:
 Kesadaran menurun atau hilang

 Kejang (konvulsi)

 Hiperaktivitas otonomik

 Gangguan sensorik atau psikik

 Gambaran letupan EEG abnormal dan eksesif

=> disritmia serebral paroksismal


KEJANG
 Fenomena klinis akibat adanya letupan listrik
(depolarisasi abnormal) yg eksesif yang
terjadi dlm fokus otak
 manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang
berlebihan di dalam korteks serebral
 Manifestasi klinik sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat
Patogenesis
 Kejang disebabkan karena
ada ketidakseimbangan
antara pengaruh inhibisi
dan eksitatori pada
otak
 Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :
 Kurangnya transmisi inhibitori
 Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)
 Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya aksi glutamat
atau aspartat
Klasifikasi epilepsi
 Berdasarkan tanda klinik dan
data EEG, kejang dibagi
menjadi :
 kejang umum (generalized
seizure)
 jika aktivasi terjadi pd
kedua hemisfere otak secara
bersama-sama
 kejang parsial/focal
 jika dimulai dari daerah
tertentu dari otak
Kejang umum
terbagi atas:
 Tonic-clonic convulsion = grand mal
 merupakan bentuk paling banyak terjadi

 pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-

engah, keluar air liur


 bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah

 terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,

kebingungan, sakit kepala atau tidur


 Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
 Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
 Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan
kekuatan otot  jatuh, tapi bisa
segera recovered

Petit mal
Kejang parsial

terbagi menjadi :
 Simple partial seizures Kejang parsial
 pasien tidak kehilangan kesadaran

 terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu

dari tubuh
 Complex partial seizures
 pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:

gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa


kesadaran
Mekanisme kerja antiepilepsi
 Mencegah timbulnya letupan depolarisasi
eksesif pada neuron epileptik dalam fokus
epilepsi
 Mencegah terjadinya letupan depolarisasi
pada neuron normal akibat pengaruh dari
fokus epilepsi
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na +:
 Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
 Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
 agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin,
barbiturat
 menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat
 contoh: Vigabatrin
 menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA 
contoh: Tiagabin
 meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
 mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool  contoh: Gabapentin
ANTIEPILEPSI
1. Karbamazepin
2. Asam valproat
3. Gol. Hidantoin
4. Gol. Barbiturat
5. Gol. Suksinimid
6. Gol. Benzodiazepin
7. Gol. Oksazolidindion
8. Antiepilepsi lain
FENITOIN
 Penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian
lain di otak
 Mengubah konduktans Na+, K+, dan Ca2+ neuron dan
mengubah neurotransmitter norepinephrin, acetylcholine,
GABA
 Stabilisasi membran sel (saraf tepi, sistem konduksi di
jantung)
 Fenitoin tidak menyebabkan depresi umum SSP
 Bangkitaan tonik klonik dan beberapa bangkitan parsial
dapat pulih sempurna
 Gejala aura sensorik dan gejala prodromal lainnya tidak
dapat dihilangkan dengan sempurna
Farmakokinetik
 ABSORPSI
 Per oral  lambat, kadang tidak lengkap
kadar efektif plasma  24 jam
 IM  mengendap di tempat suntikan ± 5 hari,
absorpsi lambat
 fosphenytoin (prodrug fenitoin)  absorpsi
baik
 IV  kadar dalam otak, otot skelet & jar lemak
< kadar didalam hati, ginjal, dan kel ludah
Farmakokinetik
 DISTRIBUSI
 90% terikat protein
 Terikat kuat pada jar saraf  working side lama
 METABOLISME
 Hidroksilasi oleh enzim mikrosom hati
 EKSKRESI
 Sbgan besar diekskresi di empedu
 Ginjal  stlh reabsorpsi & metabolisme lanjutan
Interaksi Obat
 Kadar fenitoin plasma meningkat
kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol, dan
beberapa sulfonamide tertentu, karena menghambat
biotransformasi Sulfisoksazol, fenilbutazon,
salisilat, daan asam valproat  mempengaruhi ikatan
 Kadar fenitoin menurun
Teofilin  meningkatkan metabolisme & mengurangi abs.
 Pemberian bersama Fenobarbital dan karbamazepin  kadar
fenitoin menurun  induksi enzim mikrosom hati  kadar
fenitoin meningkat  tjd inhibisi kompetitif dalam
metabolisme
Intoksikasi dan efek samping
 SSP
Diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, sukar berbicara (slurred
speech), tremor, gugup, kantuk, rasa lelah, gangguan mental, ilusi,
halusinasi sampai psikotik
 Gusi
 Proliferasi epitel dan jar ikat gusi  hiperplasia
 20% pasien
 Saluran cerna
 Nyeri ulu hati
 Anoreksia
 Mual dan muntah, karena fenitoin bersifat alkali
Intoksikasi dan efek samping
 Kulit
 2 – 5 % > sering pada anak dan remaja
 Ruam morbiliform, kadang disertai hiperpireksia,
eosinofilia, limfadenopati
 Eritema multiform hemoragik
 Keratosis dan hirsutisme (pada wanita), krn
meningkatkan aktivitas korteks suprarenal
 Lain-lain
 Hepatotoksisitas: ikterus/hepatitis
 Anemia megaloblastik (akibat def asam folat)
 Teratogenik: keiloskisis, palatoskisis, abnormalitas
tulang
Indikasi
 Bangkitan tonik klonik dan bangkitan
parsial atau fokal
 Neuralgia trigeminal, aritmia jantung
 Digunakan pada terapi ECT
 Kelainan ekstrapiramidal iatrogenik
Fenobarbital
 Membatasi penjalaran aktivitas
bangkitan daan menaikkan ambang
rangsang
 Dosis dewasa: 2x100 mg sehari
 Meningkatkan aktivitas enzim mikrosom
hati  kombinasi dengan asam
vaalproat meningkatkan kadar
fenobarbital 40%
Primidon
 Potensi antikonvulsi lebih lemah
 Sbgan mengalami oksidasi menjadi fenobarbital
 Sbgan mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi
feniletil malonamid (FEMA) yg tetap aktif
 Efek samping pada SSP: kantuk, ataksia, pusing, sakit
kepala, mual
 menghilang dg sendirinya walaupun pengobatan
diteruskan
 Kelainan kulit: ruam morbiliform, pitting edema
 Anoreksia, impotensi, aktivasi psikotik
 Lekopenia, anamia megaloblastik
Primidon
 Efektif untuk semua bentuk bangkitan
epilepsi, kecuali bangkitan lena
 Bangkitan tonik klonik refrakter  kombinasi
dg fenitoin lebih efektif
 Fenitoin meningkatkan konversi primion
menjadi fenobarbital
 INH menghambat konversi primidon menjadi
fenobarbital dan FEMA
Gol. Oksazolidindion
trimetadion,parametadion, dimetadion
TRIMETADION
 Prototipe obat bangkitan lena
 Hipnotik dan analgesik

Farmakodinamik
 Trimetadion  SSP  memperkuat depresi
pascatransmisi  transmisi impuls dihambat
 Memulihkan pola EEG normal pada bangkitan lena
Trimetadion
Farmakokinetik
 Mudah diabsorpsi dari sal cerna dan didistribusi
ke berbagai cairan tubuh
 Biotransformasi terutama di hati dg demetilasi
menghasilkan didion (5,5 dimetiloksazolidin 2,4
dion atau DMO)  masih aktif thd bangkitan
lena, tp lebih lemah
 Ekskresi didion lambat  cenderung terjadi
penumpukan metabolit pada pengobatan kronik
Trimetadion
Intoksikasi dan efek samping
 Ringan: sedasi, hemeralopia
 Lebih berat: gejala pada kulit (ruam morbiliform,
akneform, dermatitis eksfoliatif, eritema
multiformis), darah (neutropenia ringan, anemia
aplastik), ginjal (sindroma nefrotik), dan hati
(hepatitis)
 Dapat menimbulkan bangkitan tonik klonik
 Sedasi berat dapat diatasi dg amfetamin
Trimetadion
Indikasi
 Terutama bangkitan lena murni
 Sebaiknya kombinasi trimetadion dg fenobarbital, primidon
atau fenitoin
Kombinasi dg fenobarbital dan primidon  efek sedasi
memberat
Kombinasi dg mefenitoin  gangguan pada darah dapat
bertambah berat
Kontraindikasi
 Anemia, leukopenia, penyakit hati, ginjal, dan kelainan
n.opticus
Etosuksimid
 Paling selektif thd bangkitan lena
 Juga efektif untuk bangkitan mioklonik dan
akinetik
 Diabsorpsi lengkap melalui sal cerna
 Distribusi merata kesegala jar. Kadar CSS =
kadar plasma
 Efek samping: mual, sakit kepala, kantuk,
ruam kulit, agranulositosis, pansitopenia
Karbamazepin
 Pertama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia
 Efektif thd bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik
klonik
 Analgesik selektif
 Efektif untuk pengobatan depresi bipolar
 ¼ pasien mengalami efek samping
 Mekanisme kerja mirip fenitoin
 Efek samping: pusing, vertigo, ataksia, diplopia, penglihatan
kabur, mual, muntah, anemia aplastik, agranulositosis,
dermatitis, eosinofilia, limfadenipati, splenomegali, Steven
Johnson
Karbamazepin
 Intoksikasi akut: stupor atau koma, iritabel, kejang, depresi
napas
 Hewan: teratogenik dan karsinogenik
 Fenobarbital dan fenitoin  meningkatkan kadar
karbamazepin
 Biotransformasi karbamazepin dihambat oleh eritromisin
 Konversi primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan
karbamazepin
 Karbamazepin + asam valproat  menurunkan kadar asam
valproat
Diazepam
 Obat terpilih untuk status epileptikus (IV)
 Bermanfaat untuk bangkitan parsial sederhana
(bangkitan klonik fokal) yg refrakter thd terapi lazim
 Efektif pada bangkitan lena
 Status epileptikius  Diazepam IV 5 – 20 mg, dapat
diulang seprlunya dg tenggang waktu 15 – 20 mnt
sampai beberapa jam
 ES: obstruksi sal napas oleh lidah, depresi napas,
hipotensi, henti jantung, dan kantuk
Asam valproat
 Efektif untuk epilepsi umum (bangkitan lena, bangkitan tonik
klonik) dan bangkitan epilepsi parsial (bangkitan parsial
kompleks)
 Kurang efektif untuk epilepsi fokal
 PO  mudah diabsorpsi
 t½ = 8 – 10 jam
 Dalam bentuk amida, depamida  t½ = 15 jam
 70% dosis valproat diekskresi di urin dalam 24 jam
 Toksisitas: gangguan sal cerna (anoreksia, mual, muntah),
sistem saraf (kantuk, ataksia, tremor), hati (peningkatan
aktivitas enzim-enzim hati, kadang-kadang nekrosis hati),
ruam kulit, dan alopesia
Asam valproat
 Dosis: 3 x 200 mg/hr  setelah 3 hari: 3 x 400
mg/hr. dosis harian: 0,8 – 1,4 g.
 Anak-anak: 20 – 30 mg/kgBB/hr
 Asam valproat meningkatkan kadar fenobarbital 40%
karena terjadi penghambatan hidroksilasi fenobarbital
 Fenitoin total dalam plasma menurun karena
biotransformasi meningkat dan pergeseran fenitoin
dari ikatan protein plasma
 Asam valproat + klonazepam  status epileptikus
bangkitan lena
Fenasemid
 Derivat asetilurea
 Analog 5 fenilhidantoin
 Antikonvulsi berspektrum luas
 Meningkatkan ambang rangsang fokus serebral 
hipereksitabilitas dan letupan abnormal neuron
ditekan
 Obat toksik
 ES tersering psikotik
 ES fatal: nekrosis hati, anemia aplastik, neutropenia
Fenasemid
 Indikasi: bangkitan tonik klonik, bangkitan lena,
bangkitan parsial kompleks
 Sering dikombinasi dg fenobarbital
 Untuk bangkitan parsial kompleks  kombinasi dg
fenitoin
 Kombinasi dg antikonvulsi lain memungkinkan
intoksikasi > berat
 Dosis: 1,5 – 5,0 g sehari
 Anak 5 – 10 th  ½ dewasa
Acetazolamide
 Penghambat carbonic anhidrase
 Diuretika Menghambat carbonic anhidrase
 Digunakan untuk semua jenis seizure
 Sel otak  menstabilkan influks Na yg patologik
 Cepat terjadi toleransi
 Digunakan pada wanita yg mengalami
perkembangan terjadinya seizure waktu haid
 Dosis: 10 mg/kgBB/hr, maks 1000 mg/hr
 Anak-anak: 12 – 25 mg/kgBB/hr
 Inhibitor carbonic anhidrase lain  SULTIAME
Vigabatrin
 T-vinyl-GABA
 Inhibitor reversibel GABA aminotransferase
(GABA-T)  jumlah GABA >>  efek inhibitorik
>>
 Pengobatan partial seizure
 Dosis: dimulai 500 mg 2 x sehari; jumlah total 2
– 3 g sehari
 ES: rasa kantuk, pusing, peningkatan BB,
agitasi, bingung, psikosis, edema intramielin
(pada tikus dan anjing), defek lapang pandang
Vigabatrin
 Absorpsi cepat
 Bioavailabilitas 60%
 Waktu paruh 6 – 8 jam
 Eliminasi terutama lewat ginjal
 Kontraindikasi: penyakit mental sebelumnya
Gabapentin
 Asam amino, analog GABA
 Efektif thd seizure parsial
 Dosis: 2400 – 4800 mg/hr, 2 – 3 X
 Efektif thd nyeri neuropati
 ES: somnolen, pusing, ataksia, sakit kepala, tremor
 Tdk dimetabolisme dan tdk menginduksi enzim
hepatis
 Tdk terikat protein plasma
 Eliminasi melalui ginjal dlm bentuk tdk berubah
 Waktu paruh 5 – 8 jam
Topiramate
 Menyakat kanal natrium yg bergantung voltase
 Memperkuat efek inibitorik GABA
 Efektif thd seizure parsial dan tonik klonik umum
 Dosis: 200 – 600 mg/hr
 ES: rasa kantuk, kelelahan, pusing, lambat berpikir,
parestesi, kegelisahan, bingung, urolitiasis
 Teratogenik (binatang coba)
 Absorpsi cepat (2 jam)
 Bioavailabilitas 80%
 Ikatan dg protein plasma 15%
 Metabolisme: 20 – 50%  tdk aktif
 Ekskresi: urin, sbgan besar dlm bentuk tdk berubah
 Waktu paruh 20 – 30 jam
Pemilihan obat
Kejang Umum (generalized seizures)
Kejang
parsial Tonic-clonic Abscense Myoclonic,
atonic

Drug of Karbamazepin Valproat Etosuksimid Valproat


choice Fenitoin Karbamazepi Valproat
Valproat n
Fenitoin
Alternative Lamotrigin Lamotrigin Clonazepam Klonazepam
s Gabapentin Topiramat Lamotrigin Lamotrigin
Topiramat Primidon Topiramat
Tiagabin Fenobarbital Felbamat
Primidon
Fenobarbital
Obat pilihan untuk bangkitan khusus
Jenis bangkitan Obat yg digunakan Obat alternatif
Simple partial Carbamazepine Primidone
Phenytoin Valproic acid
Phenobarbital
Compleks partial Carbamazepine Primidone
Phenytoin Valproic acid
Phenobarbital
Tonic-clonic Phenitoin Primidone
Valproic acid
Carbamazepine
Absence Ethosuximide Clonazepam
Valproic acid Acetazolamide
Trimethadione
Mixed seizures Phenytoin Primidone
Phenobarbital+ethosuximide Carbamazepine+clonazepam
atau valproic acid Acetazolamide
Clonazepam Phenytoin
Bilateral massive epileptic ACTH Phenobarbital
myoclonus, atonic, infantile Benzodiazepines
spasms
Acetazolamide

Anda mungkin juga menyukai