Anda di halaman 1dari 31

Apt. Anna Pradiningsih, M.Sc.

Capaian pembelajaran
• Memahami patofisiologi Epilepsi
• Menganalisa penatalaksanaan terapi Epilepsi
Outline
• Definisi Epilepsi
• Patofisiologi Epilepsi
• Penatalaksanaan Epilepsi
Sejarah

 Abad ke 19 oleh John Hughlings Jackson  Epilepsi


ditandai dengan kejang berulang yang disebabkan oleh
pelepasan sinkron secara berulang, abnormal dan
berlebihan di otak
 Pada 1861 J. Russel Reynolds  epilepsy simpatik dan
epilepsy idiopatik
 Pada 1881 Sir William Gowers  grand mal, petit mal
dan hysteroid
 International League Against Epilepsy (ILAE) 1969 
Electroenchephalography (EEG) dan manifestasi klinis
dari serangan epilepsy
 Pada 1980 beberapa jenis kejang mulai terbagi
Epidemiologi
• Prevalensi 0,5 – 2 % (20 – 50 tahun)
dan 75% (<18 tahun)
• Prognosis 70 – 80% akan sembuh, 20 –
30% akan berkembang menjadi kronis
dan 5% ketergantungan pada orang lain
• Pada bayi disebabkan oleh hipoksia
saat lahir, trauma intracranial, gangguan
metabolic, malformasi kongenital otak
atau infeksi
• Pada anak-anak dan remaja mayoritas
idiopatik
• Pada anak 5 – 6 tahun umumnya
disebabkan demam tinggi
Definisi
• Kondisi neurologis yang dikarakteristik
dengan kekambuhan kejang tak beralasan
yang dapat dipicu oleh berbagai penyebab
tertentu
• Terjadinya kejang frekuensi minimal 2
kali secara terpisah dalam 24 jam dengan
resiko kekambuhan ditandai dengan
abnormalitas Electroenchepalography
(EEG) dengan atau tidak adanya trauma
• Kejang ini disebabkan oleh adanya
pelepasan muatan listrik pada neuron
kortikal yang berlebihan hal ini ditandai
dengan perubahan aktivitas listrik oleh
EEG
• Kejang yang diakibatkan oleh eksitasi berlebihan atau
terganggunya penghambatan neuron yang mengakibatkan
konduksi membran normal dan penghambatkan arus
sinaptik mengalami kerusakan, penyebaran eksitasi secara
Patofisiologi
lokal (kejang lokal) dan lebih luas (kejang umum)
• Ketidakseimbangan bisa terjadi karena kurangnya transmisi
inhibitori misalnya terjadi pada keadaan setalah pemberian
antagonis GABA atau selama penghentian pemberian
agonis GABA (alkohol, benzodiazepin) atau meningkatnya
aksi eksitatori (glutamat dan aspartat)
• Mekanisme yang mempengaruhi hiperekstasi antara lain :
1. Perubahan saluran ion dalam membran neuronal
2. Modifikasi resptor biokimia
3. Modulasi second messaging system dan ekspresi gen
4. Perubahan konsentrasi ion ekstraseluler
5. Perubahan neutransmitter dalam penyerapan dan
metabolisme dalam sel Glial Eksitatori
6. Modifikasi rasio dan fungsi dari inhibitory circuits k
7. Ketidakseimbangan neutransmitter utama (GABA dan
neuromodulator seperti asetilkolin, NE, serotonin)
• Paparan glutamat yang diiringi dengan kejang berlebihan Inhibitorik
dapat mengakibatkan cedera neuronal, defisit fungsional
dan pemulihan neuronal circuitry
Data
Laboratorium
• Pada beberapa kasus (GTC
seizure atau complex partial
seizure) kadar prolaktin
serum dapat ditinggikan
selama 10-20 menit untuk
membantu membedakan
aktivitass kejang tonic-clonic
atau pseudoseizure
• Tes laboratorium : tes darah
lengkap, tes urin untk
mengidentifikasi penyebab
kejang seperti hipoglikemia,
perubahan konsentrasi serum,
infeksi ataupun demam
Diagnosa
• Wawancara riwayat kejang pasien
• Electroenchephalography (EEG)
• Magnetic resonance imaging (MRI)
• Computed tomography (CT) scanning
Gejala dan Tanda
Gejala dipengaruhi jenis kejang yang ditimbulkan
• Kejang parsial : perubahan fungsi motorik, gejala sensorik, somatosensori
atau automatism, kehilangan memori, penyimpangan perilaku, dalam
kejang parsial yang kompleks terdapat gangguan kesadaran dan kehilangan
memori
• Pada anak dan remaja umumnya tidak terdapat kejang, timbulnya onset
mendadak, gangguan kegaiatan, tatapan kosong dan rotasi mata ke atas,
pada periode ini terjadi perubahan kesadaran
• Generalized Tonic Clonic (GTC) Seizure merupakan episode kejang utama
yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Kejang ini diawali dengan
kejang parsial dimulai dari kontraksi tonik pendek otot diikuti oleh periode
kekakuan dan gerakan klonik, pada kondisi ini pasien mengalami
kehilangan kontrol otot sphincter, menggigit lidah dan memiliki efek
cyanotic. Episode ini diikuti oleh tidur yang nyenyak pada pasien.
Tonic-clonic convulsion
(grand mal)

Abscense attacks (petit


mal)

Myoclonic seizure

Kejang Umum
Atonic seizure
(generalized seizure)

Tonic seizure

Clonic seizure

Inflantile spasm
Kejang

Simple partial seizure

Kejang Parsial / focal


Complex partial
seizure
Unclassified sizures

Status epilepticus
Tata Laksana Terapi
Tujuan terapi
• Mengontrol atau mengurangi
frekuensi kejang
• Memastikan kepatuhan
pasien terhadap pengobatan
• Memungkinkan pasien hidup
dengan normal
• SE  menghindari
kegawatan akibat terjadi
serangan kejang
Sasaran terapi 
keseimbangan GABA di otak
Tata Laksana Terapi
Strategi terapi
• Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan
listrik syaraf yang berlebihan melalui
perubahan pada kanal ion atau mengatur
ketersediaan neurotransmitter
• Mengurangi penyebaran pacuan dari fokus
serangan dan mencegah cetusam serta
putusnya fungsi agregasi normal neuron
Prinsip Umum Terapi
• Terapi dipilih sesuai dengan jenis, adverse effect dari obat spesifik dan kondisi
pasien
• Monoterapi untuk mengurangi advese effect, peningkatan adherence
• Menghidari dan meminimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif untuk
mengurangi toleransi, efek pada intelegensia, memori dan kemampuan motorik
bisa menetap selama pengobatan
• Terapi diinisiasi dengan antiepilepsi non sedatif, jika gagal dapat diberikan
antiepilepsi sedatif atau politerapi
• Diinisiasi dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai kondisi klinis
pasien
• Variasi individual perlu monitoring
• Apabila tidak mencapai target, antiepilepsi dapat dihentikan dengan penurunan
dosis perlahan dan dapat diganti dengan obat lain (politerapi dihindari)
• Jika memungkinkan melakukan TDM disertai pengamatan kondisi passien
• Jika obat yang ditoleransi tidak dapat mengontrol kejang atau efek samping
dialami oleh pasien, maka obat pertama diganti
Terapi Non Farmakologi
• Pembedahan
• Diet ketogenik
• Vagus Nerves Stimulation (VNS)
Terapi Farmakologi
Obat yang bekerja dengan meningkatkan inaktivasi kanal Na+

• Menurunkan kemampuan saraf untuk menghantarkan muatan listrik


• Fenitoin , karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, asam valproat

Obat yang bekerja dengan meningkatkan transmisi inhibitor GABAergik

• Obat yang merupakan agonis reseptor GABA bekerja dnegan meningkatkan tranmisi inhibitori dengan
mengaktifkan kerja reseptor GABA
• Benzodiazepin dan barbiturat
• Obat yang bekerja dengan menghambat GABA transaminase sehingga konsentrasi GABA meningkat
• Vigabatrin
• Obat yang bekerja dengan menghambat GABA transporter sehingga memperlama aksi GABA
• Tiagabin
• Obat yang meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan serebrospinal pasien dengan cara menstimulasi
pelepasan GABA dari non-vesicular pool
• Gabapentin

Obat yang menurunkan ambang batas arus ion Ca2+

• Menghambat kanal ion Ca2+ tipe T. Arus Ca2+ kanal tipe T merupakan pacemaker dalam neuron thalamus
yang bertanggung jawab terjadinya letupan kortikal ritmik serangan kejang
• Etosuksimid
Terapi pada SE
• Kejang Teurs menerus selama 30 menit
• Kejang terus menerus selama 5 menit atau lebih atau
kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa adanya pemulihan
kesadaran diantara 2 kejadian kejang tersebut
• Kegawatdaruratan untuk menghindari kerusakan
neurologi permanen atau kematian
• Dengan morbiditas yang signifikan dapat menyebabkan
kematian karena terapi tidak memadai atau tertunda
• Prehospital lorazepam atau diazepam secara iv
• Inhospital lorazepam, diazepam, fenitoin, fenobarbital
atau fosfofenitoin
Evaluasi Hasil Terapi
• Kisaran terapi dapat dilihat dari TDM pasien
Pasien yang belum ditentukan baseline onset terapinya,
kejang tidak terkontrol, penggantian obat antiepilepsi secara
tiba-tiba jika terjadi toksisitas yang dicurigai, kepatuhan
pasien rendah, memonitor interaksi obat, perubahan terapi
antiepilepsi atau terapi lain yang mempengaruhi antiepilepsi
• Kontrol kejang pasien, efek samping, interaksi obat,
kepatuhan pasien, QoL, toksisitas
• Skrining gangguan neuropsikiatrik  respon klinik
• Seizure diary  mencatat keparahan dan frekuensi kejang
Quality of Life (QoL)
• Efek sampig obat antara lain sedasi dapat
menurunkan menurunkan hidup pasien
(anak dan remaja)
• Pada refractory epilepsi kejang berlebihan
dapat menimbulkan depresi, anxietas dan
penarikan diri dari interaksi sosial

Anda mungkin juga menyukai