DEFINISI
Epilepsi adalah serangan ulang seizure dengan atau tanpa konvulsi. Seizure muncul dari
aktivitas neuron kortikal berlebih dan dicirikan dengan perubahan aktivitas elektrik yang
terukur oleh electroencephalogram (EEG). Konvulsi adalah kontraksi tidak terkendali
dari otot voluntary (otot yang bisa dikendalikan).
PATOFISIOLOGI
Penyebab seizure bisa dilacak sampai ke membran sel yang
tidak stabil atau sel di sekelilingnya. Respon berlebih menyebar secara lokal (focal
seizure) atau lebih luas (generalized focal).
Kelainan pada konduktansi kalium, suatu defek pada
voltage-sensitive kalium channel, atau defisiensi adenosin tripospatase (ATPase)
membran yang terkait transpor ion bisa menyebaban instabilitas membran neuronal
dan seizure.
Aktivitas neuronal normal tergantung pada fungsi normal
dari neurotransmiter eksitatori (seperti, glutamat, aspartat, asetilkolin, norepinefrin,
histamine, corticotro pin-releasing factor, purine, peptida, sitokin, dan hormon
steroid) dan inhibitori (seperti, dopamin, -aminobutyric acid [GABA]); asupan
glukosa, oksigen, natrium, kalium, klorida, kalsium, dan asam amino yang cukup; pH
normal; dan fungsi reseptor normal.
TAMPILAN KLINIK
The International Classificatin of Epileptic Seizures (Tabel
49-1) menggolongkan epilepsi berdasar deskripsi klinik dan temuan elektrofisiologi.
Partial seizure mulai pada satu bagian otak dan, kecuali
berubah menjadi generalized seizure, menyebabkan seizure asimetri. Partial seizure
manifestasinya berupa perubahan pada fungsi motor, simtom sensori atau
somatosensori, atau automatism. Jika tidak terjadi kehilangan kesadaran, seizure
disebut simple partial seizure. Jika terjadi kehilangan kesadaran, disebut complex
partial seizure, dan pasien bisa mempunyai automatism, kehilangan memori, atau
kelakukan yang tidak semestinya.
Absence seizure biasanya muncul pada anak kecil atau
remaja dan mempunyai onset yang mendadak, menghentikan aktivitas yang sedang
dilakukan, tatapan kosong, dan kemungkinan rotasi mata ke atas sesaat. Absence
seizure mempunyai ciri spike 2-4 siklus/detik dan pola EEG gelombang lambat.
Pada generalized seizure, simtom motor adalah bilateral,
dan tidak terjadi kehilangan kesadaran.
Generalized tonic-clonic seizure bisa didahului oleh
simtom premonitor (yaitu, suatu aura). Suatu tonic-clonic seizure yang didahului aura
sangat mungkin merupakan secondary generalized partial seizure. Tonic-clonic
seizure dimulai dengan kontraksi tonic pendek dari otot diikuti periode kekauan.
Pasien bisa kehilangan kendali atas spinkter, menggigit lidah, atau menjadi cyanotic.
Episode ini bisa diikuti ketidak-sadaran, dan seringkali pasien mengalami tidur yang
dalam
Pergerakan mendadak myoclonic (myoclonic jerks)
merupakan kontraksi otot seperti-syok pada wajah, trunk, dan ekstremitas. Kondisi ini
bisa terbatas atau terjadi berulang dengan cepat.
Tujuan perawatan adalah mengendalikan atau mengurani frekuensi seizure dan memasti
kan kepatuhan, sehingga pasien bisa kembali menjalani kehidupan normal. Penekanan
total seizure harus diseimbangkan dengan toleransi terhadap efek samping, dan pasien
sebaiknya disertakan dalam menentukan keseimbangan ini.
PERAWATAN
PENDEKATAN UMUM
Pilihan perawatan tergantung pada tipe epilepsi (Tabel 492) dan efek samping obat dan pilihan pasien. Gambar 49-1 adalah skema yang
dianjurkan untuk penanganan epilepsi
Mulai perawatan dengan monoterapi; sekitar 70% pasien
bisa dipertahankan menggunakan satu antiepilepsy drug, AED (obat antiepilepsi), tapi
tidak terbebas dari semua seizure
Sampai 60% pasien dengan epilepsi tidak patuh, dan ini
adalah alasan paling umum untuk kegagalan terapi
Terapi obat bisa tidak diindikasikan pada pasien dengan
hanya satu seizure atau mereka dengan efek minimal seizure terhadap kehidupan
mereka. Pasien dengan dua atau lebih seizure sebaiknya memulai dengan obat anti
epilepsi
Faktor yang menentukan kesuksesan penghentian obat
antiepilepsi termasuk periode bebas seizure 2-4 tahun, pengendalian total seizure
dalam 1 tahun sejak onset, onset seizure setelah usia 2 tahun dan sebelum usia 35
tahun, dan EEG normal. Faktor prognosi yang jelek termasuk riwayat seringnya
seizure, episode berulang status epilepticus, kombinasi beberapa tipe seizure, dan
terbentuknya kelainan fungsi mental. Periode bebas seizure selama 2 tahun dianjurkan
untuk absence epilepsy dan rolandic epilepsy, sedang periode bebas seizure selama 4
tahun dianjurkan untuk simple partial, complex partial, dan absence yang
dihubungkan dengan tonic-clonic seizure. Menurut American Academy of Neurology
Guidelines, penghentian obat antiepilepsi bisa dipertimbangkan jika pasien bebas
seizure selama 2-5 tahun, jika terdapat tipe tunggal partial seizure atau tipe tunggal
primary generalized tonic-conic seizure, jika pemeriksaan neurologik dan IQ normal,
dan jika EEG kembali normal dengan perawatan. Penghentian obat antiepilepsi
sebaiknya selalu dilakukan secara bertahap.
Pada umumnya, obat antiepilepsi terbaru tampaknya
mempunyai efikasi yang setara dengan agen yang lebih lama dan bisa lebih ditolerir.
Pengetahuan pasien akan epilepsi dan perawatan
berkorelasi dengan peningkatan kualitas hidup.
MEKANISME AKSI
Obat Alternatif
Partial seizure
Generalized seizure
Absence
Myoclonic
Tonic-clonic
Carbamazepine
Phenytoin
Lamotrigine
Asam valproat
Oxcarbazepine
Gabapentin
Topiramate
Levetiracetam
Zonisamide
Tiagabine
Primidone, phenobarbital
Felbamate
Lamotrigine
Lamotrigine, topiramate, felbamate
Lamotrigine, topiramate, phenobar
bital, primidone, oxcarbazepine
Kotak 1: diagnosa
epilepsi
Kotak 2: mulai
perawatan dengan
satu obat anti
epilepsi berdasar
klasifikasi seizure
dan efek samping
Kotak 3: bebas
seizure?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Turunkan dosis
AED, lanjutkan ke
kotak 3
Naikkan dosis
AED, lanjutkan ke
kotak 3
Ya
QOL optimal?
Ya
Tidak
Lanjutkan perawatan
Bebas seizure selama
>2 tahun?
Kotak 4: bebas
seizure?
Ya
Tidak
Tidak
Pertimbangkan penghentian
AED pertama, lanjutkan
kekotak 3
Ya
Pertimbangkan
penghentian AED
Turunkan dosis
AED. Tambahkan
AED kedua
Lanjutkan kekotak 3
Ya
Hentikan AED yang
paling tidak efektif
Tambahkan AED lain
Bebas seizure?
Ya
Lanjutkan perawatan atau
lanjutkan ke kotak 4
Tidak
Pastikan lagi diagnosa,
pertimbangkan operasi
atau AED lain
aktivasi. Obat yang mengurangi arus kalsium tipe T corticothalamic efektif terhadap
generalized absence seizure
PERTIMBANGAN KHUSUS UNTUK PASIEN WANITA
FARMAKOKINETIK
gagal ginjal kronik, mengganti obat, dan usia (neonatus dan lansia). Pengawasan
konsentrasi tidak terikat terutama berguna untuk phenytoin
Neonatus bisa memetabolisme obat lebih lambat, dan bayi
serta anak bisa memetabolisme obat lebih cepat dari dewasa. Lansia memerlukan
dosis AED lebih rendah. Beberapa pasien lansia mengalami peningkatan sensitivitas
reseptor terhadap obat sistem saraf pusat, sehingga rentang terapi yang telah disetujui
menjadi invalid.
Jumlah Tidak
Berubah (%)
<1
1-2
40-90
10-20
0,67
Tidak ada
50
100
0
20-40
0,73-0,82
0,65-1,04
1,28
0,7
0,7
0,6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
10-hydroxy carbazepine
Tidak ada
<25
0
40-50
<10
40
50
<5
0,6-8,0
Tidak ada
90
40
0,43-1,1
PBd
PEMAd
Tidak ada
Tidak ada
80
Tidak ada
40-60
Tidak bermakna
50-70
A 8-20
1-3
<5
C 7-14
Zonisamide
24-60
5-15
a
A= dewasa, C= anak, M= monoterapi, Co= terpai kombinasi
b
Bioavalaibilitas gabapentin tergantung dosis
c
Waktu paruh tergantung fungsi ginjal
d
PB= phenobarbital, PEMA= phenylethylmalonamide
VD
(L/kg)
0,55-0,8 (pria)
0,23-0,4 (wanita)
0,1-0,5
0,8-1,6
Ikatan Protein
(%)
95
15
EFIKASI
EFEK SAMPING
INTERAKSI OBAT
Perubahan perilaku
Sakit kepala
Belum didapatkan
Berat bertambah
Belum didapatkan
Belum didapatkan
Hiponatremia
Perubahan perilaku
Gangguan pada jaringan penghubung
Menurunnya intelektual
Penyakit tulang metabolik
Perubahan mood
Sedasi
Perubahan perilaku
Sindrom serebelar
Perubahan pada jaringan penghubung
Penebalam kulit
Sakit kepala
In-koordinasi
Sedasi
Letargi
Gangguan kognitif
Fatigue
Pandangan kabur
Primidone
Perubahan perilaku
Sakit kepala
Mual
Sedasi
Goyah
Topiramate
Asam valproat
Zonisamide
Diskrasia darah
Kemerahan
Defisiensi folat
Gingival hyperplasia
Hirsutisme
Tampilan wajah menjadi kasar
Acne
Gangguan kognitif
Penyakit tulang metabolik
Sedasi
Perubahan perilaku
Gangguan pada jaringan penghubung
Gangguan kognitif
Sedasi
Batu ginjal