TINJAUAN PUSTAKA
A. KEJANG
Elektroensefalogram (EEG), adalah alat yang berguna untuk
mendiagnosis epilepsy. EEG mencatat muatan listrik abnormal dari korteks
serebri. Lima puluh persen dari semua kasus epilepsy dianggap bersifat primer,
atau idiopatik(tidak diketahui sebabnya), dan 50% lagi sekunder akibat trauma,
anoksia otak, infeksi, atau gangguan pembuluh darah otak (CVA = cerebrovascular
accident, atau stroke).
Obat-obat yang dipakai untuk serangan kejang epilepsy disebut sebagai
antikonvulsi atau antiepilepsi. Obat-obat antikonvulsi menekan impuls listrik
abnormal dari pusat serangan kejang ke daerah korteks lainnya, sehingga mencegah
serangan kejang,tetapi tidak menghilangkan penyebab kejang. Antikonvulsi
diklasifikasikan sebagai penekan SSP
Tabel 2.1
Kategori dan Karakteristik Kejang
B. ANTI KONVULSI
1. Pengertian Anti Konvulsi
Antikonvulsan adalah suatu aktivitas yang diberikan oleh senyawa tertentu yang
dapat mengobati penyakit yang memiliki gejala kejang seperti epilepsi.
2. Mekanisme Kerja Obat Antikonvulsi
a. Memperkuat efek GABA : valproate dan vigabatrin bersifat menghambat
perombakan GABA oleh transaminase, sehingga kadarnya di sinaps
meningkat dan neurotransmisi lebih diperlambat. Topiramate bekerja
menurut prinsip memperkuat GABA sedangkan lamotrigine meningkatkan
kadar GABA. Fenobarbital juga menstimulir pelepasannya.
b. Menghambat kerja aspartate dan glutamate. Kedua asam amino ini adalah
neurotransmitter yang merangsang neuron dan menimbulkan epilepsy.
Pembebasan ini dapat dihambat oleh lamotrigine, valproate, karbamazepin
dan fenitoin.
c. Memblokir saluran-saluran, Na, K dan Ca yang berperan penting pada timbul
dan perbanyakannya muatan listrik. Contohnya adalah etosuksimida,
valproate, karbamazepin, okskarbazepin, fenitoin, lamotrigine, pregahalin
dan topiramate.
d. Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membrane sel
antara lain felbamate
e. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya dalam
SSP yaitu fenobarbital dan klonazepam
f. Menghindari menjalarnya hiperaktivitas (muatan listrik) pada neuron otak
lainnya seperti klonazepam dan fenitoin.
3. Memperkuat efek
GABA : valproat dan
vigabatrin bersifat
menghambat perombakan
GABA oleh
4. transaminase, sehingga
kadarnya di sinaps
meningkat dan
neurotransmisi lebih
diperlambat. Topiramat
5. bekerjas menurut
prinsip memperkuat
GABA sedangkan
lamotrigin meningkatkan
kadar GABA.
6. Fenobarbital juga
menstimulir
pelepasannya.
7. 2. Menghambat kerja
aspartat dan glutamat.
Kedua asam amino ini
adalah neurotransmitter
yang
8. merangsang neuron
dan menimbulkan
serangan epilepsi.
Pembebasan ini dapat
dihambat oleh
9. lamotrigin, valproat,
karbamazepin dan
fenitoin
10. 3. Memblokir saluran
– saluran ( channels ),
Na, K dan Ca yang
berperan penting pada
timbul dan
11. perbanyakannya
muatan listrik.
Contohnya adalah
etosuksimida, valproat,
karbamazepin,
12. okskarbazepin,
fenitoin. Lamotrigin,
pregabalin, dan topiramat
13. 4. Meningkatkan
ambang – serangan
dengan jalan
menstabilkan membran
sel, antara lain felbamat
14. 5. Mencegah
timbulnya pelepasan
muatan listrik abnormal
di pangkalnya ( focus )
dalam SSP yakni
15. fenobarbital dan
klonazepam
Gambar 2.1
Mekanisme kerja antikonvulsi
Gambar 2.2
Tempat kerja antiepileptic pada sinaps GABA
Tabel 2.2
Anti Konvulsi
Pemakaian dan
Obat Dosis pertimbangan
pemakaian
A. HIDANTOIN
Fenitoin D: PO: t dd 100 mg, Serangan kejang
IV: dosis pembebanan 10-15 grand-mal
mg/kg; danpsikomotor
Infus IV 50 mg/menit,
maksimum 300 mg/hari
B. BARBITURAT
Fenobarbital D: PO: 100-200 mg/hari Serangan kejang
dalam dosis terbagi grand-mal dan
A: PO: 3-6 mg/Kg/hari dalam psikomotor; status
dosis terbagi epileptikus
Metobarbital D: 400-600 mg/hari Serangan kejang
A: PO: 6-12 mg/Kg/hari grand-mal danpetit-
dalam dosis terbagi mal
Primidon D: PO: 2-4 dd 125-250 mg Erat berkaitan
A: <8 tahun; PO: ½ dosis dengan barbiturate
dewasa
C. SUKSINIMID
Etosuksimid D: PO: 2 dd 250 mg, naikkan Serangan kejang
dosis bertahap Petit -mal, iritasi
A: 3-6 tahun PO: 250 mg/hari lambung sering
terjadi
D. OKSAZOLIDINDION
Trimetadion D: PO: 3-4 dd 300-600 mg Serangan kejang
A: PO: t dd 13 mg/Kg petit-mal, banyak
efek samping,
jarang dipakai
E. BENZODIAZEPIN
Klonazepam D: PO: t dd 0,5-1 mg petit-mal,
secara bertahap naikan dosis mioklonus dan
sampai kejang dikendalikan status epileptikus
A: PO:0,01-0,03 mg/kg/hari,
naikan dengan bertahap
Klorazepat D: PO: t dd 7,5 mg Serangan kejang
A: PO: b dd 7,5 mg parsial, dapat
dipakai sebagai
terapi tambahan
Diazepam D: IV: 5-10 mg, 2-5 Status epileptikus
mg/menit; q 2-4 jam, PRN, (obat pilihan),
IM 5 mg. pemakaian
A: IV: 1 mg selama 3 menit parenteral untuk
status epileptikus
F. KARBAMAZ D: PO: Serangan kejang
EPIN A: PO: grand-mal,
psikomotor dan
campuran
G. ASAM D dan A: PO: Serangan kejang
VALPORATE 15-60mg/kg/hari dalam dosis grand-mal, petit-
F. GENERASI terbagi mal, psikomotor
KE-DUA dan mioklonik,
hindari selama
kehamilan.
Lamatrigin 2 dd 100 mg maksimum 400 Epilepsy grand-mal
mg/hari dan petit-mal
Vigabatrin Permulaan 1g/hari, lalu dosis Obat tambahan
pemeliharaan 2 g dibagi pada pengobatan
dalam 1-2 dosis epilepsy yang
maksimum 4 g/hari. kurang responsnya
Anak-anak sehari 40-80 terhadap
mg/kg berat badan antiepileptika lain.
Gabapentin Permulaan 1-3 dd 100- Obat tambahan
200 mg, lambat laun pada epilepsy
tingkatkan sampai 3 dd 300- parsial dan untuk
400 mg penderita yang
tidak memberikan
efek terhadap
antiepileptika lain
Keterangan : PO: per oral, D: dewasa, A: anak-anak, IV: intravena
Dosis secara bertahap ditingkatkan sampai dosis pemeliharaan. Jika
dipakai selama kehamilan, dapat terjadi cacat lahir
REFERENSI :
1. Alfathan, P dan Nasrul, W. 2019. Review Artikel: Metode Pengujian Aktivitas
Antikonvulsan Sebagai Skrining Pengobatan Epilepsi. Jurnal Farmaka Vol 17 No 2
2. Indijah, W.S dan Fajri, P. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi : Farmakoogi.
Kemenkes RI