Farmakologi FK UII
Tujuan Belajar
1. Menjelaskan prinsip kerja antikonvulsan 2. Menjelaskan jenis-jenis antikonvulsan berdasarkan mekanisme kerjanya 3. Menjelaskan prinsip pemilihan antikonvulsan 4. Memilih antikonvulsan yang sesuai dengan tipe kejang dan kondisi pasien
Kejang (konvulsi)
Suatu episode disfungsi neurologik karena aktivitas sel-sel saraf yang abnormal Manifestasi umum : perubahan kesadaran dan aktivitas motorik abnormal Epilepsi (kejang berulang tanpa pemicu jelas) : 1% populasi Terapi farmakologik: sangat bermanfaat catatan: diagnosis akurat dan sesuai klasifikasi kejang
A. 1. Kejang absence 2. Kejang atypical absence B. Kejang mioklonik C. Kejang klonik D. Kejang tonik E. Kejang tonik-klonik F. Kejang atonik
III. Kejang epileptik tak terdefinisikan
Strategi terapi
Menghambat aktivitas repetitif misalnya dengan memblok kanal Na+ Meningkatkan input inhibitorik misalnya memperkuat GABA Menurunkan input eksitatorik misalnya antagonis glutamat
Klasifikasi Obat
(Berdasarkan Struktur) Subdivisi Barbiturat Hidantoin Suksinat Benzodiazepin Contoh Fenobarbital, Primidon Fenitoin Etosuksimid
Diazepam, Lorazepam, Klonazepam, Klorazepat
Antikonvulsan lain
Karbamazepin
1967
Klasifikasi Obat
(Berdasarkan Mekanisme Kerja) Klas Obat Contoh
Clonazepam, Clorazepat, Lorazepam, Diazepam, Divalproat, Gabapentin, Fenobarbital, Primidon, Tiagabin, Asam valproat
Karbamazepin, Oxcarbazepine, Fenitoin, valproat Felbamat, Lamotrigine, Topiramate Etosuksimid, Zonisamide Levetiracetam
Memperkuat GABA
Menghambat kanal natrium Mereduksi glutamat Modifikasi kanal kalsium Modulasi protein sinaptik
Fenitoin
Obat generasi lama, digunakan luas (oral, i.v)
Mekanisme tidak pasti, diduga mempengaruhi kanal Na+ depolarisasi berkepanjangan cegah hipereksitabilitas Farmakokinetikanya kompleks :
Absorpsi oral cukup baik, bervariasi Ikatan protein tinggi
T1/2 22 jam, variasi luas 2x sehari Induktor enzim metabolisme hepar antikonvulsan lain, juga antikoagulan Toksisitas oral : nistagmus, ataksia, diplopia, sedasi Pemberian lama: hirsutisme, hiperplasia gusi, disfungsi serebelar, neuropati perifer Hipersensitivitas: demam, ruam (bisa berlanjut sindroma Steven-Johnson) hentikan obat
Karbamazepin (CBZ)
Struktur dan mekanisme aksi: serupa fenitoin Hanya bentuk oral
Farmakokinetika:
Ikatan protein < fenitoin Metabolisme hepatal T1/2 10-20 jam 3x/hari, kadang 4x/hr
Toksisitas: ataksia, diplopia, sedasi, hiponatremia, anemia aplastik (jarang) Derivat: Oxcarbazepine efek samping lebih rendah
Barbiturat
Juga digunakan untuk hipnotik dan anestetik
Asam valproat
Struktur mengandung gugus karboksilat Mekanisme : penghambatan kanal Na+, tingkatkan GABA Bentuk: oral, i.v. Metabolisme hepatal, T1/2 8-12 jam, menginduksi enzim hepar Efek samping: tremor, kegemukan, nausea Hepatotoksik: fatal, terutama pada bayi < 2th dengan antikonvulsan multipel
Etosuksimid
Drug of choice untuk tipe absence, tipe lain inefektif Tingkatkan ambang kejang kanal Ca++
Asam valproat
Efektif untuk kejang umum, selain untuk kejang fokal Terutama apabila muncul kejang dengan berbagai tipe
Status Epileptikus
Benzodiazepin (BDZ)
Yang sering digunakan: Diazepam dan Lorazepam (karena stabil dan aksi cepat, secara i.v) T1/2 biologik panjang, namun durasi aksi pendek karena segera di-redistribusi
Bentuk oral : jarang secara tunggal untuk terapi epilepsi (kadang sebagai terapi tambahan baik fokal maupun generalized)
Prinsip terapi
Tujuan :
mencegah timbulnya serangan mencegah efek samping penggunaan jangka panjang
Prinsip terapi
Jenis
Parsial Tonik-klonik (grand mal)
Pilihan pertama
Fenobarbital, fenitoin CBZ, fenobarbital/primidon, fenitoin, valproat
Pilihan kedua
BDZ BDZ
Absens (petit mal) Etosuksimid, valproat Status epileptikus Klormethiazol, klonazepam, diazepam
BDZ
Efek samping
nausea : semua tremor : sama vertigo : sama sedasi : fenobarbital > AED lain gangguan kognitif :
anak :
karbamazepin < AED lain valproat < AED lain fenobarbital > AED lain, IQ
Efek samping
penekanan pusat respirasi :
BDZ > AED lain
ketergantungan :
BDZ > AED lain
hepatotoksisitas :
valproat > AED lain
pasien dengan riwayat keluarga epilepsi perubahan epileptiform pada EEG adanya cidera pada otak (Kwan, 2001; Simon, 2004).
8. Tetap tidak berespon terhadap AED yang telah diberikan (4 atau 5 jenis obat) pembedahan (juga dilakukan pada pasien epilepsi pada lobus temporalis, di mana sebagian besar tipe kejangnya adalah parsial kompleks) (Simon, 2004).
Referensi
Bouma, P.A.D., Peters, A.B.C., Brouwer, O.F. 2002. Long-term course of childhood epilepsy following relapse after antiepileptic drug withdrawl. J Neurol Neurosurg Psychiatry 72: 507-510 Cao, A., Steinberg, I., Gill, M.A. Adult Seizure Disorders : New Antiepileptic Drug Treatments. Jurnal CE, April 2001 : 14-22 Kwan, P. 2001. Management of Patients with Newly Diagnosed Epilepsy. Epilepsy Quarterly, vol 9 (issue no 2) : 1-18 Muggleton, J. 2001. Epilepsy : Nature, Management, and Memory by Mike Connor. Last updated 15th March 2001. www.mugsy.or/connor23.htm
Simon, H., 2004. What are the general guidelines for long-term treatment of epilepsy? University of Maryland Medicine. www.umm.ed/patiented/articles/what_specific_longterm_treatment_of_epilepsy. Dicetak tanggal 6 Januari 2004.