Situs donor
Meskipun tulang pengganti atau bahan grafting tulang sintetis telah
digunakan, bahan graft yang paling umum digunakan untuk rekonstruksi
mandibula adalah tulang autogenous yang diperoleh dari individu yang sama.
Sumber – sumber untuk tulang meliputi permukaan lapisan luar dari cranium,
tulang rusuk, tibia, dan iliac crest. Dari sumber – sumber tersebut, iliac crest
merupakan sumber yang paling umum, meskipun pencangkokan tibia kanselous
dapat menunjang volume tulang yang cukup dengan morbiditas pascaoperatif
minimal dan memberikan potensi untuk pengambilan cangkok yang berhasil di
bawah anastesi lokal.219-221 Keunggulan iliac crest meliputi jumlah keseluruhan
dari tulang kanselous atau tulang kortikal yang dapat diperoleh dan prosedur yang
relatif aman dan morbiditas yang minimal.
Tulang kalvarial digunakan untuk onlay grafting atau rekonstruksi orbita
ketika tulang kortikal murni dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit. Tulang
rusuk mengalami resorpsi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dua
sumber lainnya dan digunakan saat tudung kartilago yang melapisi ujung tulang
diinginkan, seperti pada rekonstruksi kondil mandibular.
Baik ilium anterior atau posterior dapat digunakan, dan tiap ilium
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing – masing. Keuntungan utama dari
iliac crest posterior adalah tulang dalam jumlah besar tersedia. Morbiditas
minimal sehubungan dengan gangguan gaya berjalan, nyeri, dan kehilangan
darah.222 Kekurangan utamanya adalah kebutuhan untuk memposisikan pasien
dalam posisi tengkurap untuk mengambil tulang dan dalam posisi supinasi untuk
reseksi dan rekonstruksi mandibula. Hal ini mengharuskan membalikkan pasien
yang sedang dianastesi di tengah – tengah operasi bila rekonstruksi segera
direncanakan. Keuntungan ilium anterior adalah lokasinya yang nyaman ketika
mandibular direkonstruksi. Namun, ilium anterior tidak memiliki kuantitas tulang
yang cukup yang dibutuhkan untuk merekonstruksi defek dalam jumlah besar.
Teknik bedah yang terlibat dalam pengadaan berbagai graft tulang
autogenous berada di luar cakupan teks ini, namun informasi ini dapat ditemukan
dalam artikel teknis oleh Marx.223
Komplikasi
Infeksi luka merupakan komplikasi yang paling mencemaskan dalam
periode segera pasca pencangkokan (grafting), karena hal ini dapat menyebabkan
kehilangan graft tulang seluruhnya. Bahkan setelah pasien tampaknya telah pulih
dari prosedur bedah, perhatian penuh harus tetap diberikan karena infeksi lanjut
dapat terjadi. Bila prostodontis memiliki kekhawatiran mengenai infeksi, dokter
bedahnya harus segera dihubungi karena intervensi dini merupakan hal yang
krusial. Bila infeksi terjadi, antibiotik yang tepat, drainase dini dari cairan
terlokalisir, dan irigasi yang tepat serta penanganan luka harus dilakukan dalam
usaha untuk mencegah kehilangan graft.
Dehisensi jaringan lunak merupakan kekhawatiran lainnya, khususnya
pada pasien yang menggunakan protesa tissue-borne di atas area yang dilakukan
graft. Dehisensi luka dapat memperkenalkan bakteri rongga mulut pada situs graft
dan menyebabkan infeksi. Jaringan lunak yang melapisi harus dipantau secara
dekat bila protesa akan dipakai dalam waktu dekat. Sering kali, area awal dari
kerusakan jaringan lunak dapat tidak diperhatikan oleh pasien bila area ini tidak
sensitif dari awal sebelum perawatan. Prostodontis dan dokter bedah harus
mengikuti perkembangan pasien secara dekat dan menyesuaikan protesa atau
melepaskan protesa bila masalah mulai berkembang.
Fraktur graft selalu menjadi kekhawatiran namun merupakan komplikasi
yang relatif langka. Fraktur graft biasanya merupakan hasil dari graft dengan
kuantitas yang tidak memadai dan kualitas yang buruk, meskipun bahkan graft
yang paling kuat akan fraktur di bawah tekanan yang cukup. Seperti halnya
fraktur mandibula lainnya, reduksi dan fiksasi untuk mengimobilisasi segmen
fraktur dibutuhkan.
Paparan tray titanium yang digunakan dalam kombinasinya dengan graft
tulang bebas selama periode segera pasca bedah dapat menyebabkan kehilangan
graft. Penanganan konservatif (irigasi, antibiotik, dan sebagainya) harus
diupayakan hingga 8 minggu dengan harapan bahwa osteogenesis akan terjadi.
Tray kemudian dilepas, meninggalkan tulang yang digraft. Terapi ini
diindikasikan untuk paparan intraoral dan ekstraoral. Piranti fiksasi eksternal
mungkin dibutuhkan untuk periode setelah pelepasan tray untuk menunjang
stabilitas bagi graft. Penundaan dalam pelepasan tray memungkinkan graft untuk
mengalami maturasi. Pelepasan dini dapat mengganggu osteogenesis dan non
union atau kehilangan graft dapat terjadi.
Komplikasi dapat dikaitkan dengan situs donor graft tulang. Pembahasan
menyeluruh dari komplikasi ini berada di luar cakupan teks ini, namun pembaca
yang tertarik dirujuk ke artikel yang ditulis oleh Dodson dan Kaban 229 dan Criccio
dan Lundgren.230
Rekonstruksi corpus mandibula
Reseksi bedah karsinoma dari lateral lidah kemungkinan membutuhkan
reseksi dari porsi corpus mandibula bila tumor luas. Kontur mandibular yang
relatif lurus antara angulus dan kaninus membuatnya menjadi salah satu area yang
lebih mudah untuk direkonstruksi dengan graft tulang bebas. Pelat rekonstruksi
atau tray dapat digunakan untuk menstabilisasi graft tulang. Seperti halnya semua
reseksi dan rekonstruksi mandibula, pemeliharaan yang tepat harus diberikan
untuk memastikan bahwa segmen mandibula asli yang tersisa mempertahankan
posisi aslinya untuk hasil konsmetik dan fungsional yang terbaik.
Tulang graft ditempatkan pada posisi tepi inferior mandibular asli untuk
meningkatkan estetika. Gigi – gigi posterior berada sedikit lingual terhadap tepi
bawah mandibular; konsep ini penting untuk diingat selama rekonstruksi
mandibula, khususnya saat implan gigi dipertimbangkan. Untuk alasan ini tulang
graft harus diposisikan dengan aspek superiornya miring sedikit ke lingual. Bila
graft tidak ditempatkan dengan kemiringan lingual, implan gigi yang terletak
paling posterior tidak hanya akan keluar dari tulang pada aspek lingual
mandibular tetapi juga membutuhkan inklinasi lingual yang signifikan untuk
mencegah crossbite posterior. Inklinasi ini akan mencegah tekanan oklusal dari
diarahkan sepanjang sumbu panjang implan, yang menyebabkan mereka
mengalami kegagalan di kemudian hari.
Rekonstruksi simfisis
Region simfisis lebih sulit untuk direkonstruksi dibandingkan corpus
mandibula karena lengkungan mendadak dari tulang dalam area ini. Bila jumlah
jaringan lunak yang tervaskularisasi baik yang tersedia cukup banyak, graft tulang
kanselous yang dikompakkan (dipadatkan) dapat secara efektif dipadatkan dan
dibentuk di sekitar lengkung simfisis dengan bantuan crib (Gambar 2 – 49).
Gambar 2-49. Defek simfisis anterior direstorasi menggunakan tray titanium dan
graft tulang kanselous – sumsum tulang yang dipadatkan. (a) Fragmen mandibula
yang terpapar. (b) Tray titanium digunakan untuk merestorasi regio simfisis. (c)
pemadatan graft sumsum kanselous ke dalam tray.
Situs donor
Sejumlah flap bebas telah dijelaskan untuk rekonstruksi defek mandibula
composite. Meskipun kami mendukung yang akan dijelaskan, iliac crest, dorsalis
pedis/metatarsal ke dua, lengan lateral, arteri ulna, dan situs – situs lainnya telah
berhasil digunakan untuk transfer jaringan bebas pada titik – titik pusat lainnya.
Rekonstruksi bedah direncanakan dengan bantuan studi radiografi dan
pada beberapa kasus pembuatan model bedah. Bila model digunakan, template
dibuat dari axial computed tomogram mandibular. Template – template ini, beserta
spesimen yang direseksi, dapat membantu dalam memandu intraoperatif, dan
dalam beberapa kasus praoperatif, membentuk porsi osseus dari flap bebas. Stent
bedah digunakan untuk menempatkan secara tepat fragmen mandibula residual
dan menyelaraskan dengan tepat segmen graft213 (Gambar 2-51).
Gambar 2.51. Penggunaan template bedah untuk memposisikan dengan tepat
fragmen residual dan menyelaraskan dengan baik segmen graft. (a dan b) template
bedah. Perhatikan indeks oklusal maksila dan manidbula. (c) defek reseksi
composite lateral. Sebelum reseksi, template diposisikan dan mandibula
ditempatkan pada oklusi sentris. Screw hollow yang dilapisi titanium dan plat
rekonstruksi (THORP) diadaptasikan, dan lubang screw ditempatkan. (d) THORP
dikencangkan. Flap bebas telah disisipkan. Perhatikan kehadiran template. Relasi
maksilomandibula praoperatif telah dipertahankan.
Fibula, Flap fibular composite diberi asupan oleh pembuluh peroneal (fibular)
(Gambar 2-52). Flap dapat dipindahkan dengan tulang sendiri atau dengan kulit
dan otot (Gambar 2-53). Flap composite dapat melibatkan hingga 25 cm tulang,
lebih dari 250 cm permukkan kulit tungkai lateral, porsi dari otot soleus, dan
seluruh otot flexor hallucis longus bila diperlukan untuk defek yang kompleks.
Gambar 2-52. Suplai darah untuk flap fibular composite. (a) suplai darah pokok
untuk fibula adalah arteri peroneal. Pembuluh periosteal segmental melingkari
fibula sepanjang fibula. (b) Pembuluh darah dari tungkai lateral. Perhatikan
pembuluh septokutan yang perforasi. Skin island dipusatkan di atas pembuluh –
pembuluh darah ini. (Diadaptasikan dari Swartz dan Janis234 dengan izin.)
Gambar 2-53. Flap fibular composite. (a) Skema flap bebas osteomyokutan
fibula. Perhatikan bahwa skin island dan perjalanan arteri peroneal. (b) flap
perfusi in situ. Osteotomy dilakukan in situ dengan flap yang tervaskularisasi.
Osteotomi distabilisasi menggunakan miniplate dan screw. Panah menunjukkan
anastomosis pembuluh. (c) template disiapkan untuk digunakan. (d) defek reseksi
anterior composite. Fragmen mandibula posterior telah diposisikan dalam
template. (e) flap fibula disisipkan dengan skin island yang dirotasi di atas aspek
superior dari komponen tulang untuk penutupan intraoral. Otot flexor halluces
telah digunakan untuk menggantikan otot submental yang direseksi dan
memisahkan rongga mulut dari leher, dengan anastomosis mikrovaskular (panah)
telah dilakukan.
Panjang tulang dan suplai darah periosteal yang luas memungkinkan
rekonstruksi seluruh mandibular.235 Osteotomi multiple dapat dilakukan untuk
replikasi kontur dari mandibular yang direseksi tanpa risiko devaskularisasi dari
segmen tulang. Setidaknya 6 cm tulang ditinggalkan pada proksimal dan distal
untuk mempertahankan stabilitas sendi masing – masing. Sifat dan ketebalan
kortikal fibula membuatnya menjadi resipien yang terbaik untuk implant
osseointegrasi, dan tingkat keberhasilannya tampak lumayan bagus.236-238 kedua
tungkai dapat digunakan sebagai situs donor, meskipun pilihan dapat ditentukan
oleh vaskularisasi dari ekstremitas bawah, sisi, lokasi, dan perluasan reseksi
tumor, dan preferensi rekonstruksi dokter bedah. Ketika leher ipsilateral
kekurangan pembuluh, pedicle dapat diperpanjang menggunakan tulang distal dan
mendiseksi periosteum.
Skin island didasarkan pada perforator septokutan, yang berasal dari crural
septum dari vaskularisasi peroneal. Bagian cutaneous dari flap dapat digunakan
untuk defek intraoral, eksternal, dan kombinasi. Otot flexor halluces longus secara
rutin diambil dengan flap. Posisinya sepanjang tepi inferior tulang membuatnya
sebagai pengganti ideal untuk jaringan lunak submental dan submandibula dan
berperan sebagai partisi tambahan antara rongga mulut dan leher. Dengan
mengambil 2 cm cuff flexor hallucis dan soleus juga dapat meningkatkan suplai
vaskuler ke skin paddle dengan cara memelihara perforator muskulokutan yang
melintasi lokasi ini.
Flap fibular composite merupakan situs donor yang diutamakan untuk
defek orofasial-mandibula yang paling kompleks. Untuk defek mandibular lateral
yang tidak melibatkan sejumlah mukosa oral yang signifikan, flap osseus
mungkin sudah cukup, namun flap osteocutaneous diutamakan. Penambahan skin
island memungkinkan penutupan intraoral bebas tegangan absolut yang
meningkatkan mobilitas lidah. Hal ini juga memungkinkan pemantauan flap yang
terbenam secara lebih efektif. Situs donor dapat ditutup secara langsung ketika
kurang dari 4 hingga 5 cm dari kulit disertai tulang, namun split thickness skin
graft pada situs harus dipertimbangkan dalam sebagian besar situasi.
Flap osteomyokutan fibula juga direkomendasikan untuk defek composite
lateral dan simfisis yang melibatkan sejumlah besar mukosa intraoral, lidah, dan
kulit eksternal. Semakin ukuran defek mukosa membesar, demikian halnya
kebutuhan skin paddle yang diambil semakin besar. Skin island dengan lebar 10
hingga 12 cm tersedia untuk defek yang lebih luas. Skin graft diperlukan untuk
menutup situs donor.
Sekitar sepertiga dari keliling (aspek radialis) dari radius diambil sebagai
graft monocortical. Beberapa perforator arteri radialis melintasi otot flexor pollicis
longus dalam regio ini untuk mensuplai periosteum tulang. Hal ini
mempertahankan viabilitas dari graft tulang, namun osteotomi tunggal merupakan
yang disarankan karena kekhawatiran mengenai terganggunya/terputusnya suplai
darah. Tulang dapat dilipat dengan sendirinya untuk meningkatkan ketebalannya,
meskipun persediaannya tidak cocok untuk implan osseointegrasi.
Skin island dipusatkan di antara arteri radialis dan vena sefalik (ketika ada)
dan melibatkan perluasan volar ulnar saat diperlukan. Bila vena sefalik tidak
tersedia, flap dipindahkan ke arah ulna, dan vena volar superfisial demikian
halnya vena comitantes dapat digunakan untuk arus keluar vena. Cutaneous
paddle dipelihara oleh perforator yang melintasi septum intermuskuler lateral.
Komponen fasciocutaneous flap lebih tipis pada bagian distal disertai perforator
yang juga dalam jumlah banyak.
Skin island radial forearm merupakan pengganti ideal untuk lapisan
(lining) intraoral dan dapat juga digunakan untuk defek eksternal dan kombinasi
(lihat Gambar 2-28c, 2-40b, 2-46a, 2-46c, dan 2-48). Ekstermitas atas non-
dominan merupakan situs yang diutamakan untuk pengambilan flap, meskipun
kedua sisi dapat digunakan karena terdapat dampak jangka panjang yang minimal
pada fungsi. Situs pengambilan yang non-dominan juga memungkinkan
komunikasi yang lebih baik melalui kemampuan menulis bagi pasien pada periode
segera setelah tindakan, saat mereka tidak mampu untuk berbicara yang
disebabkan oleh lokasi pembedahan dan adanya trakeotomi pada beberapa
keadaan.
Flap yang hanya melibatkan jaringan lunak fasciocutaneous dengan pelat
rekonstruksi mandibula diutamakan untuk rekonstruksi defek posterolateral
composite pada pasien dengan penyakit lanjut dan harapan hidup terbatas atau
pasien edentulous dengan kekuatan mastikasi yang diantisipasi kurang dari yang
akan menjamin penggantian tulang (lihat Gambar 2-42). Flap composite
digunakan (lebih hemat) untuk defek tulang segmental lurus yang melibatkan
mukosa bukal maupun dasar mulut.239
Ketipisan jaringan merupakan kelebihan dan kekurangan utama flap ini.
Flap ini merupakan pengganti sempurna untuk lining intraoral namun tidak
memiliki volume yang cukup untuk reseksi composite yang lebih luas. Selain itu,
tulang tidak cukup tebal untuk implant, defek segmen panjang, atau defek yang
membutuhkan osteotomi multiple.
Komplikasi
Komplikasi - komplikasi dari prosedur – prosedur rekonstruksi mayor ini
dibagi ke dalam komplikasi yang terkait dengan manifestasi sistemik dari bedah
dan komplikasi yang terjadi pada situs resipien dan donor. Dalam populasi pasien
ini, sistems kardiovaskuler, respirasi, dan serebrovaskuler merupakan sistem yang
memiliki risiko terbesar. Masalah – masalah pada situs bedah berkaitan dengan
infeksi, pendarahan, thrombosis pembuluh darah, dan penyembuhan luka.
Merupakan hal yang cukup luar biasa bahwa prosedur operatif yang berlangsung
lama ini, dalam lingkungan yang terradiasi, terkontaminasi oral, sangat ditoleransi
dengan baik.
Komplikasi situs resipien meliputi kehilangan flap sebagian (partial)
maupun total, dehisensi luka, fistula, selulitis, dan hematoma. Komplikasi situs
donor bervariasi berdasarkan situs namun serupa dengan komplikasi yang
dijelaskan pada situs resipien, selain keterbatasan fisik dan fungsional dalam
rentang gerak ekstrimitas donor.
Gambar 2-56. Perbandingan vestibuloplasti untuk defek lidah lateral dan anterior.
(a) Pada pasien ini, setengah lidah direseksi. Kontinuitas mandibula
dipertahankan. Tongue release dan vestibuloplasti, menggunakan graft skin split-
thickness, telah memungkinkan pasien untuk mengendalikan sekresi saliva secara
lebih efisien dan kontruksi yang dikehendaki dari gigi tiruan lengkap mandibula.
Artikulasi berbicara telah meningkat sedikit. (b) Tongue release dan
vestibuloplasti menggunakan graft kulit split-thickness telah memberikan pasien
ini fungsi lidah yang hampir normal. Mobilitas normal hampir sepenuhnya
terestorasi.
Mastikasi
Fungsi mastikasi normal melibatkan interaksi sinkronis dari jaringan lunak
dan keras untuk memanipulasi, triturasi, dan konsolidasi bolus makanan sebelum
deglutisi. Setelah reseksi mandibula sebagian, triturasi, atau grinding, fase
mastikasinya biasanya terkena dampak buruk dari kehilangan struktur mandibula,
relasi maksilomandibula yang berubah, dan berkurangnya kontak gigi ke gigi.
Defisit sensorik dan jaringan lunak setelah reseksi mandibula parsial mengganggu
kemampuan pasien untuk memanipulasi bolus ke occlusal table untuk triturasi
dan kemampuan untuk menerima dan mengkonsolidasikan bolus sebelum
deglutisi.253 Semua ketiga komponen mastikasi (manipulasi, triturasi, dan
konsolidasi) dibutuhkan untuk mengunyah secara efisien, dan defisiensi di satu
area dapat menghasilkan berkurangnya ukuran global dari fungsi mastikasi.
Sebagai contoh, ketika kemampuan untuk memanipulasi bolus ke occlusal table
terganggu karena kehilangan sebagian volume maupun sensasi lidah, hasil
ketidakefisiensi mastikasi, bahkan bila pasien dapat secara efektif mentriturasi
bolus makanan.
Kesulitan yang pasien – pasien miliki dalam mastikasi setelah reseksi
mandibula dipengaruhi oleh sejumlah faktor, beberapa faktor dapat dikendalikan
dokter bedah dan prostodontis maksilofasial untuk meningkatkan mastikasi.
Meskipun kontrol tumor dan kelangsungan hidup harus menjadi perhatian utama
terkait penetapan perawatan, strategi rehabilitasi dan waktu rehabilitasi
merupakan hal yang penting karena keputusan – keputusan ini memengaruhi
fungsi mastikasi dan kualitas hidup.254-256 Rehabilitasi individu yang optimal
membutuhkan pemahaman dari variabel – variabel yang memengaruhi fungsi
mastikasi, yang meliputi pemahaman dari fungsi mastikasi normal dan bagaimana
kehilangan anatomis berdampak pada fungsi.
Mengindentifikasi dan menggolongkan berdasarkan pentingnya variabel –
variabel yang berkontribusi terhadap gangguan mastikasi pada pasien dengan
reseksi mandibula merupakan hal yang sulit untuk beberapa alasan. Teknik –
teknik untuk mengukur kinerja mastikasi belum distandarisasi secara adekuat dan
para peneliti biasanya tidak setuju terhadap interpretasi hasil.257 Lagi pula,
variabilitas telah dilaporkan di antara dan di dalam subjek – subjek yang diteliti
dengan protokol eksperimental yang sama,258 dan makanan – makanan yang
dicobakan yang dapat diterima oleh pasien gigi tiruan biasanya tidak cocok untuk
pasien kanker mulut.259 Terkadang tidak ada korelasi atau hanya korelasi lemah
yang ada ketika dua pengukuran yang diterima dari kinerja mastikasi digunakan
untuk individu yang sama.257,260 Secara umum juga diketahui bahwa uji fungsi
mastikasi yang berbeda mengukur aspek mastikasi yang berbeda.260
Penilaian akurat dari kinerja mastikasi pada pasien kanker kepala dan leher
juga sulit karena heterogenitas populasi pasien. Usia, jenis kelamin, bentuk
skeletal, modalitas perawatan dan rehabilitasi, serta kerelaan pasien untuk
menjalani rehabilitasi merupakan variabel yang sulit untuk dikendalikan dan hal
tersebut membuat perbandingan – perbandingan dalam dan antar kelompok
menjadi sulit. Selain itu, pengukuran – pengukuran praperawatan dari kinerja
mastikasi sering kali dipengaruhi oleh kondisi psikologis pasien, 255 nyeri,261 dan
dampak dari penyakit, namun uji klinis randomisasi longitudinal masih menjadi
kesempatan yang baik untuk pemahaman yang lebih baik terkait variabel –
variabel yang memengaruhi fungsi pada pasien reseksi mandibula.
Integritas mandibula
Mandibula memainkan peranan penting dalam mengendalikan kompetensi
rongga mulut dalam mastikasi, penelanan, dan berbicara. Mandibula yang intact
(utuh) menunjang kesimetrisan untuk fungsi dan estetik yang baik. Ketika satu
segmen mandibula dipindahkan, kesimetrisan dan keseimbangan dikorbankan.
Joint loading, pergerakan mandibula, waktu kontak oklusal, dan sudut kontak
oklusal berubah.262 Mandibula residual bergeser ke defek bedah dengan gerakan
retrusi dan rotasi. Pergerakan protrusi dan incising (menggigit hanya
menggunakan gigi depan) khusunya sulit dilakukan.204 Meskipun pergerakan
mandibula pasien dan disabilitas fungsional dipengaruh oleh sejumlah faktor,
termasuk tingkat gejala depresif pasien sebelum bedah,254 volume jaringan keras
dan lunak yang diangkat,263,264 apakah radiasi digunakan263,265 dan jenis
rekonstruksi yang telah dilakukan,266 kontinuitas mandibula sebagai variabel
independen memiliki dampak pada fungsi mastikasi.264,267 Penemuan klinis ini
menunjukkan pentingnya kontinuitas mandibula konsisten dengan pemodelan data
biomekanika rahang.268
Rekonstruksi yang membentuk kembali kontinuitas mandibula menunjang
manfaat yang nampak pada estetika namun juga memudahkan potensi untuk
peningkatan fungsi. Ketika kontinuitas mandibula dibentuk kembali, menjadi
lebih mudah untuk menciptakan platform oklusal dan pasien memiliki waktu yang
lebih muda mengoklusikan ke posisi berulang. jumlah kontak gigi-ke-gigi yang
berlawanan telah terbukti sangat berkorelasi dengan efisiensi pengunyahan. 269,270
Peningkatan dalam kontak oklusal posterior yang stabil merupakan satu alasan
pasien – pasien dengan kontinuitas mandibula yang dibentuk kembali melaporkan
peningkatan fungsi mastikasi.263,266,267 Bozec et al,263 dalam studi prospektif dari 95
pasien, menunjukkan bahwa pasien yang direkonstruksi memiliki tingkat fungsi
fisik dan sosial yang lebih tinggi serta lebih percaya diri untuk makan di lingkup
sosial dibandingkan pasien yang tidak menjalani rekonstruksi, yang menjadi hal
penting karena sekitar 25% pasien kanker mulut menghindari situasi makan di
lingkup sosial.
Sejumlah studi telah melakukan perbandingan fungsi mastikasi pada
pasien reseksi mandibula yang menjalani rekonstruksi mandibula dengan fungsi
pada pasien yang tidak menjalani rekonstruksi.191,259,261,264,266,267,271 Meskipun
perbedaan – perbedaan dalam studi desain, metode untuk mengevaluasi fungsi,
teknik bedah, dan strategi rehabilitasi membuat perbandingan – perbandingan
antara studi menjadi sulit, beberapa tren umum dapat terlihat.
Pengaruh dari oklusi unilateral diteliti oleh Namaki dkk, 261 yang
memeriksa tiga kelompok perawatan: glossectomy, reseksi mandibula marginal
yang mempertahankan kontinuitas, dan reseksi mandibula tanpa kontinuitas. Studi
juga melibatkan dua kelompok kontrol non-kanker: subjek dengan dentisi utuh
dan subjek yang kehilangan kuadran posterior. Para peneliti menyimpulkan bahwa
dikontinuitas mandibula membebankan diet yang lebih terbatas dan memiliki
dampak buruk yang lebih besar pada kualitas hidup dibandingkan reseksi
mandibula marginal yang menjaga kontinuitas mandibula.261 Mereka juga
menemukan tidak ada perbedaan dalam efisiensi pengunyahan antara dua
kelompok kontrol non-kanker. Penemuan – penemuan ini menunjukkan bahwa
usaha – usaha rekonstruksi yang memungkinkan oklusi unilateral dapat diterima.
Yang juga menarik adalah temuan bahwa laporan pasien tentang
kemampuan makan meningkat untuk pasien glossectomy dan reseksi marginal,
tetapi tidak untuk kelompok reseksi mandibula, selama periode pengujian pasca
operasi 3 hingga 12 bulan. Implikasi klinisnya adalah bahwa adaptasi jaringan
lunak dan peningkatan mastikasi kecil kemungkinannya terjadi pada individu –
individu yang tidak memiliki kontinuitas mandibula.261
Studi lain yang mengevaluasi gejala oral pada pasien reseksi mandibula
dengan rekonstruksi menunjukkan bahwa tingkat nyeri yang dilaporkan
cenderung menurun dari waktu pembedahan ke 12 bulan pasca bedah namun diet
terbatas dan kenyamanan saat makan di tengah publik tidak cukup meningkat dari
6 hingga 12 bulan pascaoperatif.263
Marunick dkk,264,271 dalam studi dari 5 pasien reseksi mandibula dan 10
subjek kontrol, mengevaluasi fungsi mastikasi pra-bedah dan pasca-bedah
menggunakan analisa ayakan (sieve analysis). Menggunakan keripik jagung
sebagai substrat uji dan meminta setiap peserta bertindak sebagai kontrolnya
sendiri, peneliti menemukan bahwa pembedahan menyebabkan gangguan
mastikasi yang dapat diukur yang tidak selalu dapat dikembalikan oleh rehabilitasi
prostetik. Mereka menemukan realibilitas test – retest 0,59 untuk pengukuran
kinerja mastikasi dan 0,84 untuk ambang penelanan. Marunick dkk264,271
menetapkan bahwa perluasan reseksi mandibula dan kehilangan kontinuitas
cenderung menurunkan tingkat fungsi mastikasi.
Urken dkk,272 dalam studi mengenai pasien rekonstruksi, tidak
direkonstruksi, dan kontrol, mengevaluasi pasien yang menjalani bedah
mikrovaskular untuk merekonstruksi kontinuitas mandibula. Pengukuran –
pengukuran objektif dari fungsi mastikasi melibatkan kekuatan oklusal, siklus
pengunyahan, alat ukur dari kinerja mastikasi, seperti yang dijelaskan Manly dan
Braley,273 dan kuisioner subjektif yang meminta pasien untuk melaporkan kinerja.
Pasien dengan mandibula yang direkonstruksi mengalami peningkatan tingkat
kekuatan oklusal yang signifikan, tingkat kinerja mastikasi yang meningkat, dan
siklus mastikasi yang lebih vertikal.
Kekuatan oklusal dapat menjadi prediktor keberhasilan kinerja mastikasi,
seperti yang ditemukan Urken dkk272, namun peneliti lainnya tidak selalu
menunjukkan kekuatan oklusal penting dalam memprediksi kinerja
mastikasi.267,273-276 Pada pasien eentulous non kanker usia lanjut, Ikebe dkk 276
menunjukkan bahwa kekuatan oklusal dan aliran saliva merupakan prediktor kuat
dari fungsi mastikasi pasien. Namun, Curtis dkk,267 dalam sebuah studi mengenai
10 pasien reseksi mandibula yang direkonstruksi dan 10 pasien reseksi mandibula
yang tidak direkonstruksi, menemukan bahwa kekuatan oklusal berkorelasi buruk
dengan laporan pasien tentang makanan yang dapat mereka kunyah. Diet Western
yang khas membutuhkan kurang dari 40 N kekuatan oklusal, sedangkan makanan
yang lebih keras, seperti kacang dan wortel, membutuhkan rata – rata 66 N. 277
Curtis dkk267 menemukan bahwa pasien yang tidak menjalani rekonstruksi dalam
studinya memiliki kekuatan oklusal molar pertama rata – rata 76 N dan
kemungkinan tidak akan dibatasi dalam kemampuannya untuk mengunyah karena
kekuatan oklusal itu sendiri. Dalam studi yang dilakukan oleh Urken dkk, 267,272
pasien edentulous yang tidak menjalani rekonstruksi memiliki kekuatan oklusal
rata – rata hanya 23 N, dan dalam kelompok ini diet cenderung akan dibatasi
karena kekuatan oklusal yang rendah.
Maksud dari pengukuran kekuatan oklusal pada pasien reseksi mandibula
adalah menetapkan ambang dasar. Pasien yang memiliki kekuatan oklusal lebih
dari ambang ini namun memiliki keterbatasan dalam kemampuan mastikasi
kemungkinan terganggu untuk alasan - alasan yang lain, daripada kekurangan
kekuatan oklusal.
Terapi radiasi
Terlepas dari penanganan bedah, radiasi telah menunjukkan secara
signifikan memengaruhi fungsi mastikasi.263,265,285 Epstein dkk265 menunjukkan
bahwa 50% pasien edentulous yang menerima radiasi sendiri melaporkan
penurunan kemampuan mastikasi. Pengaruh langsung dari radiasi dan pengaruh
tidak langsung xerostomia sering kali berujung pada membran mukosa yang rapuh
yang dapat membuat penggunaan protesa yang sangat menyakitkan. Epstein
dkk265 juga menunjukkan bahwa masalah – masalah yang paling umum setelah
radiasi sendiri meliputi mulut kering (84%), nyeri (70%), kehilangan sensasi
perasa (97%), dan nafsu makan yang berkurang (70%). Langius dan Lind 286
melaporkan bahwa pasien yang memiliki keluhan setelah bedah utamanya adalah
kesulitan dalam makan (82%), penelanan (81%), dan pengunyahan (68%)
demikian halnya kecacatan (55%).
Garret dkk287 menyatakan bahwa persepsi pasien mengenai kemampuan
mengunyah sering kali dipengaruhi oleh kenyamanan dibandingkan pengukuran
objektif dari kinerja pengunyahan, sehingga laporan pasien terkait
ketidaknyamanan merupakan umpan balik yang penting ketika protesa baru
dievaluasi. Karena sebagian besar pasien menerima radiasi dan bedah, dampak
aditif dapat menjadi tugas yang menakutkan untuk ditangani. Bozec dkk263
menunjukkan bahwa pasien yang menjalani bedah dan terapi radiasi memiliki
lebih banyak masalah yang signifikan terkait fungsi dibandingkan pasien yang
hanya menerima pembedahan.