)
UNTUK BAHAN PEMBUATAN BRIKET
SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Oleh :
JESSIE INDRI NUGRAHAENI
F34103112
2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
JESSIE INDRI NUGRAHAENI
F34103112
Menyetujui,
Bogor, Januari 2008
Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Eng. Ir. Sri Endah Agustina, MS.
Pembimbing I Pembimbing II
RIWAYAT HIDUP
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Pemanfaatan Limbah
Tembakau (Nicotiana tabacum L.) Untuk Bahan Pembuatan Briket Sebagai
Bahan Bakar Alternatif” adalah karya asli saya sendiri, dengan arahan dosen
pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditunjuk rujukannya.
RINGKASAN
SUMMARY
Halaman
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................. 1
B. TUJUAN ..................................................................................... 3
C. MANFAAT ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
A. TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) ........................................ 4
B. PENGELOLAAN PASCA PANEN TEMBAKAU...................... 5
C. SISTEM PEMANASAN PENGERINGAN TEMBAKAU .......... 7
D. DENSIFIKASI ............................................................................ 9
E. BRIKET BIOMASA ................................................................... 13
1. Definisi Briket..................................................................... 13
2. Pembuatan Briket Biomassa ................................................ 13
3. Mutu Briket......................................................................... 15
F. ARANG SEKAM........................................................................ 17
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 19
A. TATA LAKSANA ...................................................................... 19
1. Metoda Penelitian ............................................................... 19
2. Parameter Penelitian ........................................................... 20
B. METODA PENGAMBILAN DATA DAN PENGUKURAN ...... 21
C. BAHAN DAN ALAT.................................................................. 24
D. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN..................................... 24
E. METODA PENGUKURAN UJI MUTU ..................................... 24
F. METODA ANALISIS ................................................................. 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 29
A. PENELITIAN TAHAP PERTAMA ............................................ 29
B. PENELITIAN TAHAP KEDUA ................................................. 30
1. Briket Limbah Biomasa Stem Tembakau ............................. 32
2. Kelayakan Briket Berbahan Stem Tembakau Sebagai
Bahan Bakar ....................................................................... 41
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 43
A. KESIMPULAN ........................................................................... 43
B. SARAN....................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN ................................................................................................. 49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
A. LATAR BELAKANG
Batok kelapa Arang, arang aktif, bahan Briket arang, umpan gas
bakar tungku, alat rumah producer
tangga, seni rupa
Pelepah kelapa Bahan bakar tungku Bahan bakar padat
C. MANFAAT
Sumber : www.wikipedia.org
Sortasi
Pemeraman
Penghilangan stem
Penggulungan
Gambar 4. Limbah stem
Perajangan
Penjemuran
Tembakau rajangan
Pembungkusan
D. DENSIFIKASI
Abdullah et al. (1998) menyatakan bahwa densifikasi atau pengempaan
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik suatu bahan agar mudah
dalam penggunaan dan pemanfaatannya selanjutnya diperoleh peningkatan
efisiensi nilai dari bahan yang digunakan. Densifikasi diterapkan pada bahan
curah atau dengan sifat fisik yang tidak beraturan. Hasil dari proses pengempaan
ini disebut dengan briket.
Limbah biomasa sebagai bahan baku dapat diubah dalam bentuk briket
sebagai hasil pengempaan. Pengempaan ini dilakukan dengan tekanan tertentu
untuk memperoleh bentuk briket dengan kepadatan yang dikehendaki. Pada
pembuatan briket, sebelum dikempa bahan baku yang akan dijadikan briket
dicampur terlebih dahulu dengan bahan perekat. Setelah pengempaan, dilakukan
pengeringan untuk mengurangi kadar air briket.
Sebelum dilakukan pengempaan, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
kondisi bahan, perekat, tekanan pengempaan, alat dan mesin pengempa,
karbonisasi (bila diperlukan) dan mutu briket yang dihasilkan. Perlakuan bahan
sebelum pengempaan antara lain adalah sortasi untuk memisahkan bahan baku
dari benda asing, penggilingan untuk menyeragamkan ukuran bahan dan proses
pengeringan untuk mengurangi kadar air pada bahan. Mutu briket sebagai bahan
bakar dipengaruhi oleh jenis bahan baku, jumlah perekat dan kadar air briket.
Faktor lain yang berpengaruh adalah tekanan pengempaan itu sendiri (Abdullah et
al., 1998).
Besarnya tekanan pengempaan akan berpengaruh juga terhadap densitas
dan porositas briket yang dihasilkan dan lebih lanjut akan berpengaruh terhadap
efisiensi pembakaran briket sebagai bahan bakar. Pengempaan dengan tekanan
tinggi tidak selalu menghasilkan mutu briket yang lebih baik karena dapat
menurunkan efisiensi pembakaran dan menyulitkan dalam penggunaannya.
Prosedur pembuatan briket biomasa dijelaskan dalam Gambar 5.
Biomasa Pengeringan Karbonisasi
Sortasi
Pengeringan Perekat
Briket
Alat dan mesin pengempa briket yang telah ada dan digunakan di
masyarakat yaitu alat kempa tuas biasa, alat kempa tipe ulir, alat kempa hidrolik
(hydraulic). Alat kempa tuas biasa (alat kempa manual) berupa batang yang tegar,
lurus dan bekerja dengan prinsip kempa (press) secara manual. Briket yang
dihasilkan biasanya berbentuk silinder dengan garis tengah dan ketebalan briket
yang terbatas. Alat kempa jenis ini digunakan untuk membuat briket dengan
bahan dari berbagai jenis limbah pertanian dan limbah pengolahan hasil pertanian
atau pangan.
Gambar 6. Alat kempa briket tuas biasa di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Pertanian, Fateta, IPB
Alat pengempa briket tipe ulir berupa silinder panjang, di dalamnya
terdapat ruang-ruang kempa (press chamber). Di dalam ruang kempa terdapat
sumbu berbentuk konus yang dapat berputar. Prinsip kerja alat ini menyerupai
prinsip kerja ekstruder. Mesin kempa briket jenis ulir (screw pressing) telah
dikembangkan di Asian Institute of Technology (AIT), Thailand dengan
menggunakan sumber tenaga motor listrik dan motor diesel.
Tampak atas
Gambar 8. Sketsa alat kempa briket hidrolik di Laboratorium Kimia Kayu dan
Kimia Kayu dan Energi, Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor.
E. BRIKET BIOMASA
1. Definisi Briket
Briket merupakan bahan bakar padat dengan dimensi tertentu yang
seragam, diperoleh dari hasil pengempaan bahan berbentuk curah, serbuk,
berukuran relatif kecil atau tidak beraturan sehingga sulit digunakan sebagai
bahan bakar dalam bentuk aslinya (Agustina dan A. Syafrian, 2005). Kelebihan
penggunaan briket limbah biomasa sebagai substitusi kerosene dan LPG antara
lain :
1) Biaya bahan bakar lebih murah.
2) Tungku dapat digunakan untuk berbagai jenis briket.
3) Lebih ramah lingkungan (green energy).
4) Merupakan sumber energi terbarukan (renewable energy).
5) Membantu mengatasi masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan
limbah.
2. Pembuatan Briket Biomasa
Pembuatan briket terdiri dari beberapa tahap utama, yaitu : sortasi bahan,
pencampuran serbuk dan perekat, pengempaan serta pengeringan.
Sortasi bahan didahului dengan penghancuran bentuk serat menjadi
struktur serasah (cacahan). Alat yang digunakan untuk membuat struktur serat
menjadi bentuk cacahan antara lain hammer mill, cutting mill, ataupun slicer.
Pengecilan ukuran adalah suatu bentuk proses penghancuran dari
pemotongan bentuk padatan menjadi bentuk yang lebih kecil oleh gaya mekanik.
Terdapat empat cara yang diterapkan pada mesin-mesin pengecilan ukuran, yaitu
(1) kompresi, pengecilan ukuran dengan tekstur yang keras (2) impact atau
pukulan, digunakan untuk bahan padatan dengan tekstur kasar (3) attrition,
digunakan untuk menghasilkan produk dengan tekstur halus dan (4) cutting,
digunakan untuk menghasilkan produk dengan ukuran dan bentuk, tekstur tertentu
(Mc. Cabe et al., 1976).
Bahan baku untuk membuat briket harus cukup halus untuk dapat
membentuk briket yang baik. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada
waktu melakukan perekatan sehingga mengurangi keteguhan tekan dari briket
yang dihasilkan (Ramaswarmi, 1937). Perbedaan ukuran serbuk mempengaruhi
keteguhan tekan dan kerapatan briket yang dihasilkan (Boejang, 1973).
Tujuan pencampuran serbuk dengan perekat adalah untuk memberikan
lapisan tipis dari perekat pada permukaan partikel arang. Tahap ini merupakan
tahapan penting dan menentukan mutu briket yang dihasilkan. Campuran yang
dibuat tergantung pada ukuran serbuk, macam perekat, jumlah perekat, dan
tekanan pengempaan yang dilakukan (Karch dan Boutette, 1983).
Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai perekat, yaitu pati,
clay, molase, resin tumbuhan, pupuk hewan, tanin, dan ter. Perekat yang
digunakan sebaiknya yang mempunyai bau yang baik bila dibakar, kemampuan
merekat yang baik, harganya murah, dan mudah diperoleh (Karch dan Boutette,
1983).
Pemakaian ter, pitch, dan molase sebagai bahan perekat menghasilkan
briket yang berkekuatan tinggi tetapi mengeluarkan banyak asap jika dibakar.
Bahan perekat pati, dekstrin, dan tepung beras akan menghasilkan briket yang
tidak berasap dan tahan lama tetapi nilai kalornya tidak setinggi arang kayu
(Hartoyo et al., 1978).
Tabel 2. Komposisi kimia pati.
Komposisi Jumlah (%)
Air 9-8
Protein 0,3-0,1
Lemak 0,1-0,4
Abu 0,1-0,8
3. Mutu Briket
Kriteria sederhana suatu bahan dapat menjadi bahan bakar adalah :
1) Memiliki nilai kalor tinggi yang mencukupi standar.
2) Jumlah ketersediaan bahannya yang cukup.
3) Mudah terbakar.
4) Nyaman dalam penggunaan.
Arang yang baik untuk bahan bakar adalah sebagai berikut (Wardi, 1969) :
1) Warna hitam dengan nyala kebiru-biruan.
2) Mengkilap pada pecahannya.
3) Tidak mengotori tangan.
4) Terbakar tanpa berasap, tidak memercik dan tidak berbau.
5) Dapat menyala terus tanpa dikipas.
6) Berdenting seperti logam.
Menurut Hendra dalam Pari (2002), briket dikatakan memiliki mutu yang
baik dan berkualitas apabila hasil pembakarannya memiliki ciri-ciri :
1) Tidak berwarna hitam dan apabila dibakar api yang dihasilkannya
berwarna kebiru-biruan.
2) Briket terbakar tanpa berasap, tidak memercikkan api dan tidak berbau.
3) Tidak terlalu cepat terbakar.
4) Berdenting seperti logam ketika dipukul.
Bila ditinjau dari nilai kalornya, briket arang dengan nilai kalor 6.000 –
8.000 kal/g merupakan bahan bakar yang cukup baik dibandingkan dengan bahan
bakar lainnya. Perbandingan nilai kalor dari berbagai unit bahan bakar dan briket
biomasa dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Kualitas briket yang baik adalah briket yang memenuhi standar mutu agar
dapat digunakan sesuai dengan keperluannya. Kualitas briket umumnya
ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya antara lain ditentukan oleh kadar
air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat, kerapatan,
ketahanan tekan, dan nilai kalor. Kadar zat mudah menguap erat hubungannya
dengan kecepatan bakar, waktu pembakaran, dan kecenderungan mengeluarkan
asap dari briket tersebut, sedangkan kadar abu dan kelembaban mempengaruhi
nilai bakar (Yulistina, 2001).
F. ARANG SEKAM
Sekam padi adalah salah satu hasil sampingan dari proses penggilingan
padi. Pengarangan sekam padi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
meningkatkan nilai kalor sekam padi tersebut dan selanjutnya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar untuk berbagai keperluan rumah tangga maupun industri.
Tujuan lain dari pengarangan sekam padi adalah untuk mempermudah
penanganan sekam padi menjadi bahan bakar, mengurangi asap pembakaran, serta
mempermudah penyimpanan (Abdullah et al., 1998). Arang sekam digunakan
sebagai bahan briket karena sifatnya yang getas sehingga proses pengempaan
dapat dilakukan dengan mudah), mudah bercampur dengan bahan perekat, kadar
lignin rendah, dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi sebesar 3.300 kkal/kg
(Nugraha dan Setiowati (2005) dalam Mawarti, 2006).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. TATA LAKSANA
1. Metoda Penelitian
Penelitian pemanfaatan limbah berupa stem (gagang) tembakau (Nicotiana
tabacum L.) sebagai bahan bakar padat briket terbagi dalam dua tahap. Pada
penelitian tahap pertama dilakukan analisis awal kelayakan teknis limbah
tembakau berupa stem, seperti analisis ketersediaan bahan baku briket (stem) serta
kualitas bahan baku tersebut sebagai bahan bakar briket. Pada penelitian tahap
kedua dilakukan pembuatan briket dan selanjutnya dilakukan analisis kelayakan
teknis serta perhitungan analisis ragam data dengan rancangan percobaan. Dalam
kelayakan teknis, dilakukan pengujian komposisi briket berbahan stem dengan
penambahan arang sekam untuk menghasilkan produk briket dengan kualitas
terbaik (nilai kalor diharapkan dapat meningkat) dan selanjutnya dilakukan
pengujian tekanan (alat kempa manual dan hidrolik) untuk membandingkan nilai
kerapatan dan keteguhan tekan briket. Perbandingan komposisi stem dengan arang
sekam dan tekanan alat kempa dapat dilihat pada Tabel 5.
Keterangan :
P1 Briket kempa manual 225 gr stem tembakau ditambah 225 gr arang sekam
P2 Briket kempa hidrolik 225 gr stem tembakau ditambah 225 gr arang sekam
P3 Briket kempa manual 300 gr stem tembakau ditambah 150 gr arang sekam
P4 Briket kempa hidrolik 300 gr stem tembakau ditambah 150 gr arang sekam
P5 Briket kempa manual 450 gr stem tembakau
P6 Briket kempa hidrolik 450 gr stem tembakau
Dalam penelitian ini, segmen pengguna briket merupakan industri rumah
tangga sehingga hasil dari penggunaan jenis alat kempa briket bertuas biasa
(kempa manual) dalam penelitian ini lebih ditekankan. Jenis perekat yang
digunakan dalam pembuatan briket adalah perekat tapioka. Pemilihan jenis
perekat ini berdasarkan atas tingkat kemudahan untuk diperoleh serta harga yang
murah sehingga sesuai dengan segmen pengguna (industri rumah tangga). Dalam
penelitian ini digunakan perekat 10 % dalam komposisi bahan karena dengan
perekat 5 % (uji sebelumnya) tidak didapatkan produk briket yang baik (mudah
terurai).
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap satu faktor dengan dua kali ulangan. Model matematikanya adalah
(Yitnosumarto, 1991) :
Yijk = µ + τi + εij
i = 1,2,3 (a, komposisi bahan)
j = 1,2 (n, ulangan)
dimana :
Yijk = hasil atau nilai pengamatan
µ = nilai tengah umum
τi = pengaruh perlakuan komposisi bahan pada level ke-i
εijk = kesalahan (galat) percobaan pada perlakuan level ke-i ulangan ke-j
2. Parameter Penelitian
a. Penelitian Tahap Pertama
Sebagai parameter penelitian ditahap pertama adalah potensi ketersediaan
jumlah dan pengujian nilai kalor limbah tembakau untuk pembuatan bahan bakar
padat briket.
Gambar 10. Bagan alir prosedur pembuatan briket limbah stem tembakau
C. BAHAN DAN ALAT
Bahan baku pembuatan briket adalah limbah agroindustri tembakau dan
arang sekam padi. Sebagai bahan perekat yang digunakan adalah pati (tapioka).
Alat yang digunakan dalam pembuatan briket antara lain adalah alat
kempa press manual, alat kempa press hidrolik, drying oven, disc mills, timbangan
digital, wadah plastik, pengaduk, tungku, pengukur waktu, kamera digital dan alat
tulis.
2. Kerapatan (densitas)
Kerapatan suatu bahan adalah jumlah massa suatu bahan setiap satuan
volumenya. Kerapatan dipengaruhi oleh besarnya tekanan pengempaan yang
diberikan dan hal ini berpengaruh pada efisiensi pembakaran briket sebagai
bahan bakar.
Prinsip penentuan kerapatan atau berat jenis dinyatakan dalam hasil
perbandingan antara berat dan volume briket.
Berat (gram)
Kerapatan =
Volume (cm3 )
3. Keteguhan Tekan
Prinsip pengukuran keteguhan tekan adalah mengukur kekuatan tekan
briket dengan memberikan tekanan sampai briket pecah. Pengukuran
ketahanan tekan dilakukan dengan menggunakan alat Universal Testing
Gebruder Amsler. Penekanan yang diberikan dilakukan secara perlahan-lahan
sampai briket tersebut pecah. Angka pada skala bila dikonversikan dalam
satuan kg/cm2 merupakan besar keteguhan pecah briket per satuan luas.
Penentuan ketahanan tekan dapat dirumuskan sebagai berikut :
P = Mb
A
dimana : P = Ketahanan beban briket (kg/cm2)
Mb = Beban yang diterima briket (kg)
A = Luas permukaan briket (cm2)
7. Laju Pembakaran
Prinsip yang digunakan adalah untuk mengetahui berat briket terbakar
habis per satuan waktu. Laju pembakaran ini terkait dengan kerapatan briket
serta tekanan pengempaan yang diberikan.
Laju pembakaran dinyatakan dengan persamaan berikut :
v = Mt
t
dimana : v = Laju pembakaran briket (gr/det)
Mt = Massa briket yang terbakar (gram)
t = Waktu pembakaran (detik)
8. Uji Performasi Pembakaran Briket
Uji performasi pembakaran pada masing- masing sample berdasar :
- Kemudahan pembakaran
- Asap yang ditimbulkan
- Percikan dan warna api
F. METODA ANALISIS
Analisis mutu (kelayakan teknis) terhadap produk briket dilakukan dengan
membandingkan data pengamatan yang diperoleh selama proses pembuatan dan
pengukuran uji mutu briket limbah tembakau dengan pustaka (data pengamatan).
Selanjutnya dilakukan analisis data penelitian dengan statistik sehingga didapat
kesimpulan berpotensi atau tidaknya produk briket biomasa berbahan baku limbah
stem tembakau (Nicotiana tabacum L.) sebagai salah satu sumber energi
alternatif. Analisis kelayakan briket berbahan stem tembakau sebagai bahan bakar
dilakukan berdasarkan potensi kandungan energi briket tersebut, jumlah
ketersediaan bahannya serta keekonomian penggunaannya bila dibandingkan
dengan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini telah banyak
digunakan oleh petani tembakau. Sifat fisik dan kimia briket arang buatan Jepang,
Inggris, USA dan Indonesia dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini
(lihat pada Tabel 6).
Tabel 6. Sifat briket arang buatan Jepang, Inggris, USA dan Indonesia.
Hasil pengujian mutu produk briket limbah tembakau disajikan pada Tabel
7 dan Tabel 8.
No Sifat Briket P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Nilai kalor (kal/gr) 2.789 3.690 2.969 4.945 2.894 2.902
2 Kerapatan (gr/cm3) 0,42 0,43 0,50 0,46 0,68 0,50
3 Keteguhan tekan (kg/cm2) 85 53,60 134 22,50 67 49,50
4 Kadar karbon terikat (%) 19,37 20,39 19,40 19,4 10,08 9,81
5 Kadar abu (%) 37,72 36,90 30,41 31,90 23,92 21,66
6 Kadar zat menguap (%) 42,90 42,70 50,44 48,69 66,0 68,52
7 Laju Pembakaran (gr/det) 0,09 0,10 0,05 0,35 0,02 0,05
8 Kadar air (%) 7,90 9,42 7,69 11,39 9,47 15,44
3000
2950
Nilai kalor (kal/gr)
2900
2850
2800
2750
2700
2650
50 66,6 100
Proporsi limbah (stem) tembakau (%)
Gambar 12. Grafik pengaruh proporsi stem tembakau terhadap nilai kalor
Penetapan nilai kalor bakar briket merupakan salah satu parameter untuk
menentukan kualitas briket dalam penggunaannya. Menurut Grover et al., (2002)
nilai kalor merupakan parameter utama pengukuran kualitas bahan bakar,
bertujuan untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dihasilkan briket.
Semakin tinggi nilai kalor, semakin baik kualitas briket yang dihasilkan. Sudrajat
(1984) menyatakan, semakin tinggi kerapatan bahan baku maka semakin tinggi
nilai kalor bakar yang dihasilkan.
Analisis ragam (Lampiran 2a) memperlihatkan bahwa briket dengan
komposisi stem dan arang sekam pada briket menunjukkan nilai kalor briket tidak
berbeda nyata. Dari Gambar 12 terlihat nilai kalor rata-rata tertinggi sebesar 2.969
kal/gr diperoleh dari briket dengan komposisi 300 gr limbah tembakau ditambah
150 gr arang sekam (proporsi 66,6 % stem). Sedangkan nilai kalor rata-rata
terendah sebesar 2.789 kal/gr diperoleh dari briket dengan komposisi 225 gr
limbah tembakau ditambah 225 gr arang sekam berkempa manual (proporsi 50 %
stem).
Menurut Nurhayati (1974) bahwa nilai kalor dipengaruhi oleh kadar abu
briket. Semakin tinggi kadar abu briket maka akan menurunkan nilai kalor briket
yang dihasilkan. Hasil penelitian membuktikan tingginya kadar abu maka
menghasilkan nilai kalor briket yang rendah. Dengan kadar abu yang tinggi berarti
kandungan silika pada briket (dengan penambahan arang sekam) tinggi. Nilai
kalor bakar briket dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan kadar abu didalam
arang sekam penyusun briket.
Nilai kalor bakar briket yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara
2.789-2.969 kal/gr. Nilai ini masih jauh lebih rendah dibawah briket arang buatan
Jepang (6.000-7.000 kal/gr), Inggris (7.289 kal/gr), Amerika (6.230 kal/gr) dan
Indonesia (6.814,11 kal/gr). Rendahnya nilai kalor dari penelitian ini diduga
karena pengaruh dari karakteristik bahan penyusun briket itu sendiri. Pada produk
briket dengan penambahan arang sekam, kualitas arang sekamnya sangat
menentukan nilai kalor briket. Apabila proses karbonisasi atau pengarangannya
dilakukan dengan baik maka akan menghasilkan produk briket dengan nilai kalor
yang baik. Selain karakteristik bahan, penggunaan bahan perekat pati tapioka 10
% juga dapat menyebabkan penurunan nilai kalor pada briket. Hartoyo et al.
(1978) menyatakan bahwa bahan perekat pati, dekstrin, dan tepung beras akan
menghasilkan briket yang tidak berasap dan tahan lama tetapi nilai kalornya tidak
setinggi arang kayu. Nilai kalor pembakaran bersifat adisi sehingga suatu bahan
yang memiliki nilai kalor rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan
yang memiliki nilai kalor lebih tinggi baik dengan penambahan komposisi bahan
ataupun dengan mengganti jenis perekat.
Kerapatan (gr/cm 3)
0,6
0,5
Briket berkempa manual
0,4
Briket berkempa hidrolik
0,3
0,2
0,1
0
50 66,6 100
Proporsi limbah (stem) tembakau (%)
160
140
Keteguhan tekan (kg/cm2)
120
100
Briket berkempa manual
80
Briket berkempa hidrolik
60
40
20
0
50 66,6 100
Proporsi limbah (stem) tembakau (%)
Gambar 14. Grafik pengaruh proporsi stem tembakau terhadap keteguhan tekan
70
Kadar karbon terikat, Kadar abu,
60
Kadar zat m enguap (% )
50
Kadar karbon terikat (%)
40
Kadar abu (%)
30
Kadar zat menguap (%)
20
10
0
50 66,6 100
Proporsi limbah (stem) tembakau (%)
Gambar 15. Grafik pengaruh proporsi stem tembakau terhadap berbagai parameter
Gambar 16. Grafik pengaruh proporsi stem tembakau terhadap laju pembakaran
Gambar 17. Grafik pengaruh proporsi stem tembakau terhadap kadar air
Berdasarkan hasil analisis ragam dengan nilai p < 0,05 maka komposisi
stem dan arang sekam menunjukkan kadar air yang berbeda nyata. Dari hasil
pengujian kadar air, diperoleh nilai kadar air dengan komposisi 50 %; 66,6 % dan
100 % berturut-turut adalah 7,90 %, 7,69 % dan 9,47 %. Kadar air sangat
mempengaruhi kualitas dari produk briket, diharapkan kadar air yang dimiliki
serendah mungkin karena dengan semakin tinggi kadar air akan menyebabkan
daya pembakarannya menurun. Penetapan kadar air ini bertujuan untuk
mengetahui sifat higroskopis briket, yaitu kemampuan briket untuk menyerap air
dari udara sekelilingnya pada pori-pori di permukaan produk.
Tinggi rendahnya nilai kadar air yang diperoleh juga dipengaruhi oleh
tekanan pengempaan. Produk briket berkempa manual memiliki nilai kadar air
yang cukup rendah disebabkan karena pengaruh tekanan pengempaan yang tinggi
sehingga briket yang terbentuk lebih padat, halus dan seragam, menyebabkan
pencampuran merata dapat saling mengisi pori-pori sehingga air yang terikat
didalam pori-pori lebih sedikit. Menurut Earl (1974) dalam Saktiawan (2000)
menyatakan bahwa bahan bakar padat memiliki kemampuan menyerap air yang
besar yang dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori. Kadar air pada produk
briket diharapkan serendah agar tidak sulit dalam penyalaan dan briket tidak
banyak mengeluarkan asap pada saat pembakaran.
2. Kelayakan Briket Berbahan Stem Tembakau Sebagai Bahan Bakar
Berbagai jenis pembangkit panas di gudang pengeringan (curing barn)
dipergunakan untuk menghasilkan tembakau kerosok virginia. Pembangkit panas
(kompor) ini mempergunakan berbagai macam bahan bakar. Tipe kompor Bros
(pembakar burner), berbahan bakar minyak tanah banyak digunakan secara
meluas baik bagi pengusaha besar maupun pengusaha menengah dan petani
pengolah yang memiliki areal pertanaman tembakau sendiri.
Dalam penelitian ini digunakan masukan berupa batasan yang dapat
diubah menyesuaikan skala industri yang dianalisis. Dengan jumlah 2.035 petani
dan produksi tembakau mencapai 10.650 ton per tahun maka produktivitas tiap
petani adalah 5,23 ton (5.230 kg) per tahun dengan perkiraan produksi limbah
stem 20 % (1.050 kg). Dalam pembuatan briket, kebutuhan bahan per tahun
adalah sebagai berikut :
A. KESIMPULAN
1. Dengan total produksi limbah tembakau berupa gagang (stem) sebesar 20
% maka kuantitas ini memiliki peluang sebagai bahan padat alternatif
briket guna menghasilkan energi panas sebagai sumber energi dalam
proses pengeringan tembakau basah meski hanya memiliki nilai kalor
sebesar 3.177 kal/gr.
2. Berdasarkan pengujian mutu produk briket berbahan baku limbah stem
tembakau, dihasilkan nilai kalor (2.789-2.969 kal/gr), kerapatan (0,42-0,68
gr/cm3), keteguhan tekan (67-134 kg/cm2), kadar karbon terikat (10,08-
19,40 %), kadar abu (23,92-37,72 %), kadar zat menguap (42,90-66,00 %),
laju pembakaran (0,02-0,09 gr/det), dan nilai kadar air (7,69-9,47 %).
3. Dari penelitian ini produk briket P3 (proporsi 66,6 % stem) memiliki nilai
kalor tertinggi yaitu 2.969 kal/gr. Analisis terhadap sifat fisik dan
pembakaran briket terbaik diperoleh dengan kerapatan (0,50 gr/cm3) dan
keteguhan tekan (134 kg/cm2), kadar air (7,69 %). Sedangkan untuk nilai
kadar karbon terikat (19,40 %), kadar abu (30,41 %) dan kadar zat
menguap (50,44 %) masih belum memenuhi standar briket arang namun
secara umum, produk briket ini telah memenuhi syarat kualitas briket
arang buatan Jepang, Inggris, Amerika dan Indonesia.
4. Kinerja pembakaran terbaik memperlihatkan briket P5 (proporsi 100 %
stem) mudah dibakar, sedikit asap putih, terdapat sedikit percikan api
dipermukaannya dengan nyala warna api merah serta tetap utuh dan tidak
terurai untuk keutuhan produknya.
5. Hasil analisis kelayakan briket berbahan stem tembakau menunjukkan
bahwa briket biomasa ini belum mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan
bahan bakar pengganti minyak tanah untuk proses pengeringan daun
tembakau atau hanya dapat menggantikan energi sebesar 4.869.160 kkal
atau 40,58% kebutuhan energi. Jumlah tersebut setara dengan 713,04 liter
minyak tanah.
B. SARAN
1. Untuk mendapatkan kualitas briket yang lebih baik, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai komposisi campuran briket dengan bahan
lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh desain tungku
briket terhadap lamanya waktu dan jumlah briket yang digunakan untuk
proses pengeringan (curing) tanaman tembakau.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, K., Irwanto, A.K., Siregar,N., Agustina, S.E., Tambunan, A.H., Yamin,
M.,hartulistiyoso, E.,Purwanto,Y.A., Wulandani,D., Nelwan, L.O. 1998.
Energi dan Elektrifikasi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi
IPB, Bogor.
Achmad, R. 1991. Briket Arang Lebih Baik dari Kayu Bakar. Neraca 10(4) : 21-
22.
Agustina, S.E. dan A. Syafrian. 2005. Mesin Pengempa Briket Limbah Biomasa,
Salah Satu Solusi Penyediaan Bahan Bakar Pengganti BBM untuk Rumah
Tangga dan Industri Kecil. Dalam Seminar Nasional dan Kongres Perteta,
Bandung.
Agustina, S.E. 2007. Potensi Limbah Produksi Bio-Fuel Sebagai Bahan Bakar
Alternatif. Paper pada Konferensi Nasional Pemanfaatan Hasil Samping
Industri Bio-Fuel Serta Peluang Pengembangan Industri Integratednya,
Jakarta.
Hartoyo. 1983. Pembuatan Arang dan Briket Arang Secara Sederhana dari serbuk
Gergaji dan Limbah Industri Perkayuan. Seminar pemanfaatan limbah
pertanian atau kehutanan sebagai sumber energi. Pusat Penelitan dan
Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.
Karch, G. E. dan M. Boutette. 1983. Charcoal Small Scale Production and Use.
German Approriate Technology Exchange, Federal Republic of German.
Masturin, A. 2002. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Campuran Arang
Limbah Gergajian Kayu. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mawarti, E. 2006. Modifikasi Desain dan Uji Unjuk Kerja Mesin Pengempa
Briket Semi Mekanis Tipe Kempa Ulir (Screw Pressing). Skripsi.
Departemen Teknik Pertanian, Fateta. IPB, Bogor.
Mc. Cabe, W. L., Julian C. Smith, dan Peter Harriot. 1976. Unit Operations of
Chemical Engineering. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Millstein, H. dan K. Morkved. 1960. Briquetting of Bark and sawdust.
Terjemahan. Norsk Skogindustri 11 (5); 192 – 194.
Palz, W. dan J. Coombs. 1985. Energy from Biomass. 3rd Edition. Elsevier Aplied
Science, London.
Rustini. 2004. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus (Pinus
merkusii Jungh. et de vr.,) dengan Penambahan Tempurung Kelapa.
Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fateta. IPB, Bogor.
Saktiawan, I. 2000. Identifikasi Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang dari Sabut
Kelapa (Cocos nucifera L). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Wahyuni, E. 2006. Pola Konsumsi Energi Pada Industri Kecil Tahu di Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Wijaya, H. 2002. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Limbah Kayu Menjadi
Briket arang pada PT. Wasta guna Lestari. Skripsi. Jurusan Ilmu- ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Faperta. IPB, Bogor.
Wardi. 1969. Dapur Arang Macam Ishikawa. Lembaga Penelitian Kimia Hasil
Hutan, Bogor.
Skema Konstruksi
Sistem Pemanas
Bahan Bakar kayu
Skema
Konstruksi
Sistem Pemanas
Kompor Bros
Skema Konstruksi
Sistem Pemanas
Bahan Bakar Arang
Lampiran 2. Hasil Analisis ragam berbagai parameter
60
50
40
30
20
10
1
2600 2700 2800 2900 3000 3100 3200
Nilai kalor
60
50
40
30
20
10
1
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
Kerapatan
60
50
40
30
20
10
1
0 50 100 150 200
Keteguhan tekan
60
50
40
30
20
10
1
15 20 25 30 35 40 45
Kadar Abu
60
50
40
30
20
10
1
30 40 50 60 70 80
Kadar zat menguap
Analysis of Variance for Kadar zat menguap, using Adjusted SS for Tests
60
50
40
30
20
10
1
-0,05 0,00 0,05 0,10 0,15
Laju pembakaran
60
50
40
30
20
10
1
6 7 8 9 10 11
Kadar air