Anda di halaman 1dari 105

PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

(ABC) SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN TARIF RAWAT INAP


RSUD KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

Oleh :

RUSLAN ZUHAIR PULUNGAN


NIM . 131000597

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING
(ABC) SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN TARIF RAWAT INAP
RSUD KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

RUSLAN ZUHAIR PULUNGAN


NIM . 131000597

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERHITUNGAN UNIT
COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI
ALTERNATIF PENENTUAN TARIF RAWAT INAP RSUD KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2017

RUSLAN ZUHAIR PULUNGAN

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Perhitungan biaya rawat inap di rumah sakit sangat penting karena


berkaitan dengan penentuan harga pokok rawat inap yang pada akhirnya akan
mempengaruhi penentuan tarif rawat inap.Activity Based Costing System
merupakan metode yang menyajikan informasi tentang semua biaya yang
dibebankan pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh lebih
akurat.
Penelitian ini mengunakan metode deskriptif komperatif dengan
pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menghitung tarif rawat inap sesuai
metode Activity Based Costing System, kemudian membandingkan tarif rawat inap
rumah sakit berdasarkan metode tersebut dengan tarif yang sudah ditetapkan saat
ini di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap
dengan menggunakan Activity Based Costing, apabila dibandingkan dengan tarif
yang digunakan oleh rumah sakit maka activity based costing memberikan hasil
yang lebih besar untuk VIP , Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Hal ini disebabkan
karena rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi silang dalam
penentuan tarifnya. Pada activity based costing, biaya overhead pada masing-
masing produk dibebankan pada banyak cost driver, sehingga dalam activity
based costing, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar
secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.
Disarankan pihak manajemen RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan mulai
mempertimbangkan perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan
Activity Based Costing System,karena dengan menggunakan metode ini dapat
diperoleh hasil tarif rawat inap yang lebih akurat.

Kata Kunci: Activity Based Costing, Tarif rawat inap, cost driver

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

The calculation the inpatient care cost in a hospital is very important


because it relates to determining the cost of hospitalization, that will affect the
determination of hospitalization rates. Activity Based Costing System is a method
of presenting information about all fees levied on hospitalization rates, so the cost
of hospitalization obtained more accurate.
This research used comparative descriptive method with quantitative
approach to calculate the hospitalization rates that according to Activity Based
Costing System method, then compared hospitalization rates based on method
that has been set at this time in Tapanuli Selatan Hospital.
The results showed the calculation of hospitalization rates by using
Activity Based Costing when compared with the rates used by hospitals at this
time, Activity Based Costing provides greater results for VIP, Class I, Class II and
Class III. This is because government hospitals should impose a cross-subsidies
system to determining the hospitalization rates.On activity based costing,
overhead costs for each product are charged to cost a lot of drivers, so that the
activity based costing, activity has been able to allocate costs appropriately
to each room based on the consumption of each activity.
Advised the management of Tapanuli Selatan Hospital begin to consider
the calculation of rates for hospitalization by using Activity Based Costing
System, because by using this method can improve the rates of hospitalization
more accurately.

Keywords: Activity Based Costing, rates of hospitalization, cost driver

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ucapkan kepada Allah SWT atas segala

dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

dengan judul “ PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN METODE

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI ALTERNATIF

PENENTUAN TARIF RAWAT INAP PADA RSUD KABUPATEN

TAPANULI SELATAN TAHUN 2017 “ yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan ,

dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita,SE. M.Kes selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan

arahan kepada penulis dalam penyelsaian skripsi ini.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Fauzi SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dengan penuh perhatian dan kesabaran

membimbing, mengarahkan, nasehat dan arahan kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

6. Destanul Aulia, SKM, MBA, MEc, Ph.D selaku Dosen Penguji I yang

telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan

skripsi ini.

7. dr.Rusmalawaty, M.kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Dr.Nurmaini, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan.

9. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah

banyak membantu dengan memberi dorongan serta membekali penulis

dengan ilmu pengetahuan.

10. dr. Meini, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli

Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis. Serta

seluruh staf di Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Selatan.

11. Teristimewa untuk Ayahanda Drs. Muhammad Zuhdi Pulungan,

S.H.,M.Pd dan Ibunda Suherianingsih,Spd.,M.Pd Serta kembaran

Ramlan Zuhair Pulungan, Rafidah Afrah Zuhair Pulungan (Adik),

Afifah Zuhair Pulungan, dan Rahmat Zuhair Pulungan. Terimakasih

atas Doa, dukungan, nasihat, kasih sayang , perhatian , dukungan

,motivasi serta doa yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Terimakasih kepada kekasih tersayang Ricka Putri Hardianti atas

segala dukungan, bantuan, motivasi dan juga doa yang telah diberikan

dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Terimakasih kepada keluarga Rempong ( Nadia Safira, Izhani Isma

Zahara, Sari Yunia Ardi, Ika Rolanda, Cindy Sahara dan Rafika Misni

Pohan ) atas segala dukungan, motivasi dan doa yang telah diberikan

dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Terimakasih kepada para sahabat ( Nurcholisah Fitra, Windy Cicilia

Monika Meutia, Novi Septianti, Theresia,Tri Oktari, Ruth Caroline,

Mimy, Muhammad Budi Setio Raharjo, Ridho Syafwan, Syahril,

Ilham, ) dan kawan- kawan seperjuangan FKM USU.

15. Terimakasih kepada teman-teman Group PBL FKM USU Desa Bagan

Kuala serta seluruh teman seperjuangan LKP FKM USU dan semua

pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi,

maupun bahasa. Untuk ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita dan banyak

terima kasih.

Medan, Juli 2017

RUSLAN ZUHAIR PULUNGAN

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8


2.1 Pengertian Akuntansi ................................................................ 8
2.1.1 Pengertian Biaya ............................................................. 8
2.1.2 Klasfikasi Biaya ............................................................... 9
2.1.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik .................................. 10
2.1.4 Pembebanan Biaya Overhead Activity Based Costing .... 11
2.2 Activity Based Costing .............................................................. 13
2.2.1 Pengertian Activity Based Costing ................................... 13
2.3 Konsep Dasar Activity Based Costing ....................................... 14
2.4 Perbandingan Sistem Biaya tradisional dan Sistem Biaya ABC 15
2.5 Struktur Sistem Activity Based Costing ................................... 16
2.6 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing System .......... 18
2.7 Tahap-tahap Pembebanan Biaya Overhead pada ABC ............. 19
2.8 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional ..................... 23
2.9 Cost Driver................................................................................. 24
2.10 Keunggulan Metode Activity Based Costing ............................. 27
2.11 Kelemahan Sistem Akuntasi Biaya Tradisional ........................ 28
2.12 Kerangka Berfikir ...................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 32


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 33

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................. 32
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................. 32
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 32
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 32
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 33
3.5 Definisi Operasional ................................................................... 34
3.6 Metode Analisis Data ................................................................. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 37


4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 37
4.1.1 Sejarah RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan ....................... 37
4.1.2 Lokasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan ........................ 37
4.1.3 Visi dan Misi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan ............. 37
4.1.4 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan .... 38
4.1.5 Uraian Tugas ....................................................................... 41
4.1.6 Sarana dan Prasarana RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan .. 52
4.2 Penyajian Data Rawat Inap .......................................................... 54
4.3 Penetuan Tarif Jasa Rawat RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan. 55
4.3.1 Data Pendukung Sistem Activity Based Costing ................. 56
4.3.2 Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat
aktivitas ................................................................................ 59
4.3.3 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya ke dalam Berbagai
Aktivitas ............................................................................... 62
4.3.4 Mengidentifikasi Cost Driver .............................................. 63
4.3.5 Menetapkan Tarif per Unit .................................................. 66
4.3.6 Menghitung Harga Pokok Rawat Inap ................................ 68
4.4 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli
Selatan dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap Menggunakan
Sistem Activity Based Costing (ABC ) ........................................ 73

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 79
6.2 Saran ........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan .......... 53
Tabel 4.2 Tarif Rawat Inap RSUD Tapanuli Selatan .................................. 56
Tabel 4.3 Data Pendukung Biaya Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016 ....................................................... 56
Tabel 4.4 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ..................................... 57
Tabel 4.5 Data Pendukung Lama Hari Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.6 Data Pendukung Penggunaan Daya Listrik per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.7 Data Pendukung Luas Kamar per Kelas RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016 ....................................................... 58
Tabel 4.8 Data Pendukung Biaya Konsumsi Pasien per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.9 Klasifikasi Biaya ke dalam berbagai Aktivitas ............................. 63
Tabel 4.10 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver .................... 64
Tabel 4.11 Penentuan Tarif per Unit ............................................................... 66
Tabel 4.12 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas VIP RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 69
Tabel 4.13 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas I RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 70
Tabel 4.14 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas II RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 71
Tabel 4.15 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas III RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 72
Tabel 4.16 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap
menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) .................. 73
Tabel 5.1 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap
menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) .................. 74

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembebanan Biaya Overhead dengan Metode ABC ................. 13


Gambar 2.2 Kerangka Berfikir ...................................................................... 31
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan 40

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Pendukung

Lampiran 2 Perhitungan Penggunaan listrik RSUD Tapanuli Selatan Tahun 2016

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Umum


Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruslan Zuhair Pulungan


Tempat Lahir : Medan
Tanggal Lahir : 21 Februari 1996
Suku Bangsa : Batak Mandailing
Agama : Islam
Nama Ayah : Muhammad Zuhdi Pulungan
Suku Bangsa Ayah : Batak Mandailing
Nama Ibu : Suherianingsih
Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikaan Formal

1. SD/ Tamat tahun : SD N 1 Sipirok / 2001-2007


2. SLTP/Tamat tahun : SMP N 1 Sipirok / 2007-2010
3. SLTA/ Tamat tahun : SMA N 1 Plus Matauli Pandan / 2010 -
2013
4. Lama studi di FKM USU : 2013 – 2017

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,

kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat sehingga tetap

mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU RI No

44 Tahun 2009).

Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh

penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, dimana pendapatan

terbesar rumah sakit adalah dari jasa rawat inap. Pendapatan jasa rawat inap

didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif

jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena

dapat mempengaruhi jumlah konsumen dan profitabilitas rumah sakit, dengan

adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya

overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan

biaya yang sesungguhnya.

Peningkatan kebutuhan masyarakat akan pelayanan di bidang kesehatan

menuntut rumah sakit untuk selalu meningkatkan kemampuan sumber daya

manusianya sehingga dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Tuntutan tersebut merupakan tujuan sekaligus motivasi untuk menyelenggarakan

dan meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Di sisi lain, ketersediaan

sumber daya dan subsidi pemerintah yang ditujukan untuk membiayai

pelayanan kesehatan masyarakat semakin terbatas.

Dalam pasal 3 Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

560/MENKES/SK/IV/2003 tentang pola tarif Perjan Rumah Sakit diperhitungkan

atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang

perhitungannya memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, standar

biaya atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Dari keputusan

menteri tersebut, pemerintah maupun swasta yang mendirikan rumah sakit harus

mulai sadar akan pentingnya perhitungan tarif yang relevan dan sesuai dengan

fasilitas yang diberikan kepada pasien.

Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan,

perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan

kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas

yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Rawat inap menurut Azwar

(1996), adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan kedokteran intensif

(Hospitalization) dalam bentuk proses pengobatan atau rehabilitasi oleh tenaga

pelayanan kesehatan profesional pada pasien yang menderita suatu penyakit

tertentu, dengan cara diinapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan jenis

penyakit yang dialaminya yang diselenggarakan oleh rumah sakit.

Pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh

pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

keputusan yang sangat penting, karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu

rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap,

serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan

dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya.

Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya

tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul

karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga

mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan,

dan pengendalian (Supriyono, 2001).

Menurut Caster (2009), Activity Based Costing adalah suatu sistem

perhitungan biaya di mana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya

lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih

faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor).

Metode ABC menyajikan informasi tentang semua biaya yang dibebankan

pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh lebih akurat.

Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer

ataupun direktur dalam menganalisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses,

mengembangkan kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam

perencanaan strategis.

Perhitungan biaya rawat inap sangat penting karena berkaitan dengan

masalah penentuan harga pokok rawat inap yang pada akhirnya akan

mempengaruhi penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap, dengan demikian

akan menghasilkan surplus atau defisit dalam persen yang besarnya sama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

untuk setiap tempat tidur dari setiap kelas sehingga pihak rumah sakit tidak

mengetahui laba atau rugi yang sebenarnya

Perbedaan utama perhitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya

tradisional dengan Activity Based Costing adalah jumlah cost driver (pemicu

biaya) yang digunakan. Dalam penentuan harga pokok produk dengan metode

Activity Based Costing menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak

dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan

satu atau dua cost driver berdasarkan unit.

Berdasarkan penelitian Widayanti (2013) tentang Activity Based Costing

Dalam Penentuan Tarif Rawat Inap di RSUD Kota Yogyakarta, perhitungan

dengan menggunakan metode activity based costing sebagai penentu tarif

pelayanan rawat inap. Pertama, Perbedaan mengenai tarif dipengaruhi oleh

pembebanan biaya overhead tiap produk. Untuk metode akuntansi biaya

tradisional itu biaya overhead tiap produk hanya dibebankan pada satu pemicu

biaya (cost driver). Sedangkan untuk metode activity based costing itu biaya

overhead tiap produknya dibebankan pada banyak pemicu biaya (cost driver).

Kedua, Tarif rawat inap yang telah digunakan selama tahun 2011 adalah untuk

VIP sebesar Rp 180.000, kelas I sebesar Rp 105.000, kelas II sebesar Rp

55.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 40.000 dan dari perhitungan tarif

pelayanan rawat inap dengan menggunakan metode activity based costing

diketahui besaran tarif untuk kelas VIP sebesar Rp 152.559,20, kelas I sebesar

Rp 87.168,43, kelas II sebesar Rp 65.149,92, dan kelas III sebesar Rp

58.023,64.,-. Ketiga, dari hasil perhitungan menggunakan metode activity based

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

costing dapat dibandingkan dengan tarif pelayanan rawat inap yang digunakan

oleh rumah sakit selama ini, dapat terlihat bahwa untuk kelas II, dan kelas II

memberikan hasil perhitungan tarif yang lebih besar dari tarif yang digunakan saat

ini. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap yang berlaku di rumah

sakit ini dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada

masing-masing produk

Penentuan tarif rawat inap di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No. 17 Tahun

2010 tentang Retribusi Daerah yang masih menerapkan sistem tarif tradisonal

dimana penetapan tarif lebih berdasarkan perkiraan, kepantasan, dan keadaan

sosial masyarakat. Rumah sakit ini masih memakai sistem akuntansi biaya

tradisional. Penentuan tarif rawat inap dengan menggunakan metode tradisional

akan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Menurut Rudianto (2013) sistem

akuntansi tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk

yang dijual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif

sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. Akuntansi

tradisional juga kurang menekankan pentingnya daur hidup, sehingga

menyebabkan distorsi harga pokok daur hidup produk.

Activity Based Costing menurut Siregar (2013) mampu memberi

pengukuran profitabilitas yang lebih baik lagi. Biaya setiap aktivitas dapat

dibebankan dengan lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga

hasil mudah di telusur. Selain itu, profitabilitas juga menjadi lebih mudah

ditelusur. Activity Based Costing juga dapat membuat keputusan yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Informasi penggunaan aktivitas yang lebih detail menjadikan manajemen dapat

menganalisis hasil dari suatu aktivitas sehingga dapat memberi dasar keputusan

yang lebih akurat.

Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : “ Perhitungan Unit Cost dengan Metode Activity

Based Costing System sebagai Alternatif Penetuan Tarif Rawat Inap di

RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2017 “

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah

pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perhitungan Activity Based Costing System untuk menentukan

tarif jasa rawat inap di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Bagaimana perbandingan perhitungan tarif jasa rawat inap berdasarkan

perhitungan rumah sakit dengan perhitungan menggunakan Activity Based

Costing System

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perhitungan biaya dengan menggunakan metode

Activity Based Costing System dalam menghitung tarif rawat inap

di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Untuk membandingkan dan menganalisis penerapan Activity


Based Costing sebagai dasar penetapan tarif jasa rawat inap kamar

pada RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.4. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi Rumah Sakit, penelitian ini diharapkan dapat membantu

rumah sakit memberikan masukan informasi tentang kemungkinan

penerapan Activity-Based Costing System dalam memperhitungkan

biaya dan penentuan harga pokok, khususnya di unit rawat

inap.

2. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan mengenai penerapan

Activity Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan

tarif jasa rawat inap.

3. Bagi pihak lainnya, penulis berharap bahwa hasil penelitian ini

berguna sebagai bacaan untuk menambah pengetahuan dan sebagai

panduan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian pada

masalah yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan salah satu cabang akuntansi yang digunakan

sebagai alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya

secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.

Pada awal timbulnya akuntansi biaya mula-mula hanya ditujukan untuk

penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan. Namun, dengan

semakin pentingnya biaya non produksi yaitu pemasaran dan administrasi umum

maka akuntansi biaya menyajikan informasi baik biaya produksi maupun non

produksi.

Akuntansi biaya dapat digunakan pada perusahaan manufaktur maupun

nonmanufaktur. Menurut Mulyadi (2005)“ Akuntansi biaya adalah proses

pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan, dan

penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran

terhadapnya.”

2.1.1 Pengertian Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2004), Biaya adalah kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi.

Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan

barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan

tertentu”.

Perusahaan mengeluarkan biaya (cost) jika menggunakan sumber daya

untuk tujuan tertentu (Blocher, 2000). Contohnya, sebuah perusahaan yang

memproduksi mobil, mempunyai biaya bahan baku (seperti spare parts dan

ban), biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya. “Biaya merupakan

pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, yang telah

terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi. Suatu sumber merupakan sumber

ekonomis jika ada kelangkaan” (Mulyadi, 2005).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi berupa barang dan jasa

yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu

manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.

2.1.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya sebagai dasar penetapan harga pokok produksi menjadi

dua yakni sebagai berikut:

a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung

dan biaya overhead. Biaya bahan baku termasuk didalamnya adalah biaya

bahan penolong. Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga yang

terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan

dengan proses produksi, diluar bahan baku dan tenaga kerja langsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

b. Biaya non produksi

Biaya pemasaran dan biaya administrasi umum perusahaaan yang

dikendalikan oleh konsumen (business driven by consumer) sehingga

komposisi biaya perusahaan lebih banyak pada biaya administrasi dan

pemasaran daripada biaya produksi.

2.1.3 Pengertian Biaya Overhead Pabrik

Menurut Mardiasmo (1994) biaya overhead pabrik adalah biaya

bahan, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung.

Biaya overhead pabrik diklasifikasikan menjadi tiga kelompok

berdasarkan karateristiknya dalam hubungannya dengan produksi. Tiga

kelompok tersebut adalah

1. Biaya overhead pabrik variabel

Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang

totalnya mengalami perubahan secara proporsional sesuai dengan

perubahan volume produksi.

2. Biaya overhead pabrik tetap

Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam

kapasitas relevan, totalnya tetap konstan meskipun volume

produksi berubah-ubah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

3. Biaya overhead pabrik semi-variabel merupakan biaya overhead pabrik

yang totalnya berubah secara tidak proporsional dengan perubahan

volume produksi

2.1.4 Pembebanan Biaya Overhead Pada Activity Based Costing

Metode Activity Based Costing akan dihasilkan perhitungan yang lebih

akurat, karena metode ini dapat mengidentifikasikan secara teliti aktivitas-

aktivitas yang dilakukan manusia, mesin dan peralatan dalam menghasilkan

suatu produk maupun jasa.

Menurut Warindrani (2006) terdapat dua tahapan pembebanan biaya

overhead dengan metode Activity Based Costing yaitu:

1. Biaya overhead dibebankan pada aktivitas-aktivitas. Dalam tahapan ini di

perlukan 5 (lima) langkah yang dilakukan yaitu:

a. Mengidentifikasi aktivitas.

Pada tahap ini harus diadakan (1) identifikasi terhadap sejumlah

aktivitas yang dianggap menimbulkan biaya dalam memproduksi

barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses

aktivitas produksi sejak menerima barang sampai dengan pemeriksaana

akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan

menjadi kegiatan yang menambah nilai (value added) dan tidak

menambah nilai (non added value).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

b. Menentukan biaya yang terkait dengan masing-masing aktivitas.

Aktivitas merupakan suatu kejadian atau transaksi yang

menjadi penyebab terjadinya biaya (cost driver atau pemicu biaya).

Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam

Activity Based Costing yang merupakan faktor-faktor yang

menentukan seberapa besar atau seberapa banyak usaha dan beban

tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.

c. Mengelompokkan aktivitas yang seragam menjadi satu.

Pemisahan kelompok aktivitas diidentifikasikan sebagai berikut :

i. Unit level activities merupakan aktivitas yang dilakukan untuk

setiap unit produk yang dihasilkan secara individual.

ii. Batch level activities merupakan aktivitas yang berkaitan dengan

sekelompok produk.

iii. Product sustaining activities dilakukan untuk melayani berbagai

kegiatan produksi produk yang berbeda antara satu dengan yang

lainnya.

iv. Facility sustaining activities sering disebut sebagai biaya umum

karena tidak berkaitan dengan jenis produk tertentu.

d. Menggabungkan biaya dari aktivitas yang dikelompokkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Biaya untuk masing-masing kelompok (unit, batch level, product, dan

facility sustaining) dijumlahkan sehingga dihasilkan total biaya

untuk tiap-tiap kelompok.

e. Menghitung tarif per kelompok aktivitas (homogeny cost pool rate).

Dihitung dengan cara membagi jumlah total biaya pada masing-masing

kelompok dengan jumlah cost driver.

2. Membebankan biaya aktivitas pada produk.

Setelah tarif per kelompok aktivitas diketahui maka dapat dilakukan

perhitungan biaya overhead yang dibebankan pada produk adalah sebagai

berikut:

Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Jumlah Konsumsi tiap Produk

Jika dibuat dalam suatu bagan maka pembebanan biaya overhead

dengan menggunakan metode ABC adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1
Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode ABC

Biaya Overhead Pabrik


Tahap 1

Aktivitas Aktivitas Aktivitas

Produk
Tahap 2

Sumber : Armila Krisna Warindrani, 2006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

2.2 Activity Based Costing System

2.2.1 Pengertian Activity Based Costing

Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-

konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok

produksi yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem Activity

Based Costing tidak hanya sekedar informasi biaya produk yang akurat akan

tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan

sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke obyek biaya

selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi.

Pengertian aktivitas menurut Tunggal (1992) adalah bahwa sistem Activity

Based Costing tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat,

tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana

mengelolanya, sehingga sistem Activity Based Costing dikenal juga sebagai sistem

manajemen pertama.

Sedangkan menurut Mulyadi (2005) definisi Activity Based Costing

adalah sistem informasi yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap

tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan

pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas

sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya

produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi diterapkan dalam perusahaan

manufaktur, jasa, dan dagang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Pengertian Activity Based Costing yang lain juga dikemukakan oleh

Hansen and Mowen (2004) yaitu suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali

menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Noreen (2001) adalah:

“Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi

manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan

mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap”.

2.3 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing

Sistem Activity Based Costing adalah suatu sistem akuntansi yang

terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau

jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas

dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas

tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan

pemicu, biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam

pengeluaran biaya organisasi. Aktivitas- aktivitas ini menjadi titik perhimpunan

biaya.

Dalam sistem Activity Based Costing, biaya ditelusur ke aktivitas dan

kemudian ke produk. Sistem Activity Based Costing mengasumsikan bahwa

aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

2.4 Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dan Sistem Biaya Activity

Based Costing

Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah

ketidaktepatan dalam menggunakan informasi biaya untuk menjalankan suatu

pabrik manufacturing. Hal ini berbeda dengan sistem biaya Activity Based

Costing yang memberikan informasi yang lebih akurat.

Sistem biaya Activity Based Costing menelusuri biaya produksi tak

langsung ke unit, batch, lintasan produk, dan seluruh fasilitas berdasarkan

aktivitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk

yang lebih akurat dan lebih realistis.

Beberapa perbandingan sistem biaya tradisional dan sistem biaya

Activity Based Costing yang dikemukakan oleh Tunggal dalam bukunya

“Activity Based Costing untuk Manufacturing dan Pemasaran”, adalah sebagai

berikut:

1) Sistem biaya Activity Based Costing menggunakan aktivitas-aktivitas

sebagai pemacu biaya (cost driver) untuk menentukan seberapa besar

konsumsi overhead dari setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional

mengalokasikan biaya overhead secara arbitrer berdasarkan satu atau dua

basis alokasi representatif.

2) Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan biaya, mutu dan faktor

waktu.Sistem biaya tradisional terfokus pada performansi keuangan

jangka pendek seperti laba. Apabila sistem biaya tradisional digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak

dapat diandalkan.

3) Sistem biaya Activity Based Costing memerlukan masukkan dari

seluruh departemen. Persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang

lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai

organisasi.

4) Sistem biaya Activity Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih

kecil untuk analisis varian daripada sistem tradisional, karena kelompok

biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan

jelas, selain itu Activity Based Costing dapat menggunakan data biaya

historis pada akhir periode untuk menghilang biaya actual apabila kebutuhan

muncul.

2.5 Struktur Sistem Activity Based Costing

Desain Activity Based Costing difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang

dilakukan oleh tenaga kerja pada peralatan untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya

perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya

departemen atau fungsi, maka system Activity Based Costing akan dapat

menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu

usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing,

yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

1) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya

Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber

daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan

kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya.

2) Produk atau pelanggan jasa

Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk

membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang

menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Asumsi diatas merupakan konsep dasar dari sistem Activity Based Costing.

Selanjutnya karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka untuk dapat

menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola

aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya

yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk

merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan

produk (Cokins dkk,1996)

2.6 Syarat Penerapan Sistem Activity Based Costing

Menurut Supriyono (2001), dalam penerapannya penentuan harga pokok

dengan menggunakan sistem Activity Based Costing menyaratkan tiga hal:

1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi

Sistem Activity Based Costing mensyaratkan bahwa perusahaan

memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian

tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke

masing-masing produk.

2 . Tingkat persaingan yang tinggi,

yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk

yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang

sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan

untuk memperbesar pasarnya. Semakin besarnya tingkat persaingan maka

semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung

pengambilan keputusan manajemen.

3. Biaya pengukuran yang rendah

Biaya yang menggunakan sistem Activity Based Costing untuk

menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah

dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.

Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan

penerapan metode Activity Based Costing yaitu (Supriyono, 2001)

1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan presentase yang

signifikan dari biaya overhead. Jika terdapat biaya overhead yang

dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead

pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya

yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sistem Activity Based

Costing kehilangan relevansinya. Artinya, Activity Based Costing akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya

dipengaruhi oleh volume produksi saja.

2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit

harus berbeda. Jika rasio konsumsi antara aktivitas sama, itu artinya

semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu

biaya. Pada kondisi ini penggunaan sistem Activity Based Costing justru

tidak tepat karena sistem Activity Based Costing hanya dibebankan ke

produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit

(memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya

sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem Activity Based

Costing membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi

perusahaan yang produksinya homogeny (diversifikasi paling rendah)

mungkin masih dapat menggunakan sistem tradisional tanpa ada

masalah.

2.7 Tahap-tahap Pembebanan Biaya Overhead pada Activity Based Costing

Pada Activity Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhead

pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya

tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya

pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada

tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional. Activity Based

Costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan

dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap dalam Activity Based

Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut :

1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya.

Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi

biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama

aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas

selanjutnya.

2. Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi

oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas

yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas

tersebut dari semua jenis produk.

3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya overhead yang

bervariasi, biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau

untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogeny, aktivitas-

aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio

konsumsi yang sama untuk semua produk.

2.7.1 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan sistem Activity Based

Costing

Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan dalam

penerapan system Activity Based Costing (Simamora, 2002). Ada dua tahap

kegiatan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

a) Tahap pertama

Pada tahap ini penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi

empat langkah:

1. Penggolongan berbagai aktivitas

Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang

mempunyai interpretasi fisik yang mudah dan jelas, serta cocok

dengan bagian-bagian produksi yang dikelola.

2. Menghubungkan biaya dengan aktivitas.

3. Penentuan kelompok-kelompok cost pool yang homogen.

Kelompok biaya homogeny adalah sekumpulan biaya overhead yang

terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan

berbagai macam biaya tersebut dapat dikatakan sebagai cost driver

tunggal. Bisa dikatakan suatu kelompok biaya dapat dikatakan

homogeny apabila aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan

secara logis dan mempunya rasio konsumsi yang sama untuk semua

produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi sebuah

cost driver.

4. Penentuan tarif kelompok (cost pool)

Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang

dihitung untuk suatu kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar

pengukuran aktivitas kelompok tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver

adalah pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini

aktivitas yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori berikut:

a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activites)

Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas

berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi.

Sebagai contoh, aktivitas perawat ,penyedia tenaga listrik dan air dan

biaya konsumsi

b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities)

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan

beberapa unit yang ada pada batch tersebut. Contohnya iaya

administrasi, biaya bahan habis pakai dan biaya kebersihan

c. Aktivitas Berlevel Produk (Product Level Activities)

Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan spesifik dan

biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan batchatau unit yang

diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau

mengiklankan produk.

d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility Level Activities)

Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses

operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

berhubungan dengan volume. Contohnya seperti biaya

pemeliharaan,biaya laundy, biaya fasilitas gedung perawatan dan

sebagainya.

b) Tahap Kedua

Dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari setiap overheadpool

ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan dengan

menggunakan pool rates yang dihitungdalam tahap pertama dan

dengan mengukur jumlah sumber-sumber yangdigunakan oleh setiap

hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver

yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Rumus untuk

menghitungnya sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih

2.8 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas

Jika syarat-syarat penerapan Activity Based Costing sudah terpenuhi,

maka sebaiknya perusahaan menerapkan system Activity Based Costing dan

segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat

sebagai berikut: (Supriyono, 2001)

1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan

Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan

manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat

dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan

tajam.

2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus

menerus terhadap kegiatan untuk mengurangibiaya overhead.

Sistem Activity Based Costing mengidentifikasi biaya overhead

dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan

overhead harus mencerminkan sejumlah permintaan overhead

(yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem Activity Based

Costing mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan

jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya

berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri

ke masing-masing produk.

3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan

Karena sistem Activity Based Costing menyediakan informasi biaya

yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk

menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan

kemudahan untuk dalam memperoleh informasi yang relevan

dengan segala pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai

kegiatan bisnis mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

2.9 Cost Driver

Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah

dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas.

Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan

pada pengklasifikasian, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam

mengambil keputusan.

Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead

yang ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan

jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus

diidentifikasi melalui cost driver.

a) Pengertian Cost Driver

Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-

biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat

aktivitas yang menyebabkan biaya dalam aktivitas.

Ada dua jenis cost driver, yaitu:

1. Cost Driver berdasarkan unit

Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada

produk melalui penggunaan tariff overhead tunggal oleh seluruh

departemen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2. Cost Driver berdasarkan non unit

Cost Driver berdasarkan non unit merupakan faktor-faktor penyebab

selain yang menjelaskan konsumsi overhead. Contoh cost driver

berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien,

jumlah kamar yang tersedia.

b) Penentuan Cost Driver yang Tepat

Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak

jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam

menentukan pemicu biayanya atau cost driver.

1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan

Menurut Cooper dan Kaplan (1991), penentuan banyaknya cost driver

yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost

yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan.

Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi

semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan

yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan.

2) Pemilihan cost river yang tepat

Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang

harus dipertimbangkan Cooper dan Kaplan(1991)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam

pemilihan cost driver. Cost driver akan membutuhkan biaya

pengukuran lebih rendah akan dipilih.

b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost

driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of

correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan

dipilih.

c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior

effect). Cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan

yang akan dipilih.

2.10 Keunggulan Medote Activiy Based Costing

1. Suatu pengkajian Activity Based Costing dapat meyakinkan

manajemen bahwa meraka harus mengambil sejumlah langkah untuk

menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha

untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan berfokus pada

mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana

benar-benar mahalnya proses manufacturing, yang pada akhirnya

dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki

mutu dan mengurangi biaya.

2. Activity Based Costing dapat membantu pengambilan keputusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan

penawaran kompetitif yang lebih wajar.

4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan

analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan

untuk melakukan break even atas produk yang bervolume rendah.

5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya,

manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufacuring

untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih

tinggi.

2.11 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya

tradisonal kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional

memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran

pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan

manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada

indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya.

Sistem biaya tradisional memang memperhatikan biaya total

perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan “below the line expenses”

seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi.

Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau

bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan

secara sama dengan mendistribusikan kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini

dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variable

(Tunggal, 1992).

Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (2001) bahwa dengan

berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan

tidak mampu menghasilkan produk akurat lagi. Hal ini disebabkan karena

lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab

sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain :

1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan kepada

tujuan penentuan harga pokok yang dijual. Akibatnya sistem ini

hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk

mencapai keunggulan dalam persaingan global.

2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu

memusatkan kepada distribusi dan alokasi biaya overhead

daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan

menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat

biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya yang

ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam

kerja langsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya

yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan

yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung

dan tidak langsung serta biaya tetap variabel hanya mendasarkan

faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam

lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi

kabur karena biaya dipengaruh oleh berbagai macam aktivitas.

6. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan

kedalam pusat-pusat pertanggungjawaban yang kaku dan terlalu

menekankan kinerja jangka pendek.

7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada

perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawabantertentu

dengan menggunakan standar.

8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-

alat dan teknik- teknik yang canggih dalam sistem informasi

dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.

2.12 Kerangka Berfikir

Dengan perkembangan aktivitas yang dilakukan pada perusahaan jasa

terutama pada sektor pelayanan kesehatan, maka pihak manajemen dalam

melakukan pengambilan keputusan mengenai penetapan tarif dengan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Activity Based Costing System

merupakan salah satu alternatif bagi rumah sakit dalam menentukan

biaya tarif rawat inap. Hal tersebut dikarenakan Activity Based Costing

System menggunakan beberapa cost driver yang lebih rinci berdasarkan

aktivitas sehingga perhitungan harga pokok/tarif menjadi lebih akurat.

Activity Based Costing System juga bermanfaat untuk

menyempurnakan perencanaan strategis, meningkatkan kemampuan

yang lebih baik untuk mengelola aktivitas-aktivitas. Sehingga penelitian ini

diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam

menentukan biaya tarif jasa rawat inap.

Komponen – Komponen Biaya

Penentuan Tarif

Metode yang digunakan di Metode Activity Based


RSUD Sipirok (Unit Cost) Costing (ABC)

Membandingkan dan menganalisis


hasil perhitungan

Hasil / Laporan Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif komperatif,

dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan cara

membandingkan antara metode yang digunakan pihak rumah sakit dengan

metode Activity Based Costing System. Penggunaan metode ini dikarenakan data

yang disajikan berupa biaya-biaya yang dinyatakan dalam bentuk angka dan

akan dilolah dengan menggunakan rumus-rumus matematika yang ditampilkan

dalam bentuk perhitungan yang digambarkan dengan tabel-tabel.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan. Yang

berlokasi di Jl. RSU No.1 kecamatan Sipirok.

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan

Maret 2017.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh untuk

memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam

penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi

Langkah awal sebelum melakukan penelitian, yaitu pengamatan

secara langsung objek yang akan diteliti untuk melihat situasi dan

kondisi objek tersebut.

2. Wawancara

Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan wawancara secara

langsung dengan pihak rumah sakit yang berkaitan dengan penerapan

ABC system untuk menghitung harga pokok rawat inap. Teknik ini

dilakukan untuk memperoleh informasi tentang struktur organisasi,

wewenang dan tugas dari masing-msing bagian, kebijakan-kebijakan

akuntansi perusahaan, kebijakan tentang penentuan biaya-biaya yang

relevan dalam penghitungan harga pokok rawat inap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder

dengan cara melihat, mencatat, mendokumentasikan data-data dari

pihak rumah sakit yang mendukung penelitian.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari rumah sakit, secara

lisan maupun tulisan, yang memaparkan tentang hal-hal yang

berkaitan dengan manajemen perusahaan struktur organisasi

perusahaan dan kebijakan yang diterapkan di rumah sakit.

2. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka yang berisi informasi

yang terkait dengan masalah yang akan diteliti, seperti laporan

keuangan, pengeluaran perusahaan , administasi.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :

(1) Data primer

Merupakan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil

penelitian lapangan dengan melalui wawancara langsung antara

penulis dengan pihak rumah sakit guna mendapatkan data yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

berkaitan dengan masalah sebagai langkah awal penelitian dan

kemudian untuk diolah lebih lanjut.

(2) Data sekunder

Data yang diperoleh merupakan data yang sudah di olah dalam

dokumen perusahaan seperti sejarah singkat rumah sakit, struktur

organisasi, serta data keuangan, yang berkaitan dengan penelitian ini

khususnya pada penetapan harga pokok tarif rawat inap.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian yang ada di penelitian ini adalah Activity Based

Costyng System dan Unit Cost System yang diterapkan pada rumah sakit untuk

menghitung biaya rawat inap.

Activity Based Costing menurut Mulyadi (2007) berpendapat bahwa:

“Activity Based Costing System” pada dasarnya merupakan penentuan

harga pokok produk/jasa secara cermat bagi keputusan manajemen dengan

mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang

digunakan untuk menghasilkan produk/jasa”. Jadi, Activity Based Costing

adalah suatu sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam

aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau

aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan

produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan

untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Sistem akuntasi biaya tradisional menggunakan unit/ kuantitas produk

yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode semacam ini sering

disebut juga dengan Unit Costing System.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

analisis deskriptif komparatif yang menunjukkan dan membandingkan metode

penentuan tarif jasa rawat inap yang diterapkan rumah sakit selama ini dengan

menggunakan Activity Based Costing.

Langkah-langkah penerapan Activity Based Costing dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1) Mengidentifikasikan aktivitas

2) Mengklasifikasikan biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas

3) Mengidentifikasi cost driver

Peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai

pengukur aktivitas contohnya : volume terisinya tempat tidur, Lama

hari rawat inap, luas lantai, kwh, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut

nantinya akan digunakan sebagai cost driver

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

4) Menentukan tarif per unit cost driver

Untuk menentukan tarif per unit dihitung dengan rumus:

Tarif per unit Cost Driver = Jumlah Aktivitas

Cost Driver

5) Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost

driver dan ukuran aktivitas.

a) Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

BOP yang dibebankan = tarif per unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih

b) Kemudian perhitungan tarif masing-masing tipe kamar dengan

metode activity based costing dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

Tarif per kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan

6) Membandingkan perhitungan harga pokok produksi yang menggunakan

metode Activity Based Costing dengan metode harga pokok tradisional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


4.1.1 Sejarah Perkembangan RSUD Tapanuli Selatan

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Rumah

sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang berdiri sejak

tahun 1998, memiliki letak yang strategis dipinggir jalan Trans Sumatera . Sejak

tahun 1998 RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan hanya tergolong rumah sakit

Kelas C. Semenjak otonomi daerah diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten

Tapanuli Selatan. RSUD ini diresmikan pada tanggal 28 Mei 1998 dengan dasar

hukum pembentukan RSUD Tapanuli Selatan adalah Perda No. 9 Tahun 1998.

4.1.2 Lokasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan terletak di Jln. Rumah Sakit No. 1

Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Propinsi Sumatera Utara. RSUD

Kabupaten Tapanuli Selatan terletak dipinggir jalan Trans Sumatera dan di antara

perumahan penduduk dan rumah ibadah pada areal seluas 1.780 m2.

4.1.3 Visi dan Misi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

1. Visi

Visi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan adalah “Mewujudkan RSUD

Kabupaten Tapanuli Selatan BERIMAN (Bersih, Ramah, Indah dan

Nyaman) dengan memberikan pelayanan PRIMA (Profesional, Rasional,

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Inovatif, Manusiawi dan Akurat) yang MEMUKAU (Merata, Murah dan

Terjangkau)”.

2. Misi

1. Meningkatkan mutu Pelayanan Medis yang Prima.

2. Memperbaiki citra Rumah Sakit Menjadi RSUD yang

BERIMAN, Pelayanan Prima dan Memuaskan.

3. Menjalin hubungan antar Manusia yang saling memuaskan.

3. Motto

“SIPIROK”

S = Segera

I = Intensive

P = Peduli

I = Ikhlas

R = Ramah

O = Optimal

K = Kualitas

4.1.4 Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 14

Tahun 2010 Tanggal 25 Nopember 2010 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut :

A. Direktur

1. Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

b. Sub Bagian Keuangan dan Pelaporan

c. Sub Bagian Program

2. Kepala Bidang Pelayanan dengan 2 kepala seksi yaitu :

a. Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Penunjang Medik

b. Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan

3. Kepala Bidang Penunjang Medis dan Rekam Medis dengan (dua)

Kepala seksi yaitu :

a. Kepala Seksi Penunjang Medis dan Bina Sarana

b. Kepala Seksi Rekam Medis, Pemasaran dan Mutu

4. Bidang Keperawatan dengan 2 (dua) Kepala seksi yaitu :

a. Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan

b. Kepala Seksi Etika, Asuhan Keperawatan dan Penyuluhan

5. Kelompok jabatan fungsional yaitu :

a. Kepala instansi

b. Kepala Ruangan

c. Komite Medis

d. Kelompok staff medis (KSM)

e. Komite-komite lainya : PPI, K3 RS , dll

f. Satuan Pengawas Intern (SPI)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

DIREKTUR

KELOMPOK BAGIAN
JABATAN
FUNGSIONAL
TATA USAHA

SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN


UMUM DAN KEUANGAN DAN PROGRAM
KEPEGAWAIAN PELAPORAN

BIDANG BIDANG BIDANG


PENUNJANG MEDIS DAN KEPERAWATAN PELAYANAN
REKAM MEDIS

SEKSI SEKSI
SEKSI PENUNJANG PELAYANAN
PELAYANAN
MEDIS DAN BINA MEDIS
KEPERAWATAN
SARANA
SEKSI
SEKSI REKAM PENGAWASAN
SEKSI
MEDIS, PEMASARAN DAN
ETIKA, ASUHAN
DAN MUTU PENGENDALIAN
KEPERAWATAN
PELAYANAN
DAN
PENYULUHAN

INSTALASI

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

4.1.5 Uraian Tugas


1. Direktur

Direktur mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai di lingkungan kantor

administrasi umum, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan,

Penunjang Medis dan Rekam Medis

b. Menyelenggarakan arahan dan bimbingan kepada pejabat struktural

pada Administrasi, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan,

Penunjang Medis dan Rekam Medis

c. Menyelenggarakan instruksi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

kantor Administrasi Umum, Pelayanan Medis, Pelayanan

Keperawatan, Penunjang Medis dan Rekam Medis

d. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan

kantor

e. Memantau, menilai dan mengendalikan pelaksanaan penerapan

Standar Pelayanan Rumah Sakit, Standar Pelayanan Medis dan

Penerapan Etika Rumah Sakit

f. Menyelenggarakan fasilitas, sosialisasi bimbingan teknis, advokasi,

supervisi, konsultasi di bidang Administrasi Umum, Pelayanan

Medis, Pelayanan Keperawatan, Penunjang Medis dan Rekam Medis

g. Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi

mengenai Administrasi Umum, Pelayanan Medis, Pelayanan

Keperawatan, Penunjang Medis dan Rekam Medis sebagai bahan

penetapan kebijakan umum Pemerintah Daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

h. Menyelenggarakan pelayanan umum di bidang Administrasi Umum,

Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Penunjang Medis dan

Rekam Medis

i. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan Instansi/Lembaga

terkait lainnya yang menyangkut Administrasi Umum, Pelayanan

Medis, Pelayanan Keperawatan, Penunjang Medis dan Rekam Medis

j. Menyelenggarakan koordinasi penyusunan tugas-tugas teknis serta

evaluasi dan pelaporan yang meliputi Administrasi Umum,

Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Penunjang Medis dan

Rekam Medis

k. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai tugas dan

fungsinya

l. Menyelenggarakan pelaporan dan pertanggungjawaban atas

pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah.

2. Bagian Tata Usaha .

Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

a. Penyelenggaraan pembinaan bimbingan dan arahan kepada

pegawai pada lingkup Bagian Tata Usaha

b. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas lingkup Bagian Tata Usaha

c. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup Bagian

Tata Usaha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

d. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan dan pengendalian

administrasi umum, kepegawaian, keuangan dan aset Rumah Sakit

Umum Daerah

e. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan

pelaksanaan program dan kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah

Bagian Tata Usaha terdiri atas :

1. Sub Bagian Umum

a. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada

pegawai pada lingkup Sub Bagian Umum

b. Melaksanakan penyusunan rencana kerjadan program kegiatan

pada Sub Bagian Umum

c. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data/ bahan dalam

bidang Umum

d. Melaksanakan perumusan bahan penetapan kebijakan

operasional bidang Umum

e. Melaksanakan pengurusan penerimaan surat-surat dinas dan

mendistribusikan kepada unit-unit di lingkungan Rumah Saklit

Umum Daerah

f. Melaksanakan penyelenggarakan pengurusan rumah tangga

dinas meliputi kebersihan, keamanan dan ketertiban

g. Melaksanakan penataan, pemeliharaan, dan pengendalian surat-

surat dan dokumen lainnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

h. Melaksanakan koordinasi perencanaan kebutuhanaset,

perlengkapan dan peralatan, barang bergerak pada Rumah Sakit

Umum Daerah

i. Melaksanakan penyelenggaraan urusan yang berkaitan dengan

masalah hukum, protokol, dan hubungan masyarakat dan

pengelolaan perpustakaan Rumah Sakit umum daerah

j. Melaksanakan penyelenggaraan urusan perjalanan dinas setiap

unit kerja

k. Melaksanakan penyimpanan barang-barang persediaan yang

belum dan atau disalurkan ketempat-tempat tertentu dalam

tempat penyimpanan gudang sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

l. Melaksanakan pengkajian dan menganalisa beban kerja

penyusunan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) pegawai

m. Melaksanakan persiapan kelengkapan administrasi pegawai

meliputi mutasi, kenaikan pangkat, promosi pegawai, cuti

pegawai, kenaikan cuti berkala, pensiun, urusan Karpeg, Karis/

Karsu dan kesejahteraan pegawai lainnya

n. Melaksakan tugas lain yang di berikan oleh Sekretaris/ KTU

sesuai bidang tugasnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

2. Sub Bagian Keuangan

a. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada

pegawai pada lingkup Sub Bagian Keuangan dan Pelaporan

b. Menyusun rencana kerja dan program kegiatan pada Sub bagian

Keuangan

c. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data/ bahan dalam

bidang urusan Keuangan

d. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang

disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/

disetujui oleh PPTK

e. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS

gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang

ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

diajukan oleh bendahara pengeluaran

f. Melakukan verifikasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

g. Mentiapkan Surat Perintah Membayar (SPM)

h. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan

i. Melakukan akuntansi di lingkungan Rumah Sakit Umum

j. Menyiapkan laporan keuangan dilingkungan Rumah Sakit

Umum

k. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyusunan laporan

pelaksanaan anggaran dan penghitungan anggaran Rumah sakit

Umum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

l. Mengkoordinir penyusunan daftar gaji dan SPJ keuangan setiap

bulannya

m. Membina bendahara dan bendahara pembantu sesuai ketentuan

yang berlaku

n. Mengusulkan nama-nama calon bendahara dan bendahara

pembantu dilingkungan Rumah Sakit Umum

o. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi penyusunan laporan

pelaksaan anggaran dan penghitungan Anggaran Rumah Sakit

Umum Daerah

p. Melaksanakan pengelolaan administrasi penerimaan keuangan

jasa pelayanan kesehatan

q. Melaksanakan penyimpanan, pemeliharaan dan pengamanan

administrasi dokumen keuangan

r. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai

bidang tugasnya, dan

s. Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban

atas pelaksanaan tugas

3. Sub Bagian Program

a. Melaksanakan pembinaan, bimbingan, dan arahan kepada

pegawai pada lingkup Sub Bagian Program

b. Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan program kegiatan

pada Sub Bagian Program

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

c. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data/ bahan dalam

urusan program dan evaluasi

d. Melaksanakan koordinasi penyusunan perencanaan/ program

kerja Bagian Tata Usaha dan Sub Bagian Program yang meliputi

pengembangan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah

e. Melaksankan koordinasi penyiapan bahanpenyusunan rencana

kerja tahunan, rencana strastegis, grand design Rumah Sakit,

kebijakan operasional Rumah Sakit Umum Daerah

f. Melaksanakan koordinasi penyiapan bahan penyusunan

kebijakan umum anggaran prioritas dan Plafon Anggaran

sementara Rumah Sakit dan rencana kerja anggaran Rumah

Sakit Umum Daerah

g. Melaksanakan penyiapan bahan untuk penyesuaian, revisi

kegiatan dan sarana program Rumah Sakit Umum Daerah

h. Melaksanakan persiapan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan

pengkoordinasian penyusunan laporan pelaksanaan program dan

kegiatan, Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP),

bahan LKPJ dan LPPD Rumah Sakit Umum Daerah

i. Melaksanakan penyusunan stasistik penyelenggaraan kegiatan

perencanaan pada Rumah Sakit Umum Daerah

j. Melaksanakan pengkoordinasian penyusunan laporan

monitoring dan evaluasi pada Rumah Sakit Umum Daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

k. Melaksanakan penyelenggaraan pengembangan penerapan

sistem teknologi bidang kesehatan

l. Melaksanakan pelaporan sarana dan prasarana Rumah Sakit

Umum Daerah

m. Membuat usulan , pengadaan dan perawatan sarana dan

prasarana Rumah Sakit Umum daerah yang dibutuhkan

n. Membuat bahan pengawasan, perkembangan pelayanan teknis

bidang Rumah Sakit Umum Daerah

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai

bidang tugasnya

Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban atas

pelaksanaan tugas

3. Bidang Keperawatan

Kepala Bidang Perawatan mempunyai uraian tugas :

a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada

pegawai pada lingkup Pelayanan Keperawatan dan Etika,

Asuhan Keperawatan dan Penyuluhan

b. Menyelenggarakan penyusunan rencana kegiatan dan program

kerja pada bidang Pelayanan Keperawatan dan Etika, Asuhan

Keperawatan dan Penyuluhan

c. Menyelenggarakan penyiapan bahan dan kajian dalam rangka

penetapan kebijakan bidang Pelayanan Keperawatan dan Etika,

Asuhan Keperawatan dan Penyuluhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

d. Melakukan Penyusunan Standar Asuhan Keperawatan

e. Melakukan Pelayanan Keperawatan

f. Melakukan etika profesi keperawatan dan peningkatan mutu

keperawatan

g. Melakukan pengembangan sumber daya manusia keperawatan

h. Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya

kepada Direktur

i. Melaksanakan kegiatan pelayanan keperawatan sesuai etika

keperawatan

j. Memberi pertimbangan tentang rancangan standar asuhan

keperawatan yang diusulkan Komite Keperawatan

k. Menyusun usulan rencana kegiatan kursus, penyegaran, ceramah

dan pendidikan tambahan bagi perawat

l. Menganalisa dan menilai mutu asuham keperawatan dan

pelayanan keperawatan, kebutuhan tenaga serta pengembangan

SDM secara berkala sesuai standar yang ditetapkan

m. Mengkoordinasikan tugas-tugas seksi dalam pelaksanaan tugas-

tugasnya

n. Memberi saran dan pertimbangan kepada Direktur sesuai bidang

tugasnya

o. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Direktur sesuai

bidang tugasnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

p. Menyelenggarakan penyusunan laporan dan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas

4. Bidang Pelayanan

Kepala Bidang Pelayanan mempunyai tugas :

a. Menyelenggarakan penyusunan rencana kegiatan dan program

kerja pada bidang Pelayanan Medis, Pengawasan dan Pengendalian

Pelayanan

b. Menyelenggarakan penyusunan rencana kegiatan dan program

kerja pada bidang Pelayanan Medis, Pengawasan dan Pengendalian

Pelayanan

c. Menyelenggarakan penyiapan bahan dan kajian dalam rangka

penetapan kebijakan bidang Pelayanan Medis, Pengawasan dan

Pengendalian pelayanan

d. Menyusun program kerja sesuai lingkup tugasnya dan

mengkoordinasikan kegiatan fasilitas pelayanan medik dan

penunjang medik

e. Melakukan rujukan pasien

f. Melakukan penyusunan kebutuhan tenaga medis

g. Melakukan pemeliharaan mutu dan fasilitas pelayanan medis

h. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan kegiatan dan

unit/ instalasi pelayanan medik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

i. Melaksanakan dan penyusunan petunjuk teknis kegiatan

pemantauan, penggunaan fasilitas medis, penerimaan dan

pemulangan pasien

j. Menghimpun dan menyusun kebutuhan bahan alat habis pakai, alat

kesehatan / kedokteran, obat-obatan dan sejenisnya dari masing-

masing instalasi medik

k. Melaksanakan monitoring dan evaluasi atas penggunaan sarana

prasarana dan fasilitas, bahan dan alat, termasuk penerimaan dan

pemulangan pasien

l. Melaksanakan pemantauan pelayanan medik dan tindakan

medikberdasarkan Standar Operasional Pelayanan, Standar

Pelayanan Minimal, Mutu Pelayanan dan tingkat keberhasilannya

m. Melaksanakan pemantauan terhadap adanya keluhan masyarakat/

pelanggan atas pelayanan yang diterima dan tindak lanjutnya serta

menyiapkan data indeks kepuasan masyarakat

n. Mengkoordinasikan tugas-tugas seksi dalam pelaksanaan tugas -

tugasnya

o. Memberi saran dan pertimbangan kepada Kepala dinas sesuai

bidang tugasnya

p. Menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai

bidang tugasnya

q. Menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban

atas pelaksanaan tugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

4.1.6 Sarana dan Prasarana RSUD Kab. Tapanuli Selatan

Adapun sarana dan prasarana yang ada di RSUD Kab. Tapanuli Selatan

adalah sebagai berikut :

1. Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi Medis.

RSUD Kab. Tapanuli Selatan memiliki 8 (delapan) poli pelayanan

yaitu : poli umum, poli penyakit dalam, poli anak, poli gigi dan mulut,

poli syaraf, poli paru, poli bedah dan poli kebidanan dan penyakit

kandungan.

2. Instalasi Gawat Darurat.

Pelayanan 24 jam dengan dokter bersertifikat ATLS/ACLS/PPGD dan

perawat bersertifikat PPGD. Dilengkapi sarana DC shock dan syring

pump.

3. Instalasi Rawat Inap.

RSUD Kab. Tapanuli Selatan memiliki 8 (delapan) ruang rawat inap

yaitu : VIP, IRNA I, IRNA II, IRNA III, IRNA IV, Ruang Rawat Inap

Kebidanan, Ruang Rawat Inap Bedah dan ICU.

4. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

Pelayanan 24 jam ditangani oleh Dokter dan Bidan berpengalaman

serta memiliki seorang Dokter Spesialis Obstetri dan Ginecology.

5. Instalasi Bedah Sentral.

Pelayanan 24 jam dan mempunyai 2 ruang operasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

6. Instalasi Radiologi.

Pelayanan 24 jam, ditangani 1 orang Dokter Radiologi (PPDS) dan

penata rontgen yang telah berpengalaman. Rontgen dengan kapasitas

500 KVA dan CT Scan.

7. Instalasi Laboratorium

Pelayanan 24 jam, ditangani 1 orang Dokter Patologi Klinik dan

penata rontgen yang telah berpengalaman. Rontgen dengan kapasitas

500 KVA dan CT Scan.

8. Instalasi Gizi.

9. Gedung ICU

10. Instalasi Farmasi.

11. Instalasi Pusat Steril (CSSD)

12. Gedung Administrasi

13. Rumah Genset

14. Gedung Hemodialisa

15. Musholla

16. Rumah Dinas Medis 4 Unit

17. Asrama Perawat/Bidan

Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan


Tahun 2017
NO. Ruang Jumlah
1. VIP 8
2. Kelas I 15
3. Kelas II 15
4. Kelas III 82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

4.2 Penyajian Data Ruang Rawat Inap

1. Ruang rawat inap dan fasilitasnya

Dalam memberikan pelayanan jasa khususnya jasa rawat inap yang

mencakup seluruh lapisan masyarakat, Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Tapanuli Selatan menyediakan Empat kelas jasa yaitu: VIP,

Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Di mana masing- masing kelas

memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Adapun fasilitas yang ditawarkan

pada masing-masing kelas antara lain :

a) Ruang VIP

Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, sofa , kursi,

lemari pakaian, rak makanan, TV, kipas angin, dispenser , meja

makan pasien, kamar mandi. Satu kamar ditempati satu pasien.

Ukuran kamar 3 x 7 m.

b) Kelas I

Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi, meja kecil,

kipas angin, TV, rak pakaian, kamar mandi. Satu kamar ditempati

dua orang pasien. Ukuran kamar 3 x 5 m.

c) Kelas II

Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, lemari

pasien, meja pasien, kipas angin. Satu kamar ditempati oleh empat

orang pasien. Ukuran kamar 4 x 8 m.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

d) Kelas III

Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, meja kecil,

lemari pakaian, Satu kamar ditempati oleh enam orang pasien.

Ukuran kamar 6 x 8 m.

4.3 Penentuan Harga Pokok Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli

Selatan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di RSUD

Kabupaten Tapanuli Selatan, diperoleh keterangan bahwa dalam

menentukan harga pokok jasa rawat inap, RSUD Kabupaten Tapanuli

Selatan masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang

hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat langsung saja tanpa

mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Dimana dalam

penentuan besarnya tarif jasa rawat inap RSUD Kabupaten Tapanuli

Selatan memperhitungkan jumlah hari pasien tinggal di rumah sakit.

Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, ada beberapa pertimbangan dari

pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat inap,

yaitu:

1. Tarif Pesaing

Penyesuaian tarif ini merupakan hal penting dalam penentuan tarif

2. Segmen Pasar

Pihak manajemen rumah sakit menerapkan tarif sesuai kelas-

kelas perawatan berdasarkan segmen pasar yang ada

dalam masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

3. Keadaan Sosial Masyarakat

Dalam penentuan tarif, rumah sakit harus memperhitungkan

kemampuan ekonomi masyarakat umum.

Adapun besarnya tarif rawat inap RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli

Selatan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tarif Rawat Inap RSUD Sipirok Tahun 2017

No. Kelas Tarif per hari (Rp)


1. VIP Rp. 177.000
2. I Rp. 120.000
3. II Rp. 97.000
4. III Rp. 75.000
Sumber : RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

4.3.1 Data Pendukung Activity Based Costing

Didalam menentukan metode ABC, data-data yang dibutuhkan antara lain

data biaya rawat inap, data pendukung jumlah pasien rawat inap, data

pendukung lama hari pasien rawat inap, data pendukung jumlah dan luas

kamar rawat inap, data tarif konsumsi tiap kelas. Dan data biaya rawat inap dapat

dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Tabel 4.3 Data Pendukung Biaya Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2016
NO Elemen Biaya Jumlah (Rp)

1 Biaya perawatan Rp 89.509.400

2 Biaya listrik Rp 99.879.180

3 Biaya Air Rp 19.879.180

4 Biaya konsumsi Rp 150.285.000

5 Biaya administrasi Rp 53.661.868

6 Biaya laundry Rp 94.032.000

7 Biaya kebersihan Rp 20.005.278

8 Biaya pemeliharaan Rp 96.357.297

9 Biaya depresiasi gedung Rp 31.714.985

Sumber: RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan


Tabel 4.4 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016

No Kelas Jumlah Pasien


1 Ruang Inap VIP 200
2 Ruang Inap Kelas I 250
3 Ruang Inap Kelas II 300
4 Ruang Inap Kelas III 750
Total 1500
Sumber: RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

Tabel 4.5 Data Pendukung Lama Hari Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016

No Kelas Hari Rawat Inap


1 Ruang Inap VIP 623
2 Ruang Inap Kelas I 1149
3 Ruang Inap Kelas II 2111
4 Ruang Inap Kelas III 3132
Total 7005
Sumber: RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Tabel 4.6 Data Pendukung Luas Ruangan Per Kelas RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan

No Tipe Kelas Luas Kamar Jumlah Total Luas Lantai


2
(m ) Kamar (m2)
1 Kelas VIP 21 8 168
2 Kelas I 15 6 90
3 Kelas II 32 6 192
4 Kelas III 48 4 192
Total 642
Sumber: RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

Tabel 4.7 Data Pendukung Penggunaan Daya Listrik Per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan

Konsumsi Hari Rawat Konsumsi


No Tipe Kelas per Tahun
kwh/hari Inap / Tahun
1 Kelas VIP 5,19 623 (kwh)
3.233
2 Kelas I 3,63 1149 4.170
3 Kelas II 2,79 1451 4.048
4 Kelas III 3,75 3782 14.182
Total 25.635
Sumber: Data RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

Tabel 4.8 Data Pendukung Biaya Konsumsi Pasien Per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan

No Tipe Kelas Biaya Konsumsi (Rp)


1 Kelas VIP 35.000
2 Kelas I 30.000
3 Kelas II 25.000
4 Kelas III 20.000
Sumber: RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

4.3.2 Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat aktivitas

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian perawatan,

bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang ada diunit rawat

inap meliputi:

1. Biaya perawatan

2. Biaya administrasi

3. Biaya Air

4. Biaya konsumsi pasien

5. Biaya listrik

6. Biaya kebersihan

7. Biaya laundry

8. Biaya depresiasi gedung

9. Biaya Pemeliharaan

Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa pusat

aktivitas, yaitu:

1. Aktivitas perawatan pasien meliputi :

biaya perawatan pasien.

2. Aktivitas pelayanan pasien meliputi :

biaya listrik, biaya air, biaya administrasi, laundry dan biaya konsumsi

pasien.

3. Aktivitas pemeliharaan inventaris meliputi :

biaya depresiasi gedung, biaya kebersihan ,biaya pemeliharaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Berikut ini akan dijelaskan mengenai elemen biaya diatas sebagai berikut:

1. Biaya perawatan pasien

Dalam hubungannya dengan penetapan tarif kamar rawat inap,

biaya perawatan pasien oleh perawat secara tidak langsung turut

mempengaruhi aktifitas bagian rawat inap, maka aktivitas ini termasuk

dalam kategori unit level activity cost. Untuk itu biaya perawat,

bidan dan dokter sebesar Rp 89.509.400. dialokasikan secara

profesional pada setiap tipe kamar.

2. Biaya penggunaan tenaga listrik dan Air

Seluruh tipe kamar rawat inap rumah sakit memerlukan tenaga

listrik untuk menjalankan peralatan elektronik, untuk penerangan kamar

atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar, dan air untuk mandi.

Biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 99.879.180 untuk penggunaan listrik

dan Rp 99.879.180 untuk penggunaan Air termasuk kategori unit level

activity cost, karena biaya berubah sesuai dengan perubahan KWH kamar

yang terpakai. Fasilitas yang mengkonsumsi listrik meliputi: TV,

dispenser , kipas angin, lampu,air. Data pendukung penggunaan tenaga

listrik per ruang kelas perhari untuk jasa rawat inap RSUD Tapanuli

Selatan akan dijelaskan pada Lampiran 2.

3. Biaya Konsumsi

Makanan dan minuman merupakan bagian dari aktivitas pelayanan pasien

yang pasti terdapat pada semua rumah sakit pasien yang menjalani rawat

inap wajib membutuhkan asupan makanan minuman yang bergizi untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

mempercepat penyembuhan pasien. Biaya konsumsi pada tiap kelas

berbeda sesuai kadar gizi, jumlah dan varian makanan atau minuman.

Biaya konsumsi pasien termasuk dalam kategori Unit level Activity Cost,

jumlah biaya konsumsi pasien RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan adalah

sebesar Rp 150.285.000.

4. Biaya Kebersihan

Biaya kebersihan adalah biaya dikeluarkan untuk menunjang kebersihan

lingkungan rawat inap, sehingga pasien merasa nyaman. Biaya ini

termasuk dalam kategori Batch related activity costs, sebesar Rp.

20.005.278

5. Biaya administrasi

Pelayanan administasi diberikan untuk menunjang kelancaran dalam

penyediaan aktivitas sarana dan prasarana, dengan adanya biaya

administrasi, proses penyediaan sarana prasarana akan lebih lancar. Biaya

yang dikeluarkan sebesar Rp. 53.661.868 termasuk kategori batch related

activity based costing.

6. Biaya penyusutan gedung/bangunan

Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp. 31.714.985 merupakan fasilitiy

sustaining activity cost karena seluruh tipe kamar menggunakan bangunan

dan pembebanan masing-masing kamar.

7. Biaya laundry

Aktivitas yang dilakukan untuk menyediakan pakaian bersih kepada

pasien rawat inap seperti sprei, selimut, korden, sarung bantal. Biaya ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan bahan pencuci,

biaya listrik dan kebutuhan air sehingga menimbulkan biaya sebesar

Biaya laundry sebesar Rp. 94.032.000

4.3.3 Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam Berbagai Aktivitas

1. Berdasarkan Unit-level activity cost

Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada

RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Aktivitas yang termasuk

dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, listrik, air , laudry

dan biaya konsumsi.

2. Berdasarkan Batch-related activity cost

Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan

berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti

administrasi dan tenaga kebersihan rumah sakit adalah aktivitas

berlevel batch.

3. Berdasarkan Product-sustaining activity cost

Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan

produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar

tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan

tarif jasa rawat inap pada RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Berdasarkan Fasilitas-sustaining activity cost

Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan

fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit. Aktivitas yang termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya penyusutan gedung,

biaya penyusutan fasilitas.

Klasifikasi biaya kedalam berbagai aktifitas dapat dilihat pada tabel

4.9 sebagai berikut.

Tabel 4.9 Klasifikasi Biaya ke dalam Berbagai Aktivitas

Elemen Biaya Jumlah (Rp)


Unit-level activity cost
Biaya Perawatan Rp 89.509.409
Biaya listrik Rp 99.879.180
Biaya konsumsi Rp 150.000.000
Biaya laundry Rp 94.032.000
Biaya Air Rp 19.879.180
Batch-related activity cost
Biaya kebersihan Rp 20.005.278
Biaya administrasi Rp 53.661.868
Fasility-sustaining activity cost
Biaya pemeliharaan Rp 96.357.297
Biaya depresiasi gedung Rp 31.714.985
TOTAL Rp. 535.280.837
Sumber: RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan

4.3.4 Mengidentifikasi Cost Driver

Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan

kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Cost Driver dari

setiap biaya aktivitas. Pengidentifikasian yang dimaksudkan dalam

penentuan kelompok aktivitas adalah tarif atau unit Cost Driver.

Pengidentifikasian Cost Driver dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

Tabel 4.10 Pengelompokkan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver

Cost Driver
No. Aktivitas Jumlah (Rp)
Satuan Cost Driver
1 Perawatan Pasien
a. Biaya gaji perawat Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Rp 89.509.400
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari
Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari
Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari
2 Pelayanan Pasien
a. Biaya administrasi Jumlah pasien 1500 Orang Rp 53.661.868
Kelas VIP Jumlah pasien 200 Orang
Kelas I Jumlah pasien 250 Orang
Kelas II Jumlah pasien 300 Orang
Kelas III Jumlah pasien 750 Orang
b. Biaya listrik Kwh 25635 kwh Rp 99.879.180
Kelas VIP Kwh 3233 kwh
Kelas I Kwh 4171 kwh
Kelas II Kwh 4048 kwh
Kelas III Kwh 14183 kwh
c. Biaya Air Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Rp 19.879.180
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari
Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari
Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari
d. Biaya konsumsi Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Sesuai Tarif
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari Rp 35.000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari Rp 30.000


Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari Rp 25.000
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari Rp 20.000
e. Biaya laundry Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Rp 94.032.000
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari
Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari
Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari
Pemeliharaan
3
Inventaris
a. Biaya kebersihan Luas bangunan 618 m² Rp 20.005.278
Kelas VIP Luas bangunan 168 m²
Kelas I Luas bangunan 90 m²
Kelas II Luas bangunan 192 m²
Kelas III Luas bangunan 168 m²
b. Biaya
Luas bangunan 618 m² Rp 246.357.297
pemeliharaan gedung
Kelas VIP Luas bangunan 168 m²
Kelas I Luas Bangunan 90 m²
Kelas II Luas bangunan 192 m²
Kelas III Luas bangunan 168 m²
c. Biaya depresiasi
Luas bangunan 618 m² Rp 21.714.985
gedung
Kelas VIP Luas bangunan 168 m²
Kelas I Luas bangunan 90 m²
Kelas II Luas bangunan 192 m²
Kelas III Luas bangunan 168 m²
Sumber : Data diolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

4.3.5 Menentukan Tarif per Unit Cost Driver

Setelah mengidentifikasi Cost Driver, kemudian menentukan tarif per unit

Cost Driver. Perhitungannya dilakukan dengan cara membagi jumlah biaya

dibagi dengan cost driver. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 4.11 Penentuan Tarif per Unit

Cost
No. Akivitas Jumlah (Rp) Tarif/Unit (Rp)
Driver
1 Unit level activity cost
a. Biaya perawatan Rp 89.509.400 7005
Kelas VIP 623 Rp 50.000
Kelas I 1149 Rp 40.000
Kelas II 1451 Rp 30.000
Kelas III 3782 Rp 30.000
b. Biaya listrik Rp 99.879.180 30023
Kelas VIP 9186 Rp 7.007
Kelas I 7114 Rp 4.901
Kelas II 6073 Rp 3.767
Kelas III 7650 Rp 5.063
b. Biaya Air Rp 19.879.180 7005 Rp 3.327
Kelas VIP 623
Kelas I 1149
Kelas II 1451
Kelas III 3782
c. Biaya konsumsi Rp 150.285.000 7005
Kelas VIP 623 Rp 35.000
Kelas I 1149 Rp 30.000
Kelas II 1451 Rp 25.000
Kelas III 3782 Rp 20.000
d. Biaya laundry Rp 94.032.000 7005 Rp 13.424
Kelas VIP 623
Kelas I 1149

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

Kelas II 1451
Kelas III 3782
2 Batch related activity cost
a. Biaya kebersihan Rp 20.005.278 618 Rp 32.371
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
b. Biaya administrasi Rp 53.661.868 1500 Rp 35.775
Kelas VIP 200
Kelas I 250
Kelas II 300
Kelas III 750
Facility sustaning activity
3
cost
Biaya pemeliharaan Rp 96.357.297 618 Rp 155.918
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
Biaya depresiasi gedung Rp 31.714.985 618 Rp 35.138
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
Sumber : Data diolah

4.3.6 Menghitung Harga Pokok Rawat Inap

Tahap-tahap yang dilakukan dalam perhitungan tarif rawat inap adalah

sebagai berikut :

1) Menghitung biaya overhead yang dibebankan pada masing-masing

kelas dengan cara :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver x Cost Driver yang

dipilih

2) Menjumlahkan seluruh biaya aktivitas yang telah dikelompokkan

3) Membaginya total biaya aktivitas masing-masing kelas rawat inap

dengan jumlah hari rawat inap di masing-masing kelas.

Tarif jasa rawat inap per kamar dapat dihitung dengan

mengetahui terlebih dahulu jumlah biaya rawat inap (harga pokok). Menurut

Mulyadi (2003) perhitungan tarif masing-masing tipe kamar

dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus:

Tarif Per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan

Untuk tarif rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang

telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah

hari pakai. Sedangkan kisaran laba yang diharapkan ditetapkan pihak

manajemen rumah sakit kurang lebih yaitu sebesar 20% untuk kelas VIP,

15% untuk kelas I, 10% untuk Kelas 2, 0% untuk kelas 3 dari jumlah

biaya jasa rawat inap pasien.

Pada Tabel 4.12 sampai 4.15 akan disajikan perhitungan tarif

rawat inap pasien menggunakan metode perhitungan biaya Activity Based

Costing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Tabel 4.12 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas VIP RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC

Tarif Cost Jumlah


No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 50.000 623 Rp 31.150.000

2 Biaya listrik Rp 7.007 623 Rp 4.365.050

3 Biaya Air Rp 2.838 623 Rp 1.767.984

4 Biaya konsumsi Rp 35.000 623 Rp 21.805.000

5 Biaya laundry Rp 13.000 623 Rp 8.099.000

6 Biaya kebersihan Rp 32.371 168 Rp 5.438.328


7 Biaya administrasi Rp 35.775 200 Rp 7.155.000

8 Biaya pemeliharaan Rp 155.918 168 Rp 26.194.224


Biaya depresiasi
9 Rp 35.138 168 Rp 5.903.184
gedung
Total Biaya untuk kelas VIP Rp 111.877.770

Lama Hari Pemakaian 623

Tarif Rawat Inap per kamar Rp 179.579

20 % Laba Rp 35.916

Jumlah Biaya Rp 215.495


Sumber : Data sekunder RSUD Tapanuli Selatan yang diolah

Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan

menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp 179.579 ditambahkan dengan laba

yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas VIP sebesar 20 %, maka jumlah

biaya yang dihasilkan adalah sebesar Rp 215.495. Tarif yang ditetapkan saat ini

sebesar Rp. 177.500, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif

yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp. 37.995.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Tabel 4.13 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas Kelas I RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Metode ABC

Tarif Cost Jumlah


No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 40.000 1149 Rp 45.960.000

2 Biaya listrik Rp 4.901 1149 Rp 5.630.675

3 Biaya Air Rp 2.838 1149 Rp 3.260.696

4 Biaya konsumsi Rp 30.000 1149 Rp 34.470.000

5 Biaya laundry Rp 13.000 1149 Rp 14.937.000

6 Biaya kebersihan Rp 32.371 90 Rp 2.913.390


7 Biaya administrasi Rp 35.775 400 Rp 14.310.000

8 Biaya pemeliharaan Rp 155.918 90 Rp 14.032.620


Biaya depresiasi
9 Rp 35.138 90 Rp 3.162.420
gedung
Total Biaya untuk Kelas I Rp 138.676.801

Lama Hari Pemakaian 1149

Tarif Rawat Inap per kamar Rp 120.693

15 % Laba Rp 18.104

Jumlah Biaya Rp 138.797


Sumber : Data sekunder RSUD Tapanuli Selatan yang diolah

Pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan

menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp 106.332 ditambahkan dengan laba

yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas I sebesar 15 %, maka jumlah biaya

yang dihasilkan adalah sebesar Rp 215.495. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar

Rp. 120.000, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang

telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2.282.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Tabel 4.14 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas II RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
Tarif Cost Jumlah
No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 30.000 1451 Rp 43.530.000

2 Biaya listrik Rp 3.327 1451 Rp 4.827.477

3 Biaya Air Rp 2.838 1451 Rp 4.117.729

4 Biaya konsumsi Rp 25.000 1451 Rp 36.275.000

5 Biaya laundry Rp 13.000 1451 Rp 16.863.000

6 Biaya kebersihan Rp 32.371 192 Rp 6.215.232

7 Biaya administrasi Rp 35.775 250 Rp 8.943.750

8 Biaya pemeliharaan Rp 155.918 192 Rp 29.936.256


Biaya depresiasi
9 Rp 35.138 192 Rp 6.746.496
gedung
Total Biaya untuk Kelas II Rp 157.454.940

Lama Hari Pemakaian 1451

Tarif Rawat Inap per kamar Rp 108.515

10 % Laba Rp 10.851

Jumlah Biaya Rp 119.366


Sumber : Data sekunder RSUD Tapanuli Selatan yang diolah

Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan

menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp 108.515 ditambahkan dengan laba

yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas II sebesar 10 %, maka jumlah biaya

yang dihasilkan adalah sebesar Rp 119.366. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar

Rp. 97.500, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang

telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp. 21.866.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Tabel 4.15 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas III RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
Tarif Cost Jumlah
No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 30.000 3782 Rp 113.460.000

2 Biaya listrik Rp 3.327 3782 Rp 12.582.714

3 Biaya konsumsi Rp 20.000 3782 Rp 75.640.000

4 Biaya Air Rp 2.838 3782 Rp 10.732.771

5 Biaya laundry Rp 13.000 3782 Rp 49.166.000

6 Biaya kebersihan Rp 32.371 192 Rp 6.215.232

7 Biaya administrasi Rp 35.775 650 Rp 23.253.750

8 Biaya pemeliharaan Rp 155.918 192 Rp 29.936.256


Biaya depresiasi
9 Rp 35.138 192 Rp 6.746.496
gedung
Total Biaya untuk Kelas III Rp 327.733.219

Lama Hari Pemakaian 3782

Tarif Rawat Inap per kamar Rp 86.656

0 % Laba Rp -

Jumlah Biaya Rp 86.656


Sumber : Data sekunder RSUD Tapanuli Selatan yang diolah

Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan

menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp 86.656 ditambahkan dengan laba

yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas II sebesar 0 %, maka jumlah biaya

yang dihasilkan adalah sebesar Rp 86.656. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar

Rp. 75.000, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang

telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp. 11.656.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

4.4 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli

Selatan dengan Tarif perhitungan Menggunakan ABC

Tabel 4.16 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten


Tapanuli Selatan dengan Tarif Perhitungan Menggunakan
Metode Activity Based Costing (ABC)
Tarif RSUD Tapanuli Tarif Metode
Tipe Kamar Selisih
Selatan ABC

VIP Rp 177.500 Rp 215.495 Rp 37.995

Kelas I Rp 120.000 Rp 138.797 Rp 18.797

Kelas II Rp 97.500 Rp 119.366 Rp 21.866

Kelas III Rp 75.000 Rp 86.656 Rp 11.656

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC untuk kelas VIP

sebesar Rp 215.495 kelas I sebesar Rp 138.797, kelas II sebesar Rp 119.366,

dan kelas III sebesar Rp 86.656. Dari hasil tersebut tarif rawat inap yang

ditetapkan oleh RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan lebih rendah jika

dibandingkan dengan perhitungan tarif menggunakan metode Activity Based

Costing pada kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dengan selisih untuk

kelas VIP sebesar Rp 37.995, kelas I sebesar Rp 18.797, kelas II sebesar Rp

21.866 kelas III sebesar Rp 11.565.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli

Selatan dengan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan ABC

Tabel 5.1 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten


Tapanuli Selatan dengan Tarif Jasa Rawat Inap dengan
Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)
Tarif RSUD Tapanuli Tarif Metode
Tipe Kamar Selisih
Selatan ABC

VIP Rp 177.500 Rp 215.495 Rp 37.995

Kelas I Rp 120.000 Rp 138.797 Rp 18.797

Kelas II Rp 97.500 Rp 119.366 Rp 21.866

Kelas III Rp 75.000 Rp 86.656 Rp 11.656

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan

tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC untuk kelas VIP

sebesar Rp 215.495 kelas I sebesar Rp 138.797, kelas II sebesar Rp 119.366,

dan kelas III sebesar Rp 86.656. Dari hasil tersebut tarif rawat inap yang

ditetapkan oleh RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan lebih rendah jika

dibandingkan dengan perhitungan tarif menggunakan metode Activity Based

Costing pada kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dengan selisih untuk

kelas VIP sebesar Rp 37.995, kelas I sebesar Rp 18.797, kelas II sebesar Rp

21.866 kelas III sebesar Rp 11.565.

Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap pada RSUD Kabupaten

Tapanuli Selatan dengan metode activity based costing adalah disebabkan karena

rumah sakit pemerintah harus memberlakukan sistem subsidi silang dalam

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77

penentuan tarifnya. Subsidi silang yaitu pemberian tarif yang lebih tinggi

kepada masyarakat ekonomi kuat agar dapat ikut meringankan pembiayaan

pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Pada tahun 2015, terjadi

kelebihan pasien rawat inap yang menyebabkan penambahan tempat tidur di

kelas II dan kelas III. Kebijakan ini menyebabkan rumah sakit harus menarik

biaya yang lebih rendah dari biaya satuan untuk kalangan kurang mampu (pasien

kelas III) dan menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk kalangan

mampu (pasien kelas VIP dan kelas I). Pada tarif jasa rawat inap yang berlaku di

RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan saat ini, biaya overhead pada masing-masing

produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja dan karena penerapan

subsidi silang yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Akibatnya

cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan

pada metode ABC biaya overhead pada masing - masing produk

dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah

mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan

konsumsi masing-masing aktivitas.

Hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dapat

dianalisis dengan membandingkan hasil tarif jasa rawat inap yang berlaku di

rumah sakit. Kedua tarif dibandingkan berdasarkan data yang ada pada

tahun 2016. Data tersebut merupakan data jumlah pasien, lama hari pasien, dan

biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun 2017.

Berdasarkan hasil perbandingan tersebut diketahui pula bahwa dalam

perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dengan sistem activity based

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

costing menggunakan baik unit maupun non unit based cost driver. Sehingga hal

ini lebih tepat untuk menentukan tarif rawat inap, karena menunjukkan konsumsi

sumber daya yang sebenarnya. Selama ini RSUD Tapanuli Selatan dalam

penentuan tarifnya mengacu pada persaingan tarif pesaing maka akan

menimbulkan distorsi biaya dan tidak dapat digunakan untuk menyusun strategi

biaya yang mengarah pada diferensiasi produk karena tidak dapat menyajikan

informasi biaya yang akurat. Hal ini menyebabkan pihak rumah sakit tidak

mengetahui distribusi laba rugi dari tiap-tiap kelas yang sebenarnya.

Pengetahuan atas biaya dari berbagai aktivitas, memungkinkan para

manajer untuk memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas yang memberikan

peluang penghematan biaya dengan menyederhanakan aktivitas,

melaksanakan aktivitas yang lebih efisien atau meniadakan aktivitas yang

tidak bernilai tambah, karena pendapatan dan biaya rawat inap merupakan hal

terpenting pada sebuah rumah sakit. Sehingga metode activity based costing

sangatlah tepat jika diterapkan pada penentuan biaya rawat inap, karena ABC

menulusuri biaya berdasarkan aktivitas.

Perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien tiap kelas rawat inap

yang akurat dapat dilakukan dengan adanya metode ABC. Selain itu, rumah sakit

juga dapat mengetahui kontribusi laba dari masing-masing kelas kamar, sehingga

hal ini dapat memberikan informasi yang akurat bagi kebijakan manajemen dalam

rangka pengembangan rumah sakit. Keuntungan lain mengenai kemungkinan

diimplementasikannya sistem activity based costing sebagai sistem biaya alternatif

di dalam rumah sakit yaitu memungkinkan manajemen melakukan perbaikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

secara terus-menerus terhadap semua aktivitas yang tidak bernilai tambah untuk

mengurangi konsumsi biaya overhead.

Berdasarkan penelitian Saputri (2012), menunjukkan bahwa hasil

perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based

Costing untuk kelas Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP

Biasa patompo Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp.

360.530,42, Kelas I Rp. 342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp.

170.899,35. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga tarif

rawat inap yang telah ditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Hikmah dengan

hasil perhitungan menggunakan pendekatan Activity Based Costing. Untuk

metode Activity Based Costing pada tipe kamar Super VIP Utama, Super VIP

Biasa, dan VIP Utama memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dari pada

tarif yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Yaitu dengan selisih harga

untuk kelas Super VIP Utama Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa

Patompo sebesar Rp. 8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34.

Sedangkan pada tipe kamar VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III hasil

perhitungan metode Activity Based Costing lebih besar dari ada tarif yang telah

ditentukan oleh pihak rumah sakit. Selisih untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42,

Kelas I Rp.92.360,09, Kelas II Rp. 154.964,88, dan Kelas III Rp. 70.899,35.

Terjadinya selisih harga dikarenakan pada metode Activity Based Costing,

pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi

biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan

pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada

masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam

metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar

secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas.

Pada penerapan sistem activity based costing, akuntansi biaya yang lebih

baik melaporkan angka biaya yang lebih akurat dalam mengukur seberapa besar

aktivitas atau kegiatan, produk dan konsumen menggunakan sumber daya yang

berbeda dari perusahaan (Mulyadi, 2005).

Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu,

Penelitian Utami (2008) juga menjelaskan bahwa dengan penerapan sistem

activity based costing akan dapat membebankan biaya produksi pada produk

lebih akurat dari pembebanan dengan menggunakan sistem pembebanan biaya

tradisional. Penerapan sistem activity based costing tidak hanya pada

perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang, akan tetapi juga dapat

diterapkan pada perusahaan jasa seperti rumah sakit.

Penerapan sistem activity based costing yang menghasilkan tarif rawat inap

yang sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing kelas,

maka diharapkan manajemen dapat meningkatkan mutu pelayanan khususnya

dibidang pelayanan rawat inap dengan tarif kompetitif, sehingga RSUD

Kabupaten Tapanuli Selatan dapat terus berkembang dan tetap bertahan di tengah

persaingan yang semakin ketat di era globalisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di

RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan perhitungan tarif rawat inap menggunakan Activity Based

Costing(ABC) terdapat selisih harga dengan tarif rawat inap yang

ditetapkan sebelumnya oleh pihak Rumah Sakit pada setiap kelas, dengan

rincian :

a. Tarif Kelas VIP berdasarkan metode ABC sebesar Rp. 215.495,

sedangkan tarif yang berlaku di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

sebesar Rp. 117.500 dengan selisih sebesar Rp. 37.995.

b. Tarif Kelas I berdasarkan metode ABC sebesar Rp. 138.797,

sedangkan tarif yang berlaku di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

sebesar Rp. 120.000 dengan selisih sebesar Rp. 18.797.

c. Tarif Kelas II berdasarkan metode ABC sebesar Rp. 119.366,

sedangkan tarif yang berlaku di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

sebesar Rp. 97.500 dengan selisih sebesar Rp. 21.866.

d. Tarif Kelas III berdasarkan metode ABC sebesar Rp 86.656,

sedangkan tarif yang berlaku di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

sebesar Rp. 75.000 dengan selisih sebesar Rp. 11.656.

81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82

2. Perbedaan harga pokok rawat inap antara metode tradisional dan ABC

disebabkan karena adanya perbedaan pembebaban biaya operasional

dari masing-masing kelas kamar. Konsep ABC telah mampu

mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kelas kamar secara tepat

berdasarkan ketentuan masing-masing aktivitas.

6.2 SARAN

Pihak manajemen RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan sebaiknya mulai

mempertimbangkan perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan

Activity Based-Costing System dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor

eksternal yang lain seperti harga pesaing dan kemampuan masyarakat, karena

dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh hasil tarif rawat inap yang lebih

akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Sinar Harapan. 1996.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya
Dengan Tekanan Stategik, Edisi Pertama, Terjemahan Jilid Satu,
Jakarta: Salemba Empat.
Caster, William K. 2009. Akuntansi Biaya.Jakarta: Salemba Empat.

Cokins, G., Strarron, A., & Helbling, Jack., 1996. Sistem Activity Based Costing:
Pedoman Dasar Bagi Manager. Jakarta: PT Pustaka Binaan Pressindo.

Cooper, Robin and Kaplan Robert S. 1991. The design of Cost Manajement
System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.

Femala, Fielda. 2007. “Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam
Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada RSUD
Kabupaten Batang”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Garrison, Ray. H and Eric W. Noreen. 2001. Akuntansi Manajerial Edisi 1.


Alih Bahasa A. Totok Budisantoso. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Hansen, Don R. and Maryanne M Mowen. 2004. Management Accounting


Edition 7 Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba
dengan judul Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.

Kepmenkes RI. 2003. Nomor 560/MENKES/SK/IV/2003 Tentang Pola Tarif


Perjan Rumah Sakit. Jakarta.

Kurniawan, Hendra. 2013. Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2.

Mardiasmo. 1994. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Cetakan Pertama.


Yogyakarta.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 5. Yogyakarta: STIE YKPN

Nasution. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Cetakan Pertama. Jakarta:


Ghalia Indonesia.
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Grasindo.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Saputri, Dani. 2012. Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam


Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada RS Hikmah. Skripsi.
Makassar:UNHAS.

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP


YKPN.

Siregar, 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Penerbit Salemba Empat

Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Manajemen 3: Proses Pengendalian Manajemen.


Yogyakarta: BPFE

Tunggal, Amin Widjaja. 1992. Activity Based Costing : Suatu Pengantar.


Jakarta: Rineka Cipta.
Utami, Sri. 2008. Penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam
Penentuan Harga Pokok Jasa Rawat Inap Pasien Pada Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Kudus. Skripsi. Semarang:
UNNES.

UU RI. 2009. No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta


Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama,
Cetakan Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widayanti. 2013. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Unit Cost Dan
Activity Based Costing System Pada Rumah Sakit” (Studi Kasus
Pada RSUD Kota Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta : UNY.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Perhitungan Penggunaan Tenaga Listrik RSUD Tapanuli Selatan
Tahun 2016

Tipe Daya Pemakaian


Alat Listrik Unit Watt KWH
Kelas (Watt) (Jam)

VIP Kipas 75 1 18 1350 1,35


Dispenser 65 1 24 1560 1,56
TV 110 1 12 1320 1,32
Lampu Pijar 20 2 12 480 0,48
Lampu TL 40 1 12 480 0,48
Total 5,19
I TV 110 1 12 1320 1,32
Kipas 75 1 18 1350 1,35
Lampu Pijar 20 2 12 480 0,48
Lampu TL 40 1 12 480 0,48
Total 3,63
II Kipas 75 1 18 1350 1,35
Lampu Pijar 20 2 12 480 0,48
Lampu TL 40 2 12 960 0,96
Total 2,79
III Kipas 75 1 18 1350 1,35
Lampu Pijar 20 2 12 480 0,48
Lampu TL 40 4 12 1920 1,92
Total 3,75
Sumber: Data sekunder RSUD Tapanuli Selatan yang diolah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Surat Izin Telah Selesai Melaksanakan Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai