SKRIPSI
Oleh :
OLEH
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERHITUNGAN UNIT
COST DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI
ALTERNATIF PENENTUAN TARIF RAWAT INAP RSUD KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil
karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada
saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kata Kunci: Activity Based Costing, Tarif rawat inap, cost driver
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ucapkan kepada Allah SWT atas segala
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Sumatera Utara.
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. dr. Fauzi SKM selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
6. Destanul Aulia, SKM, MBA, MEc, Ph.D selaku Dosen Penguji I yang
skripsi ini.
10. dr. Meini, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli
Selatan yang telah memberikan izin dan bantuan kepada penulis. Serta
,motivasi serta doa yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12. Terimakasih kepada kekasih tersayang Ricka Putri Hardianti atas
segala dukungan, bantuan, motivasi dan juga doa yang telah diberikan
Zahara, Sari Yunia Ardi, Ika Rolanda, Cindy Sahara dan Rafika Misni
Pohan ) atas segala dukungan, motivasi dan doa yang telah diberikan
15. Terimakasih kepada teman-teman Group PBL FKM USU Desa Bagan
Kuala serta seluruh teman seperjuangan LKP FKM USU dan semua
pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, baik dari segi isi,
maupun bahasa. Untuk ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita dan banyak
terima kasih.
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... xiii
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................. 32
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................. 32
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 32
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................ 32
3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................... 33
3.5 Definisi Operasional ................................................................... 34
3.6 Metode Analisis Data ................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Tempat Tidur RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan .......... 53
Tabel 4.2 Tarif Rawat Inap RSUD Tapanuli Selatan .................................. 56
Tabel 4.3 Data Pendukung Biaya Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016 ....................................................... 56
Tabel 4.4 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ..................................... 57
Tabel 4.5 Data Pendukung Lama Hari Rawat Inap RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.6 Data Pendukung Penggunaan Daya Listrik per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.7 Data Pendukung Luas Kamar per Kelas RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016 ....................................................... 58
Tabel 4.8 Data Pendukung Biaya Konsumsi Pasien per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 ...................................... 58
Tabel 4.9 Klasifikasi Biaya ke dalam berbagai Aktivitas ............................. 63
Tabel 4.10 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver .................... 64
Tabel 4.11 Penentuan Tarif per Unit ............................................................... 66
Tabel 4.12 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas VIP RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 69
Tabel 4.13 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas I RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 70
Tabel 4.14 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas II RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 71
Tabel 4.15 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas III RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan ............................................................................ 72
Tabel 4.16 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap
menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) .................. 73
Tabel 5.1 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Perhitungan Tarif Rawat Inap
menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC) .................. 74
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendidikaan Formal
xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Institusi pelayanan kesehatan bagi
44 Tahun 2009).
penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan, dimana pendapatan
terbesar rumah sakit adalah dari jasa rawat inap. Pendapatan jasa rawat inap
didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif
jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena
adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya
atas dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan, yang
biaya atau benchmarking dari rumah sakit yang tidak komersil. Dari keputusan
menteri tersebut, pemerintah maupun swasta yang mendirikan rumah sakit harus
mulai sadar akan pentingnya perhitungan tarif yang relevan dan sesuai dengan
kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas
yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Rawat inap menurut Azwar
tertentu, dengan cara diinapkan di ruang rawat inap tertentu sesuai dengan jenis
Pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh
pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu
rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap,
serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan
lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih
pada tarif rawat inap, sehingga biaya rawat inap yang diperoleh lebih akurat.
Informasi yang akurat mengenai biaya tarif rawat inap dapat membantu manajer
perencanaan strategis.
masalah penentuan harga pokok rawat inap yang pada akhirnya akan
mempengaruhi penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap, dengan demikian
akan menghasilkan surplus atau defisit dalam persen yang besarnya sama
untuk setiap tempat tidur dari setiap kelas sehingga pihak rumah sakit tidak
tradisional dengan Activity Based Costing adalah jumlah cost driver (pemicu
biaya) yang digunakan. Dalam penentuan harga pokok produk dengan metode
Activity Based Costing menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak
tradisional itu biaya overhead tiap produk hanya dibebankan pada satu pemicu
biaya (cost driver). Sedangkan untuk metode activity based costing itu biaya
overhead tiap produknya dibebankan pada banyak pemicu biaya (cost driver).
Kedua, Tarif rawat inap yang telah digunakan selama tahun 2011 adalah untuk
55.000, dan untuk kelas III sebesar Rp 40.000 dan dari perhitungan tarif
diketahui besaran tarif untuk kelas VIP sebesar Rp 152.559,20, kelas I sebesar
costing dapat dibandingkan dengan tarif pelayanan rawat inap yang digunakan
oleh rumah sakit selama ini, dapat terlihat bahwa untuk kelas II, dan kelas II
memberikan hasil perhitungan tarif yang lebih besar dari tarif yang digunakan saat
ini. Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap yang berlaku di rumah
sakit ini dan metode ABC, disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada
masing-masing produk
2010 tentang Retribusi Daerah yang masih menerapkan sistem tarif tradisonal
sosial masyarakat. Rumah sakit ini masih memakai sistem akuntansi biaya
akan menghasilkan hasil yang kurang akurat. Menurut Rudianto (2013) sistem
yang dijual. Akibatnya, sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif
pengukuran profitabilitas yang lebih baik lagi. Biaya setiap aktivitas dapat
dibebankan dengan lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga
hasil mudah di telusur. Selain itu, profitabilitas juga menjadi lebih mudah
ditelusur. Activity Based Costing juga dapat membuat keputusan yang lebih baik.
menganalisis hasil dari suatu aktivitas sehingga dapat memberi dasar keputusan
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah
Costing System
inap.
TINJAUAN PUSTAKA
secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan. Namun, dengan
semakin pentingnya biaya non produksi yaitu pemasaran dan administrasi umum
maka akuntansi biaya menyajikan informasi baik biaya produksi maupun non
produksi.
terhadapnya.”
Menurut Hansen dan Mowen (2004), Biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa datang bagi organisasi.
Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan
barang atau jasa yang diinginkan. Jadi, kita dapat menganggap biaya sebagai
ukuran dollar dari sumber daya yang digunakan untuk mencapai keuntungan
tertentu”.
memproduksi mobil, mempunyai biaya bahan baku (seperti spare parts dan
pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang, yang telah
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi. Suatu sumber merupakan sumber
yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu
a. Biaya produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead. Biaya bahan baku termasuk didalamnya adalah biaya
terlibat langsung dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terjadi di pabrik dan berkaitan
dengan proses produksi, diluar bahan baku dan tenaga kerja langsung.
bahan, tenaga kerja, dan fasilitas produksi lainnya, selain biaya bahan baku dan
Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang dalam
produksi berubah-ubah.
volume produksi
a. Mengidentifikasi aktivitas.
barang atau jasa dengan cara membuat secara rinci tahap proses
akhir barang jadi dan siap dikirim ke konsumen, dan (2) dipisahkan
Cost driver atau pemicu biaya adalah dasar yang digunakan dalam
sekelompok produk.
lainnya.
berikut:
Gambar 2.1
Pembebanan Biaya Overhead dengan menggunakan Metode ABC
Produk
Tahap 2
produksi yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem Activity
Based Costing tidak hanya sekedar informasi biaya produk yang akurat akan
tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan
sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke obyek biaya
Based Costing tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat,
tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana
mengelolanya, sehingga sistem Activity Based Costing dikenal juga sebagai sistem
manajemen pertama.
sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya
produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem informasi diterapkan dalam perusahaan
Hansen and Mowen (2004) yaitu suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali
manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan
pemicu, biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam
biaya.
Based Costing
Suatu temuan yang konsisten dari buku akuntansi biaya tradisional adalah
pabrik manufacturing. Hal ini berbeda dengan sistem biaya Activity Based
aktivitas tiap level. Metode penentuan biaya ini menghasilkan biaya akhir produk
berikut:
2) Sistem biaya Activity Based Costing memfokuskan biaya, mutu dan faktor
dapat diandalkan.
organisasi.
4) Sistem biaya Activity Based Costing mempunyai kebutuhan yang jauh lebih
biaya (cost pools) dan pemacu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan
jelas, selain itu Activity Based Costing dapat menggunakan data biaya
historis pada akhir periode untuk menghilang biaya actual apabila kebutuhan
muncul.
Desain Activity Based Costing difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang
departemen atau fungsi, maka system Activity Based Costing akan dapat
usaha. Ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing,
yaitu:
Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber
Asumsi diatas merupakan konsep dasar dari sistem Activity Based Costing.
Selanjutnya karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka untuk dapat
masing-masing produk.
lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya
2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit
harus berbeda. Jika rasio konsumsi antara aktivitas sama, itu artinya
semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu
biaya. Pada kondisi ini penggunaan sistem Activity Based Costing justru
produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit
sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem Activity Based
masalah.
pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya
pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada
tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional. Activity Based
Sebelum sampai pada prosedur pembebanan dua tahap dalam Activity Based
selanjutnya.
bervariasi, biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja. Atau
Costing
penerapan system Activity Based Costing (Simamora, 2002). Ada dua tahap
kegiatan :
a) Tahap pertama
empat langkah:
secara logis dan mempunya rasio konsumsi yang sama untuk semua
cost driver.
Tarif kelompok adalah tarif biaya overhead per unit cost driver yang
Sebagai contoh, aktivitas perawat ,penyedia tenaga listrik dan air dan
biaya konsumsi
mengiklankan produk.
sebagainya.
b) Tahap Kedua
Overhead yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
tajam.
berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri
ke masing-masing produk.
dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas.
mengambil keputusan.
yang ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan
departemen.
berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien,
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang
dipilih.
untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih
tinggi.
memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran
bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya
ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya “below the line” ini diperlakukan
dengan yang lain dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variable
(Tunggal, 1992).
tidak mampu menghasilkan produk akurat lagi. Hal ini disebabkan karena
kerja langsung.
biaya tarif rawat inap. Hal tersebut dikarenakan Activity Based Costing
diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi rumah sakit dalam
Penentuan Tarif
METODE PENELITIAN
metode Activity Based Costing System. Penggunaan metode ini dikarenakan data
yang disajikan berupa biaya-biaya yang dinyatakan dalam bentuk angka dan
Maret 2017.
33
1. Observasi
secara langsung objek yang akan diteliti untuk melihat situasi dan
2. Wawancara
ABC system untuk menghitung harga pokok rawat inap. Teknik ini
3. Dokumentasi
berikut:
1. Data kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari rumah sakit, secara
2. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka yang berisi informasi
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri atas :
Costyng System dan Unit Cost System yang diterapkan pada rumah sakit untuk
mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap aktivitas yang
aktivitas tersebut kepada produk atau jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan
produk atau jasa tersebut pada manajemen agar selanjutnya dapat digunakan
penentuan tarif jasa rawat inap yang diterapkan rumah sakit selama ini dengan
sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan aktivitas
hari rawat inap, luas lantai, kwh, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut
Cost Driver
BOP yang dibebankan = tarif per unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih
berikut:
HASIL PENELITIAN
sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang berdiri sejak
tahun 1998, memiliki letak yang strategis dipinggir jalan Trans Sumatera . Sejak
tahun 1998 RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan hanya tergolong rumah sakit
Tapanuli Selatan. RSUD ini diresmikan pada tanggal 28 Mei 1998 dengan dasar
hukum pembentukan RSUD Tapanuli Selatan adalah Perda No. 9 Tahun 1998.
Kabupaten Tapanuli Selatan terletak dipinggir jalan Trans Sumatera dan di antara
perumahan penduduk dan rumah ibadah pada areal seluas 1.780 m2.
1. Visi
39
Terjangkau)”.
2. Misi
3. Motto
“SIPIROK”
S = Segera
I = Intensive
P = Peduli
I = Ikhlas
R = Ramah
O = Optimal
K = Kualitas
Tahun 2010 Tanggal 25 Nopember 2010 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
A. Direktur
1. Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 (tiga) Kepala Sub Bagian yaitu :
a. Kepala instansi
b. Kepala Ruangan
c. Komite Medis
DIREKTUR
KELOMPOK BAGIAN
JABATAN
FUNGSIONAL
TATA USAHA
SEKSI SEKSI
SEKSI PENUNJANG PELAYANAN
PELAYANAN
MEDIS DAN BINA MEDIS
KEPERAWATAN
SARANA
SEKSI
SEKSI REKAM PENGAWASAN
SEKSI
MEDIS, PEMASARAN DAN
ETIKA, ASUHAN
DAN MUTU PENGENDALIAN
KEPERAWATAN
PELAYANAN
DAN
PENYULUHAN
INSTALASI
kantor
Rekam Medis
Rekam Medis
fungsinya
Daerah.
Tata Usaha
Umum Daerah
bidang Umum
Umum Daerah
Umum Daerah
unit kerja
berlaku
Keuangan
Umum
Umum
bulannya
yang berlaku
Umum Daerah
kerja Bagian Tata Usaha dan Sub Bagian Program yang meliputi
Umum Daerah
bidang tugasnya
pelaksanaan tugas
3. Bidang Keperawatan
keperawatan
kepada Direktur
keperawatan
tugasnya
tugasnya
bidang tugasnya
4. Bidang Pelayanan
Pelayanan
Pelayanan
Pengendalian pelayanan
penunjang medik
pemulangan pasien
pemulangan pasien
tugasnya
bidang tugasnya
bidang tugasnya
Adapun sarana dan prasarana yang ada di RSUD Kab. Tapanuli Selatan
yaitu : poli umum, poli penyakit dalam, poli anak, poli gigi dan mulut,
poli syaraf, poli paru, poli bedah dan poli kebidanan dan penyakit
kandungan.
pump.
yaitu : VIP, IRNA I, IRNA II, IRNA III, IRNA IV, Ruang Rawat Inap
6. Instalasi Radiologi.
7. Instalasi Laboratorium
8. Instalasi Gizi.
9. Gedung ICU
15. Musholla
Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Di mana masing- masing kelas
a) Ruang VIP
Ukuran kamar 3 x 7 m.
b) Kelas I
Fasilitas yang tersedia yaitu tempat tidur pasien, kursi, meja kecil,
kipas angin, TV, rak pakaian, kamar mandi. Satu kamar ditempati
c) Kelas II
pasien, meja pasien, kipas angin. Satu kamar ditempati oleh empat
d) Kelas III
Ukuran kamar 6 x 8 m.
Selatan
Dalam penentuan tarif jasa rawat inap, ada beberapa pertimbangan dari
pihak manajemen rumah sakit dalam menentukan tarif kamar rawat inap,
yaitu:
1. Tarif Pesaing
2. Segmen Pasar
dalam masyarakat.
data biaya rawat inap, data pendukung jumlah pasien rawat inap, data
pendukung lama hari pasien rawat inap, data pendukung jumlah dan luas
kamar rawat inap, data tarif konsumsi tiap kelas. Dan data biaya rawat inap dapat
Tabel 4.3 Data Pendukung Biaya Rawat Inap RSUD Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2016
NO Elemen Biaya Jumlah (Rp)
Tabel 4.5 Data Pendukung Lama Hari Rawat Inap RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2016
Tabel 4.6 Data Pendukung Luas Ruangan Per Kelas RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan
Tabel 4.7 Data Pendukung Penggunaan Daya Listrik Per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan
Tabel 4.8 Data Pendukung Biaya Konsumsi Pasien Per Kelas RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan
bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang ada diunit rawat
inap meliputi:
1. Biaya perawatan
2. Biaya administrasi
3. Biaya Air
5. Biaya listrik
6. Biaya kebersihan
7. Biaya laundry
9. Biaya Pemeliharaan
aktivitas, yaitu:
biaya listrik, biaya air, biaya administrasi, laundry dan biaya konsumsi
pasien.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai elemen biaya diatas sebagai berikut:
dalam kategori unit level activity cost. Untuk itu biaya perawat,
atau fasilitas yang ada di masing-masing kamar, dan air untuk mandi.
activity cost, karena biaya berubah sesuai dengan perubahan KWH kamar
listrik per ruang kelas perhari untuk jasa rawat inap RSUD Tapanuli
3. Biaya Konsumsi
yang pasti terdapat pada semua rumah sakit pasien yang menjalani rawat
berbeda sesuai kadar gizi, jumlah dan varian makanan atau minuman.
Biaya konsumsi pasien termasuk dalam kategori Unit level Activity Cost,
sebesar Rp 150.285.000.
4. Biaya Kebersihan
20.005.278
5. Biaya administrasi
7. Biaya laundry
pasien rawat inap seperti sprei, selimut, korden, sarung bantal. Biaya ini
Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada
berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti
berlevel batch.
tarif jasa rawat inap pada RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan.
Cost Driver
No. Aktivitas Jumlah (Rp)
Satuan Cost Driver
1 Perawatan Pasien
a. Biaya gaji perawat Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Rp 89.509.400
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari
Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari
Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari
2 Pelayanan Pasien
a. Biaya administrasi Jumlah pasien 1500 Orang Rp 53.661.868
Kelas VIP Jumlah pasien 200 Orang
Kelas I Jumlah pasien 250 Orang
Kelas II Jumlah pasien 300 Orang
Kelas III Jumlah pasien 750 Orang
b. Biaya listrik Kwh 25635 kwh Rp 99.879.180
Kelas VIP Kwh 3233 kwh
Kelas I Kwh 4171 kwh
Kelas II Kwh 4048 kwh
Kelas III Kwh 14183 kwh
c. Biaya Air Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Rp 19.879.180
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari
Kelas I Jumlah hari rawat inap 1149 Hari
Kelas II Jumlah hari rawat inap 2111 Hari
Kelas III Jumlah hari rawat inap 3132 Hari
d. Biaya konsumsi Jumlah hari rawat inap 7005 Hari Sesuai Tarif
Kelas VIP Jumlah hari rawat inap 623 Hari Rp 35.000
dibagi dengan cost driver. Perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Cost
No. Akivitas Jumlah (Rp) Tarif/Unit (Rp)
Driver
1 Unit level activity cost
a. Biaya perawatan Rp 89.509.400 7005
Kelas VIP 623 Rp 50.000
Kelas I 1149 Rp 40.000
Kelas II 1451 Rp 30.000
Kelas III 3782 Rp 30.000
b. Biaya listrik Rp 99.879.180 30023
Kelas VIP 9186 Rp 7.007
Kelas I 7114 Rp 4.901
Kelas II 6073 Rp 3.767
Kelas III 7650 Rp 5.063
b. Biaya Air Rp 19.879.180 7005 Rp 3.327
Kelas VIP 623
Kelas I 1149
Kelas II 1451
Kelas III 3782
c. Biaya konsumsi Rp 150.285.000 7005
Kelas VIP 623 Rp 35.000
Kelas I 1149 Rp 30.000
Kelas II 1451 Rp 25.000
Kelas III 3782 Rp 20.000
d. Biaya laundry Rp 94.032.000 7005 Rp 13.424
Kelas VIP 623
Kelas I 1149
Kelas II 1451
Kelas III 3782
2 Batch related activity cost
a. Biaya kebersihan Rp 20.005.278 618 Rp 32.371
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
b. Biaya administrasi Rp 53.661.868 1500 Rp 35.775
Kelas VIP 200
Kelas I 250
Kelas II 300
Kelas III 750
Facility sustaning activity
3
cost
Biaya pemeliharaan Rp 96.357.297 618 Rp 155.918
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
Biaya depresiasi gedung Rp 31.714.985 618 Rp 35.138
Kelas VIP 168
Kelas I 90
Kelas II 192
Kelas III 192
Sumber : Data diolah
sebagai berikut :
dipilih
mengetahui terlebih dahulu jumlah biaya rawat inap (harga pokok). Menurut
Untuk tarif rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang
manajemen rumah sakit kurang lebih yaitu sebesar 20% untuk kelas VIP,
15% untuk kelas I, 10% untuk Kelas 2, 0% untuk kelas 3 dari jumlah
Costing.
Tabel 4.12 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap Kelas VIP RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
20 % Laba Rp 35.916
Pada Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan
yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas VIP sebesar 20 %, maka jumlah
biaya yang dihasilkan adalah sebesar Rp 215.495. Tarif yang ditetapkan saat ini
sebesar Rp. 177.500, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif
Tabel 4.13 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas Kelas I RSUD
Kabupaten Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
15 % Laba Rp 18.104
Pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan
yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas I sebesar 15 %, maka jumlah biaya
yang dihasilkan adalah sebesar Rp 215.495. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar
Rp. 120.000, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang
Tabel 4.14 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas II RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
Tarif Cost Jumlah
No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 30.000 1451 Rp 43.530.000
10 % Laba Rp 10.851
Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan
yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas II sebesar 10 %, maka jumlah biaya
yang dihasilkan adalah sebesar Rp 119.366. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar
Rp. 97.500, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang
Tabel 4.15 Perhitungan Unit Cost Rawat Inap kelas III RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan Metode ABC
Tarif Cost Jumlah
No Elemen Biaya Total (Rp)
Driver Cost Driver
1 Biaya perawatan Rp 30.000 3782 Rp 113.460.000
0 % Laba Rp -
Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa hasil penelitian biaya rawat inap dengan
yang diharapkan pihak rumah sakit pada kelas II sebesar 0 %, maka jumlah biaya
yang dihasilkan adalah sebesar Rp 86.656. Tarif yang ditetapkan saat ini sebesar
Rp. 75.000, sehingga terdapat selisih antara hasil penelitian dengan tarif yang
tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC untuk kelas VIP
dan kelas III sebesar Rp 86.656. Dari hasil tersebut tarif rawat inap yang
Costing pada kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dengan selisih untuk
PEMBAHASAN
tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC untuk kelas VIP
dan kelas III sebesar Rp 86.656. Dari hasil tersebut tarif rawat inap yang
Costing pada kelas VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Dengan selisih untuk
Perbedaan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap pada RSUD Kabupaten
Tapanuli Selatan dengan metode activity based costing adalah disebabkan karena
76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
penentuan tarifnya. Subsidi silang yaitu pemberian tarif yang lebih tinggi
pelayanan rumah sakit bagi masyarakat ekonomi lemah. Pada tahun 2015, terjadi
kelas II dan kelas III. Kebijakan ini menyebabkan rumah sakit harus menarik
biaya yang lebih rendah dari biaya satuan untuk kalangan kurang mampu (pasien
kelas III) dan menarik biaya yang lebih tinggi dari biaya satuan untuk kalangan
mampu (pasien kelas VIP dan kelas I). Pada tarif jasa rawat inap yang berlaku di
RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan saat ini, biaya overhead pada masing-masing
produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja dan karena penerapan
dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah
Hasil perhitungan tarif jasa rawat inap dengan metode ABC dapat
dianalisis dengan membandingkan hasil tarif jasa rawat inap yang berlaku di
rumah sakit. Kedua tarif dibandingkan berdasarkan data yang ada pada
tahun 2016. Data tersebut merupakan data jumlah pasien, lama hari pasien, dan
perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien dengan sistem activity based
costing menggunakan baik unit maupun non unit based cost driver. Sehingga hal
ini lebih tepat untuk menentukan tarif rawat inap, karena menunjukkan konsumsi
sumber daya yang sebenarnya. Selama ini RSUD Tapanuli Selatan dalam
menimbulkan distorsi biaya dan tidak dapat digunakan untuk menyusun strategi
biaya yang mengarah pada diferensiasi produk karena tidak dapat menyajikan
informasi biaya yang akurat. Hal ini menyebabkan pihak rumah sakit tidak
tidak bernilai tambah, karena pendapatan dan biaya rawat inap merupakan hal
terpenting pada sebuah rumah sakit. Sehingga metode activity based costing
sangatlah tepat jika diterapkan pada penentuan biaya rawat inap, karena ABC
Perhitungan harga pokok jasa rawat inap pasien tiap kelas rawat inap
yang akurat dapat dilakukan dengan adanya metode ABC. Selain itu, rumah sakit
juga dapat mengetahui kontribusi laba dari masing-masing kelas kamar, sehingga
hal ini dapat memberikan informasi yang akurat bagi kebijakan manajemen dalam
secara terus-menerus terhadap semua aktivitas yang tidak bernilai tambah untuk
perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based
Costing untuk kelas Super VIP Utama Patompo Rp. 511.808,52, Super VIP
Biasa patompo Rp. 491.924,34, VIP Utama Rp. 392.805,66, VIP Biasa Rp.
360.530,42, Kelas I Rp. 342.360,09, Kelas II Rp. 304.964,88, Kelas III Rp.
170.899,35. Dari hasil yang diperoleh dapat dibandingkan selisih harga tarif
rawat inap yang telah ditentukan oleh manajemen Rumah Sakit Hikmah dengan
metode Activity Based Costing pada tipe kamar Super VIP Utama, Super VIP
Biasa, dan VIP Utama memberikan hasil perhitungan yang lebih kecil dari pada
tarif yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Yaitu dengan selisih harga
untuk kelas Super VIP Utama Patompo sebesar Rp. 88.191,48, Super VIP Biasa
Patompo sebesar Rp. 8.075,88, dan VIP Utama sebesar Rp. 7.194,34.
Sedangkan pada tipe kamar VIP Biasa, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III hasil
perhitungan metode Activity Based Costing lebih besar dari ada tarif yang telah
ditentukan oleh pihak rumah sakit. Selisih untuk VIP Biasa Rp. 60.530,42,
Kelas I Rp.92.360,09, Kelas II Rp. 154.964,88, dan Kelas III Rp. 70.899,35.
pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada
pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada
Pada penerapan sistem activity based costing, akuntansi biaya yang lebih
baik melaporkan angka biaya yang lebih akurat dalam mengukur seberapa besar
aktivitas atau kegiatan, produk dan konsumen menggunakan sumber daya yang
Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu,
activity based costing akan dapat membebankan biaya produksi pada produk
Penerapan sistem activity based costing yang menghasilkan tarif rawat inap
yang sesuai dengan sumber daya yang dikonsumsi oleh masing-masing kelas,
Kabupaten Tapanuli Selatan dapat terus berkembang dan tetap bertahan di tengah
6.1 KESIMPULAN
berikut:
ditetapkan sebelumnya oleh pihak Rumah Sakit pada setiap kelas, dengan
rincian :
81
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
2. Perbedaan harga pokok rawat inap antara metode tradisional dan ABC
6.2 SARAN
eksternal yang lain seperti harga pesaing dan kemampuan masyarakat, karena
dengan menggunakan metode ini dapat diperoleh hasil tarif rawat inap yang lebih
akurat.
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Sinar Harapan. 1996.
Blocher, Edward J., Kung H. Chen dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya
Dengan Tekanan Stategik, Edisi Pertama, Terjemahan Jilid Satu,
Jakarta: Salemba Empat.
Caster, William K. 2009. Akuntansi Biaya.Jakarta: Salemba Empat.
Cokins, G., Strarron, A., & Helbling, Jack., 1996. Sistem Activity Based Costing:
Pedoman Dasar Bagi Manager. Jakarta: PT Pustaka Binaan Pressindo.
Cooper, Robin and Kaplan Robert S. 1991. The design of Cost Manajement
System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.
Femala, Fielda. 2007. “Penerapan Metode Activity Based Costing System Dalam
Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada RSUD
Kabupaten Batang”. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Kurniawan, Hendra. 2013. Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Rawat
Inap di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota
Mojokerto. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2.
83
Widayanti. 2013. Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Unit Cost Dan
Activity Based Costing System Pada Rumah Sakit” (Studi Kasus
Pada RSUD Kota Yogyakarta). Skripsi. Yogyakarta : UNY.