Anda di halaman 1dari 2

Kurkuma (famili Zingiberaceae) adalah genus yang mengandung 70 spesies yang telah

digunakan sebagai bumbu, pengawet makanan dan bahan pewarna (Lee et al., 2014). Kunyit
(Kurkuma longa L.) adalah rhizomatosa tanaman keluarga jahe, Zingiberaceae (Annadurai, 2013).
Kunyit memiliki tinggi 50 cm sampai 1 m (Mbadiko et al., 2019). Kunyit berasal dari daerah
tropis Asia tetapi sekarang banyak dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis dunia (Li et al.,
2011).
Rimpang C. Longa telah digunakan berabad-abad sebagai obat herbal tradisional di Cina,
India, dan Asia Tenggara untuk pengobatan pilek, diabetes, rematik, penyakit hati, infeksi parasit,
kulit penyakit, kondisi peradangan, dan gangguan bilier. Tanaman ini juga telah diakui sebagai
tanaman farmasi untuk produksi ekstrak terapi standar (STE) atau molekul terapeutik kecil (STM)
(Li et al., 2011).
Kurkuma longa adalah spesies yang paling banyak diselidiki secara kimia. Hingga saat ini,
banyak senyawa fenolik dan terpenoid telah diidentifikasi, termasuk diarylheptanoids
(kurkuminoid), diarylpentanoid, monoterpen, sesquiterpen, diterpen, triterpenoid, alkaloid, dan
sterol dan lain-lain (Behar et al., 2013). Kelompok utama senyawa dari rimpang C. Longa adalah
Kurkuminoid, seskuiterpen, dan monoterpen. Kurkuminoid, sekelompok senyawa fenolik yang
diisolasi dari akar C. Longa. Kurkuminoid rimpang kunyit terdiri atas dua jenis senyawa yaitu
kurkumin dan desmetoksi kurkumin yang berkhasiat menetralkan racun dan sebagai antioksidan
penangkal senyawa-senyawa radikal yang berbahaya. Seskuiterpen dan monoterpen memiliki
beragam kegiatan biologis, seperti anti tumor, anti oksidan, aktivitas anti jamur, dan anti bakteri.
Terpenoid membuat kelas beragam phytochemical aktif secara farmakologis, termasuk konstituen
aromatik, nonaromatik, mudah menguap dan tidak mudah menguap, yang berperan dalam obat
herbal tradisional (Lee et al., 2014).
Ekstrak dari rimpang C. longa memiliki besar potensi farmakologis. Ekstrak dari daun C.
longa miliki antioksidan, potensi antibakteri dan bisa memodulasi sifat imunologis. Bagian bunga
dari C. longa mengandung metabolit sekunder level rendah (senyawa polifenolik) (Mbadiko et
al., 2019).
Komposisi minyak C. longa dari berbagai bagian dunia telah dipelajari secara luas. Dari
beberapa penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa turmeron merupakan salah satu
konstituen utama pada kunyit. Seperti penelitian pada komposisi kimiawi minyak rimpang
Malaysia yang mengandung signifikan jumlah α-turmerone (45,3%), linalool (14,9%) dan β-
turmerone (13,5%). Minyak rimpang C. longa dari utara dataran India dilaporkan mengandung
59,7% ar-turmerone sedangkan minyak kunyit lain dari India terkandung zingiberene (25.0%) dan
ar-turmerone (25.0%) (Li et al., 2011).
Rimpang kunyit kering biasanya menghasilkan 1,5 sampai 5% minyak esensial yang
didominasi oleh sesquiterpen dan dapat bertahan karena rasanya dan aromanya yang harum. Ar-
turmerone, α -turmerone, dan - β -turmerone mungkin merupakan paling tidak 40% dari minyak
esensial rimpang kunyit (Li et al., 2011).

Lee, J et al. 2014. Secondary Metabolite Profiling of Curcuma Species Grown at Different
Locations Using GC/TOF and UPLC/TOF MS. Journal Molecules ISSN 1420-3049, 19: 9535-
9551.

Raina, V. K, et al. 2005. Rhizome and Leaf Oil Composition of Curcuma longa from the Lower
Himalayan Region of Northern India. Journal of Essential Oil Research, 17: 556-559.

Li, S et al. 2011. Chemical Composition and Product Quality Control of Turmeric (Curcuma longa
L.). Journal Pharmaceutical Crops, 2: 28-54.

Behar, N et al. 2013. Comparative Phytochemical Screening of Bioactive Compounds in Curcuma


caesia Roxb. And Curcuma longa. Journal of Medicinal Plant, 7(2): 113-118.

Mbadiko, C. M et al. 2019. Effect of Drying on the Composition of Secondary Metabolites in


Extracts from Floral Parts of Curcuma longa L. Asian Journal of Research in Botany, 2(2): 1-6.

Annadurai, R. S et al. 2013. De Novo Transcriptome Assembly (NGS) of Curcuma longa L.


Rhizome Reveals Novel Transcripts Related to Anticancer and Antimalarial Teerpenoids. Journal
Plos One, 8(2): 1-11.

Anda mungkin juga menyukai