Anda di halaman 1dari 4

III.

ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Gelas Beaker

2. Batang Pengaduk

3. Gelas Ukur

4. Pipet Volume

5. Pengocok Digital / Shaker

6. Kertas Saring

7. Pipet Tetes

8. Corong

9. Buret dan Statif

3.2 Bahan

1. Air

2. Alkohol

3. Larutan Propilen Glikol

4. Asam Salisilat

5. Larutan NaCH 0,1N

6. Indikator PP

IV. PROSEDUR KERJA

1. Dibuat 10 ml campuran bahan pelarut dengan perbandingan yang tertera pada tabel
dibawah ini :

Air (% v/v) Alkohol (% v/v) Propilen Glikol (% v/v)


60 0 40
60 10 30
60 15 25
60 20 20
60 30 10
60 40 0
2. Timbang asam salisilat sebanyak 1 gram
3. Masukan ke dalam masing-masing campuran pelarut, sedikit demi sedikit sambil
dikocok dengan alat pengocok orbital selama 15 menit. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan, tambahkan lagi asam salisilat sampai diperoleh larutan yang
jenuh kembali (ditandai dengan endapan asam salisilat yang tidak larut)
4. Larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil saring diberi indikator
Phenolphtalein dan dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1N. Titrasi menggunakan
buret bening
5. Buatlah tabel dan grafik di kertas millimeter antara kelarutan asam salisilat dengan
harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

1. Pengamatan

Propilen Asam Volume


Volume NaOH
No Air ( %v/v) Alkohol ( %v/v) Glikol Salisilat Campuran
0,1N (ml)
( % v/v) (gram) (ml)
1 6 0 4 1 5 3,5
2 6 1 3 1 5 3
3 6 1,5 2,5 1 5 2,9
4 6 2 2 1 5 2,8
5 6 3 1 1 5 2,7
6 6 4 0 1 5 2,5

2. Perhitungan

Hitung konsentrasi asam salisilat dari setiap pelarut campur

Perhitungan

Titrasi I = V1N1 = V2 N2

5ml. N1 = 3,5 ml. 0,1N

N1 = 3,5 ml. 0,1N


5ml

N1= 0,07N
Titrasi II = V1N1 = V2 N2
5ml. N1 = 3 ml. 0,1N

N1 = 3 ml. 0,1N
5ml

N1= 0,06N

Titrasi III = V1N1 = V2 N2


5ml. N1 = 2,9 ml. 0,1N

N1 = 2,9 ml. 0,1N


5ml

N1 = 0,058N

Titrasi IV = V1N1 = V2 N2
5ml. N1 = 2,8 ml. 0,1N

N1 = 2,8 ml. 0,1N


5ml

N1 = 0,056N

Titrasi V = V1N1 = V2 N2
5ml. N1 = 2,7 ml. 0,1N

N1= 2,7 ml. 0,1N


5ml

N1= 0,054N

Titrasi VI = V1N1 = V2 N2
5ml. N1 = 2,5 ml. 0,1N

N1 = 2,5 ml. 0,1N


5ml

N1= 0,05N
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia

Attwood, D.T. 2008. Pysical Pharmacy. London : Pharmaceutical Press.

Augustijns, P. and Brewster,M.2007. solvent System and Their Selection in Pharmaceutics


and Bropharmaceutics. USA : AAPP Press.

Depkes RI. 1995. Farmatope Indonesia, Edisi V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Martin, Alfred et al. 1990. Farmasi fisik Edisi ketiga jilid 1. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia.

Foth. H. J. 1988. Analisis Farmasi . Yogyakarta : UGM – Press.

Volght, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi kelima. Yogyakarta: Penerbit
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai