Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA


“LARUTAN SEJATI”

Hari/Jam Praktikum : Senin, 14 Maret 2021 (13.00-15.50)


Asisten Lab : 1. Putri Amanda Tanjung
2. Anisa Nur Fitriani
3. Putri Pamungkas

SHIFT B 2020
ALIYA ROSYIDAH FITRIANTI
260110200097

LABORATORIUM FARMASI FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2021
I. Tujuan
1.1 Membuat larutan Natrium Hidroksida (NaOH) yang dilakukan dengan larutan asam
oksalat (H₂C₂O₄) dengan indikator fenolftalein.
1.2 Membuat pelarut campuran dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol.
1.3 Menentukan kelarutan asam benzoat dan asam salisilat dari berbagai macam pelarut
campur
1.4 Membuat grafik hubungan konsentrasi dengan persentase campuran pelarut

II. Data Pengamatan dan Perhitungan


2.1 Data Pengamatan
2.1.1 Data Hasil Pembakuan NaOH

Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi


Asam Oksalat Asam Oksalat (N) NaOH (mL) NaOH (N)
(mL)

10 0,1 10,1 0,099 N

10 0,1 9,7 0,103 N

10 0,1 10,2 0,098 N

Rata-rata Konsentrasi NaOH 0,1 N

2.1.2 Data Pelarut Campuran

Volume NaOH

Pelarut Air Etanol Gliserin (mL)


Propilenglikol (mL)
Campuran (mL) (mL) (mL) Asam Asam
Benzoat Salisilat

1 20 - - - 0,15 -

2 19 1 - - 1,45 -

3 19 - 1 - 0,9 -
4 19 - - 1 1 -

5 17 3 - - 1,4 -

6 17 - 3 - - 1,3

7 17 - - 3 - 1,35

8 15 5 - - - 1,7

9 15 - 5 - - 1,45

10 15 - - 5 - 1,6

2.1.3 Data Penentuan Kelarutan

Volume Larutan Sampel (mL)


Pelarut Volume
Asam Kelarutan (g/mL)
Campuran Asam Benzoat NaOH (mL)
Salisilat

1 20 - 0,15 0,09159 g/mL

2 20 - 1,45 0,88537 g/mL

3 20 - 0,9 0,54954 g/mL

4 20 - 1 0,6106 g/mL

5 20 - 1,4 0,85484 g/mL

6 - 20 1,3 0,89778 g/mL

7 - 20 1,35 0,93231 g/mL

8 - 20 1,7 1.17402 g/mL

9 - 20 1,45 1,00137 g/mL

10 - 20 1,6 1,10496 g/mL

2.1.4 Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Presentase Campuran Pelarut


2.2 Perhitungan
2.2.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
𝑚 1000
N = 𝑀𝑟 × 𝑉
𝑚 1000
0,1 N = 40 × 100

Massa = 0,4 gram


2.2.2 Pembuatan Asam Oksalat 0,1 M
𝑚 1000
M = 𝑀𝑟 × N =M×𝑒
𝑉
𝑚 1000
M = 126 × N = 0,1 × 2
20

M = 0,252 gram N = 0,2 N


2.2.3 Pembuatan Indiaktor PP 0,5%
𝑚
% = × 100%
𝑣

0,5% 𝑚
=
100% 100 𝑚𝐿
M = 0,5 gram
2.2.4 Pembakuan Larutan NaOH
𝑁1 × 𝑉1 = 𝑁2 × 𝑉2
Konsentrasi NaOH 1
N1 x 10,1 Ml = 0,1 N x 10 mL
N1 x 10,1 mL = 1 N.mL
1 𝑁.𝑚𝐿
N1 = 10,1 𝑚𝐿 = 0,099 N

Konsentrasi NaOH 2
N1 x 9,7 mL = 0,1 x 10 mL
N1 x 9,7 mL = 1 N.mL
1 𝑁.𝑚𝐿
N1= = 0,103 N
9,7 𝑚𝐿

Konsentrasi NaOH 3
N1 x 10,2 mL = 0,1 N x 10 mL
N1 x 10,2 mL = 1 N.mL
1 𝑁.𝑚𝐿
N1 = 10,2 𝑚𝐿 = 0,098 N

Rata-rata Konsentrasi NaOH

0,099 + 0,103 + 0,098


= 0,1 𝑁
3

2.2.5 Penentuan Kadar Kelarutan Asam Benzoat


𝑉(𝑁𝑎𝑂𝐻) × 𝑁(𝑁𝑎𝑂𝐻)
𝐶= × 𝐵𝐸
𝑉(𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)

• Pelarut Campuran 1
0,15 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 122,12 = 0,09159 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 2
1,45 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 122,12 = 0,88537 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 3
0,9 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 122,12 = 0,54954 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 4
1 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 122,12 = 0,6106 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 5
1,4 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 122,12 = 0,85484 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

2.2.6 Penentuan Kadar Kelarutan Asam Salisilat


𝑉(𝑁𝑎𝑂𝐻) × 𝑁(𝑁𝑎𝑂𝐻)
𝐶= × 𝐵𝐸
𝑉(𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)

• Pelarut Campuran 6
1,3 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 138,12 = 0,89778 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 7
1,35 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 138,12 = 0,93231 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 8
1,7 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 138,12 = 1,17402 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 9
1,45 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 138,12 = 1,00137 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

• Pelarut Campuran 10
1,6 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝐶= × 138,12 = 1,10496 𝑔/𝑚𝐿
20 𝑚𝐿

III. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kelarutan terhadap asam benzoat dan
asam salisilat dari berbagai macam pelarut campur dengan perbandingan yang
berbeda-beda. Kelarutan sendiri didefinisikan sebagai banyaknya zat yang terlarut
secara maksimum didalam suatu pelarut dalam kondisi tertentu. Adapun, faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan antara lain jenis pelarut, suhu, hasil kali
kelarutan, tekanan, dan konsentrasi dalam larutan. Jenis pelarut sendiri terdiri dari
pelarut polar, pelarut semipolar, dan pelarut nonpolar. Apabila suhu semakin tinggi
maka kelarutan suatu senyawa pun akan semakin cepat. Hal ini terjadi karena adanya
tamahan energi yang berfungsi untuk memutuskan ion-ion dari senyawa elektrolit nya
(Martin, 1990).
Untuk meningkatkan suatu kelarutan zat (solute) dapat menggunakan cara
pembentukan kompleks, modifikasi kristal, pembentukan prodrug, penambahan
kosolven, dan penambahan surfaktan. Metode pengukuran kelarutan secara umum
terdiri dari penjenuhan, penyaringan, dan penetapan kadar. Prinsip yang mendasari
kelarutan adalah like dissolve like, dimana suatu senyawa yang memiliki sifat polar
akan larut dalam pelarut polar begitu pula dengan senyawa nonpolar akan larut dalam
pelarut nonpolar. Diketahui pula sifat dari asam benzoate sendiri lebih cenderung
mudah larut dalam pelarut organic seperti kloroform, eter, dan etanol (Arifianti et al,
2014)
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu membuat larutan NaOH yang dibakukan
dengan menggunakan larutan asam oksalat menggunakan indikator fenolfatelein,
membuat pelarut campuran dari etanol, air, gliserin dan propilenglikol, menentukan
kelarutan asam benzoate dan salisilat terhadap konsentrasi pelarut campuran, dan yang
terakhir yaitu mampu membuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase
campuran pelarut.
Hal pertama yang dilakukan yaitu melakukan pembakuan larutan NaOH
dengan menggunakan larutan asam oksalat. Larutan NaOH perlu dibakukan terlebih
dahulu karena larutan NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat
higroskopis atau mudah menarik uap air dari udara sehingga konsentrasi pada zat
tersebut mudah berkurang dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara.
Sehingga dalam penyimpannya larutan NaOH harus diletakan ditempat tertutup agar
tidak dapat berinteraksi dengan udara yang mengandung air sehingga konsentrasi zat
nya tetap terjaga. Dengan demikian, apabila ingin menggunakan larutan NaOH
sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka larutan NaOH harus dibakukan terlebih
dahulu (IUPAC, 1997).
Pembakuan sendiri harus dilakukan dengan menggunakan larutan baku
primer. Oleh karena itu, digunakan asam oksalat sebagai larutan baku primer yaitu
larutan yang konsentrasinya dapat diketahui dengan pasti dan bersifat stabil. Asam
Oksalat dikatakan sebagai larutan baku primer karena asam oksalat hanyak bereaksi
pada kondisis titrasi dan tidak memberikan reaksi lain. Pada pembakuan NaOH, disini
NaOH berperan sebagai larutan baku sekunder atau larutan yang konsentrasinya tidak
diketahui dengan jelas. Pada kondisi tersebut konsentrasi pada larutan baku primer
atau asam oksalat dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi pada larutan baku
sekunder atau NaOH.
Untuk melakukan pembakuan NaOH, pertama dilakukan penimbangan
padatan NaOH. Kemudian, larutan NaOH diencerkan dengan menggunakan akuades
bebas CO2 pada labu ukur. Proses pengenceran sendiri adalah suatu proses
mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar (Sugianti et al, 2016). Adapun pembebasan
CO2 ini dilakukan dengan merebus air hingga mendidih, sehingga nantinya CO2 akan
menguap keudara. Pembebasan CO2 ini bertujuan agar CO2 tidak berikatan dengan
air dan membentuk H2C03 yang apabila bereaksi dengan asam atau basa akan
membentuk buffer dan apabila digunakan dalam proses titrasi maka setelah diberikan
penambahan indikator tidak akan terjadi perubahan warna yang itu artinya titik akhir
titrasi tidak tercapai (Andari, 2013).
Setelah dilakukan pembuatan larutan baku sekunder atau larutan NaOH,
selanjutnya dilakukan penimbangan asam oksalat yang dimasukkan kedalam labu
ukur dan ditambahkan akuades panas hinga sepertiga labu ukur lalu dikocok. Hal ini
bertujuan untuk melarutkan seluruh asam oksalat. Setelah seluruhnya larut,
ditambahkan kembali aquadest hingga tanda batas lalu dikocok hingga benar- benar
homogen. Dalam pembuatan baku primer, digunakan alat-alat yang sifatnya
kuantitatif seperti labu ukur. Hal ini bertujuan agar pengambilan zat dapat diketahui
dengan pasti jumlahnya dan dapat dilakukan dengan akurat sehingga penentuan
konsentrasi pun dapat dihitung dengan pasti (Wardiyah, 2016).
Setelah dilakukan pembakuan NaOH dengan larutan asam oksalat kemudian
ditambahkan indicator fenolftalein. Adapun prosedur ini disebut juga titrasi asidimetri
yang termasuk kedalam reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang
berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan
air yang berisfat netral, netralisasi juga dapat dikatakan sebagai reaksi antara asam
dengan basa (Gandjar dan Rahman, 2008). Pada praktikum kali ini NaOH bersifat basa
dan Asam Oksalat bersifat asam. Adapun hasil akhir dari titrasi ini bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi zat yang sebelumnya belum diketahui konsentrasinya.
Sebelum dilakukan titrasi, asam oksalat ditambahkan indikator fenolftalein terlebih
dahulu hal ini bertujuan agar dapat diketahui titik akhir dengan ditandainya perubahan
warna pada asam oksalat karena titrasi dinyatakan mencapai titik akhir apabila terjadi
perubahan sifat fisis seperti perubahan warna (Apriani et al, 2016).
Titrasi ini dilakukan sebanyak tiga kali agar konsentrasi yang didapat lebih
akurat. Pada proses pembakuan NaOH oleh asam oksalat terjadi reaksi :
2NaOH +H2C2O4 → Na2C2O4 + 2H2O
(Svehla., 1985).
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pelarut campuran. Pelarut campur
ini berperan sebagai kosolven terhadap asam benzoate. Kosolven merupakan suatu
pelarut yang ditambahkan dalam sistem dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas
suatu zat atau kosolven disini adalah sebagai bahan pelarut. Pada umumnya kosolven
dapat mempengaruhi polaritas pada suatu system yang bisa ditunjukkan dengan
adanya perubahan tetapan dielektrik (Noviza et al, 2015).
Asam benzoate memiliki sifat sukar larut dalam air sehingga dibutuhkan
kosolven untuk meningkatan kelarutannya dalam air (NCBI, 2021). Adapun pelarut
campuran yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu air, etanol (C2H5OH),
propilenglikol (C3H8O2 ), dan gliserin yang dipakai sebanyak 20 mL. Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengetahui manakah yang memiliki kelarutan terbesar dari
asam salisilat dan asam benzoat. Setelah itu, di lakukan penambahan sampel sedikit
demi sedikit kedalam pelarut campur sampai diperoleh larutan jenuh untuk
memudahkan menghitung kadar asam benzoat dalam larutan.
Prosedur terakhir adalah menentukan kadar dari kelarutan sampel yang sudah
di titrasi menggunakan metode titrasi asam basa dengan cara menghitungnya. Sebelum
dilakukan perhitungan konsentrasi dari masing-masing larutan, endapan yang
terbentuk pada setiap larutannya harus disaring terlebih dahulu menggunakan kertas
saring agar hasil yang didapat merupakan hasil tetap dari sampel yang sudah melarut.
Setelah disaring, sampel diambil sebanyak 10 ml kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Jika semua larutan sudah tersaring, maka proses titrasi dapat dilakukan.
Jika semua larutan sudah dititrasi, maka dapat dilakukan perhitungan konsentrasi asam
salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutannya. Hasil yang di dapat pada
𝑉(𝑁𝑎𝑂𝐻)×𝑁(𝑁𝑎𝑂𝐻)
praktikum kali ini dengan menggunakan rumus 𝐶 = × 𝐵𝐸
𝑉(𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)

didapatkan bahwa kelarutan asam benzoat tertinggi diperoleh oleh pelarut 2 sebesar
0,885 g/ml dan kelarutan tertinggi Asam salisilat diperoleh oleh pelarut 3 sebesar
1,174 g/ml.

IV. Kesimpulan
4.1 Telah dibuat larutan NaOH yang telah dibakukan dengan asam oksalat dengan
menggunakan indicator fenolftalein.
4.2 Telah dibuat pelarut campur dari etanol, air, gliserin, dan propilenglikol.
4.3 Telah ditentukan kelarutan Asam Benzoat dengan kelarutan tertinggi diperoleh oleh
pelarut 2 sebesar 0,885 g/ml dan kelarutan tertinggi Asam Salisilat diperoleh oleh
pelarut 3 sebesar 1,174 g/ml.
4.4 Telah dibuat grafik hubungan konsentrasi dengan presentase campuran pelarut dan
didapat pelarut campuran air dan etanol yang dapat menghasilkan kelarutan tertinggi.
Daftar Pustaka
Andari, S. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet secara Alkalimetri dengan
Spektrofotometri-Uv. Jurnal Eduhealth, 3(2), pp.114- 119.
Apriani, F., Idiawati, N., dan Destiarti, L. 2016. Ekstrak Metanol Buah Lakum (Cayratia
trifolia (L.) Domin) sebagai Indikator Alami Pada Titrasi Basa Kuat Asam Kuat. JKK.
Vol. 5(4): 74-78
Arifianti, L., Rice D.D., dan Idha K. 2014.Pengaruh Jenis Pelarut Pengekstraksi Terhadap
Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus Benth. E- Journal
Planta Husada. Vol. 2(1): 1-4
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar
IUPAC. 1997. Compendium of Chemical Terminology, 2nd ed. Oxford : Blackwell Scientific
Publication.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisik. Dasar-Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
NCBI. 2021. Compund Summary Benzoic acid. Tersedia Online di
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Benzoic-acid [Diakses pada tanggal 13
Maret 2021 pukul 22.15 WIB].
Noviza, D., Nne F., dan Salman U. 2015. Solubilsasi Parasetamol dengan Ryoko Sugar Ester
dan Propilen Glikol. Jurnal Sains Farmasi dan Klinin. Vol. 1(2): 132-139.
Sugianti, C., Apratiwi, N., Suhandy, D., Telaumbanua, M., Waluyo, S., dan Yulia, M. 2016.
Studi Penggunaan UV-VIS Spectroscopy untuk Identifikasi Campuran Kopi Luwak
Dengan Kopi Arabika. Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 5(31): 167-176
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman
Media
Wardiyah, W. 2016. Praktikum Kimia Dasar. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai