Anda di halaman 1dari 9

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/304506351

KAROTENOID DARI MAKROALGAE DAN


MIKROALGAE: POTENSI KESEHATAN APLIKASI
DAN BIOTEKNOLOGI

Article · December 2012


DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221

CITATIONS READS

0 395

4 authors, including:

A.B. Susanto Leenawaty Limantara


Universitas Diponegoro Ma Chung University
21 PUBLICATIONS 37 CITATIONS 71 PUBLICATIONS 284 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Biodiversity Informatics View project

All content following this page was uploaded by A.B. Susanto on 15 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

KAROTENOID DARI MAKROALGAE DAN MIKROALGAE:


POTENSI KESEHATAN APLIKASI DAN BIOTEKNOLOGI

[Carotenoids from Macroalgae and Microalgae: Health Potential, Application and Biotechnology]

Helly de Fretes1)*, AB. Susanto2), Budhi Prasetyo1) dan Leenawaty Limantara3)


1) Magister
Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
2) Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang
3) Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments, Universitas Ma Chung, Malang

Diterima 13 Desember 2011 / Disetujui 24 Mei 2012

SUMMARY
Algae, both micro and macroalgae, is one of the largest producers of carotenoids. The major composition of carotenoid on algae are β-
carotene, astaxanthin, luthein, zeaxanthin, cryptoxanthin, and fucoxanthin which have important roles for human health. Carotenoids were
produced by several microalgae species such as Dunaliella sallina, Haemotococcus pluvialis, Chlorella pyrenoidosa, Spirulina platensis,
Nannnochloropsis oculata, and also from some macroalgae species such as Kappaphycus alvarezii, Sargassum sp, and Caulerpa sp. Carotenoids
from algae has been proven as a powerful antioxidant and may prevent some degenerative diseases, cardiovascular, and cancer. Carotenoid also
has been applied as a natural dye and dietary supplements. Biotechnology has been developed to increase the production of carotenoids from
micro- and macroalgae. The large-scale cultivation of microalgae, either in open or closed system are shown to increase carotenoid production.
During cultivation, some stress conditions can be specifically manipulated to optimize carotenoid production from microalgae.

Keywords: application, biotechnology, carotenoid, macroalgae, microalgae

RINGKASAN
Algae, baik mikro maupun makroalgae, merupakan salah satu penghasil karotenoid terbesar. Komposisi karotenoid penting yang dikandung
oleh mikroalgae dan makroalgae terdiri dari β-karoten, astaxantin, lutein, zeaxantin, kriptoxantin, serta fukoxantin.Seluruhnya memiliki peranan bagi
kesehatan manusia. Karotenoid-karotenoid tersebut diproduksi oleh beberapa spesies mikroalga yaitu Dunaliella sallina, Haemotococcus pluvialis,
Chlorella pyrenoidosa, Anthrospira platensis, serta Nannnochloropsis oculata, dan juga beberapa spesies makroalga seperti Kappaphycus
alvarezii, Sargassum sp, dan Caulerpa sp. Karotenoid dari algae telah terbukti sebagai antioksidan yang kuat serta dapat mencegah beberapa
penyakit degeneratif, kardiovaskular, dan kanker. Karotenoid juga telah diaplikasikan sebagai pewarna dan suplemen makanan. Bioteknologi telah
dikembangkan dalam rangkai peningkatan produksi karotenoid dari mikroalgae dan makroalgae. Selama kultivasi, beberapa kondisi stres dapat
dimanipulasi secara khusus untuk mengoptimalkan produksi karotenoid dari mikroalgae.

Kata kunci: aplikasi, bioteknologi, karotenoid, makroalgae, mikroalgae

PENDAHULUAN 1
Hingga saat ini telah teridentifikasi 700 jenis karotenoid ber-
dasarkan perbedaan struktur molekulnya (Britton et al., 1995).
Karotenoid merupakan pigmen yang paling umum terdapat Sumber karotenoid yang paling penting berasal dari tumbuhan
di alam dan disintesis oleh semua organisme fotosintetik dan (Zeb dan Mehmood, 2004). Pada tumbuhan dan algae,
fungi (Vílchez et al., 2011). Karotenoid berasal dari kelas karotenoid memegang peranan penting dalam proses foto-
terpenoid, berupa rantai poliena dengan 40 karbon yang di- sintesis bersama dengan klorofil. Sebagai pigmen yang jumlah-
bentuk dari delapan unit isoprena C5, yang memberikan struktur nya berlimpah di alam, karotenoid juga memiliki manfaat yang
molekul karotenoid yang khas (del Campo et al., 2007). luar biasa bagi kehidupan manusia. Karotenoid memberikan
Karotenoid dikelompokan menjadi 2 kelompok: (1) karoten, kontribusi yang besar bagi berbagai sektor kehidupan terutama
yang merupakan kelompok hidrokarbon (C40H56) dan (2)
sebagai sumber vitamin A yang bermanfaat bagi organ visual,
xantofil, yang merupakan turunan karoten teroksigenasi (Gross,
pewarna makanan, bahan aditif pada makanan, penambah sel
1991). Semua xantofil disintesis oleh tanaman tinggi, sementara
darah merah, antioksidan, antibakteria, meningkatkan imunitas,
violaxantin, anteraxantin, zeaxantin, neoxantin dan lutein, juga
dapat disintesis oleh mikroalgae. serta pengganti sel-sel yang rusak (Ndiha dan Limantara, 2009;
Kusmiati et al., 2010).
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, algae merupakan
*Korespondensi Penulis : salah satu penghasil karotenoid terbesar. Karotenoid algae me-
E-mail : jlay_43120@yahoo.com nunjukkan keragaman struktur dan sekitar 100 karotenoid yang

221
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

berbeda telah ditemukan pada algae (Britton et al., 1995). Lebih sebagai penghasil beberapa jenis karotenoid, seperti β-karoten,
dari 40 karoten dan xantofil telah diisolasi dan dikarakterisasi α-karoten, lutein, zeaxantin, astaxantin, dan neoxantin. Mikro-
dari mikroalga (Jin et al., 2003). Review ini akan memfokuskan alga Chlorella pyrenoidosa menghasilkan senyawa lutein kasar
pada jenis-jenis karotenoid yang bersumber dari makro dan 100 μg/g berat basah selnya. Dari hasil fraksinasi dan purifikasi
mikro algae, potensinya bagi kesehatan, aplikasi serta bio- diperoleh ekstrak lutein murni sebesar 0,878 μg/g berat basah
teknologi yang dikembangkan untuk peningkatan produksi bio- sel mikroalga (Kusmiati et al., 2010). Ditambahkan pula oleh
pigmen dari algae. Iwamoto (2004), setiap gram massa sel kering terkandung
karotenoid total 7 mg (3,5 mg lutein, 0,5 mg α-karoten, 0,6 mg
β-karoten) dan 35 mg klorofil. Sementara karotenoid utama dari
Mikroalgae penghasil karotenoid
C. ellipsoidea terdiri dari violaxantin, anteraxantin dan
Menurut del Campo et al. (2007), mikroalgae merupakan
zeaxantin, sedangkan karotenoid dari C. vulgaris hampir
sumber alami untuk berbagai senyawa penting, termasuk
seluruhnya terdiri dari lutein (Cha et al., 2008).
pigmen. Selain xantofil utama, mikroalgae dapat mensintesis
xantofil tambahan, misalnya, loroxantin, astaxantin dan
Spirulina (Spirulina platensis)
kastaxantin. Beberapa jenis mikroalgae hijau seperti Dunaliela
Alga hijau-biru Spirulina (Spirulina platensis), merupakan
spp dan Haemotococcus pluvialis (Gambar 1), dapat menjadi
sumber fikobiliprotein khususnya fikosianin, yang dapat
merah ketika mengakumulasi karotenoid dengan konsentrasi
mencapai 17-20% dari berat kering sel Spirulina (Chastenholz,
tinggi pada kondisi yang sesuai. Jenis-jenis mikroalgae yang
1989 dalam Hu, 2004). Spirulina memiliki bentuk spiral
kini telah dikultur untuk dimanfaatkan antara lain:
kumparan. Nama Spirulina adalah nama umum suplemen
makanan manusia dan hewan yang dihasilkan terutama dari
Dunaliela spp
dua spesies Spirulina: Spirulina platensis dan Spirulina maxima.
Dunaliella merupakan mikroalga hijau yang memiliki ke-
Spirulina juga mengakumulasi β-karoten lebih dari 0,8-1,0%
mampuan untuk mengakumulasi jumlah β-karoten alami dalam
berat keringnya. Kromatogram KCKT dari S. plantensis me-
jumlah sangat tinggi pada beberapa kondisi stres seperti keter-
nunjukkan adanya kandungan β-karoten (39,12 µg/g),
batasan nitrogen atau konsentrasi garam tinggi dan terkena
astaxantin (5,61 µg/g), lutein (0,30 µg/g), zeaxantin (1,56 µg/g)
intensitas cahaya tinggi (El Baz et al., 2002; Abd El-Baky et al.,
dan kriptoxantin (1,69 µg/g) sebagai komponen karotenoid
2004; Raja et al., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
utama bersama dengan karotenoid lain (Abd El-Baky et al.,
Abd El-Baky et al. (2007b), ditemukan bahwa Dunaliella salina
2007a).
mengakumulasi jumlah karotenoid yang tinggi (12,6%, berat
kering), termasuk β-karoten (60,4% dari karotenoid total),
astaxantin (17,7%), zeaxantin (13,4%), lutein (4,6%), dan
kriptoxantin (3,9%), ketika dibudidayakan dibawah kondisi stres
salinitas dan dikombinasikan dengan tingkat nitrogen rendah.

Haemotococcus pluvialis
Mikroalga lain yang dapat menghasilkan pigmen adalah H.
pluvialis, biflagelata dengan sel berbentuk bola, elips, atau
berbentuk buah pir. H. pluvialis merupakan salah satu alga yang a b
mensintesis dan mengakumulasi astaxantin konsentrasi tinggi di
alam, 1000-3000 kali lipat lebih tinggi dibandingkan fillet
salmon, dan sekarang telah dibudidayakan pada skala industri.
Akumulasi astaxantin terjadi akibat respon terhadap tekanan
lingkungan terutama intensitas cahaya yang tinggi, kurangnya
udara, nitrogen, terbatasnya fosfat dan kadar garam. H. pluvialis
mengandung astaxantin sebanyak 1,5-3% berat kering dalam
kondisi stres. Kandungan karotenoid H. pluvialis sekitar 70%
berupa monoesters astaxantin, 10% diester astaxantin, 5%
c d
astaxantin bebas, dan 15% sisanya terdiri dari campuran b-
karoten, kantaxantin, lutein dan karotenoid lainnya. Meskipun Gambar 1. Mikroalga penghasil pigmen: Dunaliela spp. (a),
lebih dari 95% dari pasar mengkonsumsi astaxantin sintetik, Haemotococcus pluvialis (b), Chlorella (c), Spirulina
namun permintaan konsumen untuk produk-produk alami telah platensis (d)
mendukung produksi astaxantin alami dari Haematococcus
(Cysewski dan Lorenz, 2004). Karotenoid dari makroalgae
Makroalgae adalah salah satu sumber daya laut yang
Chlorella penting untuk pangan, pakan dan obat sejak zaman kuno di
Chlorella merupakan spesies mikroalga hijau yang dijumpai Barat (Kumar, 2009). Makroalgae dikelompokkan dalam tiga
di semua habitat air dan telah diisolasi dari air tawar serta divisi utama yaitu Chlorophyceae (alga hijau), Phaeophyceae
habitat air laut (Iwamoto, 2004). Chlorella pyreniodesa diketahui (alga coklat) dan Rhodophyceae (alga merah).

222
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

Alga merah Potensi karotenoid dari mikroalgae dan makroalgae


Anggota Rhodophyceae biasanya dapat dijumpai di per- bagi kesehatan
airan dangkal hingga zona intertidal. Salah satu anggota Karotenoid menunjukkan aktivitas biologis sebagai anti-
Rhodophyceae yang terkenal dan telah banyak dibudidayakan oksidan, mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan me-
untuk kepentingan perekonomian adalah jenis Kappaphycus modulasi ekspresi gen dan respon kekebalan tubuh. Anti-
alvarezii (Gambar 2a). K. alvarezii memiliki warna tallus yang oksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah proses
bervariasi dari merah, coklat, hingga hijau. Berdasarkan hasil oksidasi radikal bebas. Pada manusia, reaksi oksidasi didorong
penelitian, diketahui kandungan karotenoid pada K. alvarezii oleh spesies oksigen reaktif, yang jika tidak dinonaktifkan oleh
terdiri dari zeaxantin, β-karoten, violaxantin, kriptoxantin, karotenoid maka akan menyebabkan kerusakan protein dan
xantofil, dan lutein (de Fretes et al., 2011; Andersson et al., mutasi DNA, pada akhirnya menyebabkan penyakit kardio-
2006). Sementara karotenoid yang terkandung pada vaskular, beberapa jenis kanker, penyakit degeneratif, dan
Porphyridium cruentum antara lain cis-zeaxantin, trans- penuaan. Karotenoid mampu menyerap energi eksitasi singlet
zeaxantin, α-karoten dan cis α-karoten (Abidin et al., 2010). oksigen radikal ke dalam rantai, sehingga melindungi jaringan
dari kerusakan kimiawi. Bukti epidemiologi menunjukan hubung-
Alga coklat an antara tingginya asupan konsentrasi karotenoid dengan
Alga coklat kaya akan fukoxantin dan pigmen fotosintesis rendahnya risiko penyakit kronis (Rao dan Rao, 2007).
lain yaitu klorofil a dan c (Zapata et al., 2006), β-karoten dan Makroalga digunakan sebagai makanan dengan manfaat
violaxantin (Burtin, 2003). Keberadaan klorofil a pada alga dan potensi gizi serta manfaat bagi industri dan obat-obatan
coklat dilengkapi dengan pigmen aksesoris yaitu klorofil c dan untuk berbagai tujuan (Abd El-Baky et al., 2008). Aktifitas
karotenoid yang berfungsi melindungi klorofil a dari foto-oksidasi antioksidan Padina minor menunjukkan peran yang potensial
(Atmadja, 1996; Green dan Dunford, 1996). Hasil penelitian sebagai produk nutraceutical dan cosmeceutical
menunjukan komposisi karotenoid pada Sargassum sp. (Amornlerdpison et al., 2007). Sementara hasil penelitian yang
(Gambar 2b), yaitu fukoxantin, xantofil, dan β-karoten dilakukan oleh Zahra et al. (2007) menunjukkan bahwa alga
(Merdekawati, 2009; Hegazi, 2002). Sargassum boveanum berpotensi menjadi sumber antioksidan
alami. Banyak mikroalgae menghasilkan senyawa bioaktif
seperti antibiotik, algisida, senyawa farmasi aktif dan pengatur
per-tumbuhan tanaman (Katırcıoğlu et al., 2004). Antibiotik telah
diperoleh dari berbagai jenis algae. Algae juga telah diteliti
sebagai sumber vitamin dan prekursor vitamin, terutama asam
askorbat, riboflavin dan α-β-dan γ -tokoferol.
Beta-karoten (β-karoten) dan karotenoid lainnya (astaxantin
dan lutein) merupakan bagian integral dari fotosintesis yang
juga ditemukan pada algae dan berfungsi sebagai pigmen
a b aksesori di kompleks pemanen cahaya (light harvesting) dan
sebagai agen pelindung melawan produk oksigen aktif yang
terbentuk dari fotooksidasi. Di antara berbagai mikroalgae yang
telah dieksplorasi potensi komersialnya, spesies Dunaliella,
Chlorella, dan Spirulina merupakan tiga mikroalgae utama yang
telah berhasil dikultur untuk memproduksi senyawa berharga
dengan konsentrasi tinggi seperti lipid, protein dan pigmen (El-
Baz et al., 2002). Beberapa karotenoid penting yang dihasilkan
oleh algae adalah sebagai berikut:
c
Gambar 2. Makroalga: Kappaphycus alvarezii (Alga merah) (a),
Beta-karoten (β-karoten)
Sarggasum sp. (Alga coklat) (b), Caulerpa sp. (Alga hijau) Beta-karoten (β-karoten) merupakan jenis karotenoid yang
(c) paling banyak jumlahnya di alam dan hampir semua tanaman
mengandung β-karoten. Dunaliella mampu mengakumulasi β-
Alga hijau karoten dalam konsentrasi yang sangat tinggi saat dikultur
Selain memiliki klorofil sebagai pigmen fotosintesisnya, alga dengan kondisi stres lingkungan. Tidak seperti astaxantin,
hijau juga memiliki karotenoid sebagai pigmen tambahan. likopen dan kriptoxantin, β-karoten dapat diubah menjadi
Karotenoid utama yang dimiliki alga hijau diantaranya β-karoten, vitamin A di dalam tubuh. Cincin β dari β–karoten didalam tubuh
lutein, violaxantin, anteraxantin, zeaxantin, dan neoxantin akan diubah menjadi vitamin A oleh enzim 15,15’ dioksigenase
(Atmadja, 1996; Burtin, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan menjadi 2 molekul retinal, kemudian molekul retinal akan
oleh Hegazi et al. (1998), siponoxantin hadir sebagai karotenoid direduksi menjadi retinol yang merupakan vitamin A (Lindqvist
utama pada Caulerpa prolifera (Gambar 2c). Selain itu C. dan Anderson, 2002). Struktur kimia β-karoten dan beberapa
prolifera juga mengandung siponein, neoxantin, violaxantin, karotenoid lain yang diproduksi oleh algae disajikan pada
mikroxantin, mikronon, lutein, α-karoten dan β-karoten. Gambar 3.

223
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

Karotenoid khususnya β-karoten memiliki aktifitas anti- Aktivitas prooksidan inilah yang diduga berperan untuk meng-
oksidan yang tinggi sehingga mampu mengurangi resiko induksi apoptosis pada sel kanker (Lee et al., 2003).
penyakit jantung, stroke, semua penyakit kardiovaskuler dan
melindungi tubuh dari risiko kanker paru-paru, payudara dan Astaxantin
prostat (Burtin, 2003). Beta-karoten (β-karoten) dalam men- Astaxantin adalah pigmen karotenoid golongan xantofil yang
deaktivasi radikal bebas diawali dengan proses peroksidasi dikenal sebagai antioksidan biologis yang baik. Astaxantin bisa
lemak, karena β-karoten merupakan salah satu tipe antioksidan ditemukan pada mikroalga yang hidup di perairan seluruh dunia,
lemak (Burton dan Ingold, 1984 dalam Limantara dan Kusmita, serta pada hewan laut seperti salmon segar, udang, dan lobster
2009). Aktivitas antioksidan trans-β karoten lebih tinggi dari cis (Guerin et al., 2003; Suseela dan Toppo, 2006). Astaxantin
digunakan sebagai sumber pigmentasi yang memberikan warna
β-karoten. Senyawa β-karoten dalam bentuk isomer trans
merah muda pada organisme-organisme tersebut. Dalam ber-
mempunyai aktifitas provitamin A sebesar 100%. Perubahan
bagai penelitian, astaxantin telah terbukti menunjukkan efek
stuktur kimia β-karoten dari bentuk trans ke bentuk cis
pemadaman yang kuat terhadap singlet oksigen, kemudian
menyebabkan penurunan aktivitas vitamin A dari 100% ke 30% melepaskan energi dalam bentuk panas, dan menetralkan
(Andarwulan dan Sutrisno, 1992). radikal bebas yang selanjutnya mencegah dan menghentikan
reaksi oksidasi (Guerin et al., 2003). Aktivitas astaxantin diyakini
merupakan mekanisme utama dari aktivitas perlindungan ter-
likopen hadap fotooksidasi oleh sinar UV, inflamasi, kanker, penuaan
dan penyakit yang terkait dengan usia, peningkatan respon
α-karoten sistem imun, fungsi hati dan jantung, kesehatan mata, per-
sendian dan prostat (Guerin et al., 2003). Astaxantin dapat
β-karoten dihasilkan secara bioteknologi oleh sejumlah mikroorganisme,
dan yang paling baik adalah oleh Haematococcus pluvialis
HO β-kriptoxantin (Chlorophyceae), yang mengakumulasi astaxantin sebagai
OH
respon terhadap kondisi stres lingkungan seperti radiasi, suhu
dan salinitas yang tinggi (Wang et al., 2003).
HO zeaxantin OH
Lutein dan zeaxantin
HO lutein O
Jenis karotenoid lain yaitu lutein dan zeaxantin mampu
mengobati penyakit mata dan kanker kulit. Beberapa studi telah
cantaxantin dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar plasma
O
O OH lutein dan zeaxantin dan risiko pengembangan penyakit
O degenerasi makular akibat usia (AMD). Peningkatan asupan
HO violaxantin makanan atau suplemen yang kaya lutein dan zeaxantin,
O meningkatkan kadar plasma, yang positif dan signifikan terkait
HO neoxantin HO OH dengan kepadatan pigmen makula optik sehingga menurunkan
O risiko perkembangan AMD (Zhao dan Sweet, 2008). Sebagai
OH
antioksidan, lutein dan zeaxantin membantu untuk melawan
HO astaxantin radikal bebas yang dapat membahayakan mata serta
O
melindungi makula mata dari reaksi fotokimia yang merugikan.
Manfaat kesehatan lain dari zeaxantin adalah membantu
Gambar 3. Struktur kimia dari beberapa karotenoid yang diproduksi menyaring sinar biru berenergi tinggi. Sinar biru dapat menjadi
oleh algae
fototoksik bagi sel retina di makula. Diyakini bahwa zeaxantin
memblok cahaya biru, sehingga mengurangi risiko kerusakan
Fukoxantin yang disebabkan cahaya oksidatif yang dapat menyebabkan
Fukoxantin adalah golongan senyawa karotenoid berwarna AMD (Bone et al., 2002). Demikian juga, karotenoid diekstraksi
oranye, yang dapat dibedakan dengan anggota karotenoid lain, khususnya dari Chlorella ellipsoidea dan Chlorella vulgaris
seperti karoten pada wortel atau likopen yang memberikan terbukti dapat menghambat perkembangan kanker pada
warna merah pada tomat. Sebagian fukoxantin berasal dari alga manusia (Cha et al., 2008).
coklat, yakni jenis yang sering digunakan sebagai makanan
tradisional Jepang seperti wakame (Undaria pinnatifida) dan
hijiki (Hijikia fusiformis). Dilaporkan bahwa fukoxantin memiliki
Aplikasi karotenoid yang berasal dari algae
aktivitas anti kanker pada tikus uji, menghambat pertumbuhan Pewarna makanan
sel tumor dan menginduksi apoptosis dalam sel kanker. Mikroalgae menghasilkan berbagai jenis karotenoid, lebih
Karotenoid tidak hanya bertindak sebagai antioksidan saja, dari 40 karoten dan xantofil telah diisolasi dan dikarakterisasi
tetapi juga dapat bertindak sebagai prooksidan. Ikatan rangkap (Jin et al., 2003). Karotenoid yang paling sederhana adalah β-
terkonjugasi yang dimiliki oleh fukoxantin dan neoxantin di- karoten, ditemukan di semua spesies algae. Lutein, cantaxantin,
anggap sangat rentan terhadap asam, alkali, dan oksigen. zeaxantin, dan likopen telah diproduksi secara komersial, tetapi

224
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

masih dalam jumlah yang kecil (Spolaore et al., 2006). hanya beberapa ratus dari puluhan ribu spesies mikroalgae
Sementara yang paling menarik adalah astaxantin, yang telah diselidiki potensinya untuk obat-obatan dan nutraceuticals
diproduksi dalam jumlah yang signifikan (1,5-4% dari biomassa (Olaizola, 2003).
kering) oleh mikroalga hijau H. pluvialis, dan digunakan dalam
akuakultur untuk memberikan warna pink pada salmon (del Bioteknologi bagi produksi karotenoid algae
Campo et al., 2007). Karotenoid mikroalga digunakan sebagai Fokus utama bioteknologi algae adalah untuk memperoleh
sumber pewarna dan pemadam spesies oksigen reaktif (ROS) senyawa kimia bernilai tinggi untuk digunakan sebagai pakan
(del Campo et al., 2007; Vílchez et al., 2011). Lutein digunakan pada akuakultur dan keperluan industri. Beberapa mikroalga,
untuk pewarnaan obat dan kosmetik. Beta-karoten (β-karoten) seperti Chlorella, Spirulina dan Dunaliella, telah dibudidaya
dan zeaxantin juga berfungsi sebagai pewarna makanan secara komersial untuk memproduksi lutein, β-karoten dan
(Mercado et al., 2004). Fikobilin atau Fikobili protein yang larut fikosianin.
dalam air juga merupakan pigmen aksesori yang juga diguna- Karotenoid yang dikandung baik pada makro maupun
kan sebagai pewarna untuk makanan dan produk kosmetik. mikroalgae dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Namun,
karena kebutuhan akan karotenoid alami yang terus meningkat,
Suplemen makanan maka diperlukan adanya optimalisasi produksi pigmen untuk
Penggunaan mikroalgae untuk konsumsi manusia sebagai menjawab kebutuhan tersebut. Usaha yang pertama adalah
sumber makanan kesehatan yang bernilai tinggi, makanan dengan metode kultur skala masal spesies mikroalgae peng-
fungsional dan untuk produksi produk biokimia, seperti vitamin, hasil karotenoid. Ada dua sistem yang diterapkan pada metode
karotenoid, fikosianin dan asam lemak tak jenuh ganda ter- ini, yaitu kultur pada kolam terbuka dengan spesifikasi kedalam-
masuk asam lemak omega-3 telah dikembangkan (Pugh et al., an kolam 2-10 m dan lebar 15-30 cm dan dibuat jalur berkelok-
2001; Spolaore et al., 2006). Suplemen makanan yang mengan- kelok. Setiap unit dapat mencakup area seluas ratusan hingga
dung karotenoid sangat diharapkan baik untuk menambah ribuan m2. Sistem yang kedua yaitu sistem kultivasi tertutup
masukan jumlah karotenoid selain yang telah diperoleh dari dengan menggunakan fotobioreaktor yang dapat berbentuk
asupan makanan, maupun untuk menyediakan karotenoid bagi pipih maupun berbentuk pipa (del Campo et al., 2007).
mereka yang hanya mengkonsumsi makanan dengan jumlah Dunaliella merupakan organisme yang sangat cocok untuk
karotenoid yang rendah. Oleh karena kandungan karotenoid- kultur masal pada kolam terbuka. Teknik terbaru kini telah di-
nya, nilai komersil dari mikroalgae menjadi meningkat dan peng- terapkan untuk optimalisasi produksi astaxantin dari
gunaannya semakin luas termasuk sebagai suplemen Haematococcus. yaitu dengan menggunakan fotobioreaktor
makanan. Sebagai contoh β-karoten, lutein, zeaxantin, tertutup dengan cahaya buatan atau kombinasi antara foto-
violaxantin, astaxantin, yang banyak dikandung oleh mikroalga bireaktor tertutup dan kultur kolam terbuka (Dufosee, 2009).
jenis Chlorella, Spirulina, dan Dunaliella, kini dapat ditemukan
dipasaran dalam bentuk pil tablet, dan kapsul (Vílchez et al.,
2011). Bubuk DunanielIa yang kaya akan β-karoten telah
dieksploitasi dibanyak negara sejak tahun 1980. Sejauh ini

Tabel 1. Beberapa penelitian tentang perlakuan uji coba faktor stres lingkungan untuk optimasi produksi pigmen pada kultur mikroalgae
Kultur Peneliti, Tahun Faktor Stres Lingkungan yang Dicobakan Hasil Penelitian
Dunaliella Abd El-Baky Stres salinitas dikombinasikan dengan Akumulasi karotenoid dalam jumlah yang tinggi (12,6% per berat kering),
et al., 2007b tingkat nitrogen rendah. termasuk β-karoten (60,4%, dari karotenoid total), astaxantin (17,7%),
zeaxantin (13,4%), lutein (4,6%) dan kriptoxantin (3,9%).
Pisal dan Lele, Penghambatan pembelahan sel, nitrogen Penghambatan pembelahan sel hanya memberikan efek yang kecil, β-karoten
2004 terbatas, salinitas dan iradiasi yang tinggi meningkat dengan meningkatnya keterbatasan nitrogen, akumulasi β-karoten
pada suhu tinggi. tertinggi diperoleh dengan pemberian iradiasi tinggi dengan suhu yang tinggi.
Haemato- Imamoglu Stres medium dengan beberapa intensitas Haematococcus pluvialis dikultur pada empat stress media yang berbeda dan
coccus et al., 2009 cahaya berbeda. dua intensitas cahaya yang berbeda selama 14 hari periode induksi. Tingkat
akumulasi astaxanthin jauh lebih cepat dalam air suling dengan penambahan
CO2 yaitu 29,62 mg/g. Hal penting yaitu bahwa media ini lebih ekonomis
daripada media lainnya, terutama untuk produksi skala besar.
Chlorella Pelah Stres salinitas dengan intensitas cahaya Stres salinitas dapat menggantikan stres cahaya untuk merangsang produksi
et al., 2004 rendah karotenoid: sel-sel C. zofingiensis yang tumbuh di bawah radiasi cahaya
rendah dan mengalami stres garam serta nitrogen rendah, mengakumulasi
total jumlah karotenoid sekunder yang lebih tinggi. Selanjutnya, C. zofingiensis
yang tumbuh di bawah kondisi stres garam dan cahaya rendah, meng-
akumulasi jumlah cantaxantin yang lebih tinggi dibandingkan astaxantin.
Spirulina Abd El-Baky Stres oksidatif Kandungan β-karoten, astaxantin, lutein, zeaxantin, kriptoxantin, dan α-
et al., 2007a tokoferol meningkat seiring dengan meningkatnya level H2O2 pada media.
Nanno- Forján Limitasi nutisi penting yaitu Nitrogen (N), Nannochloropsis tumbuh dengan cepat dengan CO2 atau HCO3 sebagai
hloropsis et al., 2007 Sulfur (S), dan Fosfat (P) sumber karbon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik keterbatasan dan
konsentrasi rendah nutrisi (0,005 mM P; 0,2 mM N; 1,1×10-5 mM S) kenaikan
rasio karotenoid / klorofil, khusus untuk pembatasan S. Kandungan zeaxantin
dan violaxantin meningkat pada semua faktor stres yang diujikan.

225
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

Selama kultivasi mikroalga, beberapa faktor stres UCAPAN TERIMAKASIH


lingkungan dipaparkan pada kultur dan telah terbukti dapat
meningkatkan produksi karotenoid pada mikrolagae kultur. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Departemen
Faktor-faktor tersebut meliputi kadar garam, intensitas cahaya, Pendidikan Nasional yang telah memberikan dana melalui
kurangnya udara, nitrogen, dan kadar fosfat (El Baz et al., 2002; Program Beasiswa Unggulan di Pasca Sarjana Magister Biologi
Abd El-Baky et al., 2004). Daftar beberapa penelitian tentang Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Leenawaty
perlakuan uji coba faktor stres lingkungan pada kultur Limantara mengembangkan studi dan penelitian rumput laut
mikroalgae untuk optimasi produksi pigmen disajikan pada dengan dana Hibah Kompetensi No. 166/SP2H/PL/Dit.Litabmas
Tabel 1. /III/2012.
Makroalgae digunakan dalam produksi pangan, pakan,
bahan kimia, kosmetik dan produk farmasi. Makroalgae DAFTAR PUSTAKA
diproduksi terutama di Negara-negara Asia seperti Cina,
Filipina, Korea Utara dan Selatan, Jepang dan Indonesia. Abd El-Baky HH, El-Baz FK, El-Baroty GS. 2004. Production of
Namun, Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa antioxidant by the green alga Dunaliella salina. Int. J Agri
seperti Perancis, Jerman dan Belanda berusaha untuk mem- Biol 6: 49-57.
bangun budidaya makroalgae skala besar. Di Amerika, be- Abd El-Baky HH, El-Baz FK, El-Baroty GS. 2007a.
berapa sistem budidaya skala besar dirancang dan diuji untuk Enhancement of antioxidant production in Spirulina
diaplikasikan di laut terbuka (Chynoweth, 2002). Untuk spesies platensis under oxidative stress. Am-Euras J Sci Res 2:
makroalga seperti Sargassum dimungkinkan untuk meng- 170-179. DOI: 10.1007/s11738-009-0273-8.
gunakan metode budidaya apung. Metode budidaya rawai Abd El-Baky HH, El-Baz FK, El-Baroty GS. 2007b. Production of
(long-line), rakit apung dan tali gantung untuk budidaya spesies carotenoids from marine microalgae and its evaluation as
Kappaphycus alvarezii, telah banyak dilakukan di berbagai safe food colorant and lowering cholesterol agent. Am–
lokasi budidaya di Indonesia. Metode budidaya seperti ini telah Euras J Agric & Environ Sci 2: 792-800.
terbukti dapat meningkatkan produksi algae, karena selain Abd El-Baky HH, El-Baz FK, El-Baroty GS. 2008. Evaluation of
menghemat biaya juga terjadi penghematan lahan yang marine alga Ulva lactuca L. as a source of natural
menghasilkan produksi algae dalam jumlah yang tinggi untuk preservative ingredient. Am-Euras J Agric & Environ Sci 3:
menjawab kebutuhan pasar. 434-444.
Abidin D, Rondonuwu FS, Zainuri M. 2010. Analysis of
photosynthetic pigments and proximate content at
KESIMPULAN Porphyridium cruentum. Proceeding of Natural Pigments
Conference For South East Asia. Malang. p. 231-237.
Karotenoid tidak hanya dihasilkan oleh organisme foto- Amornlerdpison D, Peerapornpisal Y, Taesotikul T, Jamjai U,
sintesis di darat namun dapat pula dihasilkan oleh algae, Nualchareo M, Kanjanapothi D. 2007. Antioxidant activity of
termasuk didalamnya makro dan mikroalgae. Beberapa Padina minor Yamada. KMITL Sci Tech J 7: 1-7.
karotenoid penting yang dihasilkan dalam jumlah yang cukup Andarwulan N, Sutrisno K. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali Press.
besar oleh algae antara lain β-karoten, astaxantin, lutein, Jakarta.
zeaxantin, kriptoxantin, serta fukoxantin. Karotenoid-karotenoid Andersson M, Schubert H, Pedersén M, Snoeijs P. 2006.
tersebut telah dimanfaatkan baik untuk kesehatan, maupun Different patterns of carotenoid composition and photo-
sebagai pewarna dan substansi penting pada suplemen synthesis acclimation in two tropical red algae. Marine
makanan. Hasil penelitian telah membuktikan berbagai peranan Biology 149: 653-665. DOI: 10.1007/s00227-005-0174-3.
karotenoid dari algae untuk mencegah penyakit degeneratif, Atmadja WS, Kadi A, Sulistijo, Rachmaniar. 1996. Pengenalan
kanker, kardivaskuler, dan bertindak sebagai antioksidan kuat. Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi-
Untuk menjawab permintaan konsumen akan pigmen alami, LIPI, Jakarta.
maka industri biopigmen telah mengembangkan cara untuk Bone RA, Landrum JT, Guerra LH, Ruiz CA. 2002. Lutein and
mengoptimalkan produksi pigmen khususnya karotenoid yakni zeaxanthin dietary supplements raise macular pigment
menumbuhkan mikroalgae skala masal dengan memberikan density and serum concentrations of these carotenoids in
paparan beberapa faktor stres lingkungan seperti kadar garam, humans. American Society for Nutritional Sciences. J Nutr
intensitas cahaya, kurangnya udara, nitrogen, dan kadar fosfat. 133: 992-997.
Bioteknologi diharapkan dapat menjadi solusi untuk me- Britton G, Jensen SL, Pfander H. 1995. Carotenoids (IA):
nyediakan pigmen alami khususnya karotenoid untuk menjawab Isolation and Analysis. Birkhauser Verlag, Switzerland.
kebutuhan pasar mengingat pentingnya peranan karotenoid Burtin P. 2003. Nutritional value of seaweeds. EJEAF Che 2:
bagi kesehatan manusia. 498-503.

226
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

Cha KH, Koo SY, Lee DU. 2008. Antiproliferative effects of of Microalgal Culture: Biotechnology and Applied Phycology.
carotenoids extracted from chlorella ellipsoidea and Blackwell Publishing.
chlorella vulgaris on human colon cancer cells. J Agric Food Imamoglu E, Dalay MC, Sukan FV. 2009. Influences of different
Chem 56: 10521–10526. DOI: 10.1021/jf802111x. stress media and high light intensities on accumulation of
Cysewski GR, Lorenz RT. 2004. Industrial Production Of astaxanthin in the green alga Haematococcus pluvialis. N
Microalgal Cell-mass and Secondary Products-Species of Biotechnol 26: 199-204 DOI: 10.1016/j.nbt.2009.08.007.
High Potential: Haematococcus. Dalam Richmond A. 2004. Iwamoto H. 2004. Industrial Production Of Microalgal Cell-mass
Handbook of Microalgal Culture: Biotechnol and Appl and Secondary Products-Major Industrial Species: Chlorella.
Phycology. Blackwell Publishing. Dalam Richmond A. 2004. Handbook of Microalgal Culture :
de Fretes H, Susanto AB, Limantara L, Prasetyo B, Heriyanto, Biotechnology and Applied Phycology. Blackwell Publishing.
Brotosudarmo THP. 2011. Composition and Content of
Jin E, Polle JEW, Lee HK, Hyun SM, Chang M. 2003.
Pigment, Photostability and Thermostability Studies of
Xanthophylls in microalgae: From biosynthesis to bio-
Crude Pigment Extracts from Red, Brown, and Green
technological mass production and application. J Microbiol
Varieties of Red Algae Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty.
Biotechnol 13: 165-174.
Seminar ICONS, Universitas Ma Chung, Malang.
Katırcıoğlu H, Akın BS, Atıcı T. 2004. Microalgal toxin(s):
del Campo AJ, García-González M, Guerrero MG. 2007.
characteristics and importance. Afr J Biotechnol 3: 667-674.
Outdoor cultivation of microalgae for carotenoid production:
Current state and perspectives. Appl Microb Biotechnol 74: Kumar NJI, Kumar RN, Bora A, Kaur Amb M, Chakraborthy S.
1163–1174. DOI: 10.1007/s00253-007-0844-9. 2009. An Evaluation of the pigment composition of eighteen
Marine Macroalgae collected from Okha Coast, Gulf of
Dufosse L. 2009. Microbial and Microalgal Carotenoids as Kutch, India. Our Nature 7: 48-55. DOI: 10.3126/
Colourants and Supplements. Dalam Britton G. 2009. on.v7i1.2553.
Carotenoids (5): Nutrition and Health. Birkhauser Verlag,
Switzerland. Kusmiati, Agustini NWS, Tamat SR, Irawati M. 2010. Ekstraksi
dan purifikasi senyawa lutein dari mikroalga Chlorella
El-Baz FK, Aboul-Enein MA, El-Baroty GS, Youssef AM, Abd El-
pyrenoidosa Galur Lokal Ink. J Kimia Indonesia 5: 30-34.
Baky HH. 2002. Accumulation of antioxidant vitamins in
Dunaliella salina. J Biol Sci 2: 220-223 DOI: 10.3923/jbs. Lee JC, Kim J, Park JK, Chung GH, Jang YS. 2003. The
2002.220.223. antioxidant, rather than prooxidant, activities of quercetin on
Forján E, Garbayo I, Casal C, Vílchez C. 2007. Enhancement of normal cells: quercetin protects mouse thymocytes from
carotenoid production in Nannochloropsis by phosphate and glucoseoxidase-mediated apoptosis. Experimental Cell
sulphur limitation. Communicating Current Research and Research 291: 386-397. DOI: 10.1016/S0014-14-1827(03)
Educational Topics and Trends in Appl Microbiol p. 356-364. 00410-5.
Green BR, Durnford DG. 1996. The chlorophyll carotenoid Limantara L, Kusmita L. 2009. Biopigmen sebagi antioksidan
proteins of oxygenic photosynthesis. Annu Rev Plant potensial. Prosiding Seminar Nasional Farmasi, Antioksidan
Physiol Plant Mol Biol 47: 685–714. DOI: 10.1146/annurev. dalam Sediaan Obat, Kosmetika, Makanan dan Minuman.
arplant.47.1.685. STIFAR Yayasan Farmasi. Semarang. p. 1-28.
Gross J. 1991. Pigment in Vegetables (Chlorophylls and Lindqvist A, Andersson S. 2002. Biochemical properties of
Carotenoids). Van Norstran Reinhold. New York. DOI: purified recombinant human β-carotene 15,15’ mono-
10.1007/978-1-4615-2033-7. oxygenase. The J of Biol Chem 277: 23942-23948. DOI:
10.1074/jbc.M202756200.
Guerin M, Huntley ME, Olaizola M. 2003. Haematococcus
astaxanthin: applications for human health and nutrition. Mercado JDR, Blumberg JB. 2004. Lutein and zeaxanthin and
Trends in Biotechnol 21: 210-216. DOI: 10.1016/S0167- their potential roles in disease prevention. J of the American
7799(03)00078-7. College of Nutr 23: 567S–87S.
Hegazi MM, Perez-Ruzafa A, Almela L, Candela ME. 1998. Merdekawati W. 2009. Kandungan dan aktifitas antioksidan
Separation and identification of chlorophylls and carotenoids klorofil a dan β-karoten Sargassum sp. J Kelautan Nasional
from Caulerpa prolifera, Jania rubens, and Padina pavonica 2: 144-145.
by reversed-phase high-performance liquid chromato- Ndiha BBA, Limantara L. 2009. Karotenoid pada Bahan
graphy. J Chromatography A 829: 153-159. DOI: 10.1016/ Makanan. Prosiding Seminar Nasional Biologi, Lingkungan
S0021-9673(98)00803-6. dan Pembelajarannya. Jurdik Biologi. FMIPA Universitas
Negeri Yogyakarta. p. 75-84.
Hegazi MM. 2002. Separation, identification and quantification
of photosynthetic pigments from three Red Sea seaweeds Olaizola M. 2003. Commercial development of microalgal
using reversed-phase high-performance liquid chromato- biotechnology: from the test tube to the marketplace. Biomol
graphy. Egyp J Biol 4: 1-6. Eng 20: 459-466. DOI: 10.1016/S1389-0344(03)00076-5.
Hu Q. 2004. Industrial Production Of Microalgal Cell-mass and Pelah D, Sintov A, Cohen E. 2004. The effect of salt stress on
Secondary Products-Major Industrial Species: Arthrospira the production of canthaxanthin and astaxanthin by
(Spirulina) platensis. Dalam Richmond A. 2004. Handbook Chlorella zofingiensis grown under limited light intensity.

227
Versi Online:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip
DOI: 10.6066/jtip.2012.23.2.221
Ulasan Ilmiah J. Teknol. dan Industri Pangan, Vol. XXIII No. 2 Th. 2012

World J Microbiol Biotechnol 20: 483-486. DOI: 10.1023/B: Vílchez C, Forján E, Cuaresma M, Bédmar F, Garbayo I, Vega
WIBI.0000040398.93103.21. JM. 2011. Marine carotenoids: biological functions and
commercial applications. Mar Drugs 9: 319-333. DOI:
Pisal DS, Lele SS. 2005. Carotenoid production from
10.3390/md9030319.
microalgae, Dunaliella salina. Indian J Biotechnol 4: 476-
483. Wang B, Zarka A, Trebst A, Boussiba S. 2003. Astaxanthin
accumulation in Haematococcus pluvialis (chlorophyceae)
Pugh N, Ross SA, El-Sohly HN, El-Sohly MA, Pasco DS. 2001. as an active photoprotective process under high irradiance.
Isolation of three high molecular weight polysaccharide J Phycol 39: 1116-1124. DOI: 10.1111/j.0022-3646.2003.
preparations with potent immunostimulatory activity from 03-043.x.
Spirulina platensis, Aphanizomenon flos-aquae and
Yan X, Chuda Y, Suzuki M, Nagata T. 1999. Fucoxanthin as the
Chlorella pyrenoidosa. Planta Med 67: 737–742. DOI:
major antioxidant in hijikìa fusiformis, a common edible
10.1055/s-2001-18358.
seaweed. Biosci Biotechnol Biochem 63: 605-607. DOI:
Raja S, Hemaiswarya S, Rengasamy R. 2007. Exploitation of 1271.63.605.
Dunaliella for β-carotene production. Appl Microbiol Zahra R, Mehrnaz M, Farzaneh V, Kohzad S. 2007. Antioxidant
Biotechnol 74: 517-523. DOI: 10.1007/s00253-006-0777-8. activity of extract from a brown alga, Sargassum boveanum.
Rao AV, Rao LG. 2007. Carotenoids and human health. African J Biotechnol 6: 2740-2745.
Pharmaco Res 55: 207-216. DOI: 10.1016/j.phrs.2007.01. Zapata M, Garrido JL, Jeffrey SW. 2006. Chlorophyll c
012. pigments: Current status. Dalam Griman B, Porra JP,
Rudiger W, Scheer H. Chlorophylls and Bacterio-
Rock CL. 1997. Carotenoids: biology and treatment. Pharma-
chlorophylls: Biochemistry, Biophysics, Functions, and
cology & Therapeutics 75: 185-197. DOI: 10.1016/S0163-
Applications. Springer 25: 39-53.
7258(97)00054-5.
Zeb A, Mehmood S. 2004. Carotenoids contents from various
Spolaore P, Joannis-Cassan C, Duran E, Isambert A. 2006. sources and their potential health applications. Pakistan J
Commercial applications of microalgae. J Bio Sci Bioeng Nut 3: 199-204. DOI: 10.3923/pjn.2004.199.204.
101: 87-96. DOI: 10.1263/jbb.101.87.
Zhao L, Sweet BV. 2008. Lutein and zeaxanthin for macular
Suseela MR, Toppo K. 2006. Haematococcus pluvialis – A degeneration. Am J Health-Syst Pharm 65: 1232–1238.
green alga, richest natural source of astaxanthin. Current DOI: 10.2146/ahjp080052.
Science 90: 1602-1603.

228

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai