PENDAHULUAN
Bentuk Kristal andrografolida adalah prisma rombik atau kepingan. Bobot molekul
andrografolida 350,46. Titik leleh andrografolida adalah 218-221 oC. rotasi jenis -92,2o,
panjang gelombang maksimal 223 nm. Andrografolida sedikit larut dalam air, larut dalam
aseton, metanol, kloroform, eter (Merck and Co., Inc.,1989). Andrografolid merupakan kristal
tidak berwarna, larut dalam metanol, etanol, aseton, piridin, etil asetat, kloroform, dan asam
asetat, namun sedikit larut dalam air dan tidak larut dalam dietil eter (Qiang, 2007)
2.1.2 Morfologi Sambiloto
Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti kebun kopi, tepi
sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Merupakan daun yang berasa
pahit dan dingin. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan
laut. Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan semusim, dengan tinggi 50-90 cm.
Tumbuhan sambiloto memiliki batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk
segi empat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset,
pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun berwarna hijau tua, bagian
bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-3 cm. Bunga tumbuh dari ujung
batang atau ketiak daun, berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki
buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam,
bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat
muda. Tumbuhan ini dapat dikembang biakkan dengan biji atau stek batang (Yuniarti, 2008).
2.2.1 Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979).
Untuk mendapatkan tablet dengan kualitas yang baik, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, antara lain:
(1) mempunyai kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya baik selama
fabrikasi, pengemasan, pengangkutan sampai pada konsumen.
(2) dapat melepaskan obatnya.
(3) memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya (Sheth et al.,
1980).
Pada dasarnya bahan pembantu tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa
dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984). Bentuk sediaan tablet mempunyai
keuntungan antara lain:
(1) merupakan bentuk sediaan yang utuh dan mempunyai ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah daripada bentuk yang lain.
(2) merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak.
(3) merupakan bentuk sediaan yang mudah dan murah dalam pembuatan, pengemasan dan
pengiriman.
(4) merupakan sediaan oral yang paling mudah pemakaiannya (Banker and Anderson, 1986).
3.3.Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Tanaman sambiloto (Andrographolide)
3.3.2 Variabel Terikat
Tablet hisap dari sambiloto (Andrographolide) sebagai antimalaria
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Bahan :
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah, etanol 70 %, gelatin (Brataco No.
Batch J0514/13), manitol (Pharm mannidex No. Batch 1670005085543), FDC Red
1%(coloris), essent strawberi (flavour agent), simplisia sambiloto (Andrographis paniculata
Nees).
2. Alat
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, alat pencetak tablet Single Punch (STC-
93674, Single Punch Tablet Press), timbangan digital (Denver Instrumen® ), timbangan gram
(Ohaus Triple Beam Balance US.PAT.No.2.729,439), alat ukur kekerasan tablet (Stokes-
Monsanto® ), alat ukur waktu hancur (Pharma Test PT2-E), alat uji granul (fluidity tester® ),
alat ukur kerapuhan tablet (Roche Friabilator® ), tap volumeter (Bulk Density teste® ), jangka
sorong, lemari pengering, timbangan analitik, dan stopwatch.
Alat yang digunakan untuk penyarian adalah seperangkat alat penyari, tangas air, KLT
dengan fase diam silika gel 60 F254.
3.5. Langkah Penelitian
3.5.1 Prosedur Kerja
a. Preparasi sampel
Herba sambiloto yang digunakan dikeringan untuk mengurangi kadar air dalam
tanaman agar reaksi enzimatik dapat dihentikan sehingga tidak mudah rusak.
Pengeringan dilakukan dengan memasukkan herba kedalam oven dengan suhu
40°C untuk mendapatkan kadar air simplisia < 10%. Herba sambiloto yang
sudah kering dihaluskan dengan mesin blender hingga menjadi serbuk. Serbuk
simplisia sambiloto kemudian diayak dengan ayakan 20 mesh.
b. Ekstraksi
Ekstraksi sampel dilakukan dengan metoda maserasi (perendaman). Sebanyak
500 g rimpang kering dimaserasi dengan pelarut etanol 70 % selama 5 hari
sambil sekali-sekali diaduk. Sarinya disaring dan ampasnya dimaserasi kembali
dengan perlakuan yang sama sebanyak 3 kali pengulangan. Maserat
dikumpulkan untuk diuapkan dengan destilasi vacum dan dikentalkan dengan
rotary evaporate hingga diperoleh ekstrak kental dengan berat konstan.
Ekstrak kental ini kemudian di deteksi menggunakan HPLC.
i. Formulasi
Formulasi dilakukan untuk mencari teknologi proses pembuatan tablet hisap
yang memberikan tekstur, penampakan dan rasa terbaik.
c. Indeks Kompresibilitas
Sejumlah ± 25 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur
volumenya (V1). Berat jenis bulk = m/V. Gelas ukur yang berisi sampel diketuk-ketukkan
sebanyak 300 kali.
Bj bulk = m/V
Indeks kompresibilitas (%) = Bj mampat-Bj Bulk/Bj mampat x 100%
Dikocok menggunakan
Pelarut campuran etilasetat:air
(1:1)
fraksi etilasetat
Dipekatkan-diamkan
Terbentuk Kristal dan saring
Rekristalisasi
methanol panas
Diperoleh
Isolate andrographolid
Setelah elusi selesai plat silika gel 60 F254 diambil dilihat pada sinar
UV254 nm dan hitung Rfnya
1.5.2.2 Uji kuantitatif andrografolid
totolkan pada plat KLT silika gel 60 F254 dan lakukan elusi dengan
fase gerak (kloroform:metanol = 9:1)
b. Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran tablet dilakukan dengan mengukur diameter masing- masing
tablet menggunakan jangka sorong. Keseragaman ukuran tablet dipengaruhi sifat alir,
keseragaman densitas dan stabilitas punch pada alat cetak tablet. Menurut Farmakope
Indonesia III, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari 1 1/3 kali tebal tablet.
c. Keseragaman Bobot
Sebanyak 20 tablet dari masing-masing formula ditimbang dan dihitung bobot rata-
ratanya. Kemudian ditimbang satu per satu. Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih
dari 2 tablet menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu pun yang menyimpang lebih
besar dari kolom B (Departemen Kesehatan RI, 1979).
Tabel Syarat keseragaman bobot
Berat rata-rata Selisih (%)
A B
25 mg atau kurang 15 30
25 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 5 10
d. Kekerasan Tablet
Alat penguji kekerasan tablet yang digunakan adalah Hardness tester Erweka.
Umumnya kekerasan tablet berkisar antara 4 – 10 Kp (tergantung pada diameter dan besar
tablet yang dibuat). Caranya adalah satu buah tablet diletakkan tegak lurus pada alat, kemudian
dilihat pada tekanan berapa tablet tersebut pecah (Lachman, Lieberman, & Kanig, 1994).
e. Keregasan Tablet
Awalnya dua puluh tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang lalu masukkan dua
puluh tablet tersebut ke dalam alat dan jalankan alat dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit
(100 kali putaran). Kemudian keluarkan tablet, bersihkan dari debu dan timbang kembali.
Hitung selisih berat sebelum dan sesudah perlakuan.
g. Uji Disolusi
Sebanyak 3 tablet, masing-masing ditempatkan dalam 500 ml media disolusi pada suhu
37 ± 0,5 oC menggunakan alat disolusi tipe dayung dengan kecepatan putaran 50 rpm. Disolusi
dilakukan selama 20 menit dalam larutan metanol-air (1:1). Pada menit ke 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 15
dan 20, diambil sebanyak 10 ml sampel yang langsung digantikan kembali dengan jumlah yang
sama ke dalam labu disolusi. Kemudian sampel diukur serapannya dengan spektrofotometer
UV- Vis pada panjang gelombang 316,80 nm (Pothitirat, Chomnawang, Supabphol, &
Gritsanapan, 2009; Zarena & Sankar, 2009). Kadar ekstrak daun sambiloto yang terdisolusi
dihitung berdasarkan kurva kalibrasi ekstrak daun sambiloto.
Dari data yang diperoleh, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji anava.
Contoh Kemasan