I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami langkah – langkah analisa obat di dalam darah
2. Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang
hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas
seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias)
metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang
ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak
mengandung bahan lain yang ditambahkan.
Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan
hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa
sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis
sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi.
(Harmita. 2004:127)
(Khopkar, 1990)
A=a.b.c
A = Log Io/I
III.2. Bahan
1. Parasetamol
2. Asam trikloroasetat ( `TCA ) 20%
3. NaNO2 10%
4. Asam Sulfamat 15 %
5. HCL 6N
6. NaOH 10 %
7. Heparin
8. Aquadest
III.3. Hewan Uji
1. Tikus
2. Plasma
λ maximum
3. Pembuatan kurva baku
Dicampur homogen
Kurva baku
Blanko
5. Pengukuran absorbansi
Dicampur baik-baik
Di ad dengan aquadest
Dihitung nilai r
Penimbangan Paracetamol
Kertas + Paracetamol = 0,5718gram
Kertas + sisa = 0,4765gram
Paracetamol = 0,0953 gram = 95,3 mg
95,3 mg mg μg
Konsentrasi Paracetamol ¿ =0,953 =953
100 ml ml ml
Konsentrasi
Absorbansi
(µg/ml)
99,98 0,013
300 0,112
499,98 0,206
599,97 0,226
699,99 0,343
Absorbansi
0.2
Linear (Absorbansi)
0.15
0.1
0.05
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Konsentrasi (µg/ml)
ABSORBAN
y = bx + a
A = 0,013
Y = bx + a
0,013 = 5,0690x10−4 x – 0,0430
x = 110,4754 µg/ml
A = 0,112
Y = bx + a
0,112 = 5,0690x10−4 x – 0,0430
x = 305,7802 µg/ml
A = 0,206
Y =bx + a
x = 491,2211µg/ml
A = 0,226
Y = bx + a
0,226 = 5,0690x10−4 x – 0,0430
x = 530,6767 µg/ml
A = 0,343
Y = bx + a
0,343 = 5,0690x10−4 x – 0,0430
x = 761,4914 µg/ml
Konsentrasi Absorbansi
99,98 0,083
99,98 0,056
99,98 0,075
300 0,0108
300 0,079
300 0,049
499,98 0,149
499,98 0,120
499,98 0,096
µg
a) 99,98
ml
0,083 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 248,57
ml
0,056 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 195,30
ml
0,075 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 232,79
ml
µg
b) 300
ml
0,018 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 297,89
ml
0,079 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 240,68
ml
0,049 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 181,49
ml
µg
c) 499
ml
0,149 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 378,77
ml
0,120 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 321, 56
ml
0,096 = 5,0690x 10−4x – 0,0430
µg
X = 274,21
ml
2.a. PERHITUNGAN % RECOVERY
Kadar Terukur
%P= x 100
Kadar Diketahui
µg 0,108 µg 80,01 %
300 Rata2 = 297,89
ml ml
297,89
%P= x100%= 99,30%
300
0,079 µg
Rata2 = 240,68
ml
240,68
%P= x100%= 80,23%
300
0,049 µg
Rata2 = 181,49
ml
181,49
%P= x100%= 60,50 %
300
µg 0,149 µg 64,97 %
499,98 Rata2 = 378,77
ml ml
378,77
%P= x100%= 75,76 %
499,98
0,120 µg
Rata2= 321,56
ml
321,56
%P= x100%= 64,31 %
499,98
0,096 µg
Rata2= 274,21
ml
274,21
%P= x100%= 54,84 %
499,98
VI. PEMBAHASAN
Percobaan pertama pada praktikum biofarmasetika adalah optimasi metode
analisa obat yang bertujuan untuk memahami langkah-langkah analisa obat di
dalam darah dan untuk mengetahui kevalidan dari suatu metode yang digunakan
dalam menetapkan kadar suatu obat dalam darah. Validasi adalah konfirmasi
melalui pengujian dan pengadaan bukti yang objektif bahwa persyaratan tertentu
untuk suatu maksud khusus dipenuhi. Tujuan dilakukan validasi terhadap metode
analisa obat adalah agar setiap data yang diperoleh dari pengujian telah
distandarisasi, sehingga dapat langsung digunakan untuk kepentingan
dokumentasi data profil suatu obat.
Parameter farmakokinetik obat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran
kadar obat utuh dan atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urine, saliva
atau cairan tubuh lainnya). Jika suatu metoda telah dinyatakan valid, maka
parameter-parameter farmakokinetik yang diperoleh dari metode tersebut juga
dapat dipercaya. Suatu metode dapat dikatakan valid apabila memenuhi beberapa
kriteria diantaranya sensitivitas, spesifitas, akurasi, presisi, dan praktis.
Pada percobaan ini, dilakukan analisa obat Paracetamol. Paracetamol adalah
derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat analgetik antipiretik. Paracetamol
digunakan untuk menurunkan panas yang disebabkan oleh karena infeksi atau
sebab yang lainnya. Hewan uji yang akan digunakan adalah tikus, dimana tikus ini
diambil sampel darahnya pada bagian vena ekor dengan cara memotong bagian
ujung ekor. Bagian ekor dipilih karena bagian tersebut memiliki banyak pembuluh
darahnya. Sebelum diambil darahnya, bagian ekor dibersihkan dahulu dari
kotoran dan dikerok bulu-bulunya sekitar 1 cm dengan menggunakan scalpel
agar lebih mudah dalam proses pengambilan darah. Proses pengambilan darah
dilakukan dengan menorehkan luka pada vena tepi di bagian ekor. Darah yang
didapat ditampung ke dalam ephendrof yang sudah diberi heparin. Heparin
berfungsi sebagai antikoagulan. Jika sampel darah yang diambil mengalami
koagulasi atau menggumpal maka yang akan keluar adalah serumnya, sedangkan
yang digunakan untuk pemeriksaan adalah plasma darah karena obat akan
berinteraksi dengan protein plasma untuk membentuk suatu kompleks obat-
makromolekul yang sering disebut dengan ikatan obat-protein, dengan kata lain
maka percobaan tidak dapat dilakukan bila darah mengalami penggumpalan.
Preparasi sampel yang dilakukan mulai dari penggunaan alat dan bahan,
seperti pengkalibrasian dan pembuatan reagen berpengaruh juga terhadap validasi
metode analisis ini. Preparasi sampel yang dilakukan adalah:
3. Pembuatan larutan stok Paracetamol
Ditimbang 100,0 mg Paracetamol, dilarutkan dengan aquadest di dalam labu
takar 100,0 ml ad tanda batas. Sehingga diperoleh larutan stok dengan
konsentrasi 1000 ppm. Pembuatan larutan stok dilakukan di labu takar, agar
hasilnya memiliki ketepatan yang tinggi.
4. Pembuatan kurva baku internal
Fungsi utama dari pembuatan kurva baku adalah untuk menggambarkan
hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, yang saling berbanding lurus.
Dari kurva baku yang didapat nantinya dapat digunakan untuk perhitungan
penetapan kadar Paracetamol.
Penambahan heparin pada sampel darah yaitu agar darah tidak
menggumpal dan tidak mengganggu pembacaan alat spektrofotometri,
sehingga data yang dihasilkan akan mendekati akurat.
Lalu dibuat pengenceran sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan 0,
100, 200, 300, 400, 500, 600, 700 µg/ml.
Ditambahkan 2,0 ml TCA 20% sesuai dengan metode jaffe reaction
yang berfungsi sebagai pengendap protein dalam sampel darah
(precipitating agent) (Human Diagnostik.Creatinin; ST.Reagensia.
Creatinin).
Fungsi pem-vortexan yaitu menghomogenkan reagen antara sampel
darah dengan TCA 20%.
3. Pemrosesan sampel darah in vivo (sebagai blanko)
Dalam hal ini dilakukan penambahan HCL berfungsi untuk membentuk
suasana asam, sedangkan fungsi penambahan NaNO 2 adalah untuk
pembentukan reaksi diazotasi. Selain itu, paracetamol pada suasana asam
akan mengalami hidrolisis membentuk amina primer yaitu para-aminofenol.
Reaksi diazotasi sifatnya tidak stabil, sehingga perlu pengaturan suhu yaitu
mengkondisikan sampel pada suhu 15C. Pengaturan suhu ini juga
berfungsi untuk mencegah degradasi senyawa fenol dan gas nitrogen yang
terjadi akibat reaksi diazotasi (Higuchi,1968). Penambahan asam sulfamat
berfungsi untuk menghilangkan gas N2 secara perlahan dengan diberikan
getaran ultrasonik pada larutan. Gas N2 hilang ditandai dengan
berkurangnya gelembung gas yang terbentuk. Apabila gas N 2 ini tidak
hilang, maka akan mengganggu pengukuran absorbsi. Kemudian ditambah
NaOH bertujuan untuk memperpanjang gugus kromofor sehingga warna
yang terbentuk semakin jelas dan dapat terbaca absorbansinya dengan valid.
Berikut ini adalah reaksi diazonium yang terjadi pada paracetamol:
VII. KESIMPULAN
a. Langkah-langkah dalam optimasi analisis obat meliputi penetapan OT,
penetapan panjang gelombang maksimal, pembuatan kurva baku, dan
perhitungan nilai recovery, kesalahan acak dan kesalahan sistemik.
b. Panjang gelombang maksimal untuk dan Paracetamol 435 nm.
c. Dapat disimpulkan bahwa nilai recovery Paracetamol pada konsentrasi
225,60(µg/ml); 80,01 (µg/ml); 64,97 (µg/ml) ada yang tidak memenuhi
persyaratan, karena konsentrasi 64,97 (µg/ml) <75-90 (µg/ml)
d. Nilai KA Paracetamol pada semua konsentrasi tidak memasuki persyaratan
karena >10%.
e. Nilai KS pada Paracetamol tidak memasuki persyaratan karena >10%.
DAFTAR PUSTAKA
Dollery, Sir Collin. 1992. Therapeutic Drug. New York: Churchill Livingstone
Avianti Burhan
(1041511)