Anda di halaman 1dari 17

ABSORPSI, DISTRIBUSI,

METABOLISME dan EKRESI

ANITA ROSALIANTI
2048401003
ELY FITRIANI
2048401008
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ABSORPSI
2. PENGERTIAN DISTRIBUSI
3. PENGERTIAN METABOLISME
4. PENGERTIAN EKRESI
5. KASUS
ABSORPSI

PENGERTIAN

Absorpsi obat adalah proses senyawa obat dipinda


hkan dari tempat absorpsinya ke sirkulasi sistemik. P
roses ini tergantung pada tempat absorpsi itu
sendiri, sirkulasi darah di tempat absorpsi dan sifat fi
sikokimia ovat.
DISTRIBUSI

PENGERTIAN

Distribusi obat merupakan proses yang penting dalam me


njaga efikasi, keamanan, dan kualitas suatu obat setelah pr
oses pembuatannya.
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) perlu diterapkan p
ada fasilitas distribusi termasuk apotek agar mutu obat da
pat terjaga sampai obat dikonsumsi oleh pasien.
METABOLISME
PENGERTIAN
Metabolisme (bahasa Yunani: μεταβολισμος, metabolismos, perubahan) adalah
seluruh reaksi biokimia yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan yang t
erjadi di dalam suatu organisme. Reaksi kimia terjadi akibat interaksi spesifik se
cara teratur antara molekul-molekul di dalam lingkungan sel beserta dengan per
ubahannya. Sel akan berhenti bekerja jika metabolisme tidak berlangsung di dal
am tubuh.
Metabolisme juga berperan melakukan detosifikasi. Jenis reaksi yang terjadi sel
ama proses metabolisme terbagi menjadi katabolisme dan anabolisme. Proses
metabolisme memerlukan bantuan enzim sebagai aktivator.
Tiga tujuan utama metabolisme yaitu mengonversi makanan menjadi energi unt
uk menjalankan proses pada tingkat seluler, mengonversi makanan/bahan bakar
menjadi bahan baku penyusun protein, lipid, asam nukleat dan beberapa jenis k
arbohidrat, serta mengeliminasi limbah metabolis.
PENGERTIAN EKRESI
PENGERTIAN
Ekskresi adalah proses pembuangan sisa metabolisme
dan benda tidak berguna lainnya.[1] Ekskresi merupak
an proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pa
da organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan
secara langsung melalui permukaan sel. Organisme m
ultiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks
misalnya keringat dan urin. Organ yang terlibat pada E
kskresi ialah :
Ginjal
Kulit
Hati
Paru-Paru
A . Contoh kasus
1. Kasus Bapak IU (65 th)

Awalnya Tn IU merasakan mata kiri perih karena terkena sabun kemudi


an membasuh mata dengan air namun tidak membaik, lalu pasien membel
i tetes mata insto, namun tidak memberikan efek pasien pun berinisiatif un
tuk pergi ke apotek membeli obat mata yang termasuk obat keras dan har
us menggunakan resep
dokter namun pasien tetap meminta obat tersebut hingga akhirnya diberi
kan
pasien pun tidak membaca aturan pakai yang seharusnya hanya 3 tetes set
iap 6 jam sehingga setelah menggunakan obat tersebut mata pasien mala
h semakin perih, dan saat obat diteteskan terasa panas.
Akhirnya pasien pergi ke Puskesmas dan memberitahukan kepada dokter
mengenai obat yang digunakan hasilnya kornea mata pasien mengalami k
erusakan.

Dari beberapa kasus tersebut membuktikan bahwa apoteker sangat besar


tanggung jawabnya dalam penyerahan obat agar obat yang pasien dapat t
epat baik dosis,
indikasi serta cara penggunaan maka pengobatan yang didapat akan efekt
DESKRIPSI OBAT
OBAT ERLANMYCETIN

Erlamycetin Plus tetes mata adalah obat antibiotik untuk mengobati peradangan
mata akibat bakteri. Obat tetes mata ini dapat menangani peradangan pada korn
ea mata, kerusakan saraf akibat tekanan pada bola mata (glaukoma), dan mata j
uling atau kontrol otot mata yang tidak berfungsi baik (strabismus).

Selain itu, obat ini juga dapat digunakan sebagai perawatan setelah operasi gan
gguan lensa mata (katarak). Obat ini merupakan obat keras yang harus menggu
nakan resep dokter.Erlamycetin Plus tetes mata mengandung zat aktif chloramp
henicol base dan dexamethasone sodium phosphate.

Chloramphenicol adalah antibiotik spektrum luas yang berfungsi untuk menghen


tikan pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif penyebab berbagai infe
ksi.Sementara, dexamethasone adalah obat steroid yang digunakan untuk mere
dakan kemerahan, gatal, dan bengkak yang disebabkan infeksi mata atau prose
dur tertentu, misalnya operasi mata.
INFORMASI ZAT AKTIF
CHLORAMPHENICOL

Chloramphenicol adalah obat golongan antibiotik yang dapat


mengganggu pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat
sintesis atau pembentukan protein bakteri.Berdasarkan proses
kerja obat dalam tubuh, chloramphenicol memiliki status:

1. Absorpsi: Diserap dengan cepat dan mudah. Dapat diserap s


ecara sistemik setelah pemberian pada mata (oftalmikus).

2. Distribusi : Masuk ke dalam cairan mata dan gel yang mengis


i ruang antara lensa mata dan retina (vitreous humor). Dapat m
enyebar secara luas ke sebagian besar jaringan dan cairan tubu
h. Dapat melintasi plasenta dan masuk kedalam ASI.
CHLORAMPHENICOL

METABOLISME DAN EKRESI

3. MetabolismeChloramphenicol dihidrolisis di gastrointestinal menjadi bentu


k bebasnya. Di hepar, chloramphenicol dikonjugasikan dengan asam glukor
onat.

4. Ekskresi: Melalui urine (30% sebagai kloramfenikol suksinat yang tidak be


rubah, serta 5-15% sebagai kloramfenikol). Waktu yang dibutuhkan obat unt
uk dikeluarkan oleh tubuh dari separuh kadar awal obat (waktu paruh elimin
asi) selama 1,5-4 jam.
DEXAMETHASONE
Dexamethasone adalah obat golongan kortikosteroid yang bersifa
t antiinflamasi karena mampu meredakan gejala peradangan di tu
buh.Berdasarkan proses kerja obat dalam tubuh, dexamethasone
diketahui memiliki status:

1. Absorpsi: Setelah pemberian pada mata, obat diserap melalui b


eranda mata (aqueous humor).

2. Distribusi: Didistribusikan ke seluruh lapisan jaringan lokal. Obat


yang diserap ke dalam sirkulasi dengan cepat dikeluarkan dari dar
ah dan didistribusikan ke otot, hati, kulit, usus, dan ginjal.
METABOLISME DAN EKRESI

3. Metabolisme: Terutama dimetabolisme secara lokal. Jumlah kec


il yang diserap ke dalam sirkulasi sistemik dimetabolisme terutama
di hati menjadi senyawa yang tidak aktif.

4. Ekskresi: Metabolit tidak aktif dikeluarkan oleh ginjal. Sejumlah


kecil metabolit juga dibuang dalam tinja.
Contoh Kasus

2. Kasus bayi dari ibu M


Pada bulan Desember 2013 di Aceh, ibu M membawa bayi L yang baru beru
sia 34 hari ke salah satu RSUD atas rujukan seorang dokter. Bayi mengalami
diare dan dokter menyarankan untuk di infus namun seorang perawat yang
masih praktek lapangan di Rumah Sakit tersebut melakukan kesalahan den
gan memberikan obat ranitidin dan norages kepada bayi tersebut yang seha
rusnya diberikan kepada bayi lain yang sama dirawat di RSUD tersebut.

Akibatnya bayi dari ibu M mengalami muntah – muntah dan lemas serta per
ut kembung semua tenaga kesehatan bertanggung jawab untuk keselamata
n pasien baik itu dokter yang meresepkan dan mendiagnosa, apoteker yang
menyiapkan dan memberikan obat serta perawat yang memberikan kepada
pasien maka perlu dilakukan kerja sama dari semua tenaga kesehatan agar t
idak terjadi lagi hal seperti kasus tersebut.
OBAT RANITIDIN
Absorbsi
Ranitidin dapat diadministrasi lewat injeksi oral, intramuskular, dan
intravena. Penyerapan ranitidin lewat rute oral (bioavailabilitas) 50% diabso
rbsi dan mencapai peak plasma concentration dicapai dalam waktu 1-2 jam.
Absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan atau antasida. Setelah pemberian
oral, dosis 150 mg mean plasma concentration sekitar 400 ng/ml.[6]Penyera
pan ranitidin lewat rute injeksi intramuskular dosis 50 mg sangat cepat deng
an mean plasma concentration 576 ng/ml dalam 15 menit atau kurang. Bioa
vailabilitas mencapai 90-100%.[5]Penyerapan ranitidin lewat rute injeksi intr
avena mencapai mean plasma concentration 440-545 ng/mL dalam 2-3 jam.

Distribusi
Didistribusikan secara luas, termasuk ASI, menyeberangi sawar darah otak
dan plasenta. Konsentrasi ranitidin di cairan serebrospinal 1/20 sampai 1/3
0 konsentrasi di plasma pada waktu yang sama. Volume distribusi 1,4 L/kg
(1,2-1,8 L/kg). Ikatan plasma protein 15%.
Metabolisme
Metabolisme ranitidin terjadi di hepatik, dengan total pembersihan seb
anyak 30% dari total body clearance setelah pemberian IV, dan 73% set
elah pemberian oral. Hasil metabolisme ranitidin adalah N-oksida sebag
ai metabolit utama sebanyak <4% dari total dosis yang diadministrasi, S
-oksida (1%) dan desmetil ranitidin (1%) yang ditemukan di urin. Sisa da
ri dosis yang diberikan ditemukan pada feses. Pada pasien dengan disf
ungsi hepar (sirosis) terdapat gangguan metabolisme ranitidin (waktu pa
ruh, distribusi, pembersihan, dan bioavailabilitas) namun bersifat minor
dan insignifikan.
Ekskresi
Ekskresi
Ekskresi ranitidin dilakukan via renal dengan rata-rata 530 mL/menit hi
ngga 760 mL/menit yang menandakan ekskresi tubular aktif. Waktu par
uh eliminasi berkisar 2 hingga 3 jam. Ekskresi ranitidin (unchanged for
m) di urin pada pemberian oral 30% dan 70% pada pemberian IV dalam
24 jam, sisanya dieksresikan lewat feses.[3,7]Pasien dengan gangguan
fungsi renal (pembersihan kreatinin 25-35 ml/menit) pemberian ranitidin
IV dosis 50 mg memiliki waktu paruh 4,8 jam, eksresi ranitidin
29 ml/menit.
Sekian materi yang dapat kami sampaikan kura
ng dan lebihnya kami mohon maaf, semoga m
ateri yang kami sampaikan dapat bermanfaat
dan kami ucapkan,

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai