Pidana Korupsi
ANGGOTA KELOMPOK 6 :
1.ANITA ROSALIANTI (2048401003)
2.NURUL AUDINA FAKSI (2048401039)
3.IMELDA DEWI SURYATI (2048401032)
4.FEVI JUNITA WELLA (2048401028)
5.LAVITA MARINA SUSELA (2048401035)
6.MUHAMMAD SATRIA AGUNG (2048401012)
7.GUSHERWANTI PANCA PUTRI (2048401011)
Pengelolaan Keuangan Negara / Daerah ?????
KKN
PENDAHULUAN
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam
lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara
Pengertian penegakan hukum dapat pula ditinjau dari sudut obyeknya, yaitu
dari segi hukumnya
Dengan uraian diatas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan
penegakan hukum itu merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum,
baik dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai
pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum
yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi
tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-
norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
PEMAHAMAN TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
merusak dan mengancam sendi-sendi kehidupan bangsa. Pelbagai peraturan
peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk memberantas korupsi
telah diterbitkan. Namun, praktik korupsi masih terus berulang dan semakin
kompleks dalam realisasinya.
Pada tahun 2010, menurut data Pacific Economic and Risk Consultansy, Indonesia
menempati urutan teratas sebagai negara terkorup di Asia. Jika dilihat dalam
kenyataan sehari-hari korupsi hampir terjadi disetiap tingkatan dan aspek
kehidupan masyarakat. Mulai dari mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),
Proyek Pengadaan Barang/Jasa di instansi pemerintah, sampai proses
penegakkan hukum.
Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar
oleh masayarakat umum, seperti memberi hadiah kepada Pejabat / Pegawai
Negeri atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan. Kebiasaan itu
dipandang lumrah sebagai kebiasaan dari budaya ketimuran. Kebiasaan koruptif ini
lama-lama menjadi bibit-bibit korupsi yang nyata.
Kebiasaan berperilaku koruptif yang terus berlangsung di kalangan
masyarakat salah satunya disebabkan karena masih kurangnya
pemahaman mereka terhadap pengertian korupsi. Selama ini,
kosakata korupsi sudah populer di Indonesia. Hampir semua orang
pernah mendengar kata korupsi. Dari mulai rakyat yang tinggal di
pedalaman, mahasiswa, pegawai negeri, orang swasta, aparat
penegak hukum sampai pejabat negara. Namun jika ditanya kepada
mereka apa itu korupsi, jenis perbuatan apa saja yang bisa
dikategorikan tindak pidana korupsi? Hampir dipastikan sangat
sedikit yang bisa menjawab secara benar bentuk / jenis korupsi
sebagaimana dimaksud oleh undang-undang.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang dalam 30 buah Pasal
dalam UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 7 (tujuh) bentuk / jenis tindak pidana
korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan
yang bisa dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Ketigapuluh bentuk / jenis tindak pidana korupsi tersebut pada
dasarnya dapat dikelompokan sebagai berikut :
Janis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
terdiri atas :
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak
benar.
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka.
4. Saksi atau Ahli yang tidak memberika keterangan atau memberi
keterangan palsu.
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberi keterangan palsu.
6. Saksi yang membuka identitas pelapor.
TINDAK TREND
TINDAK PIDANA
PIDANA
KORUPSI DAPAT SEMAKIN
KORUPSI
BERAKIBAT CANGGIH
SEBAGAI
MERUSAK CARA YANG
EKSTRA
PEREKONOMIAN DIGUNAKAN
ORDINARY
NEGARA PELAKU
CRIME
EKSTRA ORDINARY CRIME (Kejahatan Luar Biasa):
Institusi/Administrasi
Manusia
KORUPSI
Sosial/Budaya
prepared by mulia ardi
CONTOH PERILAKU KORUPSI
Menyuap Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
Dipidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh
juta rupiah
Pemborong Berbuat Curang
Dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh
juta rupiah
Pengawas Membiarkan Kecurangan
Dipidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,- (tiga ratus lima puluh
juta rupiah
Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara
Memeras
Pasal 12 huruf e
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar:
– Pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum;
– Memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima bayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
– Menyalahgunakan kekuasaannya.
Turut Serta Dalam Pengadaan
Pasal 12 huruf I
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar:
– Pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan sengaja
langsung atau tidak langsung turut serta dalam
pemborongan, pengadaan, atau persewaan; Pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
GRATIFIKASI
Pasal 12B ayat (1)
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya
dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
– yang nilainya Rp 10 juta atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh
penerima gratifikasi;
– yang nilainya kurang dari Rp 10 juta pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
Pengertian Gratifikasi Menurut Penjelasan Pasal 12 B
UU No. 20 Tahun 2001
• Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri
dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik .
• Pengecualian
– Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
• Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sanksinya
PREVENTIF REPRESIF
(Pencegahan) (Penindakan)
Penyelidikan
Pelaksanaan
Penyidikan
Program
Penuntutan
Binmatkum
UPAYA PENEGAKAN HUKUM :