Anda di halaman 1dari 91

ANTI PARASIT

OBAT ANTIPROTOZOA
MALARIA
Empat species Plasmodium :
P.vivax
P.malarie
P.ovale
P.falciparum

P.falciparum yang mnyebabkan


komplikasi serius dan kematian

Siklus Hidup Parasit

Nyamuk terinfeksi dgn menghisap


darah=bentuk seksual parasit
sporosit berkembang dlm
nyamuk pindah ke manusia
Stadium eksoeritrositik= sporosit
membelah di hati skizon
jaringan
Stad. Eritrositik= skizon masuk
aliran darah sebagai merozoit
Parasit masuk ke eritrosit sel
menjadi pecah melepaskan
sekumpulan merozoit baru
Siklus ini dapat berulang.
Bentuk gametosit (bentuk
seksual) dilepaskan ke aliran
darah terhisap oleh nyamuk

Siklus Hidup Parasit


P.falcifarum& P.malarie mengalami
satu kali siklus invasi dan multiplikasi
di sel hati
Infeksi di hati berhenti spontan setelah
<4mnggu.
Multiplikasi terbatas dalam sel darah
merah
P.vivax berada dalam hati yang tidak
aktif (hipnozoit) bisa relaps

Obat antimalaria
Dibagi berdasar kerja selektifnya pada fase siklus hidup
parasit:
Skizontisid jaringan: mengeliminasi perkembangan
skizon jaringan /hipnozoit laten , misal:primakuin
Skizontisid darah: bekerja pada skizon darah, misal:
klorokuin, proguanil, pirimetamin, meflokuin, kuinin
Gametosid : obat yang menghncurkan bentuk gametosit.
Sporontisidal: obat yang menyebabkan gametosit
menjadi tidak bisa terinfeksi ke dalam nyamuk , misal
pirimetamin, proguanil

Parasit yang resisten


Strain P.falcifarum telah mengalami
peningkatan resistensi terhadap
klorokuin
Skizon darah P.vivax resisten
terhadap klorokuin
Skizon hati P.vivax resisten terhadap
primakuin

OBAT
ANTIHELMINTIK
Umumnya efektif untuk cacing kremi
Harus disertai perbaikan faktor
higienis untuk memutuskan rantai
infeksi,
Semua anggota keluarga harus diberi
obat.

CACING KREMI
(enterobius vermikularis)
Masa hidup cacing kremi: <
6mnggu.
Telur tertelan berkembang
biak di lambung cacing
betina menempatkan telur
di anus=gatal garukan
tangan telur pindah ke
tangan , tertelan.
Pencegahan : cuci tangan,
segera mandi setelah
bangun

CACING GELANG
(ASKARIASIS)
Hidup di rongga usus. Telur cacing
termakan oleh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi.
Telur menetas di usus,
berkembang jadi larva menembus
dinding usus, paru-paru. =
sindroma loeffler. Setelah dewasa,
cacing mendiami usus manusia
dan menyerap makanan disana,
disamping tumbuh dan
berkembang biak. menderita
kurang gizi

OBAT
ANTIHELMINTIK
Sebagian besar obat cacing efektif
terhadap satu macam kelompok
cacing, sehingga diperlukan diagnosis
yang tepat sebelum menggunakan
obat tertentu.
Diagnosis dilakukan dengan
menemukan cacing, telur cacing dan
larva dalam tinja, urin, sputum, darah
atau jaringan lain penderita.

Pepaya
Carica papaya
Klasifikasi :

Ordo
: Cystales/Parietales
Famili
: Caricaceae
Genus
: Carica
Spesies
: Carica papaya L.
Nama simplisia : Caricae Folium
Bagian tanaman yang digunakan: Daun , biji,
Getah buah, Akar, Bunga
Khasiat: Stomakik, Emenagog, Antelmintik, Anti
inflamasi, Antelmintik, Diuretik

Deskripsi Tanaman Carica papaya:


Tumbuhan berhabitus terna seperti pohon dengan tinggi 8-10 m. Akar tanaman
pepaya tidak mengayu, oleh karena itu tanaman ini membutuhkan tanah yang gembur dengan
air yang cukup pada musim kemarau dan sedikit air pada musim hujan. Batang tumbuh lurus
ke atas dan tidak bercabang. Berbatang basah dengan bentuk silindrik. Diameter 10-30 cm
dan tinggi 3-10 m, tidak mengayu, berongga di tengah, lunak, mengandung banyak air dan
terdapat getah di dalamnya. Daun letaknya berdekatan dengan pucuknya, dengan helaian
yang lebar. Diameter daun 25-75 cm yang terdiri dari 5-11 lobus tipis dengan bentuk menjari
(palmatus). Tangkai daun panjang menyerupai pipa, panjangnya 25-100 cm dan tebalnya
0,15-1,5 cm. Halus, kokoh, berongga, berwarna hijau kekuningan. Bunga berbau harum,
berwarna putih kekuningan, berlapis lilin. Tanaman dikotil yang kadang hidup sebagai
tanaman berumah dua atau sebagai tanaman berumah satu (hermafrodit). Buah memiliki
ukuran dan bentuk bervariasi. Berkulit tipis dan tidak mudah lepas dari daging buah. Buah
yang masih muda berwarna hijau dan apabila masak berwarna kuning. Biji pepaya terletak
dalam rongga buah yang terdiri dari lima lapisan. Lapisan uar yang melindungi biji disebut
sarkotesta dan di bagian dalam biji disebut endosperm. Banyaknya biji tergantung dari
ukuran buah. Bentuk biji agak bulat atau bulat panjang dan kecil serta bagian luarnya
dibungkus oleh selaput yang berisi cairan. Biji berwarna putih jika masih muda dan berwarna
hitam setelah tua. Permukaan biji agak keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang sifatnya
seperti agar serta transparan.

Kandungan Kimia

Kandungan kimia pada tanaman ini adalah papain, karpain,


pseudokarpain, nikotin, kontinin, miosmin, glikosida karposida,
kriptoksantin 6,7-epoksilinalol, sitrat, malat, -glutarat, tartarat,
asam askorbat dan asam galakturonat, bensilglukosinolat, bensil
isotiosianat, fenilasetonitril, avenasterol, asam 5-dehidro-kafeat,
karoten, sikloartenol. Papain, kimopapain A dan B, proteinase A dan
B, peptidase A, lisozim, khitotransferase, glikosidase kalase,
pektinesterase, lipase, fosfatase, sikloligase, karpain, pseudokarpain,
prunasin (glikosida sianogenat), saponin, fisin.
Daun mengandung alkaloid poliketida; karpain, pseudokarpain,
glukosinolat, prunasin, saponin, fisin
Akarnya dilaporkan mengandung kimopapain, papain, fitokinase,
asam malat, kalsium maleat dan karpain serta glikosida sianogenik.

Uji Praklinis
Pada penelitian in vitro menunjukkan bahwa lateks

papaya memiliki efek untuk mengurangi infeksi telur


Ascariasis
Infusion biji papaya menunjukkan efikasi yang
tinggi melawan parasit Aspiculuris tetraptera dan
Hymenolepis nana pada mencit. Jumlah cacing
berkurang hingga hampir 100% dicapai pada mencit
yang terinfeksi H. nana yang menerima infusion
papaya pada dosis 1,2 g/ kgBB selama 3 hari

Uji Klinik
Efikasi Carica papaya dengan obat sintetik modern
terhadap efek antelmintik cacing nematode
Penelitian dilakukan pada dairy farm di distrik Commewijne,
diambil partisipan yang telah terinfeksi cacing mematoda secara
alami. Partisipan dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok
pertma diberi perlakuan dengan levamisole (antelmintik
sintetik), kelompok kedua diberikan campuran ekstrak daun dari
buah papaya, dan kelompok ke tiga sebagai control. Efek
perlakuan diukur berdasarkan jumlah telur cacing/gram (eppegg per gram) feses
Hasil penelitian : efikasi dari levamisole dalam mereduksi telur
nematode hampir mencapai 100% dan efikasi dari ekstrak buah
dan daun papaya hampir mencapai 60%.

A
B
C
D
E
F
G
H

Dosis dan Efek Samping


Dosis
Tingtur: 1 4 ml perhari
Infusa: 1 - 2 cangkir perhari
Efek Samping
Pepaya dapat menyebabkan inflamasi pada perut, reaksi
alergi seperti asma.
Efek samping serius yang mungkin timbul antara lain nyeri
pada perut, nausea, muntah, detak jantung melambat, dan
ketidakmampuan untuk bergerak.

Kontra indikasi dan Penyiapan


Kontra Indikasi
Penggunaan papaya pada ibu hamil tidak dianjurkan karena terdapat
penelitian yang membuktikan bahwa papaya memiliki efek
embriotoksik dan teratogenik dan juga menyebabkan keguguran pada
kehamilan
Kandungan senyawa dalam papaya dapat berinteraksi dengan warfarin
Penyimpanan dilakukan di tempat yang sejuk dan kering
Penyiapan
Resep tradisional:
Obat cacing Akar pepaya 1 jari tangan; Bawang putih 1 umbi; Air
100 ml, Direbus sampai mendidih, Diminum 2 kali sehari; tiap kali
minum 100 ml.

Kontraindikasi

Tidak boleh diberikan pada wanita hamil. Secara eksperimen pemberian raw
papain memberikan efek embriotoksik dan teratogenik serta menyebabkan
keguguran.
Peringatan

Dikarenakan akar pepaya mengandung glikosida sianogenik, maka ada risiko


keracunan sianin, terutama jika menggunakan akar pepaya segar. Karena akar
pepaya mengandung juga lateks, dan lateks pepaya diketahui bersifat
embriolitik, maka jangan digunakan oleh wanita hamil.
Efek yang Tidak Diinginkan

Reaksi alergi, termasuk serangan asma, paralisis, hipotensi, bradikardi, nyeri


lambung.
Interaksi Obat

Meningkatkan INR (International normalized ratio) pada penggunaan dengan


warfarin.

Toksisitas

Praktis tidak toksik. LD50 ekstrak etanol 75% akar pepaya yang diberikan
secara oral pada tikus adalah lebih besar dari 15 g/kgBB.
Penyiapan dan Dosis

Dosis harian (raw papain): tergantung pada komposisi enzim yang


diperlukan.
Secara tradisional, akar pepaya sebesar 3 cm, dipotong-potong direbus
dengan 4 gelas air, sampai setengahnya, kemudian diminum tiga kali sehari,
setiap kali minum sebanyak gelas.
Penyimpanan

Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari
jangkuan anak-anak.

Momordica charantia
(Pare)
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi
Kelas

: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Dilleniidae
Ordo
: Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momordica
Spesies : Momordica charantia L.

Deskripsi Tanaman
Tanaman tahunan, tumbuh merambat atau memanjat
dengan alat pembelit, bercabang banyak, berbau tidak enak.
Batang berusuk lima, panjang 2-5m. Daun tunggal, bertangkai
yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuk bulat
panjang, dengan panjang 3,5-8,5 cm, lebar 4cm, berbagi menjari
5-7, pangkal berbentuk jantung, warna hijau tua. Taju bergigi
kasar sampai berlekuk menyirip. Bentuk tunggal, berkelamin dua
dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. Buah
bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintilbintil tidak beraturan, panjang 8-30 cm, rasa pahit. Warna buah
hijau, bila masak menjadi jingga yang pecah dengan 3 katup. Biji
banyak, cokelat kekuningan, bentuk pipih memanjang, keras

Kandungan Kimia

Daun, buah, dan akar mengandung zat pahit (tipe kukurbitasin suatu

triterpen trisiklik) kukurbitasin A,B,C,D,E,I, saponin.


Buah mengandung saponin, alkaloid (sedikit), asam amino bebas, 5hidroksitriptamin, momordisin , momordikosid F-1, F-2, G, I, asam
oksalat, asam oleat, pektin, polipeptida P, asam stearat, stigmasterol,
rubixantin.
Biji mengandung kukurbitin, 20-40% protein dan 30-50% minyak
lemak dengan komponen utama asam oleat, asam linoleat (70-90%),
zat pahit (momordikosid A, B, C, D, E, K, I), saponin, visin.

Efek Farmakologis
Antidiabetes pare dapat mencegah diabetes tipe-II : menurunkan tingkat gula darah
pada kelinci normal

Antikanker menghambat enzim guanilat siklase patogenesis dan replikasi tidak


hanya pada psoriasis, tapi juga leukimia dan kanker.

Sistem pencernaan purgatif dan emetic, stimulan nafsu makan dan terapi infeksi
gastrointestinal

Kulit
Antiobesitas meningkatkan aktivitas adenosin-5-monofosfat (AMPK) : enzim yang
memfasilitasi ambilan glukosa sel dan oksidasi asam lemak.

Agen antimikroba Ekstrak daun memiliki aktivitas antimikrobial spektrum luas.


Aktivitas antivirus
Agen Anti HIV
Antihelmintik

Uji Praklinik
Ekstrak

daun dan perasan buah pare (Momordica


charantia) mempunyai khasiat anthelmintik terhadap
cacing Ascaridia galli dan cacing tambang anjing.
Penelitian eksperimental ini berdesain post test only
control group menggunakan 192 cacing Ascaridia galli
dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama diberi
perlakuan infus daun pare konsentrasi 10g/100ml,
20g/100ml, dan 40g/100ml. Kelompok kedua diberi
perlakuan infus biji pare konsentrasi 10g/100ml,
20g/100ml, dan40g/100ml. Kelompok ketiga diberi
piperazin sitrat0,5% sebagai kontrol positif. Kelompok
keempat diberi NaCl0,9% sebagai kontrol negatif.

Data jumlah kematian total cacing setiap 1 jam dianalisis

probit untuk mendapatkan LC100 dan LT100 infus daun


dan biji pare. Hasil dari penelitian ini adalah Infus daun
pare memiliki LC100 33,921gram/100ml dan LT100 23,314
jam sedangkan infus biji pare memiliki LC100
31,578gram/100ml dan LT100 33,793 jam.
Kesimpulan : Infus daun dan biji pare pada konsentrasi
10gram/100ml, 20gram/100ml ,dan 40gram/100ml
memiliki daya antihelmintik terhadap cacing Ascaridia galli
secara in vitro tetapi lebih lemah dari Piperazin sitrat 0,5%.
Daya antihelmintik infus daun pare 40gram/100ml lebih
efektif daripada infus biji pare 40gram/100ml.

Uji Klinik
Pemberian ekstrak dari perasan buah pare

dengan dosis 3x3 gram sehari selama 4 minggu


diabetes militus tipe noninsulin-dependent.

A
B
C
D
E
F
G
H

Dosis dan Efek samping


Dosis :
Ekstrak Momordica charantia :
Untuk anak umur : 3-5 tahun 1 kali sehari 2 sendok
makan
6-8 tahun 1 kali sehari seperempat gelas
9-12 tahun 2 kali sehari sepertiga gelas
Untuk dewasa : 2 kali sehari setengah gelas.
Efek Samping :
depresi sistem saraf pusat dan relaksasi otot, kemudian
stimulasi sistem saraf pusat, simpatolitik,
parasimpatomimetik, dan simpatominetik.

Kontra indikasi dan Peringatan


Pare tidak boleh digunakan pada masa kehamilan dan

menyusui karena dapat menyebabkan konstraksi rahim,


pendarahan, dan penderita yang hipersensitif.
Biji pare tidak boleh digunakan pada anak-anak dan
penderita hiplikemia
Hati-hati penggunaan biji pare pada penderita diabetes,
gangguan hati dan ginjal
Biji mengandung senyawa -trikosantin dan -momorkin
yang bersifat abortif.

Efek Yang tidak diinginkan

Kandungan vicine pada biji pare dan menyebabkan


favism-like syndrome yaitu kondisi akut yang ditandai
dengan sakit kepala, demam, nyeri perut sampai koma.
Mual, muntah, anoreksia.
Interaksi
Pare mempunyai efek aditif bila dikonsumsi bersamaan
nzat hipoglikemik lain, misalnya golongan sulfonilurea
dan klorpropamid. Pada tikus, efek penurun glukosa dari
tolbutamid (golongan sulfonilurea) diperkuat setelah
mengkonsumsi jus pare.

Toksisitas
LD 50 ekstrak biji pare adalah 460 mg/100 g BB tikus

secara oral. Ekstrak biji pare dosis 460 mg/100 g BB


tikus secara oral, tidak menunjukkan gejala toksik.
LD50, LD10, LD100 ditentukan dengan menggunakan
mencit dengan metode Karber. LD50 ekstrak alkohol
buah pare yang belum matang sebesar 362,34 mg/100 g
BB. LD 10 dan LD100 berturut-turut adalah 268,6
mg/100 g BB. LD50 dari ekstrak jus buah pare sebesar
91,9 mg/100 g BB. LD10 dan LD100 berturut-turut 42
dan 188,2 mg/100 g BB.

Pengujian toksisitas subkronik menggunaka 30 ekor

tikus Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok (A,B,C,


D,E,F). Tiap kelompok diberi ekstrak etanol 90%
pare secara oral dengan konsentrasi yang berbeda
selama 2 minggu. Kelompok B-F diberikan ekstrak
dengan dosis 100, 500, 800, 1200 dan 1500 mg/kg
BB. Kelompok A sebagai kelompok kontrol. Setelah
14 hari didapatkan 50% popuasi hewan uji mati pada
dosis 1200 mg/kg BB dan pada dosisi 1500 mg/kg
BB semua hewan uji mati.

Percobaan menggunakan tikus putih jantan galur

Sprague-Dawley dengan berat 120-150 g. Kelompok I:


kelompok kontrol diberi NaCl, kelompok II, III, dan IV :
kelompok diberi ekstrak jus buah pare berturut-turut 2,1;
5,7; dan 9,2 mg/100 g BB/hari. Kelompok V, VI dan VII:
diberi ekstrak alkohol berturut-turut 13,4; 24,8 dan 36,2
mg/100 g BB/hari selama 3 bulan. Pemberian jus atau
ekstrak alkohol buah pare tidak berpengaruh terhadap
fungsi hati (SGPT dan SGOT) dan fungsi ginjal (urea dan
kreatinin) tikus. Pemberian jus atau ekstrak alkohol
meningkatkan berat badan tikus secara signifkan.

Jus buah pare mentah (5 kg dalam 300 ml air) dosis

2 mL/ekor/hari pada tikus Sprague Dawley secara


peroral diberikan pada hari ke 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13
dan 14 kehamilan. Hasil menunjukkan 8,65% janin
yang dihasilkan mengalami cacat dibandingkan
kontrol (1,62%) dan sebanyak 31, 2% diantaranya
mengalami cacat bawaan ganda.

TOKSISITAS
Pemberian ekstrak air buah pare tidak menimbulkan

tanda-tanda toksisitas pada ginjal dan hati, dilihat


dari parameter hematologi maupun histologi. Nilai
LD50 jus buah pare dan ekstrak alkoholik berturutturut adalah 91,9 dan 362,34 mg/100g BB.
Efek abortus dan teratogenik pada binatang dari
buah pare telah dilaporkan. Oleh karena itu harus
hatti-hati apabila digunakan pada masa kehamilan

Aplikasi dan Penggunaan


Tradisional
10 lembar daun pare dicuci dan dilumatkan sampai lembut. Selanjutnya
diseduh dengan air panas sebanyak setengah gelas. Setelah dingin disaring.
Daun pare sebanyak 7 gram diseduh dengan seperempat gelas air matang
panas, diaduk dan disaring. Hasil saringan ditambah satu sendok teh madu,
diminum sekaligus sebelum makan pagi.
Modern
GlyMordica Bitter Melon, 100% Natural, 450mg - 60 Caps
Kandungan :
Serbuk Momordica charantia

Punica granatum
Delima
Klasifikasi
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrtales
Suku : Punicaceae
Marga : Punica
Jenis : Punica granatum L..
Simplisia yg digunakan : akar, kulit batang, buah,
kulit buah dan bunga

Habitus berupa semak atau pohon kecil, tinggi hingga 5 m,

percabangan banyak, lemah dan berduri pada ketiak


daunya. Daun berkelompok, seolah-olah cabang terbagibagi dalam buku-buku; bentuk lonjong sampai lanset,
pangkalnya lancip dan ujungnya tumpul, lokos, panjang 19cm, lebar 0,5-2,5cm, tangkai daun pendek sekali.
Perbungaan : bunga keluar di ketiak daun yang paling atas
atau di ujung ranting, biasanya terdapat 1-5 bunga; kelopak
bunga berbentuk tabung bergigi dalam, warna merah atau
kuning muda, panjangnya 2-3 cm; helaian mahkota bunga
berbentuk bundar atau lonjong, berwarna merah atau
putih;panjang tangkai putik sampai 1,25cm

Kandungan Kimia
Kulit buah delima : 25-28% gallo tannins

mencakup punicalagin, punicacortein C,


casuarin
Batang dan Akar : 20-25% gallo tannin
mencakup punicalagin, punicacortein C,
casuarin
kulit batang dan kulit akar : alkaloid
peperidin (0,4% pada kulit batang dan
mencapai 8% pada kulit akar), mencakup
isopelletierine,N-methylisopelletierine,

Efek Farmakologi
Tannin dan alkaloid berefek sebagai anthelmentik

dan amoeboid. Tannin pada obat memberikan


efek
sebagai
astringent
untuk
sakit
tenggorokan,diare dan disentri
Pelletieren
seperti
stychnine
memacu
meningkatnya refleks stimulant yang dapat
meningkat menjadi tetanus dan efektif melawan
berbagai tapeworm, ringworm dan nematoda.

Uji Pra Klinik


Anti-inflamasi

Ekstrak fenolik buah delima menunjukkan potensi


inhibisi Nitric Oxid (NO) pada sel makrofag.
Bahkan, delima secara signifikan menurunkan
edema tikus yang diinduksi karageenan.
Mengantagonis respon inflamasi pada onset
malaria

Fraksi kaya tannin dari ekstrak metanolik Kulit


buah terbukti menginhibisi sekresi MMP-9 yang
diinduksi oleh haemozoin atau TNF.

Uji Klinik
Antioksidan
Konsumsi Jus Delima pada pasien dengan stenosis arteri karotid akan
menurunkan ketebalan karotid intima-media dan tekanan darah sistolik
dan efek ini dapat berhubungan dengan karakteriskik delima sebagai
antioksidan poten (Avira M dkk, 2004)

Menurunkan gejala kronik periodontitis


Melalui penelitian dibuktikan bahwa penggunaan ekstrak C. Asiatica dan
P. Granatum dapat menurunkan plak

Anti Jamur untuk Candidosis


Terbukti bahwa ekstrak P. Granatum dapat digunakan sebagai agen
antijamur topikal pada penanganan kandidiosis yang denture stomatitis
Dosis dan Posologi(Vasconcelos, 2003)

Antiplak dan antigingivitis

Dosis
Dosis sehari-hari Penanganan tapeworm

Penanganan 1 : dekokta 4 dosis dalam 60 ml dengan 2


jam interval diantara dosis-dosis tersebut dan disertai
dengan laksativ pada sebelum penanganan dan
setelah penanganan
Penanganan 2 : maserasi 3 dosis pada 65 ml dengan
interval 30 menit. Setelah 1 jam diberikan laksatif

A
B
C
D
E
F
G
H

Kontraindikasi, Interaksi
Kontraindikasi
Wanita hamil, menyusui dan anak-anak dibawah usia 12 tahun. Delima tidak boleh
digunakan untuk terapi pada penderita penyakit liver, asma dan penderita
hipersensitif terhadap delima.
Peringatan
Tingginya kandungan tanin pada delima dapat menyebabkan iritasi lambung dan
konstipasi
Efek yang tidak diinginkan
Dapat menyebabkan reaksi alergi pada sebagian orang yang menderita alergi terhadap
buah delima, meliputi syok anafilaksis dan edema pada pangkal tenggorokan (laring)
Interaksi
Jika digunakan secara oral, dapat meng4500 dan berinteraksi dengan karbamazepin
dan tolbutamid
Jus buah delima secara teori dapatmeningkatkan aktivitas obat-obat ACE inhibitor
dan antihipertensi serta dapat meningkatkan efek hipotensi jika digunakan
bersamaan dengan herba yang memilik aktivitas antihipotensi

TOKSISITAS
LD50 ekstrak air kulit buah delima yang diberkan secara intraperitoneal pada

mencit adalah 1321 + 15 mg/kg BB


LD50 ekstrak etabol 50% buah delima pada mencit jantan dan betina secara
intraperitoneal 731 mg/kg BB. Pada dosisi 0,4 dan 1,2 mg/kg BB ekstrak yang
diberikan berulang secara intranasal pada tikus Wistar tidak menunjukkan
adanya efek toksik dengan parameter asupan makanan, kenaikan berat badan,
perilaku, biokimia dan hasil studi histopatologis.
LD50 ekstrak buah delima terstandar (mengandung 30% punicalagin) yang
diberikan secara peroral pada tikus dan mencit adalah >5g/kg BB. LD50 ekstrak
yang sama secara intraperitoneal pada tikus dan mencit masing-masing sebesar
217 dan 187 mg/kg BB. Toksisitas subkronik ekstrak dosis 60, 240 dan 600 mg/kg
BB/hari selama 90 hari pada tikus galur Wistar secara peroral tidak menunjukkan
gejala toksik yang signifikan pada observasi klinik, pemeriksaan mata, perubahan
berat badan, pola makan, patologi klinik dan berat organ. Berdasarkan hasil uji
tersebut, ekstrak hingga dosis 600 mg/kg BB/hari dikategorikan ke dalam no
observed-adverse-effect level (NOAEL)

Allium
sativum
Kingdom : Plantae
Subkingdom
:Tracheobionta
Superdivisio
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas
: Lilidae
Orde
: Liliales
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium L.
Spesies
: Allium sativum L.
Bagian yang digunakan : umbi kering atau
umbi segar

Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus terna dengan tinggi 25-70
cm. Batang lurus kaku atau sedikit membengkok,
berwarna hijau beralur. Helaian daunnya mirip pita,
berbentuk pipih dan memanjang, panjang sampai 60
cm dan lebar 0,4-2,5 cm, permukaan datar, berdaging.
Bunga berbentuk payung, berwarna putih, mempunyai
batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah
daun. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut
kecil yang berjumlah banyak.

Kandungan Kimia
Kandungan kimia penting dari Umbi Allii Sativi

adalah senyawa sulfur. Kandungan cysteine


suloxides (misal: anilin) dan peptoda non volatile glutamylcysteine mencapai lebih dari 82% dari total
kandungan sulfur dalam bawang putih.
Thiosulfinates (misal: allicin), ajoenes (misal: Zajoene), dan sulfides.

Efek Farmakologi
Perangsang kekebalan tubuh karena merangsang

makrofag, sel darah putih yang menghancurkan


organisme asing sehingga dapat digunakan untuk
mengobati infeksi virus pernafasan atas karena
kemampuannya untuk membersihkan lendir dari
paru-paru dan membantu pasien.
Selain itu, berkhasiat sebagai antikanker,
Antibakteri (Matthew, 2009), dan anthelmintik
(Yenny, 2006)

Uji Pra klinis dan Uji Klinis


In vitro
Penelitian penelitian eksperimental dengan post test only control group
design.
Sampelnya adalah 234 cacing Ascaridia galli, yang dibagi menjadi 3
kelompok. Kelompok pertama adalah perasan umbi bawang putih dengan
konsentrasi 10%, 25%, 50%, 60%, 75%, dan 100%. Kelompok kedua
adalah larutan piperazine sitrat dalam konsentrasi 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%,
0,6%, dan 0,7% sebagai kontrol positif. Kelompok ketiga adalah larutan
NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif. Tiap kelompok direplikasi 3 kali.
Volume yang diberikan adalah 25 ml untuk tiap cawan petri yang berisi 6
ekor cacing. Setiap cawan petri diinkubasi pada suhu 37oC dan kemudian
diamati dan dicatat setiap 15 menit jumlah cacing yang mati dan atau
paralisis.
LC50 dan LT50 perasan umbi bawang putih dihitung menggunakan metode
analisis probit.

Cond
Kesimpulan :

Perasan umbi bawang putih (Allium sativum)


mempunyai daya anthelmintik terhadap cacing
Ascaridia galli secara in vitro.
Seiring dengan kenaikan konsentrasi perasan
umbi bawang putih, maka semakin besar pula
daya anthelmintiknya.

A
B
C
D

Dosis
4 g bawang atau sebutir bawang (412 mg dari allicin atau 25 mg

of allicin)
Serbuk bawang 6001200 mg dalam dosis terbagi
Ekstrak bawang yg telah tua 17.2 g/hari
Fresh air-dried bulb, 25 g
Garlic oil, 25 mg
Dried bulb, 24 g/hari
Tincture (1:5 in 45% alkohol), 24 3 kali sehari

Kontraindikasi
Sebaiknya tidak dikonsumsi oleh wanita menyusui
Peringatan
Memiliki efek terhadap kardiovaskular antara lain antiplatelet, antitrombotik dan
fibrinolitik. Studi klinik menunjukkan penurunan yang signifikan aktivitas agregasi
platelet dan fibrinolitik. Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan bahwa bawang putih
dapat meningkatkan resiko pendarahan, khususnya pada pasien yang akan menjalani
terapi bedah. Peringatan pada pasien yang menerima terapi warfarin bahwa suplemen
mengandung bawang putih dapat meningkatkan waktu pendarahan. Pembekuan darah
pernah dilaporakan 2x lipat lebih lama pada pasien yang menerima warfarin dan
suplemen yangn mengandung bawang putih. Berdasarkan sistem klasifikasi herbal oleh
The american Herbal Product Association (AHPA), bawang putih termasuk dalam
kategori kelas 2c (tidak boleh digunakan oleh ibu menyusui)
Efek yang tidak diinginkan
Dapat menyebabkan kardiovaskular takikardi dan hipotensi ortostatik. Umbi bawang
putih pernah dilaporkan menimbulkan reaksi alergi seperti dermatitis kontak dan
serangan asma setelah inhalasi serbuk yang mengandung bawang putih. Konsumsi oral
umbi segar, ekstrak atau minyak bawang putih pada konndisi perut kosong dapat
menyebabkan efek samping ringan seperti heartburn, mual, kembung, muntah dannn
diare. Mulut dan kulit badan berbau khas setelah mengkonsumsi bawang putih.

Interaksi Obat
Interaksi dengan obat
Mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamka obat
antiretroviral. Meskipun beberapa beum terbukti, sebaiknya hindari
penggunaan bersamaan dengan penghambat protease, siklosporin,
ketokonazol, itraconazole, glukokortikoid, kontrasepsi oral,
verapamil, diltiazem, lovastatin, simvastatin dan atorvastatin.
Memiliki efek kardiovaskuler yang kompleks, sehinga dapat
berinteraksi dengan obat antikoagulan/antiplatelet berupa
peningkatan resiko pendarahan, contohnya aspirin, klopidogrel,
tiklopidine, dipiridamol, heparin, fluinfion dan warfarin
Kemungkinan dapat berinteraksi dengan obat antidiabetes
klorpropamid dan analgesik parasetamol
Interaksi dengan tanaman lain

Dengan asidophilus, kemungkinan dapat menurunkan


absorpsi bawang putih. Jika dikonsumsi bersamaan, beri
selang waktu pemberian minimal 3 jam.

Toksisitas
Umbi bawang putih tidak mutagenik pada uji in

vitro (Salmonella microsome reversion assay dann


Escherichia coli). Belum ada penelitian ilmiah
mengenai keamanan dan penggunaan suplemen
yang mengandung bawang putih selama kehamilan,
sehingga disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh
wanita hamil

Areca catechu
Kingdom : Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Subkelas : Arecidae
Orde
: Arecales
Famili
: Arecaceae
Genus
: Areca L.
Spesies : Areca catechu L.
Sinonim : Areca hortensis, Lour
Bag digunakan : biji

Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus pohon dengan batang tegak, tinggi dapat
mencapai 25m, tajuk pohon tidak rimbun. Pelepah daun berbentuk
tabung, panjang 80cm; tangkai daun pendek; helaian daun panjang
80cm anak dan ukuran 85 x 5 cm, dengan ujung terbelah. Karangan
bunga majemuk tongkol dengan seludang sebagai daun pelindung,
panjang dan mudah gugur, tongkol bunga muncul di bawah helaian
daun, panjang tongkol bunga 75 cm, ibu tangkai tongkol bunga pendek
dan bercabang-cabang sampai ukuran 35 cm, dengan 1 bunga betina
pada pangkal cabanng ibu tangkai tongkol bunga, diatasnya tersusun
bunga janntan dalam 2 baris; bunga jantan panjang 4mm, putih
kuning; benang sari 6; bunga betina panjang 1,5cm, hijau; bakal buah
beruang 1. Buah buni (keras), bulat telur terbalik memanjanng, merah
jingga jika masak, panjang 3-7cm dengan dinding buah
(endokarpium) keras dan berserabut; biji 1 berbentuk telur, dengan
alur-alur yang tidak begitu jelas.

Kandungan Kimia
Komponen utamanya polifenol, alkaloid, tannin,

arekolin (C H
8

13

NO2), arekaidin, dan serat.

Areca catechu adalah satu-satunya dari 54 jenis Areca yang


mengandung alkaloid
Kandungan lainnya arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine

dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis,


flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak
menguap dan tidak menguap, serta garam.
Selain itu mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin

terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.

Efek Farmakologi
Kandungan Arekolin pada bijinya obat cacing dan penenang.
Selain itu antiflatulent, diuretik, mengencerkan dahak,

memperbaiki gangguan pencernaan (dispepsia), pengelat


(astringen), pencahar (laksan).
Daun pinang penambah nafsu makan dan mengobati sakit

pinggang. Sabutnya yang hangat dan pahit bemanfaat dalam


melancarkan sirkulasi, memperbaiki gangguan pencernaan
(dispepsia), diuretik, dan pencahar.
Aktivitas farmakologi sebagai pengatur tekanan darah,

hipoglikemia, aggregasi platelet, antidepresan, perangsang


saliva, inhibitor proteosom, antioksidan, antimikroba,
antifertilitas, antihelmintik, dan antivirus (patil, 2009).

Uji Praklinis dan uji Klinis


In Vitro

Penelitian terhadap khasiat anthelmintik biji pinang ini pernah dilakukan


terhadap cacing kait anjing. Sebagai pembanding digunakan obat modern
pirantel pamoat dan garam faal. Dosis yang digunakan adalah 15 mg serbuk
biji pinang kering dalam 25 cc air suling dan serbuk pirantel pamoat 1 mg
dalam 1000 cc air suling. Hasilnya, setelah direndam selama 1 jam, terdapat
18 cacing yang mati dalam larutan biji pinang, sedangkan dalam pirantel
pamoat belum ada cacing yang mati. Pada perendaman 4 jam dalam larutan
biji pinang, jumlah cacing yang mati hampir sama dengan yang berada
dalam larutan pirantel pamoat. Semua cacing mati setelah perendaman 10
jam, baik dalam larutan biji pinang maupun pirantel pamoat. Sementara,
dalam kelompok kontrol (dengan menggunakan garam faal), cacing mati
hanya 3,3%.
Hasil ini menunjukkan bahwa biji pinang secara in vitro terbukti memiliki
efek anthelmintik terhadap cacing kait anjing.

In vivo

Membandingkan khasiat biji pinang dengan mebendazol.


Penelitian menggunakan anjing yang diinfeksi larva cacing
kait. Hasilnya, meskipun tidak seefektif mebendazol, biji
pinang dapat menurunkan jumlah telur cacing sampai
sebesar 74,3%. Sedangkan mebendazol dapat menurunkan
hingga 83%. Hal ini membuktikan bahwa biji pinang dapat
digunakan sebagai obat cacing tradisional untuk infeksi
cacing kait pada anjing. Sayangnya, penelitian belum
sampai pada tahap uji klinis pada manusia. Namun,
potensi ke arah sana sudah tampak dengan adanya hasil
positif dari penelitian secara in vitro dan in vivo tadi.

Dosis dan Efek Samping


Dosis terapi penggunaan pinang sebagai

anthelmintik adalah 1-2 sendok teh bubuk dari


umbi yang dicampur dengan air, dengan dosis 1015 grains (1 grain = 0.065 gram) setiap 3-4 jam
(Patil. 2009)
Efek samping : keracunan pada penggunaan dosis
8-10 gram. Namun dapat diatasi dengan antidot
berupa 2 mg atropin (Duke, 2002).

A
B

Kontraindikasi

Hindari penggunaan pada masa kehamilan dan


menyusui. Jangan diberikan pada anak-anak,
penderita kanker esofagus, lambung, esofagitis dan
penyakit ginjal harus.
Peringatan
Mengandung arekolin saliva meningkat
Dosis tinggi bradikardia, tremor, refleks
eksitabiliti, spasme, dan paralisis sementara.
Mengandunng alkaloid yang beracun.

Interaksi Obat
Efek obat antikolinergik dapat menurun jika dikombinaskan

dengan biji pinang atau konstituennya, arekolin.


Penggunaan bersamaan obat kolinergik akan menyebabkan
toksisitas.
Biji pinang dapat memperlambat atau mempercepat denyut
jantung sehingga mengaburkan efek obat yang berkaitan
dengan hal tersebut seperti beta bloker, penghambat saluran
kalsium, atau digoksin.
Dapat mempengaruhi kadar gula darah, meningkatkan efek
obat-obat inhibitor monoamin oksidase, ACE inhibitor,
fenotiazin, obat-obat penurun kolesterol, stimulansia dan
obat-obat tiroid.

TOKSISITAS
Dosis toksik pada manusia adalah 8-10 g. Atropin
diberikan sebagai antidot. Mengunyah biji dapat
menyebabkan saponifikasi ester alkaloid
menghasilkan arekaidin yang menyebabkan euforia.
Pinang bersifat toksik pada masa kehamilan karena
memiliki aktivitas sitotoksik dan genotoksik.

TEMU GIRING
Kingdom
Divisi

: Plantae
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Spesies : Curcuma heyneana
Val et van Zijp.
Simplisia yg digunakan
: rhizoma

Kandungan kimia
minyak atsiri,
Monoterpen (zat aktif)
Seskuiterpen (zat aktif)
Flavonoid
minyak atsiri
Kurkumin
Monoterpen
Seskuiterpen
Saponin
Tanin
zat pati

Efek farmakologis
blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin pada

peralihan mioneural terjadi paralisis cacing


cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus
Dosis

Gunakan 5 gram temu giring diparut,


tambahkan 100 cc air panas dan diamkan selama kurang lebih
2 jam,
kemudian disaring dan airnya diminum pagi hari sebelum
makan.

Buah Nanas

Tanaman asal

Ananas comosus (L.) Merr.


kandungan kimia

Nanas mengandung suatu enzim proteolitik, enzim tersebut yaitu enzim bromealin.5,6,7,8 Enzim
bromealin tersebut diduga berfungsi sebagai anthelmintik dengan membuat paralisis cacing.
efek farmakologi

Enzim bromealin pada nanas diduga berfungsi sebagai anthelmintik dengan membuat paralisis
cacing.
uji efektivitas

Dari hasil penelitian perasan buah nanas dan infus daun nanas memiliki daya anthelmintik
terhadap cacing Ascaridia galli secara in vitro pada konsentrasi tertentu. Untuk khasiat
piperazin sitrat masih lebih baik bila dibandingkan dengan perasan buah dan infus daun nanas.
Potensi sebagai Anthelmintik dari nanas yang ditunjukkan dalam percobaan dimungkinkan
karena nanas mengandung enzim bromealin yang dapat menginduksi perombakan jaringan ikat
atau kolagen sehingga menyebabkan paralisis cacing.

Dosis

Kupas 1 buah nanas muda, lalu cuci sampai bersih.


Selanjutnya, bilas dengan air masak, lalu parut. Peras clan
saring hasil parutannya, lalu minumkan pada anak yang
cacingan sedikit demi sedikit.
Efek samping

Buah nanas di dalam saluran cerna difermentasi menjadi


alkohol yang dapat menimbulkan kambuhnya rematik Gout.
Kontraindikasi

Ibu hamil dilarang minum perasan buah nanas muda.


Penderita kencing manis (diabetes mellitus) dianjurkan
untuk membatasi dalam mengonsumsi buah nanas karena
kandungan gula buah yang masak cukup tinggi.

A
b

Mindi kecil
Tanaman asal

Melia azedarach L
kandungan kimia

Kulit kayu dan kulit akar mengandung toosendanin dan komponen yang larut.
Selain itu, juga terdapat alkaloid azardine (margosina), kaempferol, resin,
tannin, n-triacontane, -sitosterol, dan triterpene kulinone.
efek farmakologi

Toosendanin merupakan komponen aktif pada midi kecil yang berkhasiat


antelmitik dan bekerja lebih lama dari santonin.
Kulit kayu dan kulit akar digunakan untuk mengatasi:
- cacingan terutama askariasis, oxyuriasis, taeniasis, dan trichuriasis,
- pemakaian luar untuk scabies dan jamur di kulit kepala (tinea capitis).

Uji efektivitas

Pada percobaan in vitro, infuse Meliae Cortex dengan konsentrasi


25-50% meyebabkan kelumpuhan cacing keremi yang berasal dari
tikus.
Uji Klinis

Uji klinis belum diketahui


Dosis

Cacing gelang (ascariasis)


Cuci kulit kayu midi yang kering (15-30g), lalu iris tipis-tipis.
Rebus dengan tiga gelas air sampai air rebusannya tersisa satu
gelas. Setelah dingin, saring dan minum airnya sekaligus pada
malam hari. Lakukan selama 2-3 hari.
Cacing tambang (ankylostoma)
Cuci kulit kayu midi yang kering dan biji pinang (masing-masing
15g), lalu iris tipis-tipis. Rebus dengan tiga gelas air sampai air
rebusannya tersisa satu gelas. Setelah dingin, saring dan minum
airnya sekaligus pada malam hari.

Efek samping

Zat berkhasiat pada midi kecil yang bernama toosendanin jiika digunakan dalam
dosis pengobatan jarang menimbulkan efek samping. Meskipun
demikian,kadang-kadang dapat menimbulkan gejala pening, mual, muntah, nyeri
perut, diare, kemerahan pada muka (flushing), dan mengantuk. Pada beberapa
pasien bisa menyebabkan penglihatan kabur dan gatalgatal. Gejala-gejala tersebut
akan menghilang dengan sendirinya dalam 2-3 jam, dan pada sebagian pasien
dapat lebih lama dari satu hari. Gejala tersebut akan sembuh spontan tanpa
pengobatan spesifik. Sebagai peluruh cacing usus, efek samping toosendanin lebih
sedikit dari pada piperasin sitrat dan santonin.
Kontraindikasi

Pemberian toosendanin 8 mg/kg BB pada tikus secara intravena (IV) atau


intramuscular (IM) atau suntikan 0,4 mg/kg langsung ke pusat pernapasan di
medulla, menyebabkan gagal napas. Ini menandakan toosedanin dapat
menimbulkan depresi pernapasan.

A
B

Sambiloto
Tanaman yang digunakan:
INFUSA HERBA SAMBILOTO
(Andrographis paniculata, Nees)
Kandungan Kimia:
Kandungan herba sambiloto yang berpotensi sebagai antihelmintik Daun sambiloto mengandung
andrografolid, tannin, dan saponin yang berpotensi sebagai antihelmintik. Andrografolid merupakan zat
yang berlimpah dalam daun sambiloto . Walaupun mekansimenya belum jelas, zat pahit ini diduga
membunuh cacing melalui perannya sebagai imunostimulan dan menyebabkan kondisi basa dalam usus.
Efek farmakologis herba sambiloto :
Sambiloto merupakan obat tradisional yang sering digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Tanaman ini mempunyai sifat khas, yaitu pahit, mendinginkan dan membersihkan darah.
Uji efektivitas :
. Dari hasil analisis ditemukan bahwa LT50 infusa herba sambiloto pada konsentrasi 61,13% adalah 6 jam 34
menit sedangkan LT50 pirantel pamoate 0,236 % adalah 4 jam 16 menit. Hal ini menunjukkan bahwa
efektivitas infusa herba sambiloto sebagai antihelmintik lebih rendah daripada efektivitas pirantel pamoate
yang memang obat pilihan untuk infeksi cacing Ascaris sp. Dalam waktu yang sama pirantel pamoate akan
membunuh lebih banyak cacing dibandingkan infusa herba sambiloto.

Deskripsi Tanaman
Tumbuhan berhabitus terna semusim, tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 90
cm, batang berbentuk segi empat dengan rusuk yang jelas, menebal di bagian bukubuku batang. Helaian daun merupakan daun tunggal, terletak bersilang berhadapan,
helaian daun bentuk lanset, ukuran 3-12 x 1-3 cm, panjang tangkai daun 0,2-0,5 cm,
pangkal dan ujung helaian daun runcing, tepi daun rata, permukaan atas hijau tua,
bagian bawah hijau muda. Perbungaan berupa bunga majemuk malai rata, di bagian
ujung batang atau di bagian ketiak daun di bagian atas. Kelopak bunga berlekatan
terbagi menjadi 5 helai. Daun mahkota 5, berlekatan membentuk tabung mahkota
bunga, panjang tabung 6 mm, panjang helaian daun mahkota lebih dari panjang
tabung mahkota, 2 helai daun mahkota di bagian atas (bibir atas) berwarna putih
dengan garis kuning di bagian ujungnya, panjang helaian 7-8 mm, bibir bawah
terdiri atas 3 helaian daun mahkota, putih atau putih disertai warna ungu. Tangkai
sari 5, ukuran tangkai sari sepanjang mahkota bunga, tangkai sari melebar di bagian
pangkal. Tangkai putik panjang, melebihi panjang mahkota bunga. Buah berbentuk
kapsul, berkatup dan berisi 3-7 biji berwarna coklat tua. Berbunga sepanjang tahun,
semua bagian tanaman terutama daun sangat pahit

Kontraindikasi
Ibu hamil dan menyusui dilarang menggunakan herba ini karena dapat
menyebabkan keguguran (mempunyai aktivitas abortivum) dan adanya efek
antagonis dengan progesteron endogen. Penderita yang alergi terhadap tanaman
Acanthaceae.
Peringatan
Tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil. Dapat menimbulkan reaksi anafilaksis
bagi yang alergi.
Hindari penggunaan jangka panjang bersamaan dengan obat imunosupresan.
Hati-hati pada pasien kardiovaskular, jika mengkonsumsi bersamaan dengan obat
antiplatelet atau antikoagulan karena sambiloto dapat menghambat agregasi
platelet.
Efek yang Tidak Diinginkan
Penggunaan dosis tinggi herba sambiloto dapat menyebabkan perut tidak enak,
muntah-muntah, mual dan kehilangan selera makan, hal ini disebabkan karena
rasa pahit dari andrografolida, sedangkan pada wanita dapat menyebabkan efek
antifertilitas. Pernah dilaporkan (sangat jarang) timbulnya gatal-gatal
(kaligata/urtikaria) setelah minum rebusan sambiloto.

Interaksi Obat
Penggunaan herba sambiloto dalam kombinasi

dengan daun salam menurut data etnofarmakologi


dapat memberikan hasil lebih baik berupa
penurunan kadar gula darah yang lebih stabil.
Ekstrak herba sambiloto kemungkinan memiliki efek
sinergis dengan isoniazid.

TOKSISITAS
LD50 dari herba sambiloto cara pemberian peroral adalah 27,538 g/ kg BB

(Practically non-toxic). Ekstrak daun sambiloto pada hewan uji tidak menunjukkan
efek toksik pada fungsi hati dan ginjal hewan uji pada pengujian subkronik. Uji ini
juga tidak menunjukkan efek teratogenitas pada hewan uji. Uji toksisitas akut
ekstrak uji menghasilkan harga LD50 (mencit) adalah 19,473 g/kgBB sehingga
berdasarkan data pustaka, ekstrak uji dapat dikategorikan sebagai practically nontoxic. Hasil uji aktivitas SGOT, SGPT dan kadar kreatinin pada serum hewan coba
setelah pemberian selama dua bulan dengan dosis sampai 5 x dosis lazim tidak
menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
uji tidak memiliki toksisitas sub kronik terhadap fungsi hepar dan fungsi ginjal
hewan coba. Uji pengaruh teratogenik terhadap mencit tidak menunjukkan adanya
kelainan morfologi janin mencit sampai dengan dosis lima kali dosis lazim.
Pada mencit yang diberi rebusan sambiloto secara oral dengan dosis 10 g/kgBB
sekali sehari selama 7 hari, tidak ada satupun mencit yang mati. Pada kelinci yang
diberikan andrografolida i.v (10 mg/kgBB) tidak ada kelainan pada kardiovaskular.
Pada uji yang lain, tikus atau kelinci diberikan 1g/kg BB isolat andrografolida atau
neoandrografolida secara oral selama 7 hari, tidak memberikan efek pada berat
badan, jumlah darah, fungsi hati dan ginjal, atau organ penting lainnya

Dosis :
a. Konsentrasi I : 20 ml infusa herba sambiloto 100% + 80 ml aquades Larutan infusa herba sambiloto

20%.
b. Konsentrasi II : 40 ml infusa herba sambiloto 100%+ 60 ml aquades Larutan infusa herba sambiloto
40%.
c. Konsentrasi III : 60 ml infusa herba sambiloto 100% + 40 ml aquades Larutan infusa herba sambiloto
60%.
d. Konsentrasi IV : 80 ml infusa herba sambiloto 100%+ 20 ml aquades Larutan infusa herba sambiloto
80%.
e. Konsentrasi V : 100 ml infusa herba sambiloto 100% Larutan infusa herba sambiloto 100%.
*) yang paling baik adalah 100 ml infusa herba sambiloto 100% Larutan infusa herba sambiloto 100%.
Membunuh hampir 100% cacing.
Efek samping :
Kontraindikasi :
-

A
B
C
D

MENIRAN
A

Daftar Pustaka
Sentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman Obat
United States Departement of Agriculture, Natural Resorces Conservation Service.
Plants Database. http://www.plants.usda.gov
Nonaka, G., 1989, Isolation and structure elucidation of tannins, Pure & Appl.
Chem, 61 (3): 357-360.
Wang, C.K., and Lee, W.H., 1996, Separation, Characteristics, and Biological
Activities of Phenolics in Areca Fruit, J. Agric. Food Chem., 44(8):2014 -2019
Fine, A.M., 2000, Oligomeric Proanthocyanidin Complexes: History, Structure, and
Phytopharmaceutical Applications, Altern Med Rev, 5(2):144-151.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, p. 55-58.
Ferguson, P.J., Kurowska, E., Freeman, D.J., dan Koropatnick, D.J., 2004, A
Flavonoid Fraction from Cranberry Extract Inhibits Proliferation of Human Tumor
Cell Lines, J. Nutr. 134:1529-1535.
Leigh, M.J., 2003, Health Benefits of Grape Seed Proanthocyanidin Extract (GSPE),
Nutrition Noteworthy, 6(1): article 5.
Matius, Titus. 2009. Efficacy of Allium sativum (Garlic) Bulbs Extracts on Some
Enteric (Pathogenic) Bacteria. 2(6): 24-28.

Anda mungkin juga menyukai