Anda di halaman 1dari 31

Program Studi S-1 Farmasi

STIKES Borneo Lestari


2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang hanya karena rahmat dan karunia-
Nya, Buku Petunjuk Praktikum Kimia Farmasi Dasar ini dapat diselesaikan. Buku ini disusun
sebagai pedoman untuk membantu mahasiswa dalam mengikuti praktikum Kimia Farmasi Dasar.
Buku petunjuk praktikum ini memberi panduan kepada mahasiswa secara singkat tentang
pengaruh cara pemberian terhadap absorpsi obat, uji farmakologi analgetika, antipiretika, antidiare,
obat-obat sistem saraf, efek sedatif dan antiinflamasi, serta uji ketoksikan akut.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian buku ini. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat memberikan manfaat terutama
bagi mahasiswa. Masukan berupa kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan buku ini.

Banjarbaru, Agustus 2018

Penyusun

3
TATA TERTIB

1. Mahasiswa yang boleh mengikuti praktikum Kimia Farmasi Dasar adalah mahasiswa yang
telah mengambil atau sedang menempuh mata kuliah kimia analisis serta telah mengisi KRS
untuk mata praktikum kimia analisis.
2. Setiap peserta harus hadir tepat waktu pada waktu yang telah ditentukan. Apabila peserta
terlambat 15 menit dari waktu yang ditentukan, maka tidak diperkenankan mengikuti
praktikum.
3. Selama mengikuti praktikum, peserta harus memakai jas praktikum yang bersih dan
dikancingkan dengan rapi dan memakai sepatu tertutup (dilarang mengenakan sandal atau
sepatu sandal).
4. Setiap peserta wajib mengerjakan tugas yang terlampir pada masing-masing percobaan dan
dikumpulkan pada asisten praktikum setiap akhir percobaan dalam setiap minggunya. Tugas
wajib ditandatangani asisten.
5. Setiap peserta harus memeriksa alat praktikum sebelum dan sesudah praktikum kemudian
mengembalikan alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih dan kering. Botol bahan kimia
yang telah selesai digunakan harus ditutup rapat dan dikembalikan ke tempat semula. Tutup
botol harus sesuai (tidak boleh tertukar). Peserta praktikum yang memecahkan alat gelas wajib
mengganti.
6. Peserta praktikum dilarang membawa makanan/minuman ke dalam laboratorium/ruang
praktikum.
7. Setiap peserta harus menjaga kebersihan Laboratorium, bekerja dengan tertib, tenang dan
teratur. Selama praktikum, peserta harus bersikap sopan dan tidak membuat keributan.
8. Setiap peserta harus melaksanakan semua mata praktikum dan mematuhi budaya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), seperti memakai Alat Pelindung Diri (jas praktikum, sepatu,
sarung tangan, masker) dan membuang limbah praktikum sesuai dengan kategorinya.
9. Apabila peserta praktikum melanggar hal yang telah diatur pada butir diatas, maka peserta akan
dikeluarkan dari laboratorium dan tidak diperkenankan melanjutkan praktikum pada hari itu.
10. Hal yang belum disebutkan di atas dan diperlukan untuk kelancaran praktikum akan diatur
kemudian.
11. Satu minggu sebelum ujian final praktikum per kelas wajib mengumpulkan laporan akhir yang
berisi semua percobaan dengan format yang akan ditentukan kemudian.

Koordinator Praktikum

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ 2

TATA TERTIB .................................................................................................................................. 4

DAFTAR ISI...................................................................................................................................... 5

PERCOBAAN I PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3 ........................................................ 6

PERCOBAAN 2 PENGENALAN REAGENSIA ........................................................................... 17

PERCOBAAN 3 PEMBUATAN LARUTAN................................................................................. 20

PERCOBAAN 4 PENGENCERAN LARUTAN ............................................................................ 23

PERCOBAAN 5 ASAM BASA ...................................................................................................... 26

PERCOBAAN 6 REAKSI REDUKSI OKSIDASI ......................................................................... 28

PERCOBAAN 7 PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI................ 29

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 31

5
PERCOBAAN I
PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

I. TUJUAN :
- Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat dan menggunakannya dengan benar
- Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium.
- Mampu menggunakan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium
dengan benar

II. PENGENALAN ALAT


Berikut akan dibicarakan mengenai beberapa alat yang akan digunakan dalam Praktikum
Kimia:
Pipet volume. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan untuk
mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang
menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau bulb untuk
menyedot larutan.
a. Cara pengoperasian
- Pengisapan larutan menggunakan pipet melalui mulut dilakukan secara hati-hati,
agar tidak tertelan atau terhisap hingga mulut (jika menggunakan ball pipet langsung
diisap dengan menggunakan ball pipet)
- Pengisapan cairan dilakukan sampai 1-2 cm diatas garis tanda
- Kemudian diangkat dan dibersihkan/keringkan bagian ujung luar dari pipet dengan
menggunakan tissue
- Kemudian alirkan isi dengan posisi pipet tegak lurus terhadap wadah yang digunakan
dengan ujung pipet menempel pada bagian dinding dalam dari wadah
- Jangan menghisap bahan beracun atau zat yang bersifat keras melalui mulut tetapi
menggunakan ball pipet atau aspirator
- Untuk mengeluarkan isi pipet jangan ditiup dengan mulut, tetapi cukup dengan
tekhnik menggoreskan ujung pipet pada dinding dalam wadah sebanyak 3 kali
b. Resiko kecelakaan
- Menyebabkan luka tusuk dan luka iris akibat terkena pecahan pipet volum
c. Trouble shooting
- Pipet pecah akibat kecerobohan dan ketidak hati-hatian praktikan sehingga harus
dibuang dan diganti agar tidak menyebabkan luka pada praktikan

6
Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala,digunakan untuk mengambil larutan dengan volume
tertentu. Gunakan bulb atau karet penghisap untuk menyedot larutan, jangan dihisap
dengan mulut.
a. Cara pengoperasian
- Memipet cairan dengan pipet ukur. Ujung pipet harus betul-betul tercelup dalam
cairan, isap sampai sedikit melewati batas.
- Keringkan bagian luar ujung pipet yang terkena cairan dengan kertas tissue, atur agar
pipet tegak atau partikel dan cairan dipindahkan dalam wadah.
b. Resiko Kecelakaan
- Jika tidak berhati-hati saat menggunakan pipet bias terjatuh dan pecah, zat cair yang
dipipetkan tumpah, bahkan pipet pecah dan bias melukai.
c. Trouble shooting
- Jika pipet ukur hanya mengalami keretakan ringan, pipet masih bisa dipergunakan
sebagaimana mestinya, tapi jika pipet pecah aoat bocor, maka pipet tersebut harus
dibuang dan dipergunakan pipet baru.

Labu ukur (labu takar), digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair
pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran.
a. Cara pengoperasian
- Mengisi larutan yang akan diencerkan atau dipadatkan yang akan dilarutkan
- Tambahkan cairan yang dipakai sebagai pelarut sampai setengah labu terisi, kocok
kemudian penuhkan labu sampai tanda batas
- Sumbat labu dengan tutupan dengan jari, kocok dengan cara membolak balik labu
sampai larutan homogen

7
b. Resiko Kecelakan
- Bahaya yang disebabkan oleh pecahan kaca
c. Trouble shooting
- Tempatkan alat-alat kaca ditempat yang aman.

Gelas Ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini
mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk
mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan
skala.
a. Cara pengoperasian
- Larutan yang akan dikerjakan dimasukan kedalam labu ukur
- Misal, dalam sistem pengenceran
- Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadest hingga dasar meniskus berada
dileher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadest hingga dasar miniskus
yang menyentuh leher labu ( miniskus berada diatas garis leher) labu ukur.
- Untuk zat yang bewarna, penambahan aquadest hingga dasar miniskus yang
menyentuh leher labu ( miniskus berada diatas garis leher)
- Untuk zat yang bewarna, penambahan aquadest hingga dasar miniskus yang
meyentuh leher labu ( miniskus berada diatas garis leher)
b. Resiko kecelakaan
- Dapat pecah dan retak. Sehingga apabila tidak hati-hati dapat terluka.
c. Trouble shooting
- Apabila pecah, segera diganti dengan yang baru

8
Gelas Beker, Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya
cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan
kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan.
a. Cara pengoperasian
- Larutan yang akan dikerjakan dimasukan kedalam gelas beker
- Dikerjakan sesuai apa yang dikehendaki. Misalnya: untuk tempat mengaduk,
mencampur atau memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium
b. Resiko kecelakaan
- Dapat pecah dan retak sehingga apabila tidak hati-hati dapat terluka
c. Trouble shooting
- Apabila pecah, segera diganti
- Apabila retak, segera di lem atau jangan dipakai lagi

Buret dan Statif Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada bagian bawah,
digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran).
1. Buret
a. Cara pengoperasian
- Buret sebelum digunakan harus bersih, kering dan bebas lemak. Sumbat keran
tutup terbuat dari gelas asah atau teplon, jika kran terbuat dari bahan teplon
maka tidak diperlukan bahan pelican, sedangkan kran gelas asah memerlukan
sedikit pelumas untuk memudahkan putaran kran dan mencegah kebocoran.
Sebelum diisi kedalam buret. Pengisian buret dilakukan dari atas dengan
menggunakan corong. Sebelum titrasi dimulai pastikan bahwa tidak terdapat
gelembung-gelembung udara dibawah kran, dan titik-titik zat cairan yang
menempel pada dinding bagian dalam buret diatas garis meniscus larutan zat,
karena akan menyebabkan kesalahan. Bila titrasi dimulai, ujung buret tidak
boleh kosong (harus berisi cairan) dan semua gelembung harus dihilangkan,
tinggi cairan dalam buret (titran) harus diketahui, lebih mudah bila titrasi
dimulai dari titik nol dengan pembacaan yang benar yaitu miniskus cairan
meyentuh garis nol tersebut. Kran harus dipasang dengan baik kalau terlalu
tertekan kedalam, kran tidak dapat diputar, kalau terlalu tertekan didalam, kran

9
tidak dapat diputar, kalau terlalu lepas (tidak tertekan) dapat mengakibatkan
bocor.
b. Resiko Kecelakaan
- Buret pecah, resikonya bias melukai tangan atau anggota tubuh yang lain
c. Trouble shooting
- Kesalahan praktikan
- Pecah dan segera diganti dengan yang baru
2. Statif
a. Cara pengoperasian
- Tegakan statif, pastikan semua baut terpasang dengan baik.
- Letakan buret atau peralatan lainnya pada statif dengan bantuan klem
b. Resiko kecelakaan
- Apabila baut-baut pada statif tidak terpasang dengan benar, resiko kecelakaan
yang terjadi adalah alat gelas yang terpasang pada statif bias jatuh dan
mengenai pengguna statif itu sendiri
c. Trouble shooting
- Kelonggaran baut-baut pada statif dapat diperbaiki dengan obeng atau kunci

Erlenmeyer, Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut
(ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi. Kadang-kadang boleh
juga digunakan untuk memanaskan larutan.
a. Cara pengoperasian
- Pegangan pada leher erlenmayer, masukan larutan yang akan diencerkan/titrasi
- Digunakan denga perlahan dan hati-hati serta lihat perubahan warna
b. Resiko kecelakaan
- Kena pecahan atau tangan kita panas pada saat mendidihkan larutan
c. Trouble shooting

10
- Karena kesalahan kita, tidak hati-hati dan menyelesaikan bila pecahan dibuang lalu
diganti serta tangan kita yang panas segera diobati

Tabung reaksi. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, dalam skala kecil dan
dapat digunakan sebagai wadah untuk perkembangbiakkan mikroba.
a. Cara pengoperasian
- Pada waktu media yang ada didalam tabung reaksi, tabung reaksi harus berada dalam
keadaan miring di atas nyala api dan mulut tabung jangan sekali-kali menghadap
pada diri kita atau orang lain. Tabung reaksi yang disterilkan di dalam autoclave
harus ditutup dengan kapas dan alumunium foil
- Untuk tabung reaksi yang kecil biasanya bias digunakan untuk pemeriksaan
hematologi dan imunologi (seperti untuk darah atau pemeriksaan serologi lainnya)
b. Resiko Kecelakaan
- Tabung reaksi kemungkinan pecah, baik karena pemanasan, jatuh atau terbentur dan
lain sebagainya sehingga dapat melukai praktikan
c. Trouble shooting
- Tabung reaksi untuk pemanasan untuk pemnasan yang kuat, gunakan tabung reaksi
dari bahan pyrex

Corong , Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik. Digunakan
untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit,
seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.
a. Cara pengoperasian
- Untuk memasukan larutan kedalam alat gelas yang perlu menggunakan corong

11
- Untuk menyaring alasi dulu corong dengan kertas saring dan letakan diatas beaker
glass atau erlenmayer dan beri udara agar larutan dapat mengalir
b. Resiko kecelakaan
- Menyebabkan luka iris akibat terkena pecahan corong atau retakan pada bagian
corong
c. Trouble shooting
- Dapat menyebabkan corong pecah hingga harus diganti dan menyebabkan larutan
tumpah ketubuh praktikan sehingga apabila praktikan luka segera diobati

Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang massa suatu zat.

Gelas arloji, digunakan untuk tempat bahan padatan pada saat menimbang, mengeringkan
bahan, dll.
a. Cara Pengoperasian
- Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel
- Tempat saat menimbang bahan kimia
- Tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
b. Resiko Kecelakan
- Bahaya yang disebabkan oleh pecahan kaca
c. Trouble shooting
- Tempatkan alat-alat kaca ditempat yang aman

12
Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya
meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala
tetesan kecil.
a. Cara pengoperasian
- Pipet dibilas dengan aquadest
- Masukan pipet kedalam larutan yang ingin dipakai
- Ujung bawah pipet harus tercelup cukup kedalam cairan selama proses pengisian
- Untuk mengambil larutan, isap larutan dengan memencet karet pengisap
- Pindahkan larutan yang telah diambil tetes demi tetes sesuai keperluan
- Larutan yang masih menggantung pada ujung bawah pipet disingkirkan dengan
menyentuh ujung pipet dengan dinding dala, tempat larutan dipindahkan
b. Resiko kecelakan
- Kurangnya kehati0hatian dapat menyebabkan cairan berbahaya yang dipipet terkena
tangan.
- Dapat melukai praktikan jika terkena pecahan pipet
c. Trouble shooting
- Pipet pecah akibat kecerobohon praktikan, sehingga pipet harus diganti dan pecahan
pipet harus dibersihkan agar tidak melukai praktikan.

Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau mendekantir


(memisahkan larutan dari padatan).
a. Cara pengoperasian
- Digunakan untuk mengaduk bahan dan larutan yang akan dicampur
- Aduk perlahan
b. Resiko Kecelakan
- Mudah patah dan pecah jika tidak berhati-hati

13
Spatula, digunakan untuk mengambil bahan.

III. PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI


LABORATORIUM
Keterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui
kegiatan praktikum.Di samping itu ada kemungkinan bahaya yang terjadi di laboratorium
seperti adanya bahan kimia yang karsinogenik, bahaya kebakaran, keracunan, sengatan listrik
dalam penggunaan alat listrik (kompor, oven, dll).Di samping itu, orang yang bekerja di
Laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar, yang disebabkan karena dalam setiap
percobaan digunakan :
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif, karsinogenik,
dan beracun.
2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpecik.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium, hal yang harus dilakukan pada saat
bekerja di Laboratoriumantara lain :
1. Tahap persiapan
a. Mengetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal
yang harus dihindari selama praktikum, dengan membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan
kerja selama di Laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material Safety Data
Sheet (MSDS).

14
c. Mengetahui peralatan yang akan digunakan serta fungsi dan cara penggunaannya.
d. Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti jas praktikum lengan panjang, kacamata
goggle, sarung tangan karet, sepatu, masker, dll.
2. Tahap pelaksanaan
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri.
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan.
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari
lingkungan.
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori
limbahnya.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan.
3. Tahap pasca pelaksanaan
a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan kembalikan ke tempat
semula.
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan tertukar).
c. Bersihkan tempat atau meja kerja praktikum.
d. Cuci tangan dan lepaskan jas praktikum sebelum keluar dari laboratorium.

Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di laboratorium,


pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang digunakan dalam percobaan.Sifat
bahan secara rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat
didownload dari internet. Berikut ini sifat bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan
bahan kimia :

Simbol berbahaya
Toxic (sangat beracun) Bahan ini dapat menyebabkan kematian
atau sakit serius bila masuk ke dalam
Huruf kode: T+ tubuh melalui pernapasan, pencernaan
atau melalui kulit

Corrosive(korosif)

Bahan ini dapat merusak jaringan hidup,


Huruf kode: C
menyebabkan iritasi kulit, dan gatal.

15
Explosive (bersifat
mudah meledak)
Bahan ini mudah meledak dengan adanya
Huruf kode: E panas, percikan bunga api, guncangan
atau gesekan.

Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan ini dapat menyebabkan kebakaran.
Huruf kode: O Bahan ini menghasilkan panas jika kontak
dengan bahan organik dan reduktor.

flammable (sangat mudah


terbakar)
Bahan ini memiliki titik nyala rendah dan
Huruf kode: F bahan yang bereaksi dengan air untuk
menghasilkan gas yang mudah terbakar.

Harmful (berbahaya)
Bahan ini menyebabkan luka bakar pada
Huruf kode: Xn
kulit, berlendir dan mengganggu
pernapasan.

16
PERCOBAAN 2
PENGENALAN REAGENSIA

I. TUJUAN:
1. Mengetahui jenis-jenis dan macam reagensia yang digunakan di laboratorium kimia
2. Mengetahui petunjuk dalam kemasan dan dapat mengetahui spesifikasi bahan kimia
3. Mengetahui cara penyimpanan bahan kimia sesuai dengan sifatnya.

II. DASAR TEORI


Pengenalan reagensia merupakan pengetahuan yang sangat penting dan wajib diketahui bagi
seorang farmasis dalam bidang analisis, karena mempelajari tentang berbagai jenis dan sifat-
sifat bahan, cara pembuatan, cara penampungan, cara penyimpanan, cara penanganan, serta
cara penggunaanya dalam kegiatan praktik dilaboratorium.
Pengetahuan tentang pengenalan reagensia untuk kegiatan praktek di laboratorium perlu
dimulai dari:
a. Mengetahui macam/jenis bahan
b. Mengetahui sifat-sifat bahan (umum maupun khusus)
c. Mengetahui tingkat spesifikasi zat
d. Menegnali label/symbol/lambang etiket kemasan bahan dan mengetahui kemungkinan
resiko yang ditimbulkan (bahaya atau tidaknya)
e. Mengetahui cara/rumus perhitungan untuk menentukan konsentrasi bahan dalam
pembuatan reagensia
f. Mengetahui metode serta prinsip reaksi bahan dalam pembuatan reagensia
g. Mengetahui cara pembuatan reagensia sesuai SOP
h. Mengetahui cara penampungan, penyimpanan serta penanganan reagensia yang telah
dibuat
i. Mengetahui cara penggunaan reagensia tersebut.

Macam/Jenis Bahan
Cair (cair, emulsi, liquid, pasta)
Gas/Uap
Padat (serbuk, Kristal, padat)
Sifat Zat
Sifat fisis ( wujud, warna, bau, titik didih, titik bakar, higroskopis, daya larut, daya cemar,
daya rusak, daya racun, rumus molekul, rumus Kristal dan kereaktifan)
Sifat Kimia (mudah terbakar, mudah meledak, korosif, iriatif, kostik meracuni organisme)

17
Secara Umum dibedakan sebagai :
a. Bahan (material), zat yang menjadi komponen dari suatu proses atau pembentukan barang
atau produk.
b. Pereaksi (reagent) zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan
analisis kimia.

1. TINGKAT SPESIFIKASI ZAT


Yaitu sifat zat didasarkan dari tingkat kemurnian zat yang diperkenakan menurut jenis
analisis yang akan diterapkan.
a. Tingkat Teknik (Technical Grade = tingkat komersial)
Untuk kebutuhan industry, untuk kebutuhan pembersih/pencuci, untuk larutan perekasi
kualitatif(demonstratif)
b. Tingkat Farmasi (Phamaceutical Grade)
Untuk kebutuhan farmasi dan kedokteran karena memenuhi kebakuan USP (United
States Pharmacopeia) sebagai pereaksi kimia dilaboratorium.
c. Tingkat Murni (Chemically Pure, CP = General Purpose Reagent, GPR)
Jauh lebih murni (secara kimia) dari pereaksi tingkat farmasi, tingkat kebakuan
tercantum pada setiap pabrik pembuatannya, sebagai perekasi analisa tapi masih perlu
diuji lagi ketidakmurniannya sebelum digunakan.
d. Tingkat Pereaksi (Analytical Grade = PA = Pro Analisis)
Memenuhi aturan kebakuan yang ditetapkan oleh The American Chemical Society
Committee on Analytical Reagents. Pabrik selalu menyertakan label “Conform To
ACS Specifications” juga memuat daftar pengotor dan persen kemurniannya. Untuk
baku primer dan cukup memenuhi syarat analisis. Kemurnian 99,5 – 100,5 %

Contoh Label Bahan Kimia Tingkat Farmasi/ Tingkat Murni

Pottasium Bipthalate, Crystal, Primary Standar


Meet ACS Specification

Assay 99.5 – 100.5%


Insoluble matter 0.005%
pH of a 0.05M Solution at 25°C 4.00
Cholorine compound (as Cl) 0.003%
Senyawa belerang (as S) 0.002%
Heavy Metal (as Pb) 0.0005%
Iron (as Fe) 0.0005%
Sodium (as Na) 0.0005%

18
Contoh Label Bahan Kimia Tingkat Teknis :
PERAK NITRAT Kristal
TEKNIS

AgNO3 > 99% Isi 500gr


Contoh Label Bahan Kimia Tingkat Pereaksi ( Pro Analisis)
500 G Garantienschein
Gehalt Min 99%
PRO ANALYSIS Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O Max 0.001%
Ammonium eisen (II) Sulfat Cholorid (Cl) Max 0.009%
Zur Analyse Phosphat (PO4) Max 0.001%
Blei (Pb) Max 0.002%
Ferro Ammonium Sulfate Cuper (Cu) Max 0.01%
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O Eisen (III) (Fe) Max 0.005%
Zink ( Zn) Max 0.005%
Mangan (Mn) Max 0.05%
Magnesium (Mg) Max 0.01%
Natrium (Na) Max 0.01%
Kalium (K) Max 0.01%

Contoh Label Penyerta Bahan Kimia Tingkat Farmasi/Murni/Pereaksi (Pro


Analisis)
0984 1 LB (453,6 Gm)
Mallindckrodt
DANGER !
IODINE POISONOUS SWALLOWED CAUSES
U.S.P Resublimed Crystals IRRITASION OF SKIN, EYES, NOSE
AND THROAT
At.Wt 126.91
Avoid breathing dust of vapor
FOR PRESCRIPTION COMPOUNDING Avoid contac with skin and eyes
MALLINDCKORDT CHEMICAL In case contac Immediately flush skin or
WORKS eyes with planly of water for at least 15
ST.LUIS *NEW YORK* MONTREAL minuts, for eyes, get medical attention
*POISON*

19
PERCOBAAN 3
PEMBUATAN LARUTAN

I. Tujuan :
1. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu
2. Mengencerkan larutan dengan konsentrasi tertentu

II. Dasar Teori


Larutan adalah campuran yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang bercampur secara
homogen.
Komponen terdiri dari 2 yaitu :
1. Solut : zat yang larut
2. Solvent : pelarut (zat yang melarutkan solut dan biasanya jumlahnya lebih besar)

Konsentrasi, dapat dinyatakan dalam beberapa cara, misalnya :


1. Konsentrasi dalam % ada dua macam yaitu :
• Persen Massa dengan simbol % (b/b)

Contoh :
- NaOH 10% (massa) diartikan bahwa per 100 gr larutan ini mengandung 10 g NaOH
atau setiap 100 gr larutan tersebut terdiri dari 10 g NaOH dan 90 g air, bila
pelarutnya air.
- 10 ml H2SO4 95% (massa jenis d. 1,834) terlarut dalam 100 ml air (d 1,00).
Konsentrasi larutan asam sulfat ini dalam satuan % (massa) dapat ditetapkan melalui
perhitungan berikut :

20
• Persen Volum dengan simbol % (v/v)

Contoh :
- Alkohol 70% (volum) dapat diartikan bahwa setiap 100ml larutan ini terdiri dari
70ml alcohol (etanol) dan 30ml air (bila komponen selain alcohol hanya air)
- 25 ml alkohol 70% dicampur dengan 75 ml air, maka konsentrasi larutan alcohol
yang tebentuk dapa dihitung dengan menggunakan persamaan :

Satuan % dapat juga diartikan sebagai tingkat kemurnian atau ketidakmurnian suatu zat.
2. Konsentrasi dalam Molaritas dengan symbol M atau kode lain [ ] :
Contoh : H2C2O4 0,5 M dapat dinyatakan sebagai [H2C2O4] = 0,5

Molaritas

Contoh :
6,3 g H2C2O4.2H2O (M 126) dituangi dengan air sampai volume larutan mencapai 100ml.
Konsentrasi larutan asam oksalat dalam satuan molar besarnya adalah:

21
3. Konsentrasi dalam Normalitas
Berat (gram)
N=
Vol (L) x BE

4. Fraksi mol
mol zat terlarut (mol)
x=
mol zar terlarut (mol) + mol pelarut (mol)

5. ppm

berat zat terlarut (mg)


ppm =
volume larutan (L)

berat zat terlarut (mg)


ppm =
6. ppb
berat (kg)
berat zat terlarut (μg)
ppb =
volume larutan (L)

berat zat terlarut (μg)


ppb =
III. Bahan dan Alat berat (kg)
Bahan :
NaCl, HCl 37%, Etanol 96 %, gula pasir, dan akuades.
Alat :
Neraca analitik, labu takar 100 ml, gelas ukur, pipet tetes
IV. Cara Kerja
Buatlah larutan dengan konsentrasi masing-masing di bawah ini kemudian tulislah prosedur
kerjanya secara lengkap beserta cara perhitungan lengkap di Lembar kerja :
1. 100 mL larutan NaCl 0,1 M
2. 100 mL larutan NaCL 100 ppm
3. 100 mL lautan etanol 70 % (v/v)
4. 100 mL larutan gula 12 % (b/v)
5. buatlah kesimpulan dari percobaan ini

22
PERCOBAAN 4
PENGENCERAN LARUTAN
I. Tujuan
Tujuan praktikum adalah melatih mahasiswa dalam mengencerkan larutan dalam berbagai
konsentrasi
II. Teori
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut sehingga jumlah mol zat terlarut
sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Pengenceran 10 kali dan 100 kali. Pengenceran 10 kali artinya V2 = 10 V1 sedangkan pengenceran
100 kali artinya V2 = 100 V1
Pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x N1 = V2 x N2
V1 = volume awal
M1 = konsentrasi awal (Molaritas, M)
N1 = konsentrasi awal (Normalitas, N)
V2 = volume akhir
M2 = konsentrasi akhir (Molaritas, M)
N2 = konsentrasi akhir (Normalitas, N)
Catatan : Bila ingin mengencerkan H2SO4 pekat, maka harus menambahkan bahan kimia
pekat tersebut ke dalam air, bukan sebaliknya

Contoh :
Buatlah 100 ml larutan HNO3 0,2 N dari larutan HNO3 pekat 69%. Diketahui massa jenis larutan
HNO3pekat 69%= 1,49 g/mL; berat molekul larutan HNO3pekat 69% = 63.01 g/mol.
Jawab :
Berat HNO3 dalam HNO3 pekat 69% = 1,49 g/ml x 69 ml =102,81 gram
Normalitas (N) HNO3 =

N = 16,32 N

23
V1 x N1 = V2 x N2

N = 1,22 ml dilarutkan hingga 100 ml (menggunakan labu ukur)

III. Cara Kerja


3.1 Alat dan bahan
- Pipet ukur
- Labu ukur 50 ml, 100 ml, dan 500 ml
- Gelas Beker
- Pipet tetes
- Botol berwarna coklat
- Asam asetat
- H2SO4
- NaOH
- HCl

3.2 Cara kerja


A. Pengenceran asam asetat 15% menjadi asam asetat 0,1 N dan 0,2 N
1. Hitung dan pipetlah beberapa ml larutan dari larutan induk 15% asam asetat yang telah
disediakan untuk membuat larutan asam asetat 0,1 N dan 0,2 N.
2. Masukkan ke dalam labu ukur, tambahkan aquadest, dan kocok perlahan. Kemudian
tambahkan kembali aquadest hingga tepat tanda batas, dan kocok kembali.
3. Masukkan larutan yang telah dibuat tadi ke dalam botol berwarna coklat dan berilah
label.

B. Pengenceran bertingkat H2SO4 25% menjadi 0,5 N; 0,2 N; dan 0,1 N


1. Pipetlah beberapa ml larutan dari larutan induk H2SO4 25% yang telah disediakan
untuk membuat larutan H2SO4 0,5 N.
2. Masukkan ke dalam labu ukur, tambahkan aquadest, dan kocok perlahan. Kemudian
tambahkan kembali aquadest hingga tepat tanda batas, dan kocok kembali
3. Dari larutan yang telah dibuat di atas, pipetlah kembali beberapa ml larutan H2SO4 0,5
N tersebut untuk membuat larutan H2SO4 0,2 N. Lakukan hal yang sama dengan poin
2.

24
4. Setelah itu, pipet kembali beberapa ml larutan dari H2SO4 0,2 N yang telah siap tadi
untuk membuat larutan H2SO4 0,1 N dan lakukan hal yang sama pada poin 2.
5. Lakukan untuk larutan lain yang telah disediakan oleh dosen

25
PERCOBAAN 5
ASAM BASA
I. Tujuan
Menentukan asam atau basa suatu larutan, memprediksikan range pH larutan dengan
menggunakan indikator, dan menentukan pH larutan dengan pH indikator universal dan pH meter.

II. Teori
Untuk mengetahui sifat asam dan basa dari larutan dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator asam basa dan pH meter. Indikator asam basa adalah zat yang mengandung suatu zat yang
dapat menunjukkan warna yang berbeda pada lingkungan asam maupun basa. Beberapa indikator
asam basa yang biasa digunakan antara lain kertas lakmus dan larutan indikator.
Larutan indikator yang sering digunakan adalah fenoftalein (PP), metil merah (MM), metil
jingg (MJ), dan bromtimol biru (BTB)
Sifat dari masing-masing kertas lakmus adalah sebagai berikut.
a. Lakmus merah
Lakmus merah dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru.
b. Lakmus biru
Lakmus biru dalam larutan asam berwarna merah dan dalam larutan basa berwarna biru.
c. Lakmus merah maupun biru dalam larutan netral tidak berubah warna

*Identifikasi Larutan Asam, Basa, dan Netral Menggunakan Indikator Alami


Warna kulit manggis adalah ungu (dalam keadaan netral). Jika ekstrak kulit manggis dibagi dua
dan masing-masing diteteskan larutan asam dan basa, maka dalam larutan asam terjadi perubahan
warna dari ungu menjadi cokelat kemerahan. Larutan basa yang diteteskan akan mengubah warna
dari ungu menjadi biru kehitaman.

III. Metodologi
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Cawan Petri
- Gelas kimia
Bahan yang digunakan:
- HCl
- NaOH
- CH3COOH

26
- NH4OH
- Indikator kertas lakmus merah dan biru
- Indikator metil jingga
- Indikator metil merah
- Indikator fenoftalein
- Indikator bromtimol biru

3.3 Prosedur kerja


a. Indikator Kertas Lakmus
- Ambil kertas lakmus letakkan pada pelat tetes dan tetesilah dengan larutan diatas (Larutan
CH3COOH , NaOH , NH4O, HCl dan H2O)
- Amati perubahan warna dan catat hasilnya

b. Indikator MM, MJ, BTB, dan PP.


- Ambil Cawan petri dan isilah dengan keempat larutan diatas (Larutan CH3COOH , NaOH ,
NH4O, HCldan H2O) masing-masing sebanyak 2 tetes
- Tetesi larutan di atas masing-masing dengan indikator sebanyak 1 tetes, amati dan catat
hasilnya

c. Indikator Kertas Universal


- Ambil kertas indikator universal celupkan pada larutan yang diuji (Larutan CH3COOH ,
NaOH , NH4OH, HCldan H2O)
- Letakkan dan cocokan di pita warna pH.
- Amati dan catat hasilnya.

d. pH meter
- Siapkan larutan CH3COOH , NaOH , NH4O, HCl dan H2O.
- Bilaslah terlebih dahulu pH meter yang akan digunakan dengan aquades.
- Kemudian celupkan pH meter ke dalam larutan yang akan diukur pHnya.
Untuk mengukur pH larutan selanjutnya, pH meter dibilas kembali terlebih dahulu dengan
aquades.

27
PERCOBAAN 6
REAKSI REDUKSI OKSIDASI

I. Tujuan
Tujuan praktikum adalah untuk mengetahui reaksi redoks beberapa logam dengan larutan

II. Teori
Tidak hanya reaksi metatesis saja yang terjadi antara ion-ion dalam larutan. Banyak reaksi
redoks juga menyangkut reaktan, hasil reaksi, atau keduanya. Reaksi reduksi merupakan reaksi
yang mengalami penurunan bilangan oksidasi sekaligus penarikan elektron. Reaksi oksidasi
merupakan reaksi yang mengalami kenaikan bilangan oksidasi sekaligus pelepasan elektron. Reaksi
antara logam dengan larutan garam atau basa merupakan reaksi pergantian dimana logam aktif
mampu menggantikan logam yang kurang aktif.

III. Metodologi

3.1 Alat dan bahan


• Tabung reaksi • Larutan CuSO4 1 M

• Logam seng • Larutan Pb(NO3)2 1 M

• Logam tembaga • Larutan HCl 1 M

• Logam Alumunium • Rak tabung reaksi


• penjepit

3.2 Cara kerja


1. Masukkan larutan ± 5 mL CuSO4 1 M ke dalam tabung reaksi
2. Masukkan sepotong logam seng ke dalam larutan CuSO4.
3. Amati perubahan yang terjadi!
4. Lakukan kembali 1-3 dengan menggunakan:
a. CuSO4 dengan Al
b. Pb(NO3)2 dengan Zn
c. Pb(NO3)2 dengan Al
d. Pb(NO3)2 dengan Cu
e. HCl dengan Al
f. HCl dengan Zn
g. HCl dengan Cu

28
PERCOBAAN 7
PENGARUH KONSENTRASI DAN SUHU PADA LAJU REAKSI

I. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh perubahan konsentrasi pada laju reaksi.
2. Mempelajari pengaruh suhu pada laju reaksi.

II. Teori
Percobaan ini bersifat semi kualitatif yang dapat digunakan untuk menentukan pengaruh
perubahan konsentrasi dan pengaruh suhu pada laju reaksi. Reaksi yang diamati adalah reaksi
pengendapan koloid belerang yang terbentuk apabila tiosulfat direaksikan dengan asam. Yang
diukur dalam percobaan ini adalah waktu yang dperlukan agar koloid belerang mencapai suatu
intensitas tertentu.

III. Metodologi
3.1 Alat:
1. Gelas Ukur
2. Stop Watch
3. Erlenmeyer
4. Thermometer
5. Bunsen, Kaki tiga dan kasa
6. Pipet Volum
7. Batang pngaduk

3.2 Bahan
1. Na2S2O3
2.HCl

3.3 Cara Kerja


Bagian A
1. Tempatkan 50 ml natrium tiosulfat 0,25 M dalam gelas ukur yang mempunyai
alas rata.
2. Tempatkan gelas ukur tadi di atas sehelai kertas putih tepat di atas tanda silang hitam yang
dibuat pada kertas putih tersebut, sehingga ketika dilihat dari atas melalui larutan tiosulfat, tanda
silang itu jelas terlihat.
3. Tambahkan 2 ml HCl 1 M dan tepat ketika penambahan dilakukan nyalakan stop watch. Larutan
diaduk agar pencampuran menjadi merata, sementara pengamatan dari atas tetap dilakukan.

29
4. Catat waktu yanag diperlukan sampai tanda silang hitam tidak dapat diamati dari atas.
5. Suhu larutan diukur dan dicatat.
6. Ulangi langkah-langkah di atas dengan volume larutan tiosulfat dan volume air
yang berbeda-beda.

Bagian B
1. Masukkan 10 ml larutan Na-tiosulfat 0,5 M ke dalam gelas ukur, lalu encerkan
hingga volumenya mencapai 50 ml.
2. Ambil 2 ml HCl 1 M, masukkan ke dalam tabung reaksi, tempatkan gelas ukur dan tabung reaksi
tersebut pada penangas air yang suhunya ± 35oC. Biarkan kedua larutan tersebut beberapa lama,
sampai mencapai suhu kesetimbangan. Ukur suhu dengan menggunakan termometer dan catat.
3. Tambahkan asam ke dalam larutan tiosulfat, dan pada saat yang bersamaan nyalakan stop watch.
Larutan diaduk lalu tempatkan gelas ukur di atas tanda silang hitam. Catat waktu yang
dibutuhkan sampai tanda silang tidak terlihat lagi bila dilihat dari atas.
4. Ulangi langkah diatas untuk berbagai suhu sampai 50o C (lakukan untuk 3 suhu yang berbeda).
Variasi suhu yang digunakan: 40 oC; 45 oC; dan 50 oC

30
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Diktat Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya.
Malang.

Brady, J. 2002. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bina Rupa Aksara: Tanggerang

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Erlangga: Jakarta

Day, R.A dan Underwood, A.L. 2001.Analisis Kimia Kuantitatif. Alih bahasa: Iis Sofyan.
Erlangga. Jakarta.

Vogel. 1994. Analisis Kimia Anorganik Kuantitatif. Alih bahasa: A.H. Pujaatmaka. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Whitten. 1980. General Chemistry. Jhon and Willey: New York

31

Anda mungkin juga menyukai