Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan entry barrier yang

semakin tipis dalam perdagangan internasional, membuat produk obat dan

makanan dalam waktu yang singkat menyebar berbagai Negara dengan

jaringan distribusi yang luas dan mampu menjangkau seluruh masyarakat.

Konsumsi masyarakat produk-produk, termasuk cenderung terus meningkat

seiring gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu

pengetahuan masyarakat masih memadai untuk dapat memilih dan

menggunakan produk secara benar dan aman. Dengan demikian peranan

kesehatan sangatlah diperlukan dengan menyelenggarakan upaya kesehatan

secara menyeluruh dan terpadu.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan

kesehatan adalah melalui peningkatan pengendalian pengadaan, pegaturan

penggunaan dan pengawasan pembekalan farmasi dan makanan yang

dilakukan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM)

sehingga sarana, prasarana dan kinerja sumber daya manusia dalam

pengawasan obat dan makanan dan pembekalan farmasi lainnya harus terus

ditingkatkan sehingga dapat mendukung kelancaran upaya yang dilakukan.

Sebagai sarana pemeriksaan dan pengujian baik secara kualitatif maupun

kuantitatif, laboratorium balai POM dilengkapi dengan beberapa instrument

seperti: HPLC, spektrofometri, UV-Vis, densitometer, dissolution, test

1
apparatus, nitrogen determinator aparatus, water destilation apparatus,

centrifuge ultrasonic bath, laminair air flow, analitycal balance, autoklaf,

lemari asam, kromatografi gas, dan AAS.

Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional, dan

gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan

implikasi yang luas pada kesehatan keselamatan konsumen, balai POM

merupakan badan pemerintahan non departemen yang mempunyai tugas

pokok, Visi dan Misi terhadap pengawasan baik produksi maupun distribusi

produk-produk obat, kosmetik, obat tradisional, suplemen dan makanan.

Oleh karena itu di bentuk Balai POM untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat dalam hal informasi yang benar dan jujur serta pemecahan

masalah pengaduan yang menyangkut berbagai hal produk-produk obat,

makanan, kosmetik, obat tradisional, dan suplemen makanan, membuka akses

seluas-luasnya kepada masyarakat atau konsumen untuk bertanya atau

menyampaikan keluhan.

B. TUJUAN dan MANFAAT

1) Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain :

a) Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang tugas dan

fungsi Balai POM.

b) Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengujian obat

di Laboratorium Balai POM Kendari.

2
2) Manfaat

a) Bagi Instansi

Hasil praktek kerja lapangan diharapkan dapat menjadi informasi

dan sebagai masukkan bagi instansi terkait dalam hal ini Balai POM

Kota Kendari sebagai tempat pengawasan obat tradisional.

b) Bagi mahasiswa

Hasil praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah

pengalaman dan wawasan keilmuan tentang kegiatan di

Laboratorium Terapeutik Balai POM Kota Kendari berupa

pengujian-pengujian Obat Tradisional.

c) Bagi Akademik

Hasil praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat menambahkan

informasi keimuan bidang kesehatan khususnya farmasi terkait

analisis dan pengujian obat tradisional.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan BPOM

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah institusi pemerintah

yang memunyai wewenang dalam pengawasan obat dan makanan di

Indonesia, ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Dapertemen (LPND)

dan sekarang Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) berdasarkan

pasal 25 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008

tentang Kementerian Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian

dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

Institusi ini bertanggung jawab secara langsng kepada Presiden, dikoordinasi

dengan Menteri Kesehatan dan dikepalai oleh pejabat setingkat Menteri.

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya BPOM memiliki tugas, fungsi

dan kewenangan sebagai berikut:

1. Tugas BPOM

a. Tugas Utama BPOM

Berdasarkan Pasal 67 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun

2001, BPOM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perUndang-Undangan yang berlaku.

4
b. Tugas Balai POM

Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun

2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan,

yang meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika,

psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan

berbahaya.

2. Fungsi BPOM

a. Fungsi Utama BPOM

Berdasarakan Pasal 68 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun

2001, BPOM mempunyai fungsi :

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang

pengawasan Obat dan Makanan.

2) Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

3) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM.

4) Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap

kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat dan

Makanan.

5) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di

bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata

5
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian,

perlengkapan dan rumah tangga.

b. Fungsi Balai POM

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun

2014, Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai

fungsi:

1) Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan.

2) Pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika zat

adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan

dan bahan berbahaya.

3) Pelaksanaan pemeriksaanlaboratorium, pengujian dan penilaian

mutu produk secara mikrobiologi.

4) Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi

5) Investigasi dan penyidikan pada kasus pelanggaran hukum.

6) Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi

tertentu yang ditetapkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan

7) Pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen.

8) Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan.

9) Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

6
10) Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan, sesuai dengan bidang tugasnya.

3. Kewenangan BPOM

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM N0M0R : 02001/SK/KBPOM,

dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai kewenangan :

a. Penyusunan rencana nasional secara makro dibidang pengawasan obat

dan makanan;

b. Perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan untuk

mendukung pembangunan secara makro;

c. Penetapan sistem informasi di bidang pengawasan.obat dan makanan;

d. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif)

tertentu untuk makanan dan penetapan pedoman pengawasan

peredaran obat dan makanan;

e. Pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan

industri farmasi;

f. Penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengernbangan, dan

pengawasan tanaman obat.

7
A. OBAT TRADISIONAL

Menurut peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 007

tahun 2012 tentang registrasi obat tradisional adalah bahan atau ramuan

bahan yang berupa bahan tumbuha, bahan hewan, bahan mineral, sediaan

sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun

temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang telah berlaku di masyarakat. Dalam pembuatan obat

tradisional bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung bahan kimia

sintetik. Obat tradisional terbuat dari campuran berbagai tumbuhan yang

dapat dibuat menjadi bentuk sediaan yang bervariasi diantaranya adalah

kapsul, tablet, pil, dan lain-lain. Menurut WHO, obat tradisional telah

digunakan secara luas di dunia sejak hampir 20 tahun. Pada negara-negara

seperti Ghana, Mali, Nigeria, dan Zambia, penggunaan obat tradisional

mencapai 60% dan sekitar 80% populasi di banyak negara menggunakan

obat tradisional sebagai perlindungan kesehatan mereka (Kayne, 2010).

Penggunaan obat tradisional secara luas oleh masyarakat disebabkan

selain karena alami, mudah didapat, serta harganya yang murah,

penggunaan obat ramuan tumbuhan secara tradisional ini tidak

menghasilkan efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi

pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih banyak orang yang

beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan

dengan obat sintesis (Thomas A.N.S, 1989).

8
Penggolongan obat tradisional terbagi atas :

1. Jamu

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 246

tahun 1992, pengertian jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya

simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum

pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berupa serbuk seduhan,

rajangan untuk seduhan, dan sebagainya.

2. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat bebas terstandar merupakan obat tradisional yang disajikan dari

hasil ekstraksi atau penyarian bahan alam, baik tanaman oba, hewan,

maupun mineral. Yang ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa

penelitian praklinis (Lestari, 2007).

3. Fitofarmaka

Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang memiliki khasiat,

keamanan, serta standar proses pembuatan dan bahannya telah diuji

secara praklinis dan klinis (Yuliarti, 2008).

B. KROMATOGRAF LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh

suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam system yang terdiri dari dua

fase atau lebih, salah satunya bergerak berkesinambungan dalam arah

tertentu dan didalam zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas yang

disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbs, partisi, tekanan uap, ukuran

molekul atau kerapatan ion, sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi

9
dengan metode analitik (Direktorat jendral pengawasan obat dan makanan

RI, 1995). Teknik kromatografi biasanya membutuhkan zat terlarut yang

terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam yang

digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter

partikel antara 10 sampai 30 µm. Semakin kecil ukuran partikel dan semakin

sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal

efisiensi dan resolusinya, jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka

akan menurunkan resolusinya.

Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang

melebar dan puncak ganda. Penjerap yang paling sering digunakan adalah

silica dan serbuk selulosa, sedangkan mekanisme yang utama dalam KLT

adalah partisi dan adsorbsi. Fase gerak merupakan pelarut pengembang yang

akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada

pengembangan secara mekanik atau (ascending) atau karna pengaruh

gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Kromatografi dapat dibedakan dalam beberapa macam tergantung dari

pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya

kromatografi dibedakan menjadi : kromatografi adsorbs ; kromatografi

partisi ; kromatografi pasangan ion ; kromatografi penukar ion ;

kromatografi eksklusi ukuran dan kromatografi afinitas. Berdasarkan pada

penggunaan alat yang digunakan dapat dibedakan menjadi : kromatografi

10
kertas ; kromatografi lapis tipis (KLT) ; kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) dan kromatografi gas (Gandjar dan Rohman, 2007).

Parameter dari kromatografi lapis tipis adalah factor retensi (Rf)

merupakan perbandingan jarak yang ditempuh solute dengan jarak yang

ditempuh fase gerak. Adapun rumusnya sebagai berikut :

jarak yang ditempuh solut (cm)


Rf =
jarak yang ditempuh fase gerak ( cm)

Nilai Rf biasanya lebih kecil dari satu, sedangkan jika dikalikan

dengan 100 akan bernilai 1 – 100, sehingga parameter ini dapat digunakan

untuk perhitungan kualitatif dalam pegujian sampel pada kromatografi lapis

tipis (Sumarno, 2001). Pada Rf kurang 0,2 belum terjadi kesetimbangan

antara komponen senyawa dengan fase diam dan fase gerak sehingga bentuk

noda biasanya kurang simetris. Pada bilangan Rf diatas 0,8 noda analit

akann diganggu oleh absorbansi pengotor lempeng fase diam yang teramati

pada visualisasi dengan lampu UV (Wulandari, 2011).

11
BAB III

PELAKSANAAN PKL

A. Lokasi PKL

Pelaksanaan praktek kerja lapangan (PKL) di Balai POM Kota Kendari

yang terletak di jalan kompleks perkantoran bumi praja andonohu kendari,

sulawesi tenggara. PKL dilakukan dilaboratorium Obat Tradisional Balai

POM kendari.

B. Gambaran Balai POM Kendari

Balai Pengawasan Obat dan Makanan di Kendari terbentuk

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor

05018/SK/KBPOM Tahun 2001. Jo SK Kepala Badan POM RI Nomor

HK.0005.21.4232 Tahun 2004 tentang perubahan Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM.

Balai Pengawas Obat Makanan (BPOM) Kendari merupakan salah

satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai POM yang mempunyai peranan

penting sebagai perpanjangan tangan dari Badan POM dalam melaksanakan

kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika

dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen,

keamanan pangan dan bahan berbahaya.

12
1. Visi dan Misi Balai POM Kendari

a. Visi

“Obat dan Makanan Aman, meningkatkan kesehatan masyarakat

dan daya saing bangsa”.

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus

melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan

secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan

kesehatan yang lebih baik.Sejalan dengan itu, maka pengertian kata aman

dan daya saing adalah sebagai berikut :

Aman : Kemungkinan resiko timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analia dan kajian, sehingga resiko yang mungkin

masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak

membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan

bahwa khasiat/manfaat Obatdan Makanan meyakinkan,keamanan

memadai.dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa

yang telah memenuhi standar,baik standar nasional maupun

internasional, sehingga produk lokal unggul dalam menghadapi pesaing

di masa depan

b. Misi

Meningkatkan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis

risiko untuk melindungi masyarakat.

13
a) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawasan

komprehensif mencakup pemeriksaan sarana produksi dan distribusi,

sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Dengan

penjaminan mutu produk Obat dan Makanan yang konsisten, yaitu

memenuhi standar aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu

diharapkan Balai POM di Kendari mampu melindungi masyarakat

dengan optimal. Satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan

Makanan semakin tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki

terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas.

Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain

berdasarkan analisis resiko untuk mengoptimalkan seluruh sumber

daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran

Strategis ini.

b) Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan obat dan makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan.

Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat

dan Makanan akan menjadi pro active kontrol dengan mendorong

penerapan risk manajemen program oleh industri. Sebagai salah satu

pilar sistem pengawasan Obat dan Makanan, pelaku usaha harus

bertanggung jawab memenuhi standard dan persyaratan sesuai dengan

14
ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat

dan Makanan sehingga menjamin Obat dan Makanan yang diproduksi

dan diedarkan aman, berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu. Sebagai

lembaga pengawas, Balai POM harus mampu membina dan

mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman,

berkhasiat/bermanfaat, dan bermutu. Pilar yang lain, masyarakat

diharapkan memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang

memenuhi standard dan diberi kemudahan akses informasi dan

komunikasi terkait Obat dan Makanan.

c) Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber

daya yang memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang

kuat. Kelembagaan tersebut meliputi struktur yang kaya dengan

fungsi.

15
2. Struktur Organisasi Balai POM kendari

KEPALA BALAI POM

KEPALA SUB BAGIAN


TATA USASAHA

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PEMERIKSAAN SERTIFIKASI PENGUJIAN PENGUJIAN PENGUJIAN
DAN MIKROBIOLOGI
PENYIDIKAN DAN TERAPETIK, PANGAN DAN
PELAYANAN NARKOTIK BAHAN
KONSUMEN KONSUMEN, BERBAHAYA
KOSMETIK,
OBAT
TRADISIONAL
DAN PRODUK
KOMPLEMEN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN

Gambar 1. Struktur Umum Organisasi Balai POM Kota Kendari

3. Gambaran TERANOKOKO

TERANOKOKO merupakan Bidang Pengujian Produk Terapetik,

Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai

tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan

pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu

di bidang produk terapetik Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk

16
Komplemen.Teranakoko dipimpin oleh seorang kepala dimana kepala

teranokoko ini membawahi 3 laboratorium yaitu Laboratorium Obat

Tradisional, Laboratorium Kosmetik, dan Laboratorium Terapetik.

a) Gambaran Laboratorium Terapeutik

Laboratorium terapeutik merupakan bidang pengujian obat dan

NAPZA. Sampel bahan obat yang akan diuji yaitu sampel yang beredar

dipasaran, dimana sampel ini disampling oleh seksi PEMDIK kemudian

diserahkan ke Laboratorium Obat Tradisional untuk diuji.

b) Gambaran Laboratorium Obat Tradisional

Dalam pengujian Obat Tradisional yang dilakukan untuk menguji

BKO (bahan kimia obat) yang ada dalam sediaan obat tradisional seperti

jamu, baik dalam bentuk padat, cair atau semi solid dengan menggunakan

beberapa metode. Dalam pengujian Obat Tradisional, telah banyak

berkembang diantaranya; Kromatograi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/

HPLC (High performance liquid chromatography), Kromatografi cair-

spektrometri massa (LC-MS), Kromatografi lapis tipis (KLT)-

densitometri.

a. Kromatograi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/ HPLC (High performance

liquid chromatography).

Merupakan bentuk kromatografi kolom yang memompa campuran

sampel atau analit dalam suatu pelarut (dikenal sebagai fase gerak)

pada tekanan tinggi melalui kolom kromatografi dengan bahan

kemasan (fase padat).

17
b. Kromatografi cair-spektrometri massa (LC-MS)

Adalah teknik kimia analisis yang merupakan penggabungan dari

pemisahan fisik menggunakan kromatografi cair dan deteksi massa

molekul dengan spektrometri massa. Keunggulan dari teknik ini

adalah spesifitas dan sensitivitas pengukuran yang dihasilkan sangat

tinggi dibandingkan teknik kimia analis lainnya.

c. Kromatografi lapis tipis (KLT)-densitometri

Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang

didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang

merupakan bercak pada KLT. Densitometri dimaksudkan untuk

analisis kuantitatif analit dengan kadar kecil, yang sebelumnya

dilakukan pemisahan dngan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

Densitometri lebih dititik beratkan untuk analisis kuantitatif analit-

analit dengan kadar yang sangat kecil yang perlu dilakukan

pemisahan terlebih dahulu dengan KLT. Densitometri merupakan

metode penetapan kadar suatu senyawa pada lempeng kromatografi,

menggunakan instrumen TLC scanner, pengukuran dilakukan dengan

cara mengukur serapan analit (cahaya yang diukur dapat berupa

cahaya yang dipantulkan atau yang diteruskan), pemadaman

fluoresensi untuk lapisan yang mengandung bahan berfluoresensi

analit atau hasil reaksi analit. Densitrometri adalah alat pelacak

kuantitatif yang sangat terkenal, alat ini dilengkapi dengan

18
spektrofotometer yang oenjang gelombangnya dapat diatur dari 200-

700 nm.

C. PELAKSANAAN PKL ( praktek kerja lapangan )

Selama kegiatan praktek kerja lapangan di Balai POM kendari, banyak

mendapat pengalaman dan pembelajaran dalam dunia kerja yang nyata.

Kegiatan belajar dan mengajar sangat berpengaruh terhadap kegiatan praktek

kerja industri, karena dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa (i)

untuk menyesuaikan diri pada suasana lingkungan kerja yang sebenarnya.

Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan PKL Yang

bertempat di BPOM kendari khususnya laboratorium Obat trasional yang

dilaksanakan dari tanggal 07 mei – 28 mei 2018.

1. Pengenalan laboratorium obat tradisional

Sebelum dilakukan praktek kerja lapangan hal yang pertama di

lakukan yaitu pengenalan alat laboratorium yang di gunakan dalam

laboratorium obat tradisional. Adapun alat-alat yang di kenalkan yaitu

diantaranya spektrofotometri, water bath, rotavapor, disintegrator dan

ultrasonic.

2. Kegiatan dalam laboratorium

Kegiatan yang di lakukan dalam laboratorium obat tradisional

meliputi uji identifikasi BKO, penetapan kadar air, salah satu BKO yang

di lakukan pengujian adalah piroxicam dalam obat tradisional.

a. Identifikasi klorfeniramin maleat (CTM) dalam obat tradisional

sediaan padat secara kromatografi lapis tipis

19
b. Identifikasi parasetamol dalam obat tradisional sediaan padat secara

kromatografi lapis tipis

c. Identifikasi piroxicam dalam obat tradisional sediaan padat secara

kormatografi lapis tipis

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah

dilaksanakan ialah :

1. Adapun tugas Balai POM yaitu melakukan pengawasan obat dan makanan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

berfungsi dalam pelaksanaan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan

penilaian mutu produk, pelaksanaan sertifikasi produk, layanan informasi

konsumen, hingga evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan

makanan.

2. Beberapa kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Terapeutik yaitu

pengenalan alat-alat laboratorium serta fungsi dan cara kerjanya. Melakukan

Identifikasi klorfeniramin maleat (CTM), Parasetamol, dan piroxicam pada

Obat Tradisional sediaan padat dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan yaitu pihak kampus agar memperhatikan

waktu yang tepat saat menurunkan mahasiswa di BPOM agar mahasiswa yang

melaksanakan PKL dapat fokus menimbah ilmu di Balai POM Kota Kendari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Organisasi dan Tata Kerja Badan
Pengawas Obat dan Makanan. BPOM. Jakarta.

Ditjen, POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan.

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Indonesia. 2001. Keputusan Presiden Republik Indonesia


Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Departemen. Jakarta.

Munson, J. W. 1991. Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Airlangga


University Press.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis : Kromatografi Lapis Tipis.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rohman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sastrohamidjojo, H. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.

Siregar, C.J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Dasar-Dasar Praktis.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai