Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN III
“ ANTIPIRETIK “
DISUSUN OLEH :
 
Nama : Timur Muhamad Alfa Rizki
NIM : 1041911149
Kelompok : L
Tanggal Praktikum : 18 Maret 2021
TUJUAN

• Mengenal satu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek antipiretik suatu obat.
• Mampu membedakan potensi antipiretik dari beberapa golongan kimia obat-obatan
antipiretik.
• Mampu merumuskan beberapa kriteria antipiretik untuk senyawa-senyawa yang diduga
potensial.
• Menyadari pendekatan sebaik-baiknya untuk mengatasi panas.
DASAR TEORI

• Demam diartikan sebagai respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh
sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun.
Demam merupakan gejala yang menyertai beberapa penyakit infeksi maupun penyakit
radang non infeksi
DASAR TEORI

• Demam merupakan suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan tubuhmelawan infeksi.
Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan infeksi padamanusia hidup subur pada
suhu 37˚C. Meningkatnya suhu tubuh beberapaderajat dapat membantu tubuh melawan
infeksi. Demam akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel
darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak zat-zat lain untuk
melawan infeksi
DASAR TEORI

• Demam memiliki tiga fase klinis yaitu menggigil (chill), febris (fever) dan kemerahan
(flush). Pada fase menggigil, temperatur inti tubuh naik menjangkau set poin suhu baru
dengan vasokonstriksi perifer untuk mengurangi pengeluaran panas dan peningkatan
aktivitas otot (shivering) untuk meningkatkan produksi panas. Pada fase febris terjadi
keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas pada set poin yang meningkat. Kulit
teraba hangat, kemerahan, dan kering. Ketika set poin kembali normal, tubuh
mempersepsikan dirinya menjadi terlalu panas, sehingga mekanisme mengurangi panas
dimulai melalui vasodilatasi perifer dan berkeringat (diaphoresis) (Nurlaili Susanti, 2012).
DASAR TEORI

• Pada keadaan demam, thermostat di hipotalamus terganggu sehingga menyebabkan suhu


tubuh meningkat, suhu tubuh normal manusia kurang lebih 370C dalam rentang (36,50C -
36,90C ), thermostat merupakan mekanisme sentral di hipotalamus untuk mengatur suhu.
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Kini
para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh
terhadap infeksi. Pada suhu diatas 370C limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila
suhu mancapai 40 - 410C barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal karena tidak
terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay, Tan Hoa., dan Rahardja, Kirana, 2007).
DASAR TEORI

• Pada percobaan digunakan hewan uji tikus jantan putih. Tikus yang tidak dapat membentuk
norepinefrin dan epinefrin karena gen pembentuk enzim dopamin β-hidroksilase-nya telah
diuraikan, tidak mampu menoleransi dingin, vasokonstriksi pada tikus-tikus itu tidak
sempurna dan mereka tidak dapat meningkatkan termogenesis. Pada hewan percobaan,
sekresi TSH meningkat akibat dingin dan menurun akibat panas, tetapi pada orang dewasa
normal perubahan sekresi TSH yang diinduksi oleh dingin kecil dan kemaknaannya
dipertanyakan. Telah umum diketahui bahwa aktivitas berkurang selama cuaca panas untuk
bergerak, yaitu reaksi “terlalu panas untuk bergerak”. (Ganong, 1997).
ALAT DAN BAHAN
• Alat
• Jarum suntik oral ( Ujung tumpul )
• Termometer rectal
• Bahan
• Penginduksi panas : Vaksin DPT Hb
• Zat pensuspensi : CMC Na
• Bahan obat : Ibuprofen, Na diklofenak, Asam mefenamat, Metilprednisolon &
Deksamethasone
• Tikus jantan putih
A.

Setiap kelompok besar dibagi menjadi 6 kelompok. Bab ini dikerjakan oleh kelompok 1
dan 2

Masing-masing kelompok mendapat 4 hewan uji, ditimbang 4 ekor tikus, 1 hewan uji
dijadikan sebagai control dan 3 lainnya diberikan perlakuan

3 hewan uji yang diberi perlakuan diberikan induksi panas : pepton 300 mg/kg BB secara
subkutan dengan volume pemberian sesuai dengan berat badan

SKEMA KERJA Suhu tubuh hewan uji di ukur setiap 30 menit sekali menggunakan thermometer melalui
rektal

Setelah suhu tubuh meningkat, selanjutnya diberikan obat antipiretik berupa suspensi
(Ibuprofen/Metilprednisolon/Asam Mefenamat/Na diklofenak/Deksamethasone) secara
peroran dengan dosis dan volume pemberian tergantung jenis obat dan berat tikus yang
di gunakan

1 hewan uji (sebagai control) diberikan CMC Na

Suhu tubuh keempat hewan uji di ukur dan diamati secara berkala selang 20, 40, 60,
90,120, 150 dan 180 menit
DATA PENGAMATAN
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai