FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN III
“ ANTIPIRETIK “
DISUSUN OLEH :
NIM : 1041911149
Kelompok :L
2021
PERCOBAAN III
ANTIPIRETIK
A. TUJUAN
1. Mengenal satu cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek antipiretik
suatu obat.
2. Mampu membedakan potensi antipiretik dari beberapa golongan kimia obat-
obatan antipiretik.
3. Mampu merumuskan beberapa kriteria antipiretik untuk senyawa-senyawa yang
diduga potensial.
4. Menyadari pendekatan sebaik-baiknya untuk mengatasi panas.
B. DASAR TEORI
Gejala demam dapat dipastikan dari pemeriksaan suhu tubuh yang lebih tinggi
dari rentang normal. Dikatakan demam, apabila pada pengukuran suhu rektal >38 oC
(100,4oF) atau suhu oral >37,8oC atau suhu aksila >37,2oC (99oF). Sedangkan pada
bayi berumur kurang dari 3 bulan, dikatakan demam apabila suhu rektal > 38 oC dan
pada bayi usia lebih dari 3 bulan apabila suhu aksila dan oral lebih dari 38,3 oC
(Nurlaili Susanti, 2012).
Demam memiliki tiga fase klinis yaitu menggigil (chill), febris (fever) dan
kemerahan (flush). Pada fase menggigil, temperatur inti tubuh naik menjangkau set
poin suhu baru dengan vasokonstriksi perifer untuk mengurangi pengeluaran panas
dan peningkatan aktivitas otot (shivering) untuk meningkatkan produksi panas. Pada
fase febris terjadi keseimbangan antara produksi dan kehilangan panas pada set poin
yang meningkat. Kulit teraba hangat, kemerahan, dan kering. Ketika set poin kembali
normal, tubuh mempersepsikan dirinya menjadi terlalu panas, sehingga mekanisme
mengurangi panas dimulai melalui vasodilatasi perifer dan berkeringat (diaphoresis)
(Nurlaili Susanti, 2012).
Penyebab utama demam adalah infeksi oleh bakteri dan virus, meskipun ada
beberapa jenis demam yang tidak disebabkan oleh infeksi melainkan oleh kondisi
patologis lain seperti serangan jantung, tumor, kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh sinar X, efek pembedahan dan respon dari pemberian vaksin (Amila, 2008).
Pada percobaan digunakan hewan uji tikus jantan putih. Tikus yang tidak dapat
membentuk norepinefrin dan epinefrin karena gen pembentuk enzim dopamin β-
hidroksilase-nya telah diuraikan, tidak mampu menoleransi dingin, vasokonstriksi
pada tikus-tikus itu tidak sempurna dan mereka tidak dapat meningkatkan
termogenesis. Pada hewan percobaan, sekresi TSH meningkat akibat dingin dan
menurun akibat panas, tetapi pada orang dewasa normal perubahan sekresi TSH yang
diinduksi oleh dingin kecil dan kemaknaannya dipertanyakan. Telah umum diketahui
bahwa aktivitas berkurang selama cuaca panas untuk bergerak, yaitu reaksi “terlalu
panas untuk bergerak”. (Ganong, 1997).
Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan
salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep
dokter. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia.
Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek
terapi maupun efek samping (Wilmana, 2011)
Obat - obat analgetika - antipiretika merupakan terapi pilihan pada semua kasus
demam. Obat obat ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu golongan salisilat,
golonganderivat - derivat paraaminophenol (acetaminophen) dan golongan derivat -
derivat pyrazolon (phenilbutazone). Semuanya merupakan obat antipiretik yang
efektif. Semua kerjanya terutama pada susunan syaraf pusat untuk menimbulkan efek
antipiretik terhadap kenaikan suhu tubuh yang patologis (Company, Boston & Brown,
Little, 1979).
D. SKEMA KERJA
Setiap kelompok besar dibagi menjadi 6 kelompok. Bab ini dikerjakan oleh kelompok 1
dan 2
Masing-masing kelompok mendapat 4 hewan uji, ditimbang 4 ekor tikus, 1 hewan uji
dijadikan sebagai control dan 3 lainnya diberikan perlakuan
3 hewan uji yang diberi perlakuan diberikan induksi panas : pepton 300 mg/kg BB secara
subkutan dengan volume pemberian sesuai dengan berat badan
Suhu tubuh hewan uji di ukur setiap 30 menit sekali menggunakan thermometer melalui
rektal
Setelah suhu tubuh meningkat, selanjutnya diberikan obat antipiretik berupa suspensi
(Ibuprofen/Metilprednisolon/Asam Mefenamat/Na diklofenak/Deksamethasone) secara
peroran dengan dosis dan volume pemberian tergantung jenis obat dan berat tikus yang di
gunakan
1 hewan uji (sebagai control) diberikan CMC Na
Suhu tubuh keempat hewan uji di ukur dan diamati secara berkala selang 20, 40, 60,
90,120, 150 dan 180 menit
E. DATA PENGAMATAN
SUHU
SUHU SETELA
T20 T40 T60 T90 T120 T150
NAMA OBAT NO NORMAL H
o
(oC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
( C) VAKSIN
(oC)
1 35,7 37,1 34,9 34 33,6 34,1 33,6 33,6 10,416667
2 35 37 36,2 35,3 34 35,3 35,1 35,1 5,4131054
3 34,5 35,6 34,6 34,5 35 33,3 33,2 33,2 7,2289157
4 36,6 35,6 37,1 37,3 37,2 35,4 35,9 35,1 1,4245014
Ibuprofen 5 35,4 37 37 36,4 35,2 36,4 36,4 35,4 4,519774
6 35,4 37 37 36,4 35,2 36,4 36,4 35,4 4,519774
Rata 36,1 35,0 34,6
35,4333 36,55 35,65 35,15 35,1
-rata 3 3 3
1 37,6 38,1 37,6 36,4 36,3 37,1 37 37 2,972973
2 36,6 37,1 35,3 37,1 35,9 36,5 34,8 34,8 6,6091954
3 37,2 37,9 37,9 37,6 36,7 36,4 35,5 35,5 6,7605634
4 36,7 37,8 37,4 36,8 36 36,2 36,1 36,1 4,7091413
Na diklofenak 5 36,1 36,7 36,5 35,9 36,4 36,1 36 36 1,9444444
6 37,9 37,4 36,7 36,5 36 36,2 35,9 35,9 4,178273
Rata 36,2 35,8
37,01 37,5 36,9 36,71 36,41 35,88
-rata 1 8
Metilprednisolon 1 37,2 38 37,3 37,1 36,7 36,1 36,1 36,1 5,2631579
2 37,1 38,3 37,4 37,2 36,8 36,4 36,4 36,4 5,2197802
3 37,1 37,2 37,8 36,3 36,1 36 36 36 3,3333333
4 36,3 38,1 37,2 37,1 36,5 36,1 35,9 35,9 6,1281337
5 37,1 38,5 37,3 37,6 37,1 34,3 34 34 13,235294
6 37 37,6 38,1 37,1 36,3 36,7 36,5 36,5 3,0136986
Rata 37,5 36,5 35,8
36,96 37,95 37,06 35,93 35,81
-rata 1 8 1
1 38 39,1 36,7 36,4 36,7 36,3 35,9 35,6 9,8314607
2 37,1 38,1 36,8 36,7 36,4 36,3 36,3 36,3 4,9586777
3 38,3 38,9 38,5 37,6 37,1 36,7 36,7 36,7 5,9945504
4 37,8 36,1 36 36,3 36,4 36,3 36,3 36 0,2777778
Deksamethasone 5 38 38,6 35,2 35,9 36,1 35,7 35,7 36,3 6,3360882
6 38 35,6 37,5 36,6 36,6 36,2 36,2 35,7 -0,280112
Rata 36,7 36,5
37,86 37,73 36,58 36,25 36,18 36,1
-rata 8 5
SUHU
SUHU SETELA
NAMA T20 T30 T40 T60 T90 T120 T150
NO NORMAL H
OBAT o
(oC) (OC) (oC) (oC) (oC) (oC) (oC)
( C) VAKSIN
(oC)
1 38 38,3 37,3 37,3 37,3 37,9 38 37,9 37,9 -1,583113
2 38,3 38,5 38,3 38,3 38,3 38,1 37,9 37,8 37,8 1,3227513
3 38,9 38,3 38,3 38,3 38,3 38 37,5 37,5 37,5 2,1333333
Asam 4 39,3 40 39,5 39,5 39,5 39,4 39 38,9 38,9 1,5424165
5 38,7 38,6 38,1 38,1 38,1 38,2 37,9 37,9 37,9 0,5277045
Mefenamat
6 38,2 38,4 38,3 38,3 38,3 37,8 38 38,2 38,2 0,2617801
Rata 38,0
38,56 38,68 38,3 38,3 38,3 38,23 38,05 38,03
-rata 3
1 35 37,4 37,8 37,8 37,8 37,6 37,6 37,6 37,6 0,5319149
2 37,5 38,1 37,8 37,8 37,8 37,6 37,6 37,6 37,6 0,5319149
3 37,1 38,4 37,8 37,8 37,8 37,6 37,6 37,6 37,6 0,5319149
4 36 38,1 37,2 37,2 37,2 34,5 34,5 34,5 34,5 7,826087
Parasetamol 5 35 37,2 36,4 36,4 36,4 35,9 36,4 36,1 36,1 0,8310249
6 35,3 37,3 36,8 36,8 36,8 36,4 36,3 35,5 35 5,1428571
Rata 36,4
35,98 37,75 37,3 37,3 37,3 36,6 36,66 36,4
-rata 8
14
12
Na Diklofenak
10 Ibuprofen
Metilprednisolon
8
dexamethason
Axis Title
Asam Mefenamat
6
Paracetamol
4 Kontrol
0
0 20 40 60 90 120 150
-2
-4
F. PERHITUNGAN
Perhitungan Pepton
CMC NA 0,5 %
BB Tikus Terbesar 218,1 g
0,5 g
Pepton 300mg/200g x 50 ml=0,25 g
100 ml
218,1 g Air Corpus = 0,25 g x 20 ml
Dosis : x 300 mg=327,15 mg
200 g = 5 ml
327 ,15 mg
Cstok sebenarnya : =130,86 mg/ml
1/2 x 5
Pembuatan 25ml x130,86 mg/ml=3, 2715 mg
Rentang ± 5% (3,1079 – 3,4350)
Penimbangan :
K+Z :3,7954 g
K+S :0,5233 g
3, 2721 g
Perhitungan pemberian volume Pepton kelompok 1
310,35 mg
Vp untuk tikus 1 = =2,371 ml 2,37 ml
130,86 mg/ml
276,45 mg
Vp untuk tikus 2 = =2,112 ml 2,11 ml
130,86 mg/ml
283,95 mg
Vp untuk tikus 3 = =2,169 ml 2,17 ml
130 ,86 mg/ml
.
1. 0,6534 g
2. 0,6465 g
3. 0,6535 g
4. 0,6533 g
5. 0,6656 g
G. PEMBAHASAN
Prinsip pengujian efek obat antipiretik pada praktikum kali ini adalah dengan
mengukur kemampuannya untuk menurunkan panas yang diciptakan secara
eksperimental pada hewan percobaan. Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan
putih karena lebih mudah perlakuannya. Obat antipiretik bersifat asam, sehingga lebih
banyak terkumpul dalam sel yang bersifat seperti di lambung, ginjal dan jaringan lain
yang mengalami peradangan. Efek samping yang sering ditimbulkan adalah induksi
tukak lambung, kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.
Pada praktikum kali ini kami melakukan uji antipiretik terhadap hewan uji
(tikus putih jantan) digunakannya tikus pada uji ini adalah karena genetik,
karakteristik biologi dan perilakunya hampir sama dengan manusia; salah satu hewan
yang mudah didapatkan; serta harganya yang relatif murah. Tujuan praktikum ini
untuk mempelajari dan mengetahui efektivitas antipiretik sediaan obat (Asam
Mefenamat, Natrium Diklofenak, Ibuprofen, Metil Prednisolon, Paracetamol,
Dexamethason, dan asetosal) pada hewan uji tikus putih jantan sehingga kita dapat
membandingkan daya antipiretik dari obat-obat tersebut setelah tikus diberi inductor
pepton.
Hewan uji yang digunakan sebanyak 4 tikus yaitu 3 tikus sebagai uji dan 1
tikus sebagai kontrol untuk masing – masing obat yang akan diujikan. Obat yang
digunakan adalah Ibuprofen, Na.Diklofenak, Metilprednisolon, Asam Mefenamat,
Parasetamol, dan Deksamethasone. Sedangkan untuk kontrol digunakan CMC Na 0,5
%. Perlakuan dilakukan dengan pemberian vaksin Pepton sebagai penginduksi panas
secara subcutan, setelah 30 menit kemudian diberikan obat antipiretika tersebut secara
per oral. Hal ini dilakukan dengan tujuan bahwa obat yang diberikan secara oral akan
mengalami serangkaian proses di dalam tubuh meliputi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi, sehingga dengan selang waktu 30 menit obat diharapkan
mencapai efek maksimal dan obat dapat berefek terhadap rangsang kimia yang
diberikan secara subcutan.
Prinsip pengujian efek obat antipiretik pada praktikum kali ini adalah dengan
mengukur kemampuannya untuk menurunkan panas yang diciptakan secara
eksperimental pada hewan percobaan. Obat antipiretik bersifat asam, sehingga lebih
banyak terkumpul dalam sel yang bersifat seperti di lambung, ginjal dan jaringan lain
yang mengalami peradangan. Efek samping yang sering ditimbulkan adalah induksi
tukak lambung, kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna.
Mekanisme demam diawali dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen.
Bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag
jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya
mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Zat interleukin-1
tersebut ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara
meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Zat interleukin-1 juga
menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E-2, yang
selanjutnya bekerja dihipotalamus membangkitkan reaksi demam.
Pada pemberian suspensi Metil prednisolon dan suspensi Paracetamol
memiliki efek antipiretik yang lebih cepat dibandingkan pemberian suspensi obat
yang lain, hal ini disebabkan karena Parasetamol dan Metilprednisolon lebih cepat
menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan bekerja secara sentral,
menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus dengan menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan pada sintesis prostaglandin (PGE 2) yang merupakan
mediator penting untuk menginduksi demam. Penurunan pusat pengaturan suhu akan
diikuti respon fisiologis berupa penurunan produksi panas, peningkatan aliran darah
ke kulit, serta peningkatan pelepasan panas melalui kulit secara radiasi, konveksi dan
penguapan (evaporasi). Asam mefenamat adalah analgesik kelompok AINS
tetapi sifat antiiflamasinya rendah. Natrium diklofenak digunakan untuk indikasi nyeri
dan radang pada penyakit reumatik (termasuk juvenil arthritis) dan gangguan otot
sekelet lainnya. Deksamethason mampu menekan reaksi radang dan reaksi alergi,
udem otak. Pemberian suspensi obat dilakukan secara per oral. Pada uji kontrol hanya
diberikan suspensi CMC Na 0,5 % dan tidak memiliki pengaruh apapun pada hewan
uji, hal ini disebabkan karena pada suspensi CMC Na 0,5 % tidak mengandung bahan
obat yang berkhasiat antipiretik sehingga tidak dapat menurunkan suhu tubuh hewan
uji.
Pada percobaan ini didapatkan hasil yang tidak stabil. Hal itu dikarenakan
kesalahan saat pengukuran pengambilan obat yang akan diberikan kepada hewan uji.
Saat menyuntikkan obat tidak masuk secara sempurna. Keadaan mencit pada saat
praktikum berjalan. Pada grafik kontrol, tikus dengan perlakuan CMC Na
menunjukkan kemampuan untuk menurunkan suhu. CMC Na merupakan suspending
agent yang tidak memiliki daya antipiretik dan digunakan sebagai pensuspensi bahan
obat.
H. KESIMPULAN
- Efek dari pemberian larutan vaksin Pepton adalah menyebabkan
demam karena bersifat pirogen.
- Efek suspensi obat sebagai penurun panas yakni berdasarkan kerjanya yang
mempengaruhi hipotalamus dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga
tidak terbentuk prostaglandin dan dengan vasodilatasi perifer sehingga suhu
tubuhakan turun.
- Bahan obat yang memiliki efek antipiretik dari yang tertinggi ke yang terendah
menurut percobobaan adalah Methylprednisolon, Paracetamol, Ibuprofen, Na
diklofenak, Dexamethason, Asam mefenamat.
I. DAFTAR PUSTAKA
(1041911149)
PERTANYAAN
JAWAB :
A. Uji Normalitas
A. Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
kinetika pelepasan formula 1 .174 10 .200 .910 10 .283
formula 2 .258 8 .126 .943 8 .637
*
formula 3 .204 9 .200 .950 9 .694
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Pada Uji Normalitas menghasilkan nilai sig. >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal
B. Uji Homogenitas
Pada Uji Homogenitas menghasilkan data sig. >0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data homogen
Ranks
Jenis Obat N Mean Rank
Ssuhu Ibu Profen 6 29.67
Na Diklofenak 6 26.83
Metilprednisolon 6 29.83
Deksamethasone 6 24.33
Asam Mefenamat 6 9.50
Parasetamol 6 17.33
Kontrol 7 17.29
Total 43
Test Statisticsa,b
Suhu
Chi-Square 13.435
Df 6
Asymp. Sig. .037
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Jenis Obat
Dari Uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai sig. <0,05 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang signifikan
D. Uji ANOVA
ANOVA
kinetika pelepasan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6.389 2 3.195 4.783 .018
Within Groups 16.031 24 .668
Total 22.420 26
Pada Uji ANOVA didapatkan hasil sig. <0,05 maka ada perbedaan yang
signifikan maka dilanjutkan uji selanjutnya
E. Uji Non-Parametric
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu na diklofenak 6 5.83 35.00
ibuprofen 6 7.17 43.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 14.000
Wilcoxon W 35.000
Z -.642
Asymp. Sig. (2-tailed) .521
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .589b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(1 3)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu na diklofenak 6 5.83 35.00
metil prednisolon 6 7.17 43.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 14.000
Wilcoxon W 35.000
Z -.641
Asymp. Sig. (2-tailed) .522
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .589b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(1 4)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Suhu na diklofenak 6 9.33 56.00
asam mefenamat 6 3.67 22.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 22.000
Z -2.722
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .004b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(1 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu na diklofenak 6 7.83 47.00
paracetamol 6 5.17 31.00
Total 12
F.
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 31.000
Z -1.290
Asymp. Sig. (2-tailed) .197
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .240b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(1 6)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu na diklofenak 6 6.50 39.00
dexamethason 6 6.50 39.00
Total 12
G.
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(1 7)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu na diklofenak 6 9.00 54.00
control 7 5.29 37.00
Total 13
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 37.000
Z -1.714
Asymp. Sig. (2-tailed) .086
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .101b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(2 3)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu ibuprofen 6 6.50 39.00
metil prednisolon 6 6.50 39.00
Total 12
H.
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(2 4)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu ibuprofen 6 9.17 55.00
asam mefenamat 6 3.83 23.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 2.000
Wilcoxon W 23.000
Z -2.567
Asymp. Sig. (2-tailed) .010
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .009b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(2 6)
/MISSING ANALYSIS
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu ibuprofen 6 6.83 41.00
dexamethason 6 6.17 37.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 37.000
Z -.321
Asymp. Sig. (2-tailed) .748
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .818b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(2 7)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu ibuprofen 6 9.33 56.00
control 7 5.00 35.00
Total 13
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 35.000
Z -2.003
Asymp. Sig. (2-tailed) .045
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .051b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(3 4)
/MISSING ANALYSIS
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu metil prednisolon 6 9.50 57.00
asam mefenamat 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.882
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .002b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(3 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu metil prednisolon 6 8.33 50.00
paracetamol 6 4.67 28.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 28.000
Z -1.774
Asymp. Sig. (2-tailed) .076
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .093b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(3 6)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu metil prednisolon 6 6.83 41.00
dexamethason 6 6.17 37.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 37.000
Z -.320
Asymp. Sig. (2-tailed) .749
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .818b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(3 7)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu metil prednisolon 6 9.00 54.00
control 7 5.29 37.00
Total 13
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 37.000
Z -1.714
Asymp. Sig. (2-tailed) .086
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .101b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(4 5)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu asam mefenamat 6 5.50 33.00
paracetamol 6 7.50 45.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 33.000
Z -.968
Asymp. Sig. (2-tailed) .333
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .394b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(4 6)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu asam mefenamat 6 5.00 30.00
dexamethason 6 8.00 48.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 9.000
Wilcoxon W 30.000
Z -1.441
Asymp. Sig. (2-tailed) .150
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .180b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(4 7)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
jenis obat N Mean Rank Sum of Ranks
Ssuhu asam mefenamat 6 5.50 33.00
control 7 8.29 58.00
Total 13
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 12.000
Wilcoxon W 33.000
Z -1.286
Asymp. Sig. (2-tailed) .199
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .234b
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(5 6)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
jenis obat N Mean Rank Ranks
Ssuhu paracetamol 6 6.17 37.00
dexamethason 6 6.83 41.00
Total 12
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 16.000
Wilcoxon W 37.000
Z -.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .747
Exact Sig. [2*(1-tailed
.818b
Sig.)]
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(5 7)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Sum of
jenis obat N Mean Rank Ranks
Ssuhu paracetamol 6 6.50 39.00
control 7 7.43 52.00
Total 13
Test Statisticsa
Suhu
Mann-Whitney U 18.000
Wilcoxon W 39.000
Z -.431
Asymp. Sig. (2-tailed) .667
Exact Sig. [2*(1-tailed
.731b
Sig.)]
a. Grouping Variable: jenis obat
b. Not corrected for ties.
NPAR TESTS
/M-W= respond BY obat(6 7)
/MISSING ANALYSIS.