Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISA

PEMERIKSAAN BILIRUBIN URINE CARA HARRISON,

PEMERIKSAAN UROBILIN URINE CARA SCHLEZINGER,

DAN PEMERIKSAAN UROBILINOGEN URINE CARA EHRLICH

Oleh :

OLEH:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2019
I. TUJUAN
1. Pemeriksaan Bilirubin Urine Cara Harrison
Untuk mengetahui adanya kandungan bilirubin dalam sampel
urine yang diperiksa.
2. Pemeriksaan Urobilin Urine Cara Schlezinger
Untuk mengetahui adanya kandungan urobilin dalam sampel
urine yang diperiksa.
3. Pemeriksaan Urobilinogen Urine Cara Ehrlich
Untuk mengetahui adanya kandungan urobilinogen dalam
sampel urine yang diperiksa

II. PRINSIP
1. Pemeriksaan Bilirubin Urine Cara Harrison
Bilirubin dapat mereduksi feri klorida menjadi senyawa yang
berwarna hijau. Sebelumnya bilirubin diabsorpsikan pada endapan
BaCl2 dalam urine.
2. Pemeriksaan Urobilin Urine Cara Schlezinger
Urobilin + Zinc Asetat dalam alkohol → fluoresensi warna
hijau.
3. Pemeriksaan Urobilinogen Urine Cara Ehrlich
Urobilinogen + paradimethyl aminobenzaldhyde dalam HCl →
warna merah.

Alat dan Bahan

1. Pemeriksaan Bilirubin Urine Cara Harrison


 Tabung reaksi
 Kertas saring
 Pipet Pasteur
 BaCl2 10%
 Reagen Fouchet, dengan komposisi:
o Trichloro asetic acid (TCA) 25 g
o Aquadest ad 100 ml
o Larutan Feri clorida 10 ml (10g FeCl3 dalam 100 ml aquadest)
2. Pemeriksaan Urobilin Urine Cara Schlezinger
 Tabung reaksi
 kertas saring
 kertas karbon
 reagen Schlezinger yang terdiri dari :
o Suspensi jenuh zinc asetat dalam alkohol (reagen schlezinger)
o Ammonia liquidum
o Tincture iodii sipirit 1%
3. Pemeriksaan Urobilinogen Urine Cara Ehrlich
 Tabung reaksi
 Reagen Ehrlich (paradimethyl aminobenzaldehyde 2% dalam HCl
50%)

DASAR TEORI

Bilirubin adalah pigmen kristal tetrapirol berwarna jingga kuning yang


merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi yang terjadi di sistim retikulo endotelial.

Proses metabolisme pemecahan heme sangatlah kompleks. Setelahkurang


lebih 120 hari, eritrosit diambil dan didegradasi oleh sistem RESterutama di hati
danlimpa. Sekitar 85% heme yang didegradasi berasaldari eritrosit dan 15% berasal
dari jaringan ekstraeritroid. Bilirubinterbentuk akibat terbukannya cincin karbondari
hemeyang berasal darieritrosit maupun ekstraeritroid.
Tahap awal proses degradasi heme dikatalisis oleh
enzimhemeoksigenasemikrosom di dalam sel RE. Dengan adanya NADPH dan
O2,enzim ini akan menambahkan gugus hidroksil ke jembatan metenildiantara dua
cincin pirol, bersamaan dengan oksidasi ion ferro (Fe+2)menjadi Fe+3(ferri).Oksidasi
selanjutnya oleh enzim yang menyebabkanpemecahan cincin porfirin. Ion ferri dan
dan CO di lepaskan, sehinggamenyebabkan pembentukan biliverdin yang berpigmen
hijau. Biliverdinkemudian direduksi sehingga membentuk bilirubin yang bewarna
merahjingga. Bilirubin dan turunannya bersama-sama disebut pigmen empedu.

Bilirubin hanya sedikit larut dalam plasma, sehingga diangkut kehati dengan
berikatan dengan protein albumin secara nonkovalen.Bilirubin teruarai dari molekul
pembawa albumin dan masukke dalamhepatosit, tempat bilirubin akan berikatan
dengan protein intrasel, terutama protein liganin. Di dalam hepatosit, kelarutan
bilirubin meningkat karenapenambahan dua molekul asam glukoronat. Reaksi ini
dikatalisis olehbilirubin glukoniltransferasedengan menggunakan asam glukoronat
UDPsebagai donor glukoronat. Bilirubin diglukoronid ditransport secara aktifdengan
melawan gradien konsentrasi ke dalam kanalikuli biliaris dankemudian ke dalam
empedu. Proses ini memerlukan energi, merupakantahapan yang membatasi laju dan
rentan mengalami gangguan padapenyakit hepar. Bilirubin yang tidak terkonjugasi
normalnya diekskresikan.

Dalam setiap 1 gr hemoglobin yang lisis akan membentuk 35 mg bilirubin dan


tiap hari dibentuk sekitar 250 – 350 mg pada seorang dewasa, berasal dari pemecahan
hemoglobin, proses erytropoetik yang tidak efekif dan pemecahan hemprotein
lainnya. Bilirubin dari jaringan retikuloendotel adalah bentuk yang sedikit larut
dalam plasma dan air. Bilirubin ini akan di ikat nonkovalen dan diangkut oleh
albumin ke hepar. Dalam 100 ml plasma hanya lebih kurang 25 mg bilirubin yang
dapat diikat kuat pada albumin.
Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan
diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut
dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum.
Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga
tidak dapat diekskresikan ke dalam urin. Bilirubin adalah suatu pigmen empedu yang
diproduksi oleh sel – sel hepar bersama dengan garam empedu sebagai cairan
empedu.dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin
dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p - nitrobenzene diazonium dan p - toluene sulfonate, sedangkan asam
yang dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05 - 1 mg/dl urin akan
memberikan hasil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu. hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila
urin mengandung metabolit pyridium atau serenium. Pada percobaan awal dilakukan
pemeriksaan urin dengan menggunakan metoda Harrison. Prinsipnya BaCl2 akan
bereaksi dengan sulfat dalam urine membentuk endapan BaSO4 dan bilirubin
menempel pada molekul ini. FeCl3 mengoksidasi bilirubin menjadi beberapa bentuk
dengan warna yang berbeda.

Bilirubin ada 2 macam yaitu :

a. Bilirubin tak terkonjugasi / bilirubin indirek yaitu bilirubin yang belum


mengalami konjugasi dengan asam glukoronat. Bilirubin ini dapat bereaksi
dengan reagen diazo dan Ehrlich setelah penambahan alkohol. Bilirubin ini
bersifat larut dalam lemak, non polar, dan tidak larut dalam air.

b. Bilirubin terkonjugasi / bilirubin direk yaitu bilirubin yang sudah mengalami


konjugasi dengan asam glukoronat. Bilirubin ini dapat bereaksi langsung dengan
reagen diazo dan Ehrlich tanpa penambahan alkohol, tidak larut dalam lemak,
polar, dan larut dalam air. Oleh karena itu bilirubin direk ini dapat ditemukan
dalam urin. (Tim penyusun AAK Nusaputera Semarang, 1996).

Pemeriksaan Bilirubin dalam urin dilakukan secara kualitatif, ada beberapa metode
pemeriksaan bilirubin urin yaitu sebagai berikut :
1) Metode Horrison / Fauchet

a. Prinsip : visual, bilirubin diendapkan dengan barium chlorida kemudian


dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau oleh reagen fauchet.

b. Penilaian : -Negatif : tidak terjadi perubahan warna ( warna presipitat tetap


putih) -Positif : terjadi warna hijau yang makin lama makin jelas.

c. Nilai normal : negative

2) Metode Rosin/ Iodine Ring Test

a. Prinsip : visual, iodium mengoksidasi bilirubin membentuk senyawa berupa


cincin yang berwarna hijau.

b. Penilaian :

 Negatif : tidak terbentuk cincin hijau pada perbatasan kedua cairan


tersebut.

 Positif : terbentuk cincin hijau pada perbatasan kedua cairan tersebut.

c. Nilai normal : negative

3) Metode Tablet

a. Prinsip : visual, bilirubin dalam suasana asam (sulfosalisilic acid) bereaksi


dengan p- toluen sulfonate, membentuk warna biru atau ungu.

b. Penilaian :

 Negatif : tidak terbentuk warna biru atau ungu pada asbes sekitar tablet
dalam waktu 30 detik.

 Positif : terbentuk warna biru atau ungu pada asbes sekitar tablet.

c. Nilai normal : negatif


Pembentukan urobilin yaitu bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal
dan kolon dihidrolisa oleh enzim bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari
glukoronida direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa
tetrapirol tak berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke
perdarahan portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang
memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada feces
akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna kuning
kecoklatan.

Metode Schlesinger didasarkan pada fakta bahwa ukuran terkecilurobilin pada


penambahan garam seng tertentu dalam larutan alkoholmenghasilkan fluoresensi
hijau. Kemudin Iodium akanmengoksidasiurobilinogen menjadi urobilin dengan zink
yang akanmembentuk ikatankompleks yang akan berpendar hijau. Metode
Schlesinger menggunakan bagian urin yang sama dan 10 persensuspensi seng asetat
dalam alkohol. Penggunaan reagen harus dikocok terlebihdahulu sebeum
digunakan. Agar urobilinogen dapat dioksidasi menjadiurobilin diperlukan waktu 12-
24 jam. Zinc asetat dalam alkohol digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan lain
sehingga hanya didapatkan urobilin murni. Penambahan ammonium liquid digunakan
untuk memberikan suasana asam agar protein - protein data terdenaturasi.
Urobilinogen adalah larut dalam air dan transparan produk yang merupakan
produk dengan pengurangan bilirubin yang dilakukan oleh interestinal bakteri.
Urobilinogen dibentuk oleh pemecahan hemoglobin. Dalam keadaan normal
urobilinogen yang ada dalam urine adalah 2,5 mg. Meningkatnya kadar urobilinogn
dalam urine adalah indicator hepatitis dan gangguan sel hati lain seperti kanker hepar
atau anemia hemolitik . Sedangkan penurunan kadar urobilinogen disebabkan adanya
sumbatan pada empedu, kanker pada pancreas, penyakit radang hebat atau hepar
berat. Reaksi ehrlich mempunyai dasar percobaan yaitu urobilinogen dalam suasana
asam akan bereaksi dengan paradimethyl benzaldehida dan membentuk senyawa
sendiri, jika mengandung urobilinogen akan berwarna merah.

DAPUS:

Saputra, Andika. 2017. Pemeriksaan Urine Atas Indikasi Bilirubin. Diakses melalui:
https://kupdf.net/download/pemeriksaan-urine-atas-indikasi-
bilirubin_59021a17dc0d60883d959ec6_pdf

Oktaviyanti, Nur Ade and Setiawati EM, Mexitalia. (2013). Perbedaan Rerata Kadar
Bilirubin Pada Neonatus Yang Mendapat Asi Eksklusif Dan Tidak Eksklusif.
Undergraduate thesis, Faculty of Medicine Diponegoro University.

Putri, Rizky Amalia and Setiawati EM, Mexitalia and Rini , Arsita Eka. (2013). Faktor
Risiko Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Undergraduate thesis, Faculty of
Medicine Diponegoro University.

Faradilla, Meuti Atika, Yahwardiah Siregar, & Darwin Dalimunthe. 2017. Penurunan
Bilirubin Meningkatkan Oksidasi Lipoprotein A Pada Nefropati Diabetik.
Sumatera Utara: Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Vol, 17, No. 3: 152 – 158.
Nuraini, Deswinda Fadhilah., Evi Puspita. 2017. Gambaran Hasil Pemeriksaan
Bilirubin Total Pada Pasien Hepatitis. Jurnal Insan Cendekia. Vol 5, No.1:
56 – 60.

Anda mungkin juga menyukai