Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN SPERMA SECARA MAKROSKOPIS,


MIKROSKOPIS, KIMIAWI DAN PELAPORAN HASIL
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah urinalisa cairan tubuh

Dosen pengampu Ahmad Riadi Skep M.Kes.

disusun oleh

Sekar Ajeng Afrilliani

(P1337434119074)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
A. Pertemuan ke : 7
B. Judul : Pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimiawi sperma
C. Metode :
1. Metode Makroskopis
2. Metode Mikroskopis Pewarnaan Hematoxilin Eosin
3. Metode Kimiawi Perhitungan Kadar Fruktosa
D. Tujuan
1. Makroskopis : Untuk mengetahui kualitas sperma secara makroskopis.
2. Mikroskopis : Untuk mengetahui morfologi sperma secara mikroskopis.
3. Kimiawi : Untuk mengetahui kandungan fruktosa dalam sampel sperma
secara kimiawi.
E. Prinsip
1. Makroskopis : warna, bau cairan semen diamati serta dilakukan
pengukuran liquefaksi, pH, viskositas dan pengukuran volume.
2. Mikroskopis : Aduk cairan semen secara perlahan sampai homogen dan
amati adanya spermatozoa, motilitas, aglutinasi, dan jumlah spermatozoa.
Setelah dibuat pengecatan preparat amati marfologi, leukosit serta
viabilitas spermatozoa.
3. Kimiawi : Fruktosa bereaksi dengan resorsinol membentuk warna merah .
Kadar fruktosa mempunyai korelasi positif dengan kadar testosterone
dalam tubuh.
F. Manfaat

Mengetahui tahapan pemeriksaan sperma secara makroskopis,


mikroskopis maupun kimiawi sehingga dapat menunjukan sperma yang
normal dan abnormal untuk menunjang diagnosis penyakit yang berkaitan
dengan keadaan sperma orang yang diperiksa.
G. Dasar Teori

Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi


pria. Sel tersebut mempunyai bentuk khas yaitu mempunyai kepala, leher dan
ekor. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang
disebut spermatogonia. Spermatogonia terletak dalam dua sampai tiga lapisan
sepanjang batas luar epitel tubulus. Proses perkembangan spermatogonia
menjadi spermatozoa disebut spermatogenesis.
Proses spermatogenesis terjadi di dalam tubulus seminiferus selama
kehidupan seksual aktif. Hal ini sebagai akibat dari rangsangan oleh hormon
gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dan dimulai rata-rata
pada usia 13 tahun dan berlansung sepanjang hidup.
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang
terdiri dari dua bagian yaituplasma sperma (plasma semen) dan
spermatozoa. Plasma sperma dihasilkan oleh kelenjar- kelenjar prostat,
vesika seminalis, epididimis, cowper dan littre. Sedangkan
spermatozoa dihasilkan oleh aktivitas tubuli seminiferus. Semen yang
diejakulasikan selama aktivitas seksualpria, terdiri atas cairan dan
sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan
semen), cairan dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari
kelenjar prostat (kira-kira 30%) dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar
mukosa terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi, bagian terbesar semen
adalah cairan vasikula seminalis yang merupakan cairan yang terakhir
diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari
duktus ejakulatorius dan uretra. pH rata-rata campuran semen
mendekati 7,5.
Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris yang
penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Dari hasil
analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yangbanyak
kepada kita tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas
spermatozoanya, fungsi sekretoris kelenjar seks aksesori pria (baik
kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre & cowpri), juga
epididimis maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual.
Analisa sperma merupakan pemeriksaan yang relatif sederhana dan
tidak hanya diperlukan dalam masalah penanganan infertilitas saja,
tetapi juga dalam hal-hal lain seperti post vasektomi, hernia inguinalis,
gangguan desensus testis, pra klinefelter, kasus-kasus medikolegal,
beberapa keluhan seksual, dan sebagainya.
Pemeriksaan analisa sperma pada semen pria merupakan suatu analisa
lengkap yang penting untuk pasangan yang berkonsultasi masalah infertilitas.
Infertilitas yang diperkirakan 10% hingga 15% dari seluruh jumlah pasangan
yang ada, bila ditelusuri setengah dari kasus-kasusnya, penyebabnya dari
pihak pria (Nallella Dkk, 1992).
Adanya semen memungkinkan pemeriksaan langsung dari sel benih
pria, memberikan informasi berharga yang tidak dapat diperoleh pada wanita.
Sperma analisa meliputi pemeriksaan spermatozoa, elemen selular non sperma
dan cairan seminal. Ketiganya memberi petunjuk tentang fungsi testikular dan
kondisi saluran reproduksi pria.
Pemeriksaan sperma sendiri dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan sperma
dasar(rutin) yang meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan
kimiawi serta pemeriksaan sperma lengkap. Tujuannya yaitu sama untuk
mengetahui keadaan sperma yang normal maupun abnormal pada sperma
yang diperiksa
H. Prosedur
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Pengukuran Volume Dilakukan setelah sperma mencair
Cara kerja:
Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang
bermulut lebar untuk sekali ejakulasi
Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0,1
ml.
Baca hasil Volume normal sperma,
b. PH Sperma yang normal tidak banyak berbeda dengan pH darah,
untuk mengukur pH cukup dengan menggunakan kertas pH kecuali
dalam satu penelitian dapat digunakan pH meter.
Cara kerja:
 Celupkan kertas pH dalam sperma yang homogen yang terdapat
dalam botol penampung
 baca hasil
c. Bau Sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau yang khas
atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah
mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Baunya sperma yang
khas tersebut disebabkan oleh oksidasi spermin (suatu poliamin
alifatik) yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
Cara kerja:
 Sperma yang baru keluar pada botol penampung dicium baunya
 Dalam laporan bau dilaporkan: khas/ tidak khas Dalam keadaan
infeksi, sperma berbau busuk/ amis. Secara biokimia sperma
mempunyai bau seperti klor/ kaporit.
d. Warna sperma Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa
kekeruhan.
Cara kerja:
 Sperma yang ada dalam tabung reaksi diamati dengan menggunakan
latar belakang warna putih menggunakan penerangan yang cukup
e. Liquefaction Liquefaction diperiksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah
dikeluarkan). Dapat dilihat dengan jalan melihat coagulumnya.Bila
setelah 20 menit belum homogen berarti kelenjar prostat ada gangguan
(semininnya jelek). Bila sperma yang baru diterima langsung encer
mungkin tak mempunyai coagulum oleh karena saluran pada kelenjar
vesica seminalis buntu atau memang tak mempunyai vesika seminalis.
f. Viskositas (Kekentalan) Kekentalan atau viskositas sperma dapat
diukur setelah likuifaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas ini
dapat dilakukan dengan dua cara: Cara subyektif Dengan menyentuh
permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian
ditarik maka akan terbentuk benang yang panjangnya 3 – 5 cm. Makin
panjang benang yang terjadi makin tinggi viskositasnya. Cara Pipet
Elliason Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan
harus kering.
Cara kerja:
 Pipet cairan sperma sampai angka 0,1
 Tutup bagian atas pipet dengan jari
 Arahkan pipet tegak lurus dan Jalankan stopwath
 Jika terjadi tetesan pertama stopwath dimatikan dan hitung waktunya
dengan detik Vikositas sperma normal < 2 detik.
2. Pemeriksaan Mikroskopis (Pewarnaan Eosin)
a. Jumlah Sperma Per-lapang Pandang/ Perkiraan densitas sperma
Sebelum menentukan atau menghitung konsentrasi sperma perlu
dilakukan perkiraan kasar jumlah sperma agar dapat menentukan
prosedur pengenceran yang akan digunakan dan untuk mempersiapkan
sediaan apus untuk analisis morfologi.
Carakerja:
 Diaduk sperma hingga homogen
 Diambil 1 – 3 tetes cairan sperma ditaruh diatas obyek glass lalu
ditutup dengan cover glass
 Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 40X
 Dihitung berapa banyak spermatozoa pada beberapa lapang pandang
Misalnya, dihitung berturut-turut lapang pandang: I= 10 Spermatozoa
II = 5 Spermatozoa III = 7 Spermatozoa IV = 8 Spermatozoa. Dalam
laporan dituliskan terdapat 5 – 10 spermatozoa perlapang pandang.
Perkiraan konsentrasi spermatozoa dikalikan dengan 106 berarti
perkiraan konsentrasi spermatozoa adalah 5 – 10 juta/ml Jika jumlah
spermatozoa banyak dihitung perkwadran (1/4 lapang pandang)
Misalnya ¼ Lapang pandang = 50 spermatozoa, jadi perlapang
pandang 200 spermatozoa. Perkiraan konsentrasi spermatozoa
dikalikan dengan 106 berarti perkiraan konsentrasi spermatozoa
adalah200 juta/ml. Jika perlapang pandang didapatkan nol
spermatozoa maka tidak usah dilakukan pemeriksaan konsentrasi
disebut Azoospermia.
b. Pergerakan Sperma
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pada suhu kamar (200 C – 250
C).Dalam memeriksa pergerakan spermatozoa sebaiknya diperiksa
setelah 20 menit karena dalam waktu 20 menit sperma tidak kental
sehingga spermatozoa mudah bergerak akan tetapi jangan lebih dari 60
menit setelah ejakulasi sebab dengan bertambahnya waktu maka
spermatozoa akan memburuk pergerakannya serta pH dan bau
mungkin akan berubah. Gerak spermatozoa yang baik adalah gerak
kedepan dan arahnya lurus, gerak yang kurang baik adalah gerak zig-
zag, berputarputar dan lain-lain.
Perhitungan: Dihitung dulu spermatozoa yang tidak bergerak
kemudian dihitung yang bergerak kurang baik, lalu yang bargerak baik
misal:
 yang tidak bergerak = 25%
 yang bergerak kurang baik = 50%
 yang bergerak baik = 100% - 25% - 50% = 25% Prosentase
pergerakan cukup ditulis dengan angka bulat (umumnya kelipatan 5
misalnya: 10%,15%, 20%). Jika sperma yang tidak bergerak > 50%
maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
viabilitas sperma (banyaknya sperma yang hidup) sebab spermatozoa
yang tidak bergerakpun kemungkinan masih hidup. Sebab
menurunnya motilitas spermatozoa: Dilakukan pemeriksaan yang
terlalu lama sejak sperma dikeluarkan, Cara penyimpanan sampel yang
kurang baik.
c. Perhitungan Jumlah Sperma
Jumlah spermatozoa total ialah jumlah spermatozoa dalam
ejakulat.Sedangkan konsentrasi sperma adalah jumlah spermatozoa/ml
sperma.Perhitungan konsentrasi spermatozoa dapat ditentukan dengan
mengunakan metode hemositometer atau ”electronic coulter counter”.
Metode hemositometer lebih sering digunakan untuk sperma yang
mempunyai perkiraan spermatozoa yang sangat rendah (misalnya 10
juta/ml) atau pemeriksaan sperma yang memerlukan penentuan jumlah
dengan segera.
Cara kerja:
 Siapkan pengencer berisi 50 gr NaHCO3, 10 ml 35% formalin, 5 ml
cairan gentian violet pekat dan aquadestilita sampai 1000 ml.
 Sperma yang telah diaduk dengan baik diencerkan 1:10 atau 1:20
tergantung pada perkiraan jumlah spermatozoa yang telah dilakukan
sebelumnya (gunakan pipet thoma untuk leukosit)
 Segera pindahkan ke hemositometer (kamar hitung Neubauer) yang
telah ditutup dengan gelas penutup.
 Biarkan hemositometer selama 15 menit sampai 20 menit agar
semua sel mengendap
 Hitung dibawah mikroskop pembesaran 40X untuk spermatozoa (sel
benih yang matang yang mempunyai ekor yang dihitung).
Perhitungan: Hitung jumlah sperma dengan objek 40x pada daerah
leukosit pada 4 bidang.
Perhitungan:
Luas = 1 mm2 , Tinggi = 0,1 mm, Vol = 0,1 mm3, Jumlah sperma =
1/0.1 X 4 X pengenceran X N 4.
d. Morfologi
Pemeriksaan morfologi berdasarkan kepala dari spematozoa dapat
dilakukan dengan cara membuat preparat hapusan diatas obyek glass,
kemudian dikeringkan selama 5 menit, lalu di fixasi dengan larutan
metilalkohol selama 5 menit, kemudian selanjutnya dilakukan
pewarnaan dengan larutan eosin atau zat warna yang lain.
Bentuk Normal:  Bentuk oval
Bentuk spermatozoa abnormal: Bentuk Pir (seperti buah pir) , Bentuk
Terato (tidak beraturan dan berukuran besar), Bentuk Lepto (ceking),
Bentuk Mikro (kepala seperti jarum pentul), Bentuk Strongyle (seperti
larva stongyloides) , Bentuk Lose Hezel (tanpa kepala), Bentuk
Immature (spermatozoa belum dewasa, terdapat cytoplasmic)
e. Lekosit Leukosit di laporkan per-lapang pandang seperti halnya dalam
sedimen urin, misalnya 3 – 8 perlapang pandang. Jumlah lekosit yang
besar erat hubunganya dengan infeksi organ – organ spermiogenesis.
3. Pemeriksaan Kimiawi (Fruktosa/Seliwanoff)
Pemeriksaan kimia terbatas pada perhitungan kadar fruktosa, nilai normal
fruktosa adalah : Fruktosa tersebut berasal dari vesiculze Seminalis
Cara Kerja :
- Lakukan diproteinsasi mnai yang akan diperiksa dengan terlebih
dahulu mengencerkan 0,1 ml mani dengan 2,9 ml air. Kemudian
tambah 0,5 ml larutan Ba(OH)2 campur tambahan 0,5 ml ZnSO4
kemudian dicentrifuge.
- Sediakan 3 tabung , satu tabung T(test diisi 2ml cairan pada langkah
1), S(Standar diisi 2 ml sebagai fruktosa), B(Blanko diisi 2 ml
aquadest)
- Ketiga tabung ditambah resorsinol 2 ml dan 6 ml HCL
- Campur isi tabung, panaskan dalam waterbath 900°C selama 10 menit
- Baca absorbansi T terhadap S pada 490 mm dengan spektrofotometri
- Hitung kadar fruktosa dengan rumus AT/AS X 200 = mg/dl
I. Hasil

J. Nilai Normal
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan nilai acuan untuk
analisa sperma yang normal, sebagai berikut:
1. Volume total cairan lebih dari 2 ml
2. Konsentrasi sperma paling sedikit 20 juta sperma/ml
3. Morfologinya paling sedikit 15% berbentuk normal
4. Pergerakan sperma lebih dari 50% bergerak kedepan, atau 25% bergerak
secara acak kurang dari 1 jam setelah ejakulasi
5. Adanya sel darah putih kurang dari 1 juta/ml 6. Analisa lebih lanjut (tes
reaksi antiglobulin menunjukkan partikel ikutan yang ada kurang dari 10 %
dari jumlah sperma)
6. Kadar Fruktosa sperma normal : 120 – 450 mg/dl
K. Simpulan
Sperma adalah zat setengah cair atau setengah kental yang
terdiri dari dua bagian yaitu plasma sperma (plasma semen) dan
spermatozoa. Analisa sperma adalah suatu pemeriksaan laboratoris
yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Dari hasil
analisa sperma dapat memberikan kualitas informasi yang banyak
kepada kita tentang keadaan testis baik kuantitas maupun kualitas
spermatozoanya, fungsi sekretoris kelenjar seks aksesori pria (baik
kelenjar prostat, vesikula seminalis, parauretra littre & cowpri), juga
epididimis maupun kemungkinan adanya kesalahan fungsi seksual.
Secara teknis laboratoris analisa sperma dibagi menjadi dua yaitu :
Analisa sperma dasar (rutin) dan Analisa sperma lengkap. Untuk
praktikum yang dikerjakan adalah Analisa sperma dasar (rutin).
Analisa sperma dasar dilakukan menurut tahapan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Makroskopis yang meliputi : koagulum, likuefaksi,
warna, bau, volume, viskositas, dan pH.
2. Pemeriksaan Mikroskopis, ada 2 macam, yaitu :

a. Pemeriksaan Mikroskopis pertama yang meliputi kepadatan,


motilitas, aglutinasi, round cell, dan viabilitas.
 b. Pemeriksaan Mikroskopis kedua yang meliputi jumlah
spermatozoa dan morfologi spermatozoa.
3. Pemeriksaan Kimiawi : Perhitungan kadar fruktosa
L. Pembahasan
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Volume dengan normal 2,5-5 ml , namun volume diluar range
tersebut kurang dikaitkan dengan infertilitas. Vlume yang melebihi
batas normal disebt hyperspermia yang disebabkan oleh kerja
kelenjar prostat dan vesika seminalis terlalu giat , dan dapat juga
disebabkan karena minum obat hormone laki-laki. Sedangkan untuk
volume sperma yang kurang dari batas ormal disebut hypospermia ,
dapat disebabkan karena ejakulasi yang berturut-turut, vesika
seminalis kecil dan penapang sperma tidak sempurna.
b. Warna dan kekeruhan , sperma normal berwarna putih atau
kekuning-kuningan dan terlihat keruh seperti air kanji kadang juga
berwarna agak kebuan. Adabya leukosit yang disebabkan infeksi
traktus genitalis dapat mnyebablan sperma mnjeadi putih
kekuningan. Adanya pendarhan menyebabkan spera berwarna
kemerahan.
c. pH , Sperma yang normal pH menunjukan sifat yang agak basa yaitu
7,2 – 7,8. Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah
sperma mencair karena akan mempengaruhi pH sperma. Juga bisa
karena sperma terlalu lama disimpan dan tidak segera diperiksa
sehingga tidak dihasilkan amoniak (terinfeksi oleh kuman gram
negatif (-), mungkin juga karena kelenjar prostat kecil, buntu, dan
sebagainya. pH yang rendah terjadi karena keradangan yang kronis
dari kelenjar prostat, Epididimis, vesika seminalis atau kelenjar
vesika seminalis kecil, buntu dan rusak.
d. Bau sperma. Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau
yang khas atau spesifik seperti bunga akasia atau berbau
seperti bayclin. Bau sperma yang khas tersebut disebabkan
oleh oksidasi spermin (suatu poliamin alifatik) yang
dikeluarkan oleh kelenjar prostat.
e. Liquifaksi / Pencairan : Sperma yang baru dikeluarkan kental
sekali dan akan mencair dalam waktu 10  –   20 menit di
suhu ruangan. Apabila lewat 20 menit sperma belum
mencair merupakan keadaan yang perlu dilaporkan. Liquifaksi
terjadi karena daya kerja dari enzim-enzim yang diproduksi
oleh kelenjar prostat, enzim ini disebut enzim seminim. Bila
sperma yang diterima langsung encer, ini disebabkan karena
tidak mempunyai coagulum yang disebabkan karena saluran
pada kelenjar vesica seminalis buntu atau memang tidak
mempunyai kelenjar vesica seminalis.
f. Kekentalan / Viskositas bisa diamati dari panjangnya tetesan
dengan normal < 2cm atau lamanya terbuat tetesan dengan
normal < 2 detik. Makin panjang benang yang terjadi, maka
makin tinggi viskosistasnya.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Hitung jumlah : Bertujuan menghitung jumlah spermatozoa
dalam 1 mL. Jumlah normal spermatozoa adalah 20 juta per
mL hingga 150 juta per mL. Jumlah spermatozoa kurang dari
20 juta per mL dianggap kurang memadai dalam hal fertilitas.
Jumlah spermatozoajuga dinyatakan dalam jumlah per ejakulat
dengan normal 40 –   300 juta per ejakulat. Terdapat beberapa
kriteria / istilah yang digunakan adalah sbb :

• 0 Juta/ml disebut Azoospermia

• > 0 - 5 Juta/ml disebut Ekstrimoligozoospermia

• < 20 juta disebut oligozoospermia

• > 250 Juta/ml disebut Polizoospermia

b. Uji motilitas : Untuk melihat jumlah persentase spermatozoa


yang bergerak aktif dan tidak aktif. Motilitas sperma (baik
sperma bergerak dengan baik atau tidak) merupakan
kemampuan sperma untuk bergerak. Sperma terdiri dari dua
jenis  –  sperma yang berenang, dan sperma yang tidak
berenang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria
Manual, sebagai berikut. Grade A merupakan sperma (cepat
progresif), dimana mereka yang berenang maju cepat dalam
garis lurus - seperti peluru kendali. GradeB (lambat progresif)
sperma berenang ke depan, tetapi baik dalam garis melengkung
atau bengkok, atau perlahan (motilitas linear atau non linear
lambat. Grade C (nonprogressive) sperma bergerak ekor
mereka, tetapi tidak bergerak maju (motilitas lokal saja).
GradeD (immotile) sperma tidak bergerak sama sekali.

c. Morfologi spermatozoa bertujuan untuk melihat bentuk-bentuk


spermatozoa yang ada dan menentukan persentase bentuk
abnormal yang ditemukan. Bentuk abnormal yang biasa
ditemukan seperti kepala terlalu kecil / besar, ekor yang
bengkok, tidak ada ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dll.
Jika ditemukan lebih dari 20% bentuk abnormal maka
kemungkinan tingkat fertilitas berkurang. Spermatozoa
abnormal merupakan spermatozoa berbentuk lain dari biasa,
terdapat baik pada individu fertil maupun infertil. Hanya saja
pada individu fertil kadarnya lebih sedikit. Bentuk abnormal
terjadi karena berbagai gangguan dalam spermatogenesis.
Gangguan itu mungkin karena faktor hormonal, nutrisi, obat,
akibat radiasi, atau oleh penyakit. Banyak macam bentuk
spermatozoa yang abnormal yang mungkin dapat dilihat. Bentuk
abnormal dapat dibedakan antara bentuk abnormal yang primer
dan bentuk abnormal yang sekunder. Bentuk abnormal primer
berasal pada gangguan testes, mungkin karena memang cacat.
Bentuk abnormal sekunder biasanya berasal dari perlakuan
setelah semen itu meninggalkan testes, misalnya mendapat
kocokan yang keras dalam tabung penampung, dikeringkan
terlalu cepat, dipanaskan dengan temperature terlalu tinggi,
pengesekan yang tidak berhati-hati ketika membuat sedian, dsb.

3. Pemeriksaan Kimiawi (Perhitungan Kadar Fruktosa)

Kadar fruktosa dalam mani normal berkisar antara 120-450 mg/dl dan
fruktosa itu berasal dari vesiculae seminales. Selain dipengaruhi oleh
kadar testosteron dalam tubuh, banyaknya fruktosa dalam mani juga
mengalami perubahan oleh proses-proses dalam vesiculae seminales dan
ductuli ejaculatorii, pada hipoplasia dan radang vesiculae seminales dan
pada penyumbatan partial ductuli ejaculatorii kadar fruktosa menurun.
Penyumbatan ductuli ejaculatorii yang total berakibat kadar fruktosa
dalam mani menjadi nol.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai