Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aristianti

Nim 51121005
Prodi : S.Tr Teknologi Laboratorium Medis
Mata kuliah : Sitohistoteknilogi
Dosen pembimbing : Indah Sari S.Si T.M Si

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

“ INTERPRETASI HASIL PEWARNAAN PAPANICOLAOU, PEWARNAAN


GIEMSA DAN PEWARNAAN WRIGHT “

I. Tanggal Praktikum : Rabu, 24 Mei 2023

II. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui perbedaan hasil pada pewarnaan papanicolaou, pewarnaan


giemsa dan pewarnaan wright pada preparat fiksasi basahdan fiksasi kering

III. Dasar Teori

Pewarnaan jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen- komponen


jaringan yang transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan dapat
memperlihatkan struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel
jaringan tertentu. Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah
pewarnaan Hematoxylin Eosin (H&E). Namun, sebelum melakukan pewarnaan, jaringan
yang telah melewati proses pematangan jaringan masih mengandung parafin, sedangkan
proses pewarnaan adalah proses yang banyak melibatkan air, sehingga sebelum proses
pewarnaan, parafin harus dilunturkan terlebih dahulu. Proses pelunturan parafin dari
jaringan dinamakan deparafinisasi. Selanjutnya adalah proses penarikan air yang disebut
sebagai rehidrasi.
Fiksasi basah merupakan tindakan fiksasi dimana sediaan sitologik masih dalam
kondisi asah atau lembab. Metode ini adalah metode yang ideal untuk menjaga suatu
sediaan sitologik baik sitologi ginekologi ataupun sitologi non-ginekologi. Larutan fiksasi
basah dapat terdiri dari :Alkohol 95-96%,methanol absolut,eter:alkohol 95%,propanol dan
isopFiksasi Kering
Fiksasi kering merupakan fiksasi yang dilakukan pada sediaan sitologik yang
dilakukan dengan mengeringkan sediaan tersebut di udara terbuka (udara kering) atau
dengan bantuan pemanasan hingga kering (penggunaan hotplate dengan suhu maksimum
50OC). Sediaan sitologik harus diproses dan dikeringkan dengan segera untuk
menghindari munculnya artefak. Salah satu keuntungan dari fiksasi ini adalah pembuatan
dan pewarnaan yang cepat (2-3 menit). Pewarnaan cepat berguna dalam penilaian awal
dari kelayakan spesimen sebelum pasien diperkenankan untuk meninggalkan ruang
pengambilan spesimen. Untuk sediaanyang menargetkan koloid, mucin, butiran
sitoplasma endokrin dan lain-lain akan lebih baik jika dilakukan fiksasi kering. Hal ini
juga berguna pada pasien dengan indikasi keganasan hematologi seperti limfoma atau
leukemia.ropanol 80%,denaturasi alkohol,formalin baset.

V. Metode Pemeriksaan
- Mikroskopis

VI. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Beaker glass
2. Pipet tetes
3. Tisu
4. Pinset
5. Penjepit kayu
b. Bahan
1. Alkohol 95%
2. Alkohol 80%
3. Alkohol 70%
4. Alkohol 50%
5. Aquadest
6. Hematoxylin eosin
7. HCL 0, 25%
8. Lithium 0,5%
9. OG -6
10. EA
11. Xylol
12. Reagen giemsa
13. Reagen wright

VII. Prosedur Kerja


a. Pewarnaan Papanicolaou
Adapun langkah - langkah yang digunakan dalam pewarnaan papanicolaou,
yaitu :
1. Apusan yang telah difiksasi selanjutnya dilakukan pewarnaan
2. Preparat dihidrasi dengan cara merendam gelas obyek dalam alkohol 90%,
80%, 70%dan terakhir dalam aquades
3. Dilakukan selama 1 menit dalam tiap-tiap larutan
4. Selanjutnya preparat direndam dalam larutan larutan Harri’s hematoxylin
selama 5 menit
5. Kemudian cuci dengan air mengalir selama 10 menit
6. Preparat kemudian didehidrasi dengan cara merendam gelas obyek dalam
alkohol 96% masing-masing selama 1 menit
7. Kemudian preparat direndam dengan zat orange OG-6, dibiarkan selama 3
menit
8. Kemudian bilas dengan alkohol 96% sebanyak 3 kali
9. Kemudian preparat dimasukkan ke dalam larutan xylol selama 5 menit
(Permatasari Rita, Suriani E, Adinda H. 2022).
b. Pewarnaan Giemsa
1. Sediaan diletakkan di atas rak pewarnaan dengan lapisan darah berada di
atas.
2. Sediaan selanjutnya digenangi dengan methanol sehingga bagian hapusan
darah tertutup seluruhnya dan diamkan selama 5 menit kemudian methanol
yang tersisa dibuang dan dibilas dengan air mengalir.
3. Teteskan dengan pewarna giemsa dan diamkan selama 20 menit
4. Keringkan di atas angin
5. Kemudian amati di atas mikroskop dengan perbesaran 1000x (Khasanah H.
A. N, Husen F, Yuniati I. N. 2023).
c. Pewarnaan Wright
1. Meneteskan larutan Wright ke atas preparat (sampai semua apusan
tergenangi)
2. Meneteskan larutan buffer pH 6,4 (sampai semua apusan tergenangi) dan
dibiarkan 5-12 menit.
3. Apusan dibilas dengan air dan bagian belakang apusan yang kotor
dibersihkan dari sisa zat warna.
4. Preparat apus darah tepi dibiarkan kering di udara (Ardina Rinny Dan
Rosalinda Sherly. 2018).

VIII. Bahan Pemeriksaan


- Preparat jaringan fiksasi basah
- Preparat jaringan fiksasi kering

IX. Hasil Praktikum


Tabel Interpretasi Hasil Pewarnaan Papanicolaou, Pewarnaan Wright Dan
Pewarnaan Giemsa
No. Nama Fiksasi Basah Fiksasi kering
Pewarnaan

1 Papanicolaou

Hasil : Hasil :
- Warna terlihat jelas - Warna kurang jelas
- Sel terlihat jelas - Sel kurang terlihat
2 Giemsa

Hasil : Hasil :
- Warna terlihat jelas - Warna kurang jelas
- Sel terlihat jelas - Sel kurang terlihat

3 Wright

Hasil : Hasil :
- Warna kurang jelas - Warna terlihat jelas
- Sel kurang terlihat - Sel terlihat jelas

X. Pembahasan
Fiksasi berfungsi agar apusan darah melekat pada obyek glass sehingga
yakin bahwa sel-sel di dalamnya strukturnya tetap normal dan mampu menyerap
cat dengan sempurna. Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi
danwarna sediaan (Yuniastutik Titin. 2019). Pewarnaan papanicolaou merupakan
metode pengecatan polikromatis yang merupakan kombinasi pengecatan
hematoxylin untuk mewarnai inti sel dan sitoplasma pada bagian pewarna lainnya
(Sari Indah, Bastian, Realita Era Try. 2021). Terdapat lima langkah utama dalam
metode pewarnaan papanicolaou, yaitu:
a. Fiksasi
b. Pewarnaan inti
c. Pewarnaan sitoplasma
d. Penjernihan (clearing)
e. Mounting (Sari Sispita, Riesti A, Rahmawati R. 2019).

1. Pewarnaan papanicolaou
seperti yang dianjurkan WHO kurang praktis untuk digunakan dalam
pemakaian rutin oleh karena banyak tahap-tahapnya dan memakan waktu.
Pewarnaan papanicolaou dapat mewarnai daerah akrosom, post- akrosom,
midpiece dan ekor, sekalipun pada sampel yang sangat viskus (NugrahaJusak.
2019). Pada pewarnaan papanicolaou menunjukkan hasil bahwa fiksasi basah
lebih baik dari pada fiksasi kering.
2. Pewarnaan giemsa
adalah pewarnaan yang digunakan untuk teknik pewarnaan pada
pengecatan sediaan darah, sumsum tulang, sedimen urine, atau sputum.Giemsa
juga dapat melihat morfologi jamur, bakteri, parasit dan darah (Purnamasari
Yenti, Saiman J, Mulyawati A. S. 2021). Pada pewarnaan giemsa
menunjukkan hasil bahwa fiksasi basah lebih baik dari pada fiksasi kering.
Pengecatan giemsa mempunyai standar pengenceran, dan setiap pengenceran
mempunyai waktu pengecatan yang berbeda beda. Perbedaan komposisi
pengenceran dapat mempengaruhi warna sel dan kerataan pada hapusan darah
tepi. Jika waktu pengecatan terlalu cepat menyebabkan apusan tidak terwarnai
dengan sempurna, begitu juga sebaliknya jika pengecatan dilakukan terlalu
lama dapat mempengaruhi warna dan bentuk parasit sehingga pembacaan
apusan untuk melihat parasit sulit ditegakkan. Kandungan cat giemsa terdiri
dari eosin, metilin azur dan metilen blue yang berguna untuk mewarnai sel
darah melalui fiksasi dengan metil alkohol (Wantini Sri Dan Huda Misbahul.
2021).
3. Pewarnaan wright
adalah pewarnaan untuk sediaan darah dengan menggunakan reagen biru
metilen dan eosin, yang menghasilkan warna akhir sediaan darah merahmuda
dan sel darah berwarna kuning atau merah muda (Rahmah Syahidatur,
Muhlisin Ahmad, Arsyad Muhammad). Penggunaan pewarna Wright di
indonesia disebabkan wright telah mengandung metil alkohol dalam
konsentrasi tinggi, sehingga tidak perlu dilakukan fiksasi. Kelebihan dari
pewarnaan wright yaitu plasma dan inti sel lebih jelas terlihat. Hal itu
disebabkan karena komposisi dari wright, yang terdiri dari methylene blue
yang akan memberi warna biru pada inti (nukleus) yang mengandung DNA
dan eosin yang memberi warna merah pada sitoplasma. Sedangkan
kekurangan pewarna wright yaitu tidak tahan lama dalam iklim tropis (Ardina
Rinny Dan Rosalinda Sherly. 2018).
4. Pada pewarnaan wright
menunjukkan hasil bahwa fiksasi kering lebih baik daripada fiksasi basah.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pewarnaan
diantaranya teknik pembuatan sediaan yang tidak memiliki ekor akan
mempersulit proses identifikasi, sumber daya manusia, proses fiksasi yang
tidak tepat, pewarnaan yang kurang tepat, ketelitian yang baik dari peneliti,
karena bentukapusan dapat mempersulit pengamatan hasil pewarnaan
(Susilawati Eka,Artati, Salnus Subakir. 2021).
XI. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini,dapat disimpulkan bahwa pada pewarnaan
papanicolaou fiksasi basah lebih bagus daripada fiksasi kering, pada pewarnaan
wright fiksasi kering lebih bagus daripada fiksasi basah sedangkan pada pewarnaan
giemsa fiksasi basah lebih bagus daripada fiksasi kering

XII. Daftar Pustaka


Ardina Rinny Dan Rosalinda Sherly. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan
Darah Tepi Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, Dan Kombinasi
Wright-Giemsa. Jurnal Surya Medika. Vol. 3, No. 2
Permatasari Rita, Putra V. F, Maharani Silvia. 2022. Potensi Buah Delima Merah
(Punica Granatum L. ) Sebagai Pewarnaan Alternatif Pengganti Eosin Pada
pewarnaan Papanicolaou. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat. Vol 2, No 1
Permatasari Rita, Suriani E, Adinda H. 2022. Potensi Buah Naga Merah
(Hylocereus costaricensis) Sebagai Pewarnaan Alternatif Pengganti Eosin
Pada Pewarnaan Papnicolaou terhadap Sediaan Apusan Epitel Mulut Ayam.
Jurnal Kesehatan Jompa. Vol 1, No 1
Sari Indah, Bastian, Realita Era Try. 2021. Analisa Metode Fiksasi Kering
Menggunakan Giemsa Dan Fiksasi Basah Menggunakan Papanicolaou Pada
Pemeriksaan Pap Smear. Jurnal Masker Medika. Vol 9, No 1
S Naqsyabandi . 2022. Gambaran Variasi Waktu Pewarnaan Papanicolaou pada
Preparat Sitologi Mukosa Mulut Perokok. Jurnal Medika Husada. Vol 2, No 1.
Wantini Sri Dan Huda Misbahul. 2021. Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Pengeatan
Giemsa Pada Pemeriksaan Mikroskopis Malaria. Jurnal Analis
Juwy,bastian,indah sari:analisa hasil peawarnaan papanicolaou dengan fiksasi alkohol
96% selama 15 menit dan 30 menit.DIV teknologi laboratorium medis,fakultas sais
dan teknologi, IkesT Muhammadiyah Palembang.

Anda mungkin juga menyukai