Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
‘LUAS DAUN, ABSORBSI DAN TRANSPIRASI’

oleh:
KELOMPOK VI

PRODI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Oktober, 2014
HALAMAN PENGESAHAN:
LUAS DAUN, ABSORBSI, DAN TRANSPIRASI

oleh:
Kelompok VI

Yogyakarta, 5 Oktober 2014

Nama NIM Tanda tangan


Asih Rahayu 13304241009
Nurul Jannah Yuliani 13304241018
Rieska Dies Rahmawulan 13304241019
Setiarti Dwi Rahayu 13304241031
Linda Indriawati 13304241039

Diserahkan pada tanggal …………………………………………………………, jam ………………………

Mengetahui:
Dosen Pembimbing / Asisten Praktikum

(……………………………………)
PENGARUH LUAS DAUN TERHADAP KECEPATAN ARBSOBSI AIR
I. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan arbsobsi air

II. Tinjauan Pustaka


Absorpsi adalah proses penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman berupa ion-
ion dari tanah ke dalam sel-sel akar, yang selanjutnya ditranslokasikan melalui jaringan
xylem ke seluruh bagian tumbuhan (Supraptono Djajadirana, 2000). 
Proses masuknya ion-ion kedalam sel-sel akar, sebagai pengganti dari ion-ion
yang keluar dari sel akar disebut dengan pertukaran ion. Masuknya ion-ion yang keluar
deri sel akar disebut dengan pertukaran ion. Masuknya ion-ion ini dipengaruhi oleh
antagonism ion, yang berarti bahwa pemasukan ion yang satu mempengaruhi, bahkan
kadang-kadang menentang pemasukan ion jenis lain (Dwidjoseputro, 1980).
Udara diperlukan untuk sel-sel akar untuk pernafasan, dan hasil pernafasan adalah
energi. Energi ini digunakan diantaranya untuk memasukkan ion-ion yang harus
mengatasi tingkat konsentrasi yang lebih tinggi. Jelas bahwa faktor hidup berperan
penting dalam melakukan absorpsi air (Dwidjoseputro, 1980).
Tanaman mendapat air melalui proses penyerapan oleh rambut-rambut akar. Air
serta garam terlarut akan diteruskan ke seluruh bagian tanaman. Hanya sebagian kecil
(kurang dari 1%) dari air diabsorbsi oleh tanaman dipergunakan dalam reaksi
metabolisme (hidrolisis). Sebagian besar air diabsorbsi itu akan dikeluarkan lagi dalam
bentuk uap air ke atmosfer melalui proses transpirasi. Kehilangan air pada tumbuhan
dapat berlangsung melalui stomata, kultikula, dan lentisel (Salisbury dan Ross, 1987:56)
Penyerapan hara pada tanaman merupakan suatu hal yang kompleks. Tanaman
memiliki suatu mekanisme untuk menyerap hara dengan cara transpirasi. Transpirasi
adalah kehilangan air pada tanaman. Kehilangan air dari daun ini melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh. Karena hilangnya konstan air
oleh transpirasi melalui stomata (dalam tingkat yang jauh lebih rendah melalui
epidermis), sel-sel dalam jaringan daun akan mengalami defisit air. Hal ini disebabkan
suhu lingkungan yang memiliki potensial negatif yang lebih rendah dibandingkan
didalam daun, sehingga xylem akan menarik naik lebih banyak air dari akar.
Beberapa teori tentang naiknya air ke puncak pohon yaitu:
1. Teori vital
Perjalanan air dari akar ke ujung batang menentang gaya gravitasi dan gaya gesekan
tahanan dinding pipa dapat terjadi hanya karena pertolongan sel-sel hidup, dalam hal
ini sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jari-jari empulur yang ada di sekitar xilem
2. Tekanan akar
Adanya pengeluaran air pada bidang potongan tonggak suatu batang yang dipotong
dekat tanah memberikan kesan bahwa di dalam daerah akar terdapat suatu tenaga
penggerak air. Tenaga ini tidak lebih dari 2atm.
3. Hukum kapilaritas
Pembuluh kayu xilem dapat merupakan pembukuh kapiler, sehingga air didalam nya
sebagai kaibat dari adhesi anara dinding sel xilem dengan molekul-molekul air.
4. Teori kohesi 
Ada tiga unsur dasar dalam teori kohesi untuk menjelaskan naiknya cairan, 
a. Daya penggerak
Adalah gradien potensial air yang makin menurun dari tanah melalui tumbuhan ke
atmosfir. 
b. Hidrasi / adhesi
Daya hidrasi antara molekul air dan dinding sel yang disebabkan oleh adanya
ikatan hidrogen, yakni daya tarik antara molekul yang tidak sejenis.
c. Kohesi air.
Merupakan daya tarik antar molekul sejenis.

Faktor- faktor yang mempengaruhi absorpsi air antara lain adalah:


- Tekanan akar
- Kapilaritas
- Karakteristik daun

III. Metode Praktikum


a. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat Praktikum : Laboratorium Biokimia
Waktu Praktikum :
Hari dan tanggal : Selasa, 29 September 2014
Pukul : 11.00 – 13.00 WIB
b. Alat dan Bahan
1. Potometer
2. Ranting tanaman
3. Pisau tajam, statip beserta klemnya
4. Gunting
5. Vaselin
6. Kertas HVS buram
7. Timbangan Digital
c. Prosedur

Menyiapkan 1 ranting tanaman yang mempunyai 6 helai daun

Mengisi tabung kaca potometer dengan air

.Menutup bagian ujung photometer yang kecil dengan jari agar tidak
bocor

Menutup ujung photometer besar dengan penyumbat kemudian diberi vaselin

Memastikan semua ujung photometer tertutup rapat (tidak bocor)

Memasukan ranting berdaun kedalam photometer hingga tercelup ke dalam air.

Menandai titik awal pergerakan air

Mengamati perubahan batas air yang terjadi selama selang waktu 5 menit
pettama, kedua, dan ketiga.
IV. Hasil Dan Pembahasan

Tabel : Data pengamatan laju penyerapan air (ml) menurut jumlah atau luas daun.
Jumlah daun

8 helai 6 helai 4 helai

Terang gelap terang gelap terang gelap

waktu Rata- Absor Rata- Absor Rata- Absor Rata- Absor Rata Absor Rata- Ab
rata bsi rata bsi rata bsi rata bsi -rata bsi rata rb
Luas (ml) Luas (ml) Luas (ml) Luas (ml) Luas (ml) Luas (m
(cm2) (cm2) (cm2) (cm2) (cm2 (cm2)
)

5 menit I 41,13 0,2 41,10 0,5 33,95 0,02 23,01 0,2 57,7 0,92 58,05 0,0
5

5 menit II 41,13 0,6 41,10 0,6 33,95 0,03 23,01 0,3 57,7 0,91 58,05 0,0
5

5 menit 41,13 0,7 41,10 0,6 33,95 0,05 23,01 0,3 57,7 0,90 58,05 0,4
III 5

Rerata 41,13 0,5 41,10 0,57 33,95 0,03 23,01 0,27 57,7 0,91 58,05 0,1
5
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 29 September
2014 pukul 11.00 - 13.00 WIB yang berjudul luas daun, absorbsi, dan traspirasi yang
memiliki tujuan antara lain mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorbsi
air. Kami menggunakan photometer untuk mengetahui laju kemampuan absorbsi pada
tumbuhan dan dilakukan di tempat teduh, kami menaruh potometer berikut tumbuhan di
daerah yang tidak terkena cahaya matahari langsung di dalam ruang laboratorium.
Dalam pengamatan ini, kami memasukkan tumbuhan kedalam potometer yang
telah penuh terisi air dan disumbat dengan penyumbat yang dilapisi vasiline pada
lubangnya, sehingga tumbuhan dapat menyerap air dalam potometer lalu celah-celah
kecil pada pipa potometer kami lapisi vaseline. Tujuan celah-celah kecil tersebut dilapisi
vaseline adalah agar udara tidak masuk ke potometer dan agar tanaman tidak goyang.
Kami mengamati perubahan volume air nya setiap lima menit pertama, kedua dan ketiga.
Untuk mengetahui pengaruh luas daun terhadap absorbsi air, maka kami harus
menghitung luas daun keseluruhan terlebih dahulu.
Terdapat tiga cara untuk menentukan luas daun, pertama dengan perbandingan
luas daun dengan massa daun, kedua dengan cara mengalikan panjang dan lebar daun,
cara yang ketiga dengan cara membuat cetakan pada kertas millimeter.
Cara yang pertama yaitu dengan membandingkan luas daun dengan massa daun,
langkah pertama, membuat cetakan daun pada kertas hvs buram. Kedua, timbang satu per
satu cetakan daun pada timbangan digital. Ketiga, membuat cetakan persegi dengan
kertas hvs buram seluas 100cm2 . Keempat, timbangan cetakan persegi tersebut dengan
timbangan digital. Kelima, hitung luas daun dengan rumus sebagai berikut :
Luas Daun = Wr/Wt × Lk               
Keterangan :
Wr = berat replikan (berat cetakan daun)
Wt = berat kertas kosong (berat kertas kosong 100cm2)
Lk = luas kertas (100cm2)
Cara yang kedua adalah dengan cara mengukur panjang dan lebar daun. Untuk
memperoleh luas daun dengan cara mengalikan panjang dan lebar daun yang telah
diukur. Cara yang ketiga adalah membuat cetakan pada kertas millimeter. Langkah yang
pertama adalah dengan mencetak daun pada lembaran kertas millimeter, kemudian
menghitung kotak-kotak millimeter yang terdapat dalam cetakan tersebut sebagai luasan
daun.
Dari ketiga cara tersebut diperolah rata-rata luas daun pada daerah yang gelap dan
daerah yang terang. Pada pengukuran luas daun pada tangkai dengan jumlah daun 8 helai
dalam keadaan terang diperoleh rata-rata sebesar 41,13 sedangkan pada gelap diperoleh
rata-rata sebesar 41,10. Kecepatan absorpsi pada keadaan terang diperoleh kecepatan
rata-rata sebesar 0,5 sedangkan pada keadaan gelap diperoleh kecepatan rata-rata sebesar
0,57.
Pada pengukuran luas daun pada tangkai dengan jumlah daun 6 helai dalam
keadaan terang diperoleh rata-rata sebesar 33,95 sedangkan pada gelap diperoleh rata-rata
sebesar 23,01. Kecepatan absorpsi pada keadaan terang diperoleh kecepatan rata-rata
sebesar 0,03 sedangkan pada keadaan gelap diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,27.
Pada pengukuran luas daun pada tangkai dengan jumlah daun 4 helai dalam
keadaan terang diperoleh rata-rata sebesar 57,75 sedangkan pada gelap diperoleh rata-rata
sebesar 58,05. Kecepatan absorpsi pada keadaan terang diperoleh kecepatan rata-rata
sebesar 0,91 sedangkan pada keadaan gelap diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,17.
Pada pengukuran luas daun pada tangkai dengan jumlah daun 2 helai dalam
keadaan terang diperoleh rata-rata sebesar 53,3 sedangkan pada gelap diperoleh rata-rata
sebesar 38,9. Kecepatan absorpsi pada keadaan terang diperoleh kecepatan rata-rata
sebesar 0,18 sedangkan pada keadaan gelap diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,13.
Pada tangkai daun dengan jumlah 8 dan 6 helai daun menunjukkan bahwa
kecepatan absorbsi pada keadaan gelap lebih cepat daripada kecepatan absorbsi pada
keadaan terang. Sedangkan pada tangkai daun dengan jumlah 4 dan 2 helai daun
menunjukkan bahwa kecepatan absorbsi pada keadaan gelap lebih lambat daripada
kecepatan absorbsi pada keadaan terang. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi absorpsi, antara lain yaitu kapilaritas, tekanan akar,
karakteristik daun, dan intensitas cahaya.
Pada tangkai daun dengan jumlah 8 dan 6 helai daun menunjukkan bahwa
semakin luas permukaan daun tersebut kecepatan absorbsi semakin lambat. Sedangkan
pada tangkai daun dengan jumlah 4 dan 2 helai daun menunjukkan bahwa semakin luas
permukaan daun maka kecepatan absorbi akan semakin cepat. Hasil yang diperoleh pada
tangkai daun dengan jumlah 8 dan 6 helai daun tidak sesuai dengan teori. Teori
menyatakan bahwa semakin luas permukaan daun maka kecepatan absorbsi akan semakin
cepat. Hasil yang diperoleh pada tangkai daun dengan jumlah 4 dan 2 helai daun telah
sesuai dengan teori tersebut.

V. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diproleh simpulan
bahwa semakin luas permukaan daun, maka semakin luas pula kecepatan absorbsinya.
Hal ini dikarenakan bahwa semakin luas permukaan daun maka stomata makin banyak.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan absorsi yaitu tekanan akar, kapilaritas,
karakteristik daun. Daya hisap daun dipengaruhi oleh luas permukaan daun dan
banyaknya stomata.

VI. Dikusi/Pembahasan
1. Dengan melihat skor reratanya dari besarnya absorbsi air dari beberapa perlakuan
jumlah (luas) daun, apakah ada pola hubungan (kecendrungan) tertentu antara volume
(laju) penyerapan air dengan jumlah (luas) daun? Pada perlakuan mana penyerapan air
paling besar?
Jawaban:
Ada. Daun dengan jumlah lebih banyak akan mengabsorbsi air dalam jumlah yang
lebih besar.
2. Dari hasil ujinya, apakah ada bukti yang nyata tentang ada tidaknya perbedaan
kecepatan absorbsi air pada antar perlakuan?
Jawaban:
Ada. Dari rata-rata volume penyerapan air terlihat adanya perbedaan jumlah
penyerapan oleh tumbuhan dengan kuantitas daun yang berbeda.
3. Mengapa terjadi gejala tersebut?
Jawaban:
Karena daun yang lebih banyak akan mengalami transpirasi yang lebih cepat, sehingga
untuk mengimbangi pengeluaran air maka akan mengabsorbsi dalam jumlah yang
lebih banyak pula.
4. Apa yang dapat saudara simpulkan dari hasil temuan saudara?
Jawaban:
Dari percobaan ini dapat disimpulkan jumlah daun akan mempengaruhi kecepatan
absorbsi air.
TUGAS PENGEMBANGAN
1. Faktor apakah yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata?
Jawaban:
a. Sinar matahari
Stomata tumbuhan umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup
saat matahari tenggelam. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan
dalam gelap secara tiba-tiba. Tingkat sinar yang tinggi mengakibatkan stomata
membuka lebih lebar.
b. Konsentrasi CO2
Konsentrasi CO2yang rendah dapat membuat stomata membuka, jika
konsentrasi di lingkungan tinggi menyebabkan stomata menutup sebagian.
Stomata tanggap terhadap tingkat CO2yang berada di antara sel, bukan pada CO2
di permukaan daun. Tumbuhan menyimpan CO2 di dalam bentuk asam organik di
waktu malam sehingga menurunkan konsentrasi CO2 di dalam dan menyebabkan
stomata membuka.
c. Kelembaban Atmosfer
Stomata tertutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antarsel
melebihi titik kritis.
d. Potensial air di daun
Jika potensial air menurun, stomata daun menutup.
e. Suhu
Dengan suhu mencapai 35oC pada sebagian tumbuhan dapat menyebabkan
menutupnya stomata. Pada suhu tersebut respirasi akan meningkat sehingga CO2
dalam daun juga naik, dan menyebabkan penutupan stomata.

2. Bagaimana mekanisme pelepasan air melalui stomata?


Jawaban:
Pelepasan air melalui stomata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
kelembaban udara dan penyinaran matahari. Pada saat cahaya memacu fotosintesis
yang akan menurunkan tingkat CO2 di daun, respon daun adalah memasukkan K+,
lebih banyak ke dalam sel penjaga stomata dan air akan keluar secara osmotik yang
akhirnya menyebabkan stomata terbuka. Adanya turgiditas atau potensial air yang
optimum dalam sel yang menyebabkan air keluar.

VII. Daftar Pustaka


Dwijoseputro, D.1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Gardner, F.P.R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Loveless, A.R. 1987. Prinsip – prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jakarta:
PT Gramedia.
Pandey, B.P. 1982. Plant Anatomy. S Chand and Company: New Delhi.
Salisbury, F. B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: Penerbit:
ITB.

Anda mungkin juga menyukai