Oleh:
Adinta Darmawan
NIM. 18405244001
Pembimbing:
Dra. Sri Agustin Sutrisnowati, M.Si.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan Praktik Lapangan Geografi (PLG)-III dengan lancar dan senantiasa
diberi kemudahan dalam pengerjaannya.
Dalam penulisan laporan ini saya menyadari bahwa kendala yang
saya hadapi, dan tentunya banyak pihak yang telah membantu kelancaran
laporan ini, untuk itu ucapan terima kasih saya ucapkan kepada ibu Dr.
Dyah Respati Suryo Sumunar, M.Si., Dra. Sri Agustin Sutrisnowati, M.Si.,
dan Dr. Nursida Arif, S.T., M.Sc. selaku dosen pengampu dan pembimbing
selama praktikum, orang tua serta teman-teman jurusan Pendidikan
Geografi 2018 yang telah memberikan dukungan moril berupa semangat
dan motivasi selama praktikum berlangsung.
Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam
praktikum ini, oleh sebab itu kritik saran yang membangun saya harapkan
untuk menyempurnakan tugastugas sejenis ke depannya agar lebih baik
lagi. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya masyarakat umum agar mengetahui lingkungan sekitar dan juga
bermanfaat bagi saya pribadi tentunya.
Adinta Darmawan
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
di permukakan, melainkan di bawah tanah atau sungai bawah tanah.
Sehingga banyak sekali dijumpai kenampakan berupa goa.
Perbedaan karakteristik fisik ini tentu akan menimbulkan perbedaan
perilaku penduduk pula dalam pemenuhan kebutuhan, terutama pada
kondisi sosial ekonomi. Seperti contoh di daerah Karst Gunungsewu
mendapatkan dampak yang parah kait kemiskinan karena kondisinya yang
tandus. Antriyandarti (2018) juga menyebutkan bahwa di pegunungan Karst
Gunungsewu memiliki kendala utama pada kegiatan pembangunan
ekonomi yang dikarenakan kelangkaan air permukaan. Namun berbeda
dengan kondisi sosial ekonomi di zona lainnya, salah satu contoh di Daerah
Ponjong yang mempunyai daerah yang subur karena terdapat sumber air
atau mata air.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penilitan ini bertujuan untung
mengkaji tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat
Gunungkidul jika ditinjau dari perbedaan zona tersebut memiliki
karakteristik bentuklahan yang berbeda. Dengan demikian penelitian ini
dilakukan dengan judul “Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Gunungkidul Ditinjau Berdasarkan Perbedaan Karakteristik
Bentuklahan (Landform)”.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
dijadikan kawasan wisata dan mendirikan profesi-profesi kecil seperti
toko oleh-oleh, peginapan, dan juru parkir.
3. Septiarti, S. W. & Widyaningsih (2007)
Penelitian yang dilakukan Septiarti dan Widyaningsih dengan judul
“Pengembangan Masyarakat Desa Tertingal Berbasis
Keterpaduan dan Otonomi Daerah”. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan kawasan desa tertinggal di Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunungkidul dengan menggambarkan aspek sosial ekonomi
hingga pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan. Jenis
penelitian ini menggunnakan pendekatan kuaalaitatif dengan
menggunakan metode indepth interview, penjajakan cepat, dan
penerapat focus group discussion. Hasil dari penelitian ini yaitu
masyarakat bersama pemerintah melakukan upaya-upaya
pemberdayaan dalam terselengarannya pengembangan masyarakat.
4. Suprayitna (2020)
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatna dengan judul “Pariwisata
Berbasis Masyarakat di Green Village Desa Mertelu, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan ancillary objek
wisata Green Village sebagai destinasi wisata serta mengetahui
penerapan pariwisata berbasis masyarakat di objek wisata Green
Village. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan
metode kualitatif dan dilakukan analisis dengan pendekatan deskriptif.
Hasil yang dicapai adalah diketahui bahwa konsep pariwisata berbasis
masyarakat belum diterapkan dengan baik, faktor yang mempengaruhi
yaitu minimnya kemampuan masyarakat dalam pengelolaan objek
wisata sehingga mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan dan
perkembangan objek wisata.
5. Listianingrum, N & Sudrajat (2015)
4
Penelitian yang dilakukan oleh Listianingrum, N & Sudrajat dengan
judul “Kearifan Lokal Masyarakat Desa Bedoyo, Kecamatan
Ponjong, Kabupaten Gunungkidul”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Bedoyo,
mengetahui bentuk-bentuk kearifan lokal yang dipraktekkan maupun
tidak, dan menganalisis keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi
dengan keutuhan kearifan lokal. Metode pengolahan data yang
digunakan adalah dengan tabel frekuensi dan tabulasi silang
(crosstab). Hasil dari penelitian ini adalah penduduk di Desa Bedoyo
dominan usia tua, mayoritas tingkat pendidikannya tamat sekolah dasar
(SD) serta lebih banyak bergantung pada sektor pertanian. Sudah
mengakar pada mereka bahwa kearifan lokal sangat penting untuk
dilestarikan, namun keutuhan kearifan lokal dalam pengelolaan SDA
masih minim dilihat dari pengetahuan mereka terhadap keberadaan
dan kondisi SDA di Bedoyo. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
memiliki keterkaitan yang bervariasi terhadap keutuhan kearifan lokal.
6. Aryani, S. W., dkk (2017)
Penelitian yang dilakukan oleh Aryani, S. W., dkk dengan judul
“Analisis Dampak Pembangunan Pariwisata pada Aspek Ekonomi
dan Sosial Budaya Masyarakat (Studi Kasus pada Desa Wisata
Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul,
D.I.Yogyakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak
dari pembangunan pariwisata pada aspek ekonomi dan sosial budaya
masyarakat Desa Bejiharjo. Metode yang digunakan adalah
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil
dari penelitian ini adalah 1) Terbukanya lapangan kerja baru, 2)
Berkurangnya tingkat pengangguran, 3) Meningkatkan pendapatan dan
daya beli masyarakat, 4) Membantu menanggung beban pembangunan
sarana dan prasarana setempat, 5) peningkatan pendapatan yang
sangat tinggi tetapi hanya musiman. Dampak pembangunan pariwisata
pada aspek sosial budaya diantaranya : 1) Perlindungan dan
5
pelestarian budaya serta adat istiadat, 2) Meningkatnya Tingkat
Pendidikan, 3) Meningkatnya Ketrampilan, 4) Penggunaan Bahasa, 5)
Meningkatnya kesadaran berorganisasi, 6) meningkatnya penggunaan
teknlogi, 7) Komersialisasi seni dan beduya, 8) Berkurangnya rasa
gotong royong, 9) Matrealisik, 10) Terbentuknya Geng.
7. Wulandari, F. N. A & Nugraheni Rintasari (2019)
Penelitian ini dilakukan oleh Wulandari, F. N. A & Nugraheni
Rintasari (2019) dengan judul “Dampak Keberadaan Desa Wisata
Terhadap Peningkatan Perekonomian dan Kehidupan Sosial
Masyarakat (Studi Kasus di Desa Wisata Umbulrejo, Ponjong,
Gunungkidul)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak
keberadaan desa wisata di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong,
Kabupaten Gunungkidul dari segi eprekonomian terhadap pendapatan
masyarakat. Metode yang digunakan adalah dengan metode kualitatif
dengan teknik analisis reduksi. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
kondisi perekonomian masyarakat meningkat setelah adanya Desa
Wisata setelah ada perubahan mata pencaharian yang berkofus pada
pengembangan desa wisata tersebut.
8. Kuswantoro, U. A & Retno W. D. P (2020)
Penelitian ini dilakukan oleh Kuswantoro, U. A & Retno W. D. P
dengan judul “Peran Kota Wonosari Terhada Perkembangan
Kabupaten Gunungkidul”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
perkembangan Kota Wonosari dan mengkaji peran Kota Wonosari
terhadap perkembangan Kabupaten Gunungkidul. Metode yang
digunakan adalah menggunakan alur pemikiran deduktif kuantitatif dan
kualitatif dengan teknik analisa deskriptif kualitatif dan regresi
berganda. Hasil yang diperoleh adalah bahwa perkembangan Kota
Wonosari dari segi fisik, penduduk dan ekonomi mengalami
perkembangan yang signifikan. Keberadaan sektor pariwisata yang
pesat di Kabupaten Gunungkidul dan letak Kota Wonosari yang
strategis sebagai sebagai pintu masuk objek wisata yang ada turut
6
memicu perkembangan Kota Wonosari. Fasilitas pendidikan,
kesehatan dan ekonomi yang ada di Kota Wonosari hanya efektif
digunakan oleh penduduk dari Kabupaten Gunungkidul. Dari hasil uji
regresi didapat empat variabel independen yaitu penduduk, ekonomi,
jumlah fasilitas dan tingkat pendidikan Kota Wonosari berpengaruh
terhadap perkembangan Kabubaten Gunungkidul.
9. Martias, I (2014)
Penelitian ini dilakukan oleh Martias, I dengan judul “Implikasi
Perubahan Tataguna Lahan terhadap Dinamika Sosial-Ekonomi
Masyarakat Gunungkidul: Suatu Kajian Antropologi Keruangan”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek keruangan
dan politik ekonomi yang turut mempengaruhi diferensiasi sosial-
ekonomi. Metode yang digunakan yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan
analisa deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perubahan
tataguna lahan dan kebijakan politik ekonomi merupakan agen penting
dalam pembentukkan diferensiasi sosial-ekonomi. Ringkas kata,
konsep “berbagi kemiskinan” dalam konteks kehidupan masyarakat
Gunungkidul perlu dipertimbangkan kembali. Mengingat penelitian
etnografi ini menggunakan analisis sistem informasi geografis yang
masih terbilang asing di dalam matra antropologi.
10. Pinandito, T. S., dkk. (2019)
Penelitian ini dilakukan oleh Pinandito, T. S., dkk dengan judul
“Pengembangan Potensi Ekonomi Pesisir Kabupaten
Gunungkidul Berbasis Interconnected Governance”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingna kondisi antara pesisir
Gunungkidul dan Pulau Osi dan mengetahui langkah strategis dan pola
bencmarking yang bisa diadopsi dari Pulau Osi dan Kepala Desa
Ngloro. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa peran semua pemangku
kepentingan, terutama sebagai lembaga perencanaan pembangunan
7
nasional, BAPPENAS memiliki porsi yang lebih besar dalam
menyiapkan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah.
11. Nafisah, E. F & Lestari Sukarniati (2015)
Penelitian ini dilakukan oleh Nafisah, E. F & Lestari Sukarniati
dengan judul “Dampak Perkembangan Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar”.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak dari pembangunan
pariwisata pada kondisi ekonomi Dusun Pulegundes I dan II orang
dengan analisis statistik induktif dan deskriptif. Hasil penelitian ini
adalah pengembangan pariwisata di Pulegundes sigfinikan
mempengaruhi pendapatan masyarakat dan berkontribusi terhadap
penyerapan tenaga kerja.
8
BAB III
METODE PENULISAN
9
BAB IV
PEMBAHASAN
1) Zona Utara
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2016) dengan
judul “Dampak Pengembangan Desa Wisata Nglanggeran
Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal”, diketahui masyarakat di
Desa Nglanggeran sekitar 36% memiliki mata pencaharian utama di
sektor pertanian, selain itu ada juga usaha sektor lain yang sifatnya
individu maupun kelompok seperti peternakan sapi, kambing, ayam
kampung, perkebunan, industri kerajinan, industri makanan olahan.
Dari jurnal tersebut, data statistik pemerintah Desa Nglanggera tingkat
kesejahteraan ekoonomi masyarakat sebesar 29,5% dengan kategori
miskin, 59,5% dalam kategori sedang, dan 11% dalam kategori kaya.
Kemudian dalam menunjang pengembangan wisata, masyarakat turut
terlibat dalam partisipasi pengembangan wisata tersebut yang menjadi
desa wisata. Diketahui juga dampak pengembangan wisata tersebut
mengakibatkan peningkatan pendapatan ekonomi bagi masyarakat
dengan mata pencaharian seperti pedagang, pekerja jasa pariwisata,
10
dan sebagainya. Selain itu daat dirasakan selain sektor pertanian,
seperti membangun homestay atau penginapan. Manfaat
pengembangan desa wisata dalam penelitian ini sangat dapat
dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Sehingga kondisi sosial
ekonomi di wilayah ini dari asumsi penulis cukup baik.
Penelitian di daerah yang sama yang dilakukan oleh Alsabila, Dkk
(2019) dengan judul “Pengaruh Potensi Wisata Nglangeran
Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Nglanggeran
Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul”, bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat meningkat karena partisipasi masyarakat dalam
pengembangan wisata dimana pendapatan ekonomi terasa secara
langsung oleh masyarakat.
Di daerah yang berbeda yang masih dlam zona utara yaitu di
Gedangsari, kondisi sosial ekonomi ditunjukkan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Septiarti & Widyaningsih (2007) dengan judul
“Pengembangan Masyarakat Desa Tertinggal Berbasis
Keterpaduan dan Otonomi Daerah”. Dalam penelitian tersebut,
beberapa mata pencaharian masyarakat yaitu petani, buruh bangunan,
PNS, wiraswasta/pedagang. TNI/POLRI yang didominasi jumlah paling
banyak yaitu petani. Ada juga beberapa masyarakat di Desa
Hargomulyo yang mengembangkan potensi batu-batuan untuk
dijadikan kerajinan sehingga memiliki nilai ekonomi produktif dan nilai
jual ekspor yang tinggi. Selain itu sistem ketahanan pangan masyarakat
dengan diversifikasi usaha tanaman umbi-umbian dan palawija juga
menjadi alternatif pengembangan masyarakat atas dasar inisiatif
sendiri, khususnya di Mertelu. Sedangkan di Desa Ngalang
masyarakatknya lebih banyak mendiversifikasi usaha dengan
memanfaatkan tanaman keras atau bambu untuk usaha produktif yaitu
kerajinan anyam-anyaman dari bambu, kayu, dan daun-daunan.
Namun dalam penelitian Suprayitna (2020) dengan judul “Pariwisata
Berbasis Masyarakat di Green Village Desa Mertelu, Kecamatan
11
Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul”, menjelaskan tentang adanya
obyek wisata Green Village yang dikelola oleh masyarakat secara
langsung sehingga menerapkan konsep pariwisata berbasis
masyarakat. Sehingga beberapa masyarakat juga ada yang mata
pencaharian dalam pengembangan obyek wisata tersebut
2) Zona Tengah
Bedoyo merupakan salah satu kecamatan yang berada pada zona
tengah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Listianingrum, N &
Sudrajat (2015) dengan judul “Kearifan Lokal Masyarakat Desa
Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul”,
menjelaskan bahwa penduduk didominasi oleh penduduk usia tua,
karena penduduk usia menengah atau usia produktif lebih banyak
tinggal dan merantau di luar kota baik untuk bekerja maupun
mengembang pendidikan. Masyarakat bergantung ada sektor pertanian
dibandingkan sektor lainnya, komoditas yang unggu yaitu ketela pohon,
padi pogo, dan jagung. Bentuk kearifan lokal masyarakat Bedoyo masih
banyak yang dipertahankan terutama pada kegiatan pertanian dan
kegiatan sosial budaya karena sudah mengakar pada mereka bahwa
kearifan lokal adalah tradisi yang turun-temurun dan sangat penting
untuk dilestarikan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki keterkaitan
yang bervariasi terhadap keutuhan kearifan lokal. Umur dan tingkat
pendidikan memiliki keterkaitan dengan praktek kearifan lokal.
Masyarakat pada usia menengah dan usia tua serta masyarakat pada
tingkat pendidikan rendah cenderung lebih mempertahankan bentuk-
bentuk kearifan lokal karena lebih banyaknya pengalaman hidup
mereka. Tingkat pendapatan juga memiliki keterkaitan yaitu mereka
yang tingkat pendapatannya tinggi lebih mempertahankan bentukbentuk
kearifan lokal baik pada aspek lingkungan maupun aspek sosial budaya.
12
Di zona tengah terutama di daerah yang mempunyai ketersediaan
air yang cukup seperti contoh di kecamatan Karangmojo dan Ponjong
mempunyai potensi menjadi kawasan wisata. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Aryani, S. W., dkk (2017) dengan judul “Analisis
Dampak Pembangunan Pariwisata pada Aspek Ekonomi dan Sosial
Budaya Masyarakat (Studi Kasus pada Desa Wisata Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul,
D.I.Yogyakarta)” menjelaskan bahwa masayarakat di Desa Bejiharjo
teradapat pembangunan pariwisata. Beberapa dampak dari
pembangunan pariwisata terhadap kondisi sosial budaya masyarakat di
Desa Bejiharjo antara lain terbukanya lapangan kerja, berkurangnya
tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan dan daya beli
masyarakat, membantu menanggung beban pembangunan sarana dan
prasarana setempat, peningkatan pendapatan yang sangat tinggi bagi
masyarakat, perlindungan dan pelestarian budaya serta adat istiadat,
meningkatkan tingkat pendidikan, meningkatkan keterampilan,
penggunaan bahasa, meningkatkan kesadaran berorganisasi,
meningkatkan penggunaan teknologi, komersialisasi seni kebudayaan,
berkurangnya rasa bergotong-royong, materialistik, timbulnya geng.
Dengan demikian penulis mengamsumsikan kondisi sosial ekonomi di
Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo cukup baik.
Dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ponjong oleh
Wulandari, F. N. A & Nugraheni Rintasari (2019) dengan judul “Dampak
Keberadaan Desa Wisata Terhadap Peningkatan Perekonomian
dan Kehidupan Sosial Masyarakat (Studi Kasus di Desa Wisata
Umbulrejo, Ponjong, Gunungkidul)”, kondisi sosial ekonomi di Desa
Umbulrejo Kecamatan Ponjong meningkat setelah adanya desa wisata.
Pendapatan masyarakat setelah adanya desa wisata mempunyai
penghasilan tambahan selain dari hasil pertanian.
Selain itu, Kecamatan Wonosari juga merupakan salah satu
Kecamatan yang berada di zona tengah. Penelitian yang dilakukan oleh
13
Kuswantoro, dkk (2020) dengan judul “Peran Kota Wonosari
Terhadap Perkembangan Kabupaten Gunungkidul” memaparkan
perkembangan ekonomi di Kota Wonosari dengan melihat PDB, Kota
Wonosari sangat kuat mencapai lebih dari 60%. Tingginya kontribusi
sektor tersier mengindikasikan bahwa fungsi-fungsi [erkotaan berkalan
sebagaimana mestinya. Selain itu wonosari juga merupakan pusat
ibukota dari Kabupaten Gunungkidul sehingga menjadi pusat
pembangunan, seperti sektor perumahan, perdagangan, hotel, jasa
keuangan. Berdasarkan nilai IPM juga menyebutkan bahwa kondisi
sosial juga cukup baik terutama dalam pemerataan sarana pendidikan
dan kesehatan.
3) Zona Selatan
Beberapa perspektif yang muncul karena kondisi karst dengan
karakteristik yang kering dan tandus menilai banyak kondisi sosial
ekonomi yang kurang. Namun dari beberapa jurnal yang dikaji, banyak
daerah di zona selatan yang mulai meningkatkan kondisi ekonomi
dengan orientasi yang berbeda, contohnya yaitu dalam kegiatan
pariwisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Martias, I (2014) dengan judul
“Implikasi Perubahan Tataguna Lahan terhadap Dinamika Sosial-
Ekonomi Masyarakat Gunungkidul: Suatu Kajian Antropologi
Keruangan”, menjelaskan dari aspek keruangan bahwa banyak
masyarakat yang kurang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penelitian ini juga membahas mengenai beberapa kondisi fisik karst
yang tidak mendukung dalam pemenuhan kebutuhan. Beberapa
masyarakat yang sulit untuk melakukan kegiatan pertaniannya dengan
menambah pekerjaan sebagai pembantu rumah. Perubahan tataguna
lahan dan kebijakan politik ekonomi memberikan peran penting dalam
pembentukan diferensiasi sosial-ekonomi.
14
Penelitian yang dilakukan oleh Pinandito, T. S., dkk dengan judul
“Pengembangan Potensi Ekonomi Pesisir Kabupaten Gunungkidul
Berbasis Interconnected Governance”, yang menjelaskan 4
kecamatan di zona selatan yaitu Kecamatan Panggang, Kecamatan
Saptosari, Kecamatan Tanjungsari, dan Kecamatan Girisubo. Diketahui
Kecamatan Saptosari memiliki kesejahteraan paling rendah yaitu
sebesar 65,47%. Faktor sosial ekonomi di Kecamatan Saptosari
Kemudian dari faktor sosial ekonomi, salah satu desa dengan jumlah
ternak rendah adalah Desa Ngloro, yaitu hanya 1.420 ekor hewan ternak
berkaki empat. Sedangkan untuk unggas, hanya mencapai 5.342 ekor.
Selain itu APBDes yang dimiliki oleh Desa Ngloro juga termasuk rendah
dibandingkan desa yang lain, yaitu hanya mencapai 1.038,11 juta.
Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Nafisah & Lestari (2015)
dengan judul “Dampak Perkembangan Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar”,
menjelaskan bahwa di Dusun Pulegendes Kecamatan Tepus terdapat 4
objek wisata pantai, yaitu Pantai Sundak, Pantai Ngandong, Pantai
Sadranan, dan Pantai Slili. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum
adanya kawasan wisata, pekerjaan penduduk yaitu petani 20,3%,
pembantu rumah tangga 3,1%, buruh 34,4%, karyawan 9,4%, pedagang
17,2%, nelayan 4,7%, tidak bekerja 7,8%, wiraswasta 1,6%, supir 1,6%.
Namun setelah adanya kawasan wisata ini, mata pencaharian
penduduk berubah. Penduduk didominasi menjadi pedagang dengan
besar 64%, dan yang lain hanya sekitar 2-9% selain pedagang. Dalam
penelitian ini juga hasil dari uji signifikansi parameter idividual dan uji
probabilitas, adanya kenaikan pendapatan masyarakat setelah adanya
kawasan wisata pantai. Sektor pariwiata menyumbang kontribusi
sebesar 81,3% terhadao penyerapan tenaga kerja, artinya sebagian
masyarakat menggantungkan hidupnya disektor pariwisata.
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1) Kondisi sosial ekonomi di zona utara berprinsip pada mata
pencaharian penduduk rata-rata memiliki mata pencaharian sebagai
petani untuk memenuhi kebutuhannya, selain itu juga di zona ini
sangat potensial dalam kegiatan pariwisata, sehingga beberapa
daerah di wilayah ini mengembangkan kegiatan pariwisata yang
secara langsung meningkatkan pendapatan ekonomi penduduk.
2) Kondisi sosial ekonomi di zona tengah cukup kompleks karena
beberapa daerah yang berorientasi pada sektor pertanian,
pariwisata, buruh, pedagang, dan lain-lain. Karena letak zona
tengah yang strategis dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten
Gunungkidul. Pertanian di daerah cadangan air yang cukup seperti
Ponjong dan Karangmojo banyak dimanfaatkan penduduk dalam
sektor pertanian dan pariwisata untuk meningkatkan pendapatan
ekonominya. Sedangkan Wonosari menjadi pusat ibukota dimana
banyak bangunan perdagangan dan pembangunan lainnya. Namun
di zona ini kehidupan sosial penduduk sudah mengarah ke
perkotaan, artinya tingkat ke gotong-royongan atau kehidupan
sosialnya sudah mulai individualis.
3) Kondisi sosial ekonomi di zona selatan terpengaruh karena
kakrakteristik wilayah yang karst, dimana banyak penduduk yang
pekerjaannya petani namun penghasilannya tidak seberapa.
Namun beberapa daerah sudah mulai mengembangkan kegiatan
pariwisata dalam menunjang kebutuhan ekonomi seperti
pembangunan kawasan wisata pantai seperti di Dusun Pulegendes
16
Kecamatan Tepus. Meskipun demikian, kehidupan sosial masih
secara berkelompok atau tidak individualis.
B. Saran
Pemerataan kesejahteraan bagi penduduk di Kabupaten
Gunungkidul perlu menjadi pertimbangan oleh Bupate Gunungkidul
yang baru. Dimana dewasa ini sudah banyak potensi-potensi yang
bermunculan di setiap daerah, seperti menjadi kawasan pertanian,
perkebunan, bahkan kegiatan pariwisata. Karakteristik di setiap zona di
Gunungkidul memang berbeda-beda, namun harapannya dari setiap
potensi yang ada perlu adanya upaya peningkatan kualitas untuk
dikembangkan dengan tujuan meningkatkan pendapatan ekonomi
penduduk sekaligus meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk
yang merata di Gunungkidul.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Wulandari, F. N. A & Nugraheni Rintasari. 2019. Dampak Keberadaan Desa
Wisata terhadap Peningkatan Perekonomian dan Kehidupan Sosial
Masyarakat. Tesis. Universitas Ahmad Dahlan.
Pinandito, T. S., dkk. 2019. Pengembangan Potensi Ekonomi Pesisir
Kabupaten Gunungkidul Berbasis Interconnected Governance. Spirit
Publik. Vol 14. No. 2. Hal 177-188.
Septiarti, S.W & Widyaningsih. 2007. Pengembangan Masyarakat Desa
Tertinggal Berbasis Keterpaduan dan Otonomi Daerah. Diklus Edisi 6.
UNY.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta, CV.
Suprayitna, F. R. 2018. Pariwisata Berbasis Masyarakat di Green Village
Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Jurnal Bumi Indonesia. Vol 9. No. 2.
19