Dosen Pengampu : Arif Ashari M.Sc. dan Dr. Nurul Khotimah, M.Si.
Disusun Oleh:
NIM : 18405244001
Kelompok : B1
2019
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Geografi Tanah 2019
Disusun Oleh:
Adinta Darmawan
18405244001
Mengesahkan,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan praktikum geografi tanah
dengan lancar dan senantiasa diberi kemudahan dalam pengerjaannya.
Dalam penulisan laporan ini saya menyadari bahwa kendala yang saya hadapi, dan
tentunya banyak pihak yang telah membantu kelancaran laporan ini, untuk itu ucapan
terima kasih saya ucapkan kepada bapak Arif Ashari, M.Sc. selaku dosen pengampu, asisten
dosen praktikum selaku pembimbing selama praktikum, orang tua serta teman-teman
jurusan Pendidikan Geografi 2019 yang telah memberikan dukungan moril berupa
semangat dan motivasi selama praktikum berlangsung.
Saya menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam praktikum ini, oleh
sebab itu kritik saran yang membangun saya harapkan untuk menyempurnakan tugas-
tugas sejenis ke depannya agar lebih baik lagi. Akhir kata, semoga laporan ini dapat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ iv
.............................................................................................................................................................................48
.............................................................................................................................................................................56
ACARA XI MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS PROFIL
.............................................................................................................................................................................63
iv
ACARA II
MENGANALISIS WARNA TANAH
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan warna tanah secara kualitatif
B. Dasar Teori
Salah satu bagian dari fenomena permukaan bumi yang dikaji di dalam
ilmu geografi adalah tanah. Tanah dalam konteks kajian georafi adalah tanah
sebagai tubuh alam yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbegai sifat dan
dari waktu ke waktu, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia (Sartohadi, 2014 :
1).
bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi
yang khas sebagai akibat dari serangkaian panjang berbagai proses yang
batuan hancur dan menjadi bahan lepas-lepas oleh karena proses pelapukan fisik,
kimia, dan biologi. Umur batuan selalu lebih panjang daripada tanah yang
menyelimutinya (Sartohadi, 2014 : 2).
Tanah mempunyai sifat dan karakteristik yang khas dalam hal fisik, kimia,
biologi, dan morfologi. Sifat fisik tanah merupakan benda nyata dipermukaan bumi
yang gembur, tersusun atas fase padat, cair, dan gas. Secara kimia, tanah tersusun
sehingga mempunyai sifat kimia yang berbeda dengan batuan aslinya. Sifat biologi
tanah menggambarkan bahwa dalam tanah ada kehidupan, baik itu yang bersifat
makro (kasat mata) maupun yang bersifat mikro (tidak kasat mata). Sifat morfologi
Menurut FAO (2006) dalam Sartohadi (2014: 58) menjelaskan bahwa warna
tanah diukur dengan menggunakan standard tertentu yang ada di dalam daftar
1
warna buku Munsell (Munsell Soil Color Charts). Warna tanah diukur dengan
menggunakan tiga paramter, yaitu: Hue, Value, dan Chroma. Hue menggambarkan
antara merah dengan kuning. Value menggambarkan nisbah atau kisaran
pada gradasi warna dai putih (skala 10) ke hitam (skala 0), dan chroma didefinisikan
sebagai gradasi kemurnian dari warna, atau derajad pembeda adanya perubahan
warna dari kelabu atau putih netral (skala 0) ke warna yang lainnya (skala 19)
bahwa warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bahan organik
yang menyebabkan warna tanah gelap atau hitam, kandungan mineral primer
fraksi ringan seperti kuarsa dan plagioklas yang memberikan warna putih keabuan,
serta oksida besi seperti geothit dan hematit yang memberikan warna kecoklatan
hingga merah. Makin coklat warna tanah umumnya makin tinggi kandungan
geothit, dan makin merah warna tanah makin tinggi kandungan hematit. Warna
tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi
oleh perbedaan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna
tanah makin gelap. Bahan organik memberi warna kelabu, kelabu tua atau coklat
pada tanah kecuali bila bahan dasarnya tertentu seperti oksida dan besi atau
penimbunan garam memodifikasi warna. Akan tetapi banyak tanah tropika dengan
1. Alat
− Alat tulis, digunakan untuk mencatat informasi dari dosen dan asisten
praktikum
− Soil test kit
2
2. Bahan
− Sampel Tanah
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
tabel
Hasil
3
Tabel 2.1 Hasil Analisis Warna Tanah
Pembahasan
bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi
yang khas sebagai akibat dari serangkaian panjang berbagai proses yang
setelah mengalami peristiwa pelapukan batuan baik fisik, kimia, atau biologi.
Pelapukan fisik batuan biasanya terjadi karena faktor perbedaan
pecah dan lama-kelamaan akan menjadi tanah. Kemudian juga karena faktor erosi
dimana ketika air membeku diantara batuan, volumenya akan membesar dan
membuat tekanan, akibatnya akn merusak struktur batuan. Pada pelapukan kimia,
batuan akan berubah strukturnya melalui proses kimiawi yang akan menghasilkan
tanah. Dan kemudian pada pelapukan biologi tanah terbentuk disebabkan oleh
makhluk hidup. Pelapukan biologi akan terjadi secara terus menerus setelah tanah
Makin tinggi bahan organik maka warna tanah akan lebih berwarna gelap (dark)
dan makin stabil (matang) humusnya maka warna tanah makin hitam. Kandungan
mineral dalam tanah menyebabkan tanah berwarna putih. Kandungan besi
4
menyebabkan tanah berwarna merah, cokelat, atau kuning. Kandungan lengas
(kelembaban) tinggi membuat tanah kelam warnanya. Warna tanah dapat diukur
menggunakan daftar warna buku Munsell Soil Color Charts. Pada buku itu terdapat
tiga parameter, yakni Heu (warna dasar), Value (hitam putih/ kecerahan), dan
Chroma (gelap terang).
dianalisa dari segi warna tanahnya. Tanah diambil dari daerah Hutan Jati, Siluk,
Munsell mempunyai warna 5 YR 2,5⁄2 (Dark Reddish Brown). Warna ini mempunyai
warna dominan gelap. Berdasar teori, tanah yang berwarna gelap mempunyai
organik ini, daerah Hutan Jati bisa diidentifikasikan sebagai lahan yang subur
berasal dari Srumbung. Sampel tanah yang berasal dari Srumbung mempunyai
warna 10 YR 2,5⁄1 (Reddish Black) yang lebih gelap dari bibaldan humusnya
banyak. Tapi warna dasar dari sampel tanah daerah Srumbung ini adalah merah,
merah yang kehitaman. Sehingga tanah dari Srumbung juga mempunyai sedikit
kandungan zat besi.
5 YR 3⁄4 (Dark Reddish Brown), 5 YR 4⁄6 (Yellowish Red), dan 5 YR 5⁄8 (Yellowish
Red). Kandungan dari ketiga warna ini adalah besi karena dilihat dari warna hasil
zat besi itu merah, kuning, dan cokelat. Daerah ini tergolong lahan yang tidak
subur.
Kemudian untuk daerah Siluk, sampel warna yang diambil lebih berwarna
kelam. Sampel tanah ini mempunyai warna 7,5 YR 4⁄3 (Brown). Walau warna
dasarnya cokelat, namun tanah ini menjadi lebih kelam diakibatkan karena adanya
5
F. Kesimpulan
1. Pembentukan tanah berasal dari pelapukan fisika, kimia, dan biologi
2. Pelapukan tanah mengakibatkan perbedaan warna tanah menjadi bermacam-
macam dan dapat diukur dengan buku Munsell Soil Color Chats
3. Warna tanah dipengaruhi karena proses pelapukan yang mempunyai
bahan organik yang biasanya terdapat pada tanah yang berwarna lebih gelap
5. Tanah di daerah Hutan Jati dan Srumbung lebih subur dibandingkan
tanah Hutan Jati dan Srumbung lebih gelap yang menunjukan bahwa banyak
6
ACARA III
MENGANALISIS TEKSTUR TANAH
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan tekstur tanah secara kualitatif
B. Dasar Teori
Teksur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif
komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke
dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang kasar adalah pasir, dengan
dimeter antara 2-0,05mm. Ukuran partikel tanah yang halus adalah lempung,
dengan diameter lebih kecil dari 0,02mm. Partikel tanah dengan ukuran diantara
pasir dan lempung disebut debu. Fraksi partikel tanah yang berukuran lebih kasar
daripada 2mm disebut dengan fraksi kasar tanah dan tidak dipertimbangkan di
penyusun tanah menurut Sistem USDA. Sistem USDA merupakan sistem yang
2014: 49).
Tabel 3.1 Klasifikasi Ukuran Butir Fraksi Tanah Sistem USDA
7
Gambar 3.1 Segitiga Klasifikasi Tekstur Tanah Menurut Sistem USDA
lempung dan debu. Ketersediaan hara tanaman lebih dipengaruhi oleh fraksi
lempung daripada fraksi pasir. Lempung geluhan adalah khas tekstur yang
mempunyai komposisi fraksi pasir, debu, dan lempung yang relatif sama. Klasifikasi
tekstur dengan berbasis pada klasifikasi 12 klas seperti di tertera pada gambar
segitiga tekstur biasanya berbasis pada hasil analisis laboratorium. Gambar 3.1
Sifat fisik yang sangat berbeda antara fraksi pasir dan fraksi lempung
adalah dalam hal luas permukaan. Luas permukaan fraksi lempung sangat tinggi
sangat ditentukan oleh keberadaan fraksi lempung. Sifak fisik lain yang bermakna
praktis antara fraksi pasir membuat tanah menjadi mudah diolah sedang
keberadaan fraksi lempung menyebabkan tanah sulit untu diolah. Tekstur yang
ideal untuk pemanfaatan tanah bagi kegiatan pertanian adalah geluh (Sartohadi,
2014: 51).
8
Tekstur adalah perbandingan relatif fraksi pasir, debu, dan liat yang
menyusun massa tanah. Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah,
berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikat air oleh tanah
lembab dibasahi, kemudian dipijat diantara ibu jari dan telunjuk sehingga
membentuk pita lembab, sambil dirasakan adanya daya tahan terhadap tekanan
dan kelekatan massa tanah sewaktu telunjuk dan ibu jari diregangkan, Dari rasa
kasar, licicn, pirisan, gulungan, dan kelekatannya dapatlah ditentukan klas tekstur
(Tabel 3.2).
4 Lempung berdebu Rasa licin, membentuk bola teguh, pita dan lekat
permukaan mengkilat
8 Lempung liat berpasir Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak
teguh (kering), membentuk bola bila dipijit,
9
9 Lempung liat berdebu Rasa jelas licin, membentuk bola teguh,
gulungan mengkilat serta melekat
melekat sekali
lainnya yang nyata lebih besar dari ukuran butir-butir pasir. Dalam hal ini, kata sifat
yang sesuai ditambahkan pada nama khas. Misalnya, lempeng berpasir yang 20
permukaan lahan yang tersusun dari hamparan batuan yang terbuka (Foth, 1994:
25).
hidrosfer (lapisan air). Dikarenakan tanah adalah tempat tumbuhnya tanaman dan
hewan maka tanah dapat juga dimasukkan kedalam biosfer. Tanah merupakan
sistem dari tiga dimensi dengan sifat dan ciri yang mencerminkan pengaruh dari
(1) iklim, (2) vegetasi, hewan dan manusia, (3) topografi, (4) bahan induk, (5)
rentang waktu yang berbeda (Fiantis, 2015: 1).
10
C. Alat dan Bahan
Alat
1) Soil Test Kit (aquades), untuk membasahi tanah agar mempermudah
Bahan
1) Sampel tanah dari berbagai wilayah agar dapat membandingkan tekstur
D. Langkah Kerja
7) Menginterpretasi hasil
Hasil
Tabel 3.3 Hasil Kualitatif Tekstur Tanah
Pembahasan
Tanah adalah alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan
bumi dan mempunyai sifat dan karakteristik fisik, kimia, biologi, serta morfologi
11
yang khas sebagai akibat dari serangkaian panjang berbagai proses yang
membentuknya. Di dalam tanah, tanah menyimpan banyak zat dan unsur yang bisa
menjadi tempat pertumbuhan mahkluk hidup. Tanah terusun atas frase padat, cair,
dan beragam atas berbagai materi pembentuknya, seperti fraksi pasir, debu, dan
lempung. Hal ini dapat dikategorikan sebagai tekstur tanah.
ini dapat mempengaruhi tingkat kekasaran dan kelembutan tanah. Tanah yang
mempunyai tekstur kasar dapat menyimpan berbagai frase (cair, padat, dan gas)
lempung, infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam tanah dapat tersumbat, akhirnya
air tergenang tidak masuk ke dalam tanah. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat
Dari data yang diperoleh yang mengambil sampel dari berbagai tempat
seperti Hutan Jati, Siluk, Nglanggeran, Dermo, Srumbung dan Bibal mempunyai
tekstur yang berbeda-beda dan ada yang relatif sama. Penentuan tekstur tanah
sampel.
lempung berpasir. Tanah Hutan Jati ketika dipijat dan dirasakan mempunyai ciri-
ciri terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, tanahnya melekat dan dapat dibentuk
bola dan gulungan. Ciri ini sama seperti sampel tanah di daerah Nglanggeran.
Tekstur lempung berpasir dapat dikategorikan sedikit subur karena berdasar
tekstur, rongga-rongga tanah tidak terlalu melekat karena mengandung pasir. Tapi
ketika digenang oleh air yang lumayan banyak seperti contohnya ketika hujan,
tanah ini juga dapat menghambat laju infiltrasi karena ronggnya tidak terlalu lebar
dan juga mempunyai unsur lempung.
12
berpasir. Karena ciri-ciri dari tanah ini adalah jika dirasakan terasa halus, agak licin,
melekat, dapat dibentuk bola, dan gulungan dengan permukaan mengkilat. Tanah
ini dikategorikan sebagai tanah yang kompleks, yaitu lengkap dengan pasir, debu,
maupun lempung. Geluh berpasir mempunyai ciri-ciri rasa kasar agak jelas, agak
melekat, dapat diibentuk bola tetapi mudah hancur. Seperti pada tanah di daerah
Dermo. Hal ini relatif sama dengan daerah siluk karena terdapat tiga fraksi. Sampel
lain yang juga dicirikan sebagai tekstur geluh yaitu sampel daerah Srumbung.
Sampel tanah daerah Srumbung mempunyai ciri-ciri terasa halus, dengan sedikit
bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola dan gulungan. Ketiga sampel
tanah ini mempunyai daya tataan tanah yang lebih baik dibandingkan sampel lain
dikarenakan mengandung tiga fraksi sekaligus walaupun ada yang relatif lebih
dominan.
dapat dibentuk bola dan gulungan. Daerah ini jika dilihat dari teksturnya
mempunyai tatanan tanah yang rapat atau berongga sempit. Jika terjadi hujan
yang lebat, daerah ini akan mampu menggenang air dengan kapasitas relatif
banyak. Ini karena sampel daerah Siluk dicirikan dengan tekstur lempung dengan
sedikit pasir.
dengan tanah tersebut. Tekstur yang liat dan mengandung bahan organik tinggi
mempunyai kapasitas penyangga yang rendah, hal ini dapat dicontohkan pada
daerah yang karakteristik tanahnya liat jika daerah tersebut dilewati kendaraan,
maka kendaraan tersebut akan susah berjalan, entah itu semakin berat atau bahkan
slip.
yang berdebu sedikit berpasir. Hal ini dikarenakan rongga tanah berdebu dan
berpasir bisa dijangkau oleh ketiga fraksi yaitu padat, cair, dan gas. Sebagai
contohnya ialah organisme seperti cacing, air, dan udara dari luar tanah yang
13
F. Kesimpulan
1) Tanah mengandung unsur dan zat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
makhluk hidup
2) Tanah mengandung frase padat, cair, dan gas, dan mempunyai rongga-rongga
atau pori-pori
3) Tanah terdiri dari fraksi pasir, debu, dan lempung dimana dapat
mempengaruhi tingkat kekasaran dan kelembutan tanah atau bisa disebut
tekstur tanah
5) Dari hasil data penentuan tekstur tanah yang mengambil sampel dari berbagai
tempat hasilnya berbeda, ada yang lempung berpasir, geluh berpasir, geluh
lempung berpasir, geluh lempung berdebu, dan lempung berpasir
14
ACARA IV
MENGANALISIS STRUKTUR TANAH
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan struktur tanah secara kualitatif.
B. Dasar Teori
Lal dan Shukla (2004) dalam Sartohadi (2014: 52) menerangkan bahwa
struktur tanah adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas sekelompok
partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid lempung dan
perannya di dalam pengaturan keseimbangan air dan udara lebih penting daripada
keberadaan pori primer. Pori primer adalah rongga yang terbentuk antara partikel-
proposisi tanah lempung dan organik sebagai pengikat yang ada di dalam tanah.
Komposisi kimia dari fraksi mineral lempung juga menentukan bangun struktur
tanah.
tanah liat) menjadi partikel senyawa, atau kelompok pertikel utama, yang
dipisahkan dari agregat yang berdekatan dengan permukaan yang lemah (Foth,
1994: 32).
primer (pasir, debu, dan liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped)
disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena
kelemahan permukaan. Struktur suatu horison yang berbeda satu profil tanah
merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia
(Foth, 1995).
Struktur tanah dideskripsikan berdasarkan tipe/bentuk,
15
berperan dalam menentukan derajad struktur yang pengukurannya dilakukan
secara kuantitatif (Sartohadi, 2014: 53).
Struktur tanah meliputi 3 aspek yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan
ukuran. Bentuk struktur tanah terdiri dari lempung perkembangan dan ukuran.
Bentuk struktur tanah terdiri dari lempeng (playty), prismatik, tiang (columnar),
Kemantapan struktur tanah yang kuat bila tidak rusak waktu diambil dan
tanah dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini (Fiantis, 2015: 31).
akan merubah struktur tanah dan pori-pori tanah, sehingga kandungan air
pohon serta interaksi hara dengan pohon, maka pemadatan tanah dan kandungan
air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar pohon (Rusdiana, 2000: 44).
Alat
1. Alat tulis
2. Penggaris
16
Bahan
1. Sampel tanah
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan
tanah
Pembahasan
struktur tanah akan terlihat dengan melihat bentuk dari tanah tersebut.
17
gumpal membulat (subangular blocky), granular dan remah (crumb). Hal ini
dicirikan berdasar kan bentuk dari tanah tersebut.
Struktur tanah berkembang dari setiap butiran tunggal atau dari kondisi
yang masif. Untuk membuat agregat harus terdapat beberapa mekanisme yang
mengelompokkan pertikel-partikel ke dalam satu kelompok, dan juga
diambil dengan tidak utuh dan dimasukkan dalam toples. Hal ini tentu dapat
hasilnya sama atau relatif. Karena sampel yang dibawa jumlahnya relatif sama dan
tidak terlalu banyak dengan wadah yang sama. Analisis berdasar bentuk dapat
dilihat di daftar tabel hasil. Hasil setelah dianalisis kebanyakan merupakan tanah
bergumpal. Hal ini dilihat dari bentuknya yang menyatu, dan membuat sudut serta
membulat.
Ujung yang membentuk sudut ini diakibatkan oleh gaya fisika seperti
organisme.
Pada struktu tanah yang utuh atau bisa dilihat langsung ke lapangan,
bentuk tanah akan nampak jelas terlihat dan akan udah mengidentifikasi tanah
berkembangnya akar pohon sert interaksi hara dengan pohon, maka pemadatan
tanah dan kandungan air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan akar pohon.
18
F. Kesimpulan
1. Struktur tanah mempengaruhi tingkat perkembangan tanah
2. Struktur tanah dicirikan berdasarkan pretelan agregat dalam tanah
3. Analisis sampel tanah dari berbagai tempat menghasilkan hasil yang relatif
sama yaitu tanah gumpal sebab tanah hanya diambil sedikit atau tidak utuh.
4. Bentuk tanah dapat diakibatkan oleh faktor gaya fisika seperti pembahsan dan
pengeringan atau pembekuan dan pencairan.
19
ACARA V
MENGANALISIS KONSISTENSI TANAH
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-
partikel tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh
dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan (Mega, 2010: 15).
tanah dalam keadaan basah dapat dibedakan atas dua yaitu berdasarkan
pada jari tangan), agak lekat (sedikit melekat pada jari tangan), lekat
(melekat pada jari tangan) dan sangat lekat (sangat melekat pada jari
20
antara ibu jari dan telunjuk jari. Biasanya kelembaban tanah cukup dideskripsi
menurut satu kondisi kelembaban saja, tergantung kondisi lapangan.
Tabel 5.1 Klas Konsistensi Tanah dalam Berbagai Klas Kelembaban Tanah menurut
Sartohadi
Kelembaban
meluncur
Atau...
mengalami retak
21
4 Sangat teguh Bila ditekan kuat-kuat yang
menyakitkan baru hancur
pemukul
Alat
1. Alat tulis
2. Aquades
Bahan
1. Sampel tanah
D. Langkah Kerja
22
3 III Hutan Jati 3 Keras (hard) Baru pecah dengan
tekanan kuat
Tabel 5.3 Hasil Klasifikasi Konsistensi Sampel Tanah dalam Keadaan Lembab
gambur(very
friabe)
2 II Dermo 3 Teguh (firm) Bila dipijat agak sukar
hancur
firm)
4 IV Nglanggeran 2 Gembur Bila dipijat agak kuat baru
(friable) hancur
gambur(very
friabe)
6 VI Bibal 3 Teguh (firm) Bila dipijat agak sukar
hancur
23
Tabel 5.4.1 Hasil Klasifikasi Konsistensi Sampel Tanah dalam Keadaan Basah
Berdasar Keliatan
gilingan kecil
pijatan kuat
Tabel 5.4.2 Hasil Klasifikasi Konsistensi Sampel Tanah dalam Keadaan Basah
Berdasar Kelekatan
dilepas lagi
24
2 II Dermo 1 Agak lekat Ada sedikit adhesi tanah
(slighty sticky) pada jari yang mudah
dilepas lagi
dilepas lagi
dilepaskan
dilepas lagi
dilepaskan
Pembahasan
Konsistensi tanah ditentukan pada tingkat kohesi dan adhasi antar partikel
penyusun tanah atau yang sederhananya adalah ikatan antar butir tanah.
Konsistensi dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah dimana terdapat
klasifikasian dalam keadaan basah, lembab, dan kering. Dalam keadaan basah,
konsistensi diukur berdasarkan tingkat kelekatan dan keliatan tanah dimana seprti
yang dipelajari pada tekstur tanah tentang partikel-partikel penyusun tanah seperti
pasir, lempung, maupun debu. Sedikit contohnya adalah ketika tanah banyak
mengandung pasir, maka berpengaruh pada tingkat keliatan yang rendah dalam
tekstur tanah, kemudian dengan tekstur keliatan yang rendah akan menghasilkan
konsistensi tanah yang entah gembur, teguh, liat, lekat, ataupun lepas.
yaitu dalam keadaan kering, lembab, dan basah. Keadaan kering dilihat berasarkan
tingkat keras lunaknya, keadaan lembab dilihat berdasarkan tingkat gembur
25
teguhnya, dan lembab berdasarkan tingkat keliatan dan kelekatan. Hal ini tentu
berkaitan dengan tekstur tanah.
Konsistensi tanah juga berhubungan dengan struktur, dimana dalam
penyusun tanah tersebut rapat, maka semakin rendah tingkat infiltrasinya, begitu
pula sebaliknya.
Pada pengamatan dan penganalisisan tingkat konsistensi tanah di
Laboratorium Ilmu Sosial Terpadu yang mengambil sampel dari berbagai tempat
memperoleh hasil yang berbeda-beda. Hasil yang diperoleh berdasar hasil analisis
tekstur.
tanah tersebut juga berasal dari lokasi atau tempat asal dimana dilihat dari
banyaknya kandungan organik atau pemanfaatan daerah terebut atau juga daerah
yang pembentukan tanahnya muda. Daerah yang bertekstur agak kasar mungkin
kasar seperti sampel dari Bibal dan Hutan Jati mempunyai konsistensi yang rendah,
karena ketika berdasarkan teksturnya mengandung pasir. Kemudian untuk sampel
dari Srumbung, Nglanggeran, Siluk dan Dermo mempunyai konsistensi yang
26
F. Kesimpulan
1. Konsistensi tanah ditentukan pada tingkat kohesi dan adhasi antar partikel
penyusun tanah
meria perasanya
27
ACARA VI
MENGANALISIS REAKSI TANAH
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Sifat reaksi tanah dalam tanah asam, netral, hingga basa secara mudah
Gambar 6.1. Prinsip reaksi asam-basa dalam tanah (Hanafiah, 2005: 152)
ionisasi
HOH [H + ] + [OH]
deionisasi
baru terbentuk mempunyai nilai pH yang selaras dengan bahan induknya. Tanah-
tanah berbahan induk batuan kapur karbonat berpH diatas 8, sedangkan yang
yang rendah. Makin lanjut umurnya makin asam. Selanjutnya tanah di daerah
sehingga lanjut umur tanah makin tinggi pH-nya. Akan tetapi pada umumnya di
daerah kering (arid) jarang ditemukan tanah yang senantiasa tetap pada tempatnya
28
mengingat angin yang senantiasa bertiup sebagai akibat perubahan iklim yang
sangat besar. Selain itu pertumbuhan tanaman banyak dipengaruhi pH tanah. Hal
ini berlainan bagi jenis-jenis tanaman tertentu.
tanah yang terdapat dalam koloid tanah disebut derajat keasaman potensial
sebuah alat yang disebut pH meter. Anode dan katode dicelupkan dalam
Klasifikasi keasaman tanah oleh Foth (1990) dalam Sartohadi (2014: 78-79)
dibedakan sebagai berikut.
Tabel 6.1. Klasifikasi Keasaman Tanah
Tingkat Keasaman pH
Masam 5,5-6,0
29
Sedikit masam 6,5-7,0
Alat
Bahan
1. Sampel tanah
D. Langkah kerja
Hasil
30
Tabel 6.2. Hasil Pengukuran Reaksi Tanah secara Colorimetrik
Pembahasan
kandungan tanah yang bersifat asam atau basa. Reaksi tanah ditentukan oleh kadar
atau senyawa yang terdapat di dalam tanah. PH tanah yang ideal akan
mempengaruhi tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman diatasnya.
terhadap tanaman karena mempunyai kandungan seperti Al, Mn, S, dan Fe. Reaksi
tanah juga berpengaruh terhadap hal ketersediaan unsur tanaman. Tanah yang
akan dicampur menggunakan larutan H2O dan KCL dalam aquades yang dicampur
di tabung kecil. Hasil dari larutan tersebut diperoleh berdasar warna hasil lakmus
yang dicelupkan pada larutan tersebut dengan mencocokkan pada indikator pH.
Selain itu, reaksi tanah juga dapat dihitung menggunakan alat elektrik yaitu pH
31
meter. Dengan alat ini, pengukuran tingkat reaksi tanah cukup dengan ditanam
dalam tanah dan ditunggu beberapa menit. Kemudian alat ini akan menunjukkan
hasil secara otomatis.
Dalam praktikum yang dilakukan di Lab. Ilmu Sosial Terpadu FIS dengan
mengukur tingkat reaksi tanah dari berbagai sampel tanah, menghasilkan data
seperti yang di tunjukkan pada bagian hasil. Diketahui bahwa tingkat rekasi tanah
dari berbagai sampel berbeda-beda walau relatif sama. Pengukuran tingkat reaksi
tanah dengan dua metode yaitu manual dengan menggunakan colorimetrik dan
Srumbung, dan belakang Lab. fisik mempunyai pH yang kurang dari 5,5. Hal ini
menandakan bahwa sampel tanah ini mempunyai tingkat keasaman tanah yang
cukup tinggi. Tingkat keasaman yang tinggi ini dipengaruhi salah satunya oleh
drainase tanah. Dimana daerah tersebut mempuyai drainasi yang rendah, dengan
hal ini menyebabkan kejenuhan basa semakin rendah. Jika kejenuhan basa rendah,
maka pH juga akan rendah, dalam hal ini tanah akan bersifat sangat masam.
Untuk sampel tanah dari lokasi Siluk, Hutan Jati, depan Lab. Geospasial FIS
UNY, dan depan dekanat FIS UNY mempunyai tingkat rekasi tanah besifat sedikit
basa atau basa. Hal ini dipengaruhi juga karena drainase yang baik. Sampel tanah
ini mempunyai drainase yang baik sehingga kejenuhan basa akan meningkat.
Dalam teori lain juga disebutkan seperti oleh Hanafiah (2005) bahwa
tingkat reaksi dalam artian asam basa, tanah diklasifikasi mempunyai sifat yang
netral, asam, dan basa. Dimana sifat netral mempunyai pH 7, sifat asam kurang dari
7 (<7), dan basa lebih dari 7 (>7). Dalam klsifikasi ini sampel tanah Siluk merupakan
satu-satunya tanah yang mempunyai sifat netral, dan yang lainnya semua asam.
Hal ini dikatergorikan berdasarkan bahan induknya dimana tanah baru mempunyai
pH selaras dengan bahan induknya. Bahan induk juga tergantung pada kandungan
mineral dan pelapukan pembentukan tanah. Kandungan mineral akan
menyebabkan tanah bersifat asam, dan pelapukan menyebabkan tanah bersifat
basa. Dalam artian sampel tanah selain tanah dari Siluk mempunyai tingkat
pelapukan bahan induknya yang rendah dan mempunyai kandungan mineral yang
tinggi.
Reaksi tanah juga dipengaruhi oleh waktu, dimana jika semakin tanah
berumur, maka tenah tersebut semakin asam. Dengan hal ini tanah yang
32
mempunyai tingkat asam yang rendah seperti Nglanggeran dan Bibal mempunyai
umur yang sudah tua. Tanah dari dua lokasi ini mempunyai tingkat keasaman yang
paling tinggi dibandingkan sampel tanah yang lain.
jika tanah mempunyai sifat basa, mempunyai tingkat kesuburan tanah yang baik.
Hal ini dikarenakan karena tanah yang mempunyai sifat asam mempunyai
kandungan besi seperti Fe dan Al, hal ini dapat meracuni tanaman karena. Berbeda
dengan basa yang banyak menampung kandungan hara yang akan menyuburkan
tanah.
F. Kesimpulan
1. Reaksi tanah ditentukan berdasarkan sifat tanah tersebut yaitu asam dan basa
yang juga ditentukan berdasarkan kandungan tanah
2. Reaksi tanah diukur menggunakan alat manual yaitu colorimetrik dan alat
3. Praktikum yang di lakukan di Lab. Ilmu Sosial FIS UNY dengan mengambil
4. Sampel tanah dari lokasi Dermo, Nglanggeran, Bibal, Srumbung, dan belakang
Lab. Fisik mempunyai sifat asam karena pHnya kurang dari 5,5 dikarenakan
drainase rendah
5. Sampel tanah dari lokasi Siluk, Hutan Jati, depan Lab. Geospasial FIS UNY, dan
depan dekanat FIS UNY mempunyai sifat basa karena pH diatas 5,5 hingga 7
6. Dalam teori lain seperti Hanafiah (2005), sampel tanah Siluk mempunyai sifat
7. Reaksi tanah dipengaruhi oleh waktu, tanah dari Nglanggeran dan Bibal
tergolong tanah yang berumur tua dan mempunyai sifat asam yang paling
tinggi dibandingkan sampel tanah yang lain
33
ACARA VII
MENGANALISIS KANDUNGAN BAHAN ORGANIK, MANGAN, KAPUR DAN PERAKARAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan kandungan bahan organik, mangan, kapur, dan
perakaran.
2. Mahasisa dapat meganalisis kandungan bahan orgnaik, mangan, kapur, dan
perakaran.
B. Dasar Teori
kesuburan tanah, baik secara fisik, kimiawi maupun secara biologis tanah. Sebagai
komponen tanah yang berfungsi media tumbuh, maka bahan organik juga
tanaman dan mikroba tanah, yaitu sebagai sumber energi, hormon, vitamin, dan
1. Tidak pernah terendam air selama lebih dari beberapa hari mengandung
menganndung:
a. Bahan organik 18% atau lebih jika fraksi lempungnya 60% atau lebih,
b. Bahan organik 12%-18% jika fraksi lempung kurang dari 60%, dan bahan
Slamet (2007) dalam Febrian (2014: 37) menjelaskan bahwa mangan (Mn)
adalah metal berwarna kelabu-kemerahan, di dalam bentuk senyawa dengan
berbagai macam velensi. Fauziah (2010) dalam Febrian (2014: 37) menjelaskan
34
bahwa air yang mengandung mangan (Mn) berlebih menimbulkan rasa, warna
(coklat/ungu/hitam), dan keseluruhan.
Kandungan Al yang tinggi berasal dari pelapukan mineral mudah lapuk.
masam ke pH agak netral atau netral, serta menurunkan kadar Al. Untuk menaikkan
kadar Ca dan Mg dapat diberikan dolomit, walaupun pemberian kapur selain
akar kasar dan halus, jumlahnya (banyak, sedang, sedikit) (Fiantis, 2015: 33).
Akar tanaman tingkat tinggi bertindak sebagai sumber bahan organik yang
paling yang penting, karena mereka menyediakan lebih banyak jaringan asli
mempunyai peranan lebih dari sekedar sebagai sumber jaringan mati untuk bahan
makanan organisme tanah. Akar tanaman tingkat tinggi yang masih hidup tidak
permukaan akar dan karena itu menjadi pelarut-pelarut yang efektif. Ekspresi
berupa senyawa mudah terombak seperti asam amino dan seluruh jaringan akar
1. Alat tulis, digunakan untuk mencatat informasi dari dosen dan asisten
praktikum.
35
2. Pipet, digunakan menetes sampel tanah dengan H2O2 10%, H2O2 3%, dan
HCL 10%.
3. Sarung tangan lateks, digunakan untuk melindungi tangan agar tidak
iritasi.
Bahan
1. Sampel tanah.
2. Cairan H2O2 10%, H2O2 3%, dan HCL 10%.
D. Langkah Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan.
3. Meneteskan H2O2 10%, H2O2 3%, da HCL 10% pada masing-masing tanah.
Hasil
tanah yang dilakukan di Lab. Ilmu Sosial Terapadu tanggal 14 Maret 2019.
5 V Siluk - - Sedikit -
36
Pembahasan
Di dalam tanah terdapat berbagai macam kandungan, diantaranya
organisme dan unsur-unsur yang mempengaruhi perkembangan tanah.
tinggi. Unsur hara yang berasal dari aktivitas organisme di dalam tanah. Hal ini
ditujukan sebagai makanan dari tanaman yang berada diatas tanah tersebut.
Dalam tanah juga terdapat kandungan seperti mangan (Mn) atau logam
yang berwarna abu-abu putih. Mangan merupakan unsur reaktif yang dapat
menggabungkan dengan ion dalam mata air dan udara. Mangan terdapat pada
yang berfungsi sebagai penurunan tingkat keasaman tanah. Kapur ini ada
disebabkan oleh adanya pelindihan lapisan diatasnya oleh air yang diendapkan
pada lapisan diawahnya. Kapur juga dipengaruhi oleh batuan induk dan iklim
dimana batuan induk akan memberi identitas kandungan pada tanah yang
terbentuk dan iklim dapat menunjang perkembangan kapur akibat proses hujan
pengukuran manual dengan meneteskan cairan H2O2 maupun HCL pada sampel
Berdasarkan kandungan bahan organiknya, sampel tanah yang ditetesi cairan H2O2
sebanyak 10% ini diketahui tidak mengandung bahan organik dilihat dari tidak
37
adanya reaksi gelembung dari tanahnya. Artinya dalam sampel tanah tersebut tidak
terdapat jaringan organik berupa daun, batang/cabang, ranting, buah, akar,
maupun kotoran dari mikroflora. Dengan hal, kebanyakan sampel tersebut tingkat
terdapat sedikit kandungan mangannya dilihat dari reaksi gelembung pada tanah
namun tidak terlalu banyak. Sampel tanah ini mempunyai kandungan berupa
logam dimana ketika air tanah yang mengandung mangan ini terlalu banyak, akan
mempengaruhi rasa, warna, dan keseluruhan tanah. Kandungan mangan ini banyak
dimanfaatkan untuk keperluan domestik. Berbeda dengan sampel tanah dari Hutan
Jati, Srumbung, dan Siluk yang tidak mempunyai kandungan mangan setelah
ditetesi cairan H2O2 sebanyak 3%.
ketika ditetesi cairan HCL sebanyak 10% dan kemudian tanah melakukan reaksi
berasal dari batuan kapur yang mengalami pelapukan. Batuan asal ini tersebar ke
daerah subhumid, topografi karst, dan lereng vulkan dengan ketinggian 400m.
Perakaran pada sampel tanah Hutan Jati dan Srumbung terlihat lumayan
banyak. Artinya pada tanah ini sudah terdapat banyak tanaman yang berada diatas
tanah. Dengan demikian, pembentukan tanah di dua daerah sampel tanah ini
sudah berkembang dengan cukup baik dimana sudah didukung dengan adanya
dan sisanya tidak terlihat akar tanah. Adanya jaringan akar ini sebagai media
penyambung dari sumber makanan berupa hara dalam tanah. Hal ini juga
F. Kesimpulan
2. Kandungan tanah seperti adanya bahan organik, mangan, dan kapur dapat
mempengaruhi perkembangan tanah yang didukung dengan perakaran
38
4. Diketahui semua sampel tanah tidak terdapatnya kandungan bahan organik
5. Kandungan mangan hanya terdapat pada sampel tanah dari lokasi
Nglanggeran, Dermo, dan Bibal
39
ACARA VIII
MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS WARNA BUNTLEY-
WESTIN
A. Tujuan
warna Buntley-Westin.
B. Dasar Teori
tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.
Berdasarkan pada kondisi tanah tersebut maka proses perkembangannya dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu proses perkembangan tanah asasi dan proses
membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell
Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2)
value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai
dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau
kekuatan dari warna spektrum. Chroma didefinisi juga sebagai gradasi kemurnian
dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna kelabu atau putih netral
Buntley-Westin, Hurts, dan Harden serta indeks profil. Indeks warna Buntley-Westin
mengkonversi nilai hue dengan angka (10YR = 1, 7,5YR=2, 5YR=3, 2,5YR=4).
Kemudian angka konversi hue tersebut dikalikan dengan chromanya. Dari hasil
perolehan nilai kemudian dibuat skor untuk dijumlah dan dikelompokkan ke dalam
40
C. Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1. Data wilayah pada toposekuen lereng Perbukitan Baturagung
D. Langkah Kerja
1. Memperhatikan warna tanah pada masing-masing sampel.
horizon.
6. Menjumlahkan hasil perkalian hasil dari langkah 5 dibagi hasil profil tanah.
Hasil
Setelah dilakukannya praktikum menganalisis tingkat perkembangan
A 70 cm 10YR4/3
1. Dataran Koluvial I
B 30 cm 10YR4/4
A 70 cm 10YR2/2
2. Dataran Koluvial II
B 30 cm 10YR3/2
A 70 cm 10YR2/3
3. Dataran Koluvial III
B 30 cm 10YR3/3
41
4. Lereng Kaki I A 15 cm 10YR3/2
42
Tabel 8.2. Hasil perhitungan konversi warna Buntley Westin tanah Perbukitan
Baturagung
Dataran A 1 3 210
1.
Koluvial I B 1 4 120
Dataran A 1 2 140
2.
Koluvial II B 1 2 60
Dataran A 1 3 210
3.
Koluvial III B 1 3 90
2 30
4. Lereng Kaki I A 1
8 120
5. Lereng Kaki II A 2
6 150
6. Lereng Kaki III A 2
Lereng Bawah 2 50
7. A 1
I
Lereng Bawah 3 45
9. A 1
III
Lereng 3 141
10. A 1
Tengah I
Lereng 2 110
11. A 1
Tengah II
Lereng 8 120
12. A 2
Tengah III
Lereng 6 48
13. A 1
Tengah IV
43
4 80
14. Lereng Atas A 1
4 40
15. Puncak A 1
2 Dataran Koluvial II 2
4 Lereng Kaki I 2
5 Lereng Kaki II 8
7 Lereng Bawah I 2
8 Lereng Bawah II 6
10 Lereng Tengah I 3
11 Lereng Tengah II 2
13 Lereng Tengah IV 6
14 Lereng Atas 4
15 Puncak 4
44
Sedang berkembang 4,1 – 6,1
2 Dataran Koluvial II 2 BB
4 Lereng Kaki I 2 BB
5 Lereng Kaki II 8 BL
7 Lereng Bawah I 2 BB
8 Lereng Bawah II 6 SB
10 Lereng Tengah I 3 BB
11 Lereng Tengah II 2 BB
13 Lereng Tengah IV 6 SB
14 Lereng Atas 4 BB
15 Puncak 4 BB
Pembahasan
tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Tanah
terbentuk karena tersedianya bahan induk, dan karena ada faktor yang
mempengaruhinya seperti iklim, organisme, tempat, dan waktu. Akibat pengaruh
45
teori yang sudah ditentukan. Untuk secara kuantitatif, perkembangan tanah yang
melihat warna, tekstur, struktur, konsistensi, porositas, dan udara tanah tersebut
diukur menggunakan alat yang sudah ditentukan sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 22 Maret 2019 yang
berlokasi di Lab. Ilmu Sosial Terpadu FIS UNY bertujuan untuk mengetahui tingkat
perkembangan tanah berdasar indeks warna Buntley-Westin. Indeks Warna
dengan indeks warna dari Buntley-Westin dan dimasukkan pada rumus yang
dibuat oleh Buntley-Westin untuk mengelompokkan atau mengklasifikasi tingkat
perkembangan tanah.
Data warna tanah diambil berdasar data wilayah pada poposekuen lereng
pada bagian dataran koluvial I, dataran koluvial II, dataran koluvial III, lereng kaki I,
lereng bawah I, lereng bawah III, lereng tengah I, lereng tengah II, lereng atas, dan
puncak. Tanah yang belum berkembang ini terjadi melalui proses pembentukan
pembentukan tanah horizon A. Hal ini sesuai dengan bagian tersebut yang
Pada tanah yang mengalami tahap sedang berkembang yaitu seperti pada
bagian lereng kaki III, lereng bawah II, dan lereng tengah IV. Tanah ini merupakan
tahap lanjut dari tanah yang belum berkembang. Pekembangan tanah mulai
terlihat dengan adanya proses penimbunan atau peindihan liat dari lapisan atas ke
bawah. Pekembangan ini juga terlihat dari perubahan warna yang semakin cerah.
mempunyai unsur hara tanah dan mineral yang berasal dari proses pelindihan
tersebut. Hasilnya adalah tanah semakin subur.
46
terjadi peningkatan unsur hara sehingga pembentukan tanah lebih lanjut. Tanah ini
juga banyak terdapat perakaran karena banyak ditumbuhi tanaman yang mencari
unsur hara sebagai makanannya.
F. Kesimpulan
lereng bawah III, lereng tengah I, lereng tengah II, lereng atas, dan puncak,
tahap lanjut karena terjadi proses pelindihan dan mengakibatkan adanya unsur
47
ACARA IX
MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS WARNA HURST
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan tingkat perkembangan tanah dengan indeks
warna Hurst.
2. Mahasiswa dapat menganalisis tingkat perkembangan tanah dengan indeks
warna Hurst.
B. Dasar Teori
tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.
membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell
Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2)
value, dan (3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan
panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai
dari warna atau derajat pembeda adanya perubahan warna kelabu atau putih netral
Buntley-Westin, Hurst, dan Harden serta indeks profil. Indeks warna Buntley-Westin
Westin maka diketahui tingkat perkembangan tanahnya bahwa semakin besar nilai
indeks warna Buntley-Westin profil tanah semakin berkembang (Sartohadi, dkk,
2004:17-19).
48
Indeks warna Buntlet-Westin (1965), mengkonversikan nilau hue dengan
angka (7,5YR=4; 10YR=3; 2,5YR=2; 5Y=1). Kemudian angka konversi hue tersebut
diklikan dengan chroma-nya. Indeks warna Hurst (1977) diperoleh dengan cara
dengan hasil perbandingan nilai value dan chroma. Indeks Harden diperoleh
dengan cara membandingkan warna tiap horizon tanah dengan bahan induk.
Setiap perubahan 1 hue dan chroma masing-masing mempunyaii nilai 10. Angka
perubahan hue ialah (10YR=10; 7,5YR=20; 5YR=30; 2,5YR=40). Dari ketiga indeks
warna tersebut diatas nilainya dihitung pada setiap horizon dan dikalikan dengan
ketebalan horizon, kemudian dijumlah dan dibagi dengan tebal profil. Berdasarkan
indeks warna menurut Buntley-Westin, Hurst, dan harden maka diketahui tingkat
berkembang.
Alat
Bahan
D. Langkah Kerja
horizon.
15. Menjumlahkan hasil perkalian hasil dari langkah 5 dibagi hasil profil tanah.
49
16. Membuat klas tingkat perkembangan tanah.
17. Membuat laporan praktikum.
A 70 cm 10YR2/2
2. Dataran Koluvial II
B 30 cm 10YR3/2
A 70 cm 10YR2/3
3. Dataran Koluvial III
B 30 cm 10YR3/3
50
Hasil y (value/ Hasil kali konversi Hasil kali
Lokasi Sampel Hasil
No. Horison chroma) hue dengan y dengan tebal
Tanah Konversi
horizon
A 20 1,3 26 1.820
1. Dataran Koluvial I
B 20 1 20 600
A 20 1 20 1400
2. Dataran Koluvial II
B 20 1,5 30 900
A 20 0,6 12 840
3. Dataran Koluvial III
B 20 1 20 600
2 Dataran Koluvial II 23
4 Lereng Kaki I 30
51
7 Lereng Bawah I 40
10 Lereng Tengah I 26
11 Lereng Tengah II 30
13 Lereng Tengah IV 12
14 Lereng Atas 20
15 Puncak 20
Tanah Bw
2 Dataran Koluvial II 23 SB
4 Lereng Kaki I 30 SB
7 Lereng Bawah I 40 BB
52
9 Lereng Bawah III 20 BL
10 Lereng Tengah I 26 SB
11 Lereng Tengah II 30 SB
13 Lereng Tengah IV 12 BL
14 Lereng Atas 20 BL
15 Puncak 20 BL
Pembahasan
Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan
tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Tanah
terbentuk karena tersedianya bahan induk, dan karena ada faktor yang
mempengaruhinya seperti iklim, organisme, tempat, dan waktu. Akibat pengaruh
dianalisis dengan cara melihat dari tanah tersebut, entah warna, struktur, tekstur,
konsistensi, porositas, dan udara tanah yang dilihat dengan relatif namun sesuai
teori yang sudah ditentukan. Untuk secara kuantitatif, perkembangan tanah yang
melihat warna, tekstur, struktur, konsistensi, porositas, dan udara tanah tersebut
diukur menggunakan alat yang sudah ditentukan sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
Pada praktikum yang dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2019 yang
berlokasi di Lab. Ilmu Sosial Terpadu FIS UNY bertujuan untuk mengetahui tingkat
perkembangan tanah berdasar indeks warna Hurst. Indeks Warna Hurst merupakan
hasil warna yang diukur kemudian dikonfersikan dengan indeks warna dari Hurst
dan dimasukkan pada rumus yang dibuat oleh Hurst untuk mengelompokkan atau
mengklasifikasi tingkat perkembangan tanah. Namun, indeks warna Hurst ini
berbeda dengan Bunltey-Westin. Semakin tinggi nilai indeks warna Hurst maka
tanah tersebut belum berkembang, sebaliknya jika semakin rendah nilai indeks
warna Hurst, maka semakin tanah tersebut diidentifikasikan tanah yang sudah
mengalami perkembangan lanjut.
53
Data warna tanah diambil berdasar data wilayah pada poposekuen lereng
Perbukitan Baturagung. Data tersebut diubah dalam indeks tanah menurut Hurst
yang memperoleh hasil seperti pada tabel hasil. Dari data tersebut diketahui
terdapat tanah yang diketahui terdapat di klas sedang berkembang cukup banyak,
seperti Dataran Koluvial I, Dataran Koluvial II, Lereng Kaki I, Lereng Kaki III, Lereng
Tengah I, dan Lereng Tengah II. Pekembangan tanah mulai terlihat dengan adanya
proses penimbunan atau peindihan liat dari lapisan atas ke bawah. Pekembangan
ini juga terlihat dari perubahan warna yang semakin cerah. Karena adanya proses
pelindihan tersebut, mengakibatkan pada tanah ini mempunyai unsur hara tanah
dan mineral yang berasal dari proses pelindihan tersebut. Hasilnya adalah tanah
semakin subur.
Kemudian, daerah Perbukitan Baturagung ternyata paling banyak
mempunyai tanah yang mempunyai klas berkembang lanjut. Seperti pada daerah
Dataran Koluvial III, Lereng Kaki II, Lereng Bawah II, Lereng Bawah III, Lereng Tengah
III, Lereng Tengah IV, Lereng Atas, dan Puncak. Pada tanah berkembang lanjut ini
terjadi peningkatan unsur hara sehingga pembentukan tanah lebih lanjut. Tanah ini
juga banyak terdapat perakaran karena banyak ditumbuhi tanaman yang mencari
F. Kesimpulan
1. Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan tanah
setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik.
2. Perkembangan tanah dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, salah satu cara
kualitatif adalah dengan mengamati warna tanah.
54
3. Praktikum dilakukan untuk menganalisis tingkat perkembangan tanah
berdasar indeks warna Hurst.
4. Data warna tanah diambil berdasar data wilayah pada poposekuen lereng
Perbukitan Baturagung.
5. Indeks warna menyatakan belum berkembang hanya di daerah Lereng Bawah
1 yang terdapat proses pencampuran bahan organik dengn mineral.
6. Indeks warna yang menyatakan sedang berkembang adalah pada bagian
Dataran Koluvial I, Dataran Koluvial II, Lereng Kaki I, Lereng Kaki III, Lereng
Tengah I, dan Lereng Tengah II, yang telah mengalami tahap lanjut karena
terjadi proses pelindihan dan mengakibatkan adanya unsur hara dalam tanah.
7. Indeks warna yang menyatakan berkembang lanjut adalah Dataran Koluvial III,
Lereng Kaki II, Lereng Bawah II, Lereng Bawah III, Lereng Tengah III, Lereng
Tengah IV, Lereng Atas, dan Puncak yang telah mengalami tahap yang lebih
lanjut.
55
ACARA X
MENGANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS WARNA HARDEN
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menentukan tingkat perkembangan tanah dengan indeks
warna Harden.
2. Mahasiswa dapat menganalisis tingkat perkembangan tanah dengan indeks
warna Harden.
B. Dasar Teori
membandingkan warna tanah tersebut dengan warna standar pada buku Munsell Soil
Color Chart. Diagram warna baku ini disusun tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan
(3) chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang
gelombangnya. Value menunjukkan gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya
sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna
spektrum. Chroma didefinisikan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau
derajat pembeda adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral (0) ke warna
lainnya.
setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Berdasarkan
pada kondisi tanah tersebut maka proses perkembangannya dapat dibagi menjadi 2
(dua), yaitu proses perkembangan tanah asasi dan proses perkembangan tanah khas
(7,5YR=4; 10YR=3; 2,5YR=2; 5Y=1). Kemudian angka konversi hue tersebut diklikan
perbandingan nilai value dan chroma. Indeks Harden diperoleh dengan cara
membandingkan warna tiap horizon tanah dengan bahan induk. Setiap perubahan 1
hue dan chroma masing-masing mempunyaii nilai 10. Angka perubahan hue ialah
(10YR=10; 7,5YR=20; 5YR=30; 2,5YR=40). Dari ketiga indeks warna tersebut diatas
nilainya dihitung pada setiap horizon dan dikalikan dengan ketebalan horizon,
56
kemudian dijumlah dan dibagi dengan tebal profil. Berdasarkan indeks warna menurut
Buntley-Westin, Hurst, dan harden maka diketahui tingkat perkembangan tanahnya,
yaitu (Sartohadi, dkk, 2004:17-19):
Alat
Bahan
D. Langkah Kerja
masing horizon
6. Membuat klas tingkat perkembangan tanah.
7. Membuat laporan praktikum.
57
Tabel 10.1. Data Wilayah pada Toposekuen Lereng Perbukitan Baturagung
A 70 cm 10YR2/2
2. Dataran Koluvial II
B 30 cm 10YR3/2
A 70 cm 10YR2/3
3. Dataran Koluvial III
B 30 cm 10YR3/3
sebagai berikut.
Hasil kali
Lokasi Sampel Hasil
No. Horison dengan tebal
Tanah Konversi
horizon
A 10 700
1. Dataran Koluvial I
B 10 300
58
B 10 300
A 10 700
3. Dataran Koluvial III
B 10 300
4. Lereng Kaki I A 10 150
5. Lereng Kaki II A 20 300
Kemudian untuk memperoleh data indeks warna Harden, hasil diatas yang
(𝑍𝐴)+(𝑍𝐵)
kemudian dibagi dengan tebal profil tanah dengan rumus 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑒𝑛 = ,
(𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝐴𝐵)
1 Dataran Koluvial I 10
2 Dataran Koluvial II 10
4 Lereng Kaki I 10
5 Lereng Kaki II 20
7 Lereng Bawah I 10
8 Lereng Bawah II 20
10 Lereng Tengah I 10
11 Lereng Tengah II 10
59
12 Lereng Tengah III 20
13 Lereng Tengah IV 10
14 Lereng Atas 10
15 Puncak 10
1 Dataran Koluvial I 10 BB
2 Dataran Koluvial II 10 BB
4 Lereng Kaki I 10 BB
5 Lereng Kaki II 20 BL
7 Lereng Bawah I 10 BB
8 Lereng Bawah II 20 BL
10 Lereng Tengah I 10 BB
11 Lereng Tengah II 10 BB
13 Lereng Tengah IV 10 BB
60
14 Lereng Atas 10 BB
15 Puncak 10 BB
Pembahasan
Perkembangan tanah merupakan proses terbentuknya tanah yang berasal dari
Westin dan Hurst, juga dapat ditentukan oleh indeks warna Harden. Harden membuat
cara untuk menentukan tingkat klasifikasi tanah dengan mengubah atau
mengkonversikan nilai hue nya saja dengan nilai konversi menurut perhitungannya.
chroma dari warna tanah tersebut dan Hurst yang mengkalikan nilai konversinya
dengan perbandingan antara chroma dan value warna tanah. Yang kemudian nilai
perhorizon tersebut dikalikan dengan tebal horizon dan kedua nilai dari horizon
tersebut ditambah dan kemudian dibagi dengan tebal horizonnya lagi. Ketika
mempunyai satu horizon saja hasilnya akan sama dengan nilai konversinya.
Praktikum dilaksanakan menggunakan data toposekuen lereng Perbukitan
Diketahui, hue warna tanah perbukitan Baturagung hanya ada 10 dan 7,5.
Dengan hal ini data indeks akan mempunyai tingkat kesamaan dari setiap horizon atau
mempunyai selisih yang sangat sedikit. Setelah dihitung ternyata benar, indeks warna
Harden di perbukitan Baturagung hanya mempunyai klasifikasi BB (belum
berkembang adalah Dataran Koluvial I, Dataran Koluvial II, Dataran Koluvial III, Lereng
Kaki I, Lereng Bawah I, Lereng Bawah III, Lereng Tengah I, Lereng Tengah II, Lereng
Tengah IV, Lereng Atas, dan Puncak. Daerah ini mempunyai nilai indeks warna yang
61
sama yaitu 10 dan nilai tersebut termasuk dalam klasifikasi belum berkembang. Artinya
daerah tersebut masih mempunyai faktor-faktor yang menghambat tingkat atau tahap
perkembangan tanah maupun yang mematikan perkembangan tanah tersebut.
Lereng Kaki II, Lereng Kaki III, Lereng Bawah II, dan Lereng Tengah III di
klasifikasikan tingkat perkembangan tanah yang berkembang lanjut. Tanah di daerah
ini dalam klasifikasi Harden sudah berkembang lanjut, artinya tanah daerah ini telah
mengalami pengangkatan hara tanah dan proses pelapukan tingkat lanjut. Kandungan
bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa dan tanah menjadi masam.
Dengan adanya hara tanah, tanah dicirikan dengean warna yang gelap.
F. Kesimpulan
1. Perkembangan tanah mempunya ciri-ciri pada tahap-tahapnya yang bisa
mengubah atau mengkonversikan nilai hue nya saja dengan nilai konversi
menurutnya perhitungannya.
berkembang adalah Dataran Koluvial I, Dataran Koluvial II, Dataran Koluvial III,
Lereng Kaki I, Lereng Bawah I, Lereng Bawah III, Lereng Tengah I, Lereng Tengah II,
5. Lereng Kaki II, Lereng Kaki III, Lereng Bawah II, dan Lereng Tengah III di
62
ACARA XI
MENENTUKAN TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS PROFIL
A. Tujuan
profil.
B. Dasar Teori
dimulai dari pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti
pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan
langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki
Tektur tanah dalam Sartohadi (2013: 49) adalah sifat fisik tanah yang
tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang
kasar adalah pasir, dengan diameter antara 2-0,05 mm. Ukuran partikel tanah yang
halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil 0,002 mm. Partikel tanah
kemahiran, makin peka indra perasa ini, hasil penetapannya akan makin mendekati
kebenaran atau maki identik dengan hasil penetapan di laboratorium. Cara ini
63
dalam Hanafiah (2005: 64) disebut metode rasa. Struktur tanah dalam Sartohadi
(2013: 52) adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas sekolompok partikel
tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid lempung dan organik.
Konsistensi tanah dalam Sartohadi (2013: 54) adalah sifat fisika tanah yang
menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi antarpartikel penyusun
tanah.
Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah
maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah
dewasa, dan tanah tua. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim (2011), ciri
struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat).
terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan
bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna
(Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat
ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam
tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan
perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat
masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada
tanah dewasa.
Alat
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis
64
2. Kalkulator, digunakan untuk menghitung
Bahan
1. Sampel tanah
D. Langkah Kerja
No Tekstur Skor
4 Geluh berlempung-lempung 4
2 Remah Lemah 2
3 Masif Sedang 3
4 Gumpal Kuat 4
No Konsistensi Skor
Basah Lembab
3 Lekat Teguh 3
65
3. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari hasil konversi dan dikaitkan
dengan tebal masing-masing horison.
4. Menjumlahkan hasil yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan dibagi
Lempung Gumpal
80 cm 2 4 Teguh 3 Lekat 3
berpasir membulat
3 Dermo
Lempung Gumpal
20 cm 2 4 Teguh 3 Lekat 3
berpasir membulat
Lempung Gumpal
5 Bibal 30 cm 3 4 Teguh 3 Lekat 3
berdebu membulat
Lempung Gumpal
6 Nglanggeran 30 cm 3 4 Teguh 3 Lekat 3
berdebu besudut
66
Tabel 11.5 Perhitungan Indeks Profil
1 Srumbung
(10 × 75) + (10 × 25) 10
75 + 25
2 Siluk
(13 × 75) + (13 × 25) 13
75 + 25
3 Dermo
(12 × 80) + (12 × 20) 12
80 + 20
4 Hutan Jati
(10 × 30) 10
30
5 Bibal
(13 × 30) 13
30
6 Nglanggeran
(13 × 30) 13
30
Tingkat
Indeks Profil
Perkembangan Tanah
BB 10,0-11,0
SB 11,1-12,0
BL 12,1-13,0
Tingkat
Indeks Profil
No Sampel tanah Perkembangan
Tanah
Tanah
1 Srumbung 10 BB
2 Siluk 13 BL
3 Dermo 12 SB
4 Hutan Jati 10 BB
67
5 Bibal 13 BL
6 Nglanggeran 13 BL
Pembahasan
Tingkat perkembangan tanah dapat ditentukan dengan menghitung
indeks profil di setiap horizon. Indeks profil tanah merupakan suatu data dari tanah
yang diketahui berasarkan pembagian dari sifat fisik tanah yang mencakup tekstur,
struktur, dan konsistensi tanah. Dari sifat-sifat fisik tanah yang telah diketahhui baik
dari pengukuran sendiri maupun dari data sekunder, kemudian di padukan menjadi
indeks profil. Artinya bahwa tanah mempunyai indeks berdasarkan sifat-sifat fisik
tanah tersebut.
Dalam perkembangan tanah, tanah dilihat berdasarkan tanah tersebut
sudah memiliki ciri-ciri perkembangan tanah atau belum. Tanah yang sudah
kemudian tanah akan mempunyai struktur tanah yang kompleks dimana struktur
tersebut membagi beberapa lapisan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
baik manusia, tumbuhan maupun hewan. Tanah yang sudah kompleks dengan
bahan organik yang tercampur akan mengandung hara sebagai sumber makanan
ekonomi.
sampel ini dengen indeks profil adalah 10. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
nilai tekstur dan konsistensi tanahnya. Namun struktur mempunyai nilai yang
tertinggi. Dengan hal ini, kedua sampel tanah ini masih kurang dalam tingkat
perkembangan dikarenakan pada tekstur yang rendah, partikel-partikel tanah
kebanyakan masih pasir ataupun sedikit lempung. Hal ini menandakan bahwa
68
pelapukan belum bekerja dengan baik. Dan juga pada konsistensi rendah, akan
sangat mudah meresap ke dalam tanah dikarenakan partikel yang lebih besar.
Sampel tanah dari daerah Dermo mempunyai nilai total 12 yaitu
bahan organik serta mineral. Dengan hal ini, perkembangan tanah sudah
mempunyai zat hara yang mampu menyuburkan tanah.
Sampel tanah dari lokasi Siluk, Bibal dan Nglanggeran mempunyai tingkat
perkembangan yang baik atau dalam kalsifikasi indeks profil adalah berkembang
lanjut dengan nilai 13. Hal dipengaruhi pada sifat tekstur tanah dan struktur tanah
memiliki skor yang tinggi dalam indeks profil. Nilai tekstur dan struktur tanah
daerah tersebut di ubah dalam skor indeks profil mempunyai nilai yang tinggi. Hal
hal ini tekstur tanah sudah mengalami pelapukan yang tinggi karena partikel-
partikel tanah terdiri dari bagian-bagian yang paling kecil yaitu lempung. Adapun
fungsi geluh dan lempung ini dapat menyuburkan tanah dengan karakteristik tidak
terlalu keras dan tidak terlalu lunak. Strukturnya berupa gumpal membulat
F. Kesimpulan
1. Tingkat perkembangan tanah dapat ditentukan dengan menghitung indeks
2. Tanah yang sudah mengalami perkembangan yang baik adalah tanah yang
69
ACARA XII
MENENTUKAN TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN KRITERIA MORFOLOGI
TANAH DAN LAHAN
A. Tujuan
B. Dasar Teori
dimulai dari pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti
pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan
langsung. Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah memiliki
Tektur tanah dalam Sartohadi (2013: 49) adalah sifat fisik tanah yang
tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel tanah yang
kasar adalah pasir, dengan diameter antara 2-0,05 mm. Ukuran partikel tanah yang
halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil 0,002 mm. Partikel tanah
yang berkorelasi atau sejalan dengan proses pedogenesis tanah sebagai akibat
terus bekerjanya faktor pembentuk tanah yang bersifat sebagai faktor pengubah
70
sifat jenis tanah. Tahap pembentukan horizon penciri ini dapat dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu (Sugiharyanto, dkk (2014: 28 – 30) :
a. Pembentukan horizon penciri pada permukaan tanah
hal, yaitu :
a. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah, misalnya :
5. Bahan endapan
organik
5. Pembentukan konkresi
kegiatan vegetasi
71
Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah
terbentuknya horison C. Karena proses perkembangan tanah yang terus berjalan,
maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah
dewasa, dan tanah tua. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim (2011), ciri
dari tingkat perkembangan tanah adalah sebagai berikut :
struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat).
Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.
terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan
bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna
(Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat
ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam
perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat
masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada
tanah dewasa.
Alat
3. Alat tulis, digunakan untuk menulis
4. Kalkulator, digunakan untuk menghitung
Bahan
2. Sampel tanah
72
D. Langkah Kerja
Untuk dapat mengetahui tingkat perkembangan tanah menggunakan kriteria
morfologi tanah dan lahan, berikut langkah kerjanya.
1 Pasir-Geluh pasiran 1
2 Geluh-Geluh lempungan 2
3 Lempung 3
1 Batu tunggal 1
2 Remah-granular 2
1 <60 mm 1
2 60-90 mm 2
3 >90 mm 3
1 <9% 1
2 9-15% 2
3 >15% 3
73
8. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari hasil konversi dan dikaitkan
dengan tebal masing-masing horison.
9. Menjumlahkan hasil yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan dibagi
1 FIS 1 1 2 3 1
2 SD Siluk 2 2 3 1
3 Dusun Siluk 1 1 2 1
4 Dusun Nawungan 2 2 3 3
6 FIS 2 1 1 2 1
1 FIS 1 7
2 SD Siluk 8
3 Dusun Siluk 5
4 Dusun Nawungan 10
6 FIS 2 5
74
Tabel 12.3 Pembagian Perkembangan Morfologi Tanah dan Lahan
BB 5,0-6,6
SB 6,7-8,3
BL 8,4-10,0
Tingkat
Morfologi Tanah
No Sampel tanah Perkembangan
dan Lahan
Tanah
1 FIS 1 7 SB
2 SD Siluk 8 SB
3 Dusun Siluk 5 BB
4 Dusun Nawungan 10 BL
6 FIS 2 5 BB
Pembahasan
dapat dikategorikan sebagai tanah yang sudah berkembang. Namun, hal ini belum
tentu dan dijadikan sebagai faktor utama, karena tanah yang sudah mengalami
berkembang.
tanah tersebut yang dapat dilihat secara langsung oleh mata manusia. Fisik dari
bentuk tanah tersebut digabungkan dan dihitung berdasarkan rumus yang telah
ditentukan oleh para ilmuwan mengenai tingkat perkembangan tanah. Morfologi
75
tanah dan lahan ini dapat menentukan tingkat perkembangan tanah berdasarkan
tingkat tekstur, struktur, solum, dan kemiringan tanah.
Data tanah mengenai tekstur, struktur, solum dan kemiringan tanah
berasal dari beragai lokasi. Diantaranya di FIS, SD daerah Siluk, Dusun Siluk, Dusun
Nawungan, dan tepi sungai Oyo. Diketahui berdasarkan hasil perhitungan, tanah
yang masih belum berkembang adalah dusun Siluk dan FIS 2. Hal ini dikarenakan
kedua tanah daerah ini tekstur dan solum tanah masih rendah. Tekstur menentukan
merupakan geluh pasiran dimana partikel tanah masih berukuran relatif besar ari
partikel-partikel yang lain. Artinya tingkat penyerapan air ke dalam tanah sangat
cepat. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kejenuhan air di dalam tanah.
dan kemudian tanah belum subur karena kurangnya zat hara yang terkandung di
dalam tanah. Hal ini dibuktikan dengan adanya solum yang rendah yaitu kuruang
dari 60. Solum yang rendah, batuan induk masih teramat banyak. Dengan
Pada tanah dari FIS 1, SD Siluk, dan Tepi sungai Oyo, diidentifikasikan
sebagai tanah yang sedang berkembang. Dengan skor dari nilai keempat kriteria
yang berjumlah rata atau diantara tertinggi dan terendah. Tekstur dan solum
mempunyai skor 2, tekstur 3, dan kemiringan 1. Pada tekstur tanah, diketahui tanah
terdiri dari partikel lempung yaitu geluh lempungan. Hal ini sudah relatif lebih baik
dimana geluh lempungan mempunyai daya rekat tanah yang lebih baik
dibandingkan geluh pasiran. Solum tanah mempunyai nilai lebih dari 60, artinya
lapisan tanah sudah mulai terbentuk dan terstruktur. Namun kemiringan masih
rendah.
sudah terstruktur. Kemiringan tanah dusun Nawungan ini diatas 15%, dimana hal
76
F. Kesimpulan
1. Tingkat perkembangan dengan morfologi tanah dan lahan ditentukan
berdasarkan kriteria tekstur, struktur, solum, dan kemiringan tanah.
2. Data tanah diambil di berbagai tempat, diantaranya FIS 1, SD Siluk, Dusun Siluk,
Dusun Nawungan, Tepi Sungai Oyo, FIS 2
3. Tanah dari sampel Dusun Siluk dan FIS 2 dikategorikan belum berkembang.
4. Tanah dari sampel FIS 1, SD Siluk, dan Tepi sungai Oyo dikategorikan tingkat
77
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tingkat Perkembangan Tanah. Sumatera: Universitas Sumatera
Utara
Fiantis, Dian. 2015. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Buku Ajar. Padang: Universitas
Andalas.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. (Diterjemahkan oleh
Persada.
Holilulloh. dkk. 2015. Karakteristik Sifat Fisik Tanah Pada Lahan Produksi Rendah
Mega, I Made. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Buju Ajar. Denpasar:
Universitas Adayana.
Sugiharyanto, dkk. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah (PGF-207). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Prasetyo, dkk. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol
untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 25. No 2. Hal: 39-47.
78
.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 4.1 Tipe-tipe Struktur Tanah
79
Gambar 5.1 Klasifikasi Keliatan Tanah
80
Gambar 5.3 Klasifikasi Konsistensi Tanah dalam Keadaan Lembab
81
Gambar 5.5 Sampel Tanah
82
Gambar 6.3. Hasil Pengukuran pH meter Dekanat FIS UNY
83
Gambar 7.1. Sampel Tanah
84
Gambar 9.1. Data Wilayah pada Toposekuen Lereng Perbukitan Baturagung
85
Gambar 11.1 Sampel Tanah
86