Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REVIEW

Mata Kuliah : Geologi dan Geomorfologi Indonesia


Dosen Pengampu : Drs. Nahor Manahat Simanungkalit M.Si

Nama Penyusun : Erlinda Monalisa Sitohang


NIM : 3211131015

Kelas : B Pendidikan Geografi 2021

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TA 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas rahmat-Nya makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya . Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
Bapak Dosen Pengampu Drs. Nahor Manahat Simanungkalit M.Si yang telah memberikan
bimbingannya .

Penyusunan critical jurnal review ini merupakan tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah di Jurusan Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri
Medan dan harapannya dapat menjadi bahan referensi untuk ke depannya .

Dalam tugas critical jurnal review ini , penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan
penulis juga mengharapkan kritik , saran serta masukan yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini .

Medan , 21 Februari 2022


Penulis ; Erlinda Monalisa
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................1

Daftar Isi.........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang................................................................................3
Rumusan Masalah..........................................................................3

Tujuan.............................................................................................3
BAB II RINGKASAN
Identitas Jurnal................................................................................4

Ringkasan Materi

A. Jurnal 1................................................................................5

B. Jurnal 2................................................................................7
BAB III KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

Kelemahan dan Kelebihan Jurnal....................................................9


Kemuktahiran Jurnal.......................................................................10

BAB IV PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................11

Saran..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Critical Jurnal Review yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dan
perbandingan yang akan penulis lakukan pada dua Jurnal dengan materi Jurnal yaitu
“Dampak kondisi Geologi dan Geomorfologi terhadap aktivitas masyarakat Jawa tengah
dan Yogyakarta” , dan “ Kondisi Geologi dan Geomorfologi kaitannya dengan Degradasi
lingkungan di kota Semarang “. Penulis juga menyertakan ringkasan dari masing-masing
jurnal , dimana kedua jurnal ini memiliki judul yang hampir sama dalam pembahasannya .

Dalam mengkritik jurnal tersebut maka penulis dapat mengetahui perbedaan antara kedua
jurnal . Dan juga mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal .
Pembuatan Critical Jurnal Review ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu KKNI .
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya .

RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penulisan Critical Jurnal Review ini adalah :

1. Bagaimana isi ringkasan jurnal-jurnal tersebut .


2. Bagaimana perbandingan isi dari setiap jurnal .
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut .

TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan Critical Jurnal Review ini adalah untuk
dapat memberikan informasi dari setiap jurnal serta dapat dipahami oleh pembaca secara
mendalam, mengenai setiap jurnal tersebut melalui isi ringkasan yang diikuti oleh
kelemahan dan kelebihan dari setiap jurnal .
BAB II RINGKASAN

Identitas Jurnal

Jurnal 1 :

1) Nama Jurnal : INSANIA


2) Volume : 18
3) Nomor : 3
4) Halaman : 424 - 433
5) Tahun Terbit : September - Desember 2013
6) Judul Jurnal : Dampak kondisi Geologi dan Geomorfologi terhadap aktivitas
masyarakat Jawa tengah dan Yogyakarta
7) Nama Penulis : Arum Cahyaning Utami, Ahmad Dwi Kurniawan, Evita Novidari Yanti.

Jurnal 2 :

1) Nama Jurnal : Geosains


2) Volume : VI
3) Nomor :2
4) Halaman : 158 – 165
5) Tahun Terbit : Juli – Desember 2019
6) Judul Jurnal : Kondisi Geologi dan Geomorfologi kaitannya dengan Degradasi
lingkungan di kota Semarang 7) Nama Penulis : Soedarsono
Ringkasan Materi

A . Jurnal 1
Aspek sosial merupakan suatu tindakan yang dihasilkan oleh aktifitas masyarakat Yang
berhubungan dengan alam disekelilingnya yang meliputi faktor budaya dan Kebudayaan,
politik, ekonomi dan sosial. Hasil dari aktifitas masyarakat menyebabkan Adanya
keberagaman melalui aspek sosial, yang saaat ini kerap terjadi di berbagai wilayah
Indonesia, khususnya wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Masalah
Keberagaman aktifitas masyarakat tidak hanya melalui aspek fisik seperti geologi dan
Geomorfologi suatu wilayah namun, aspek sosial juga menjadi faktor utama sebagai tolak
ukur untuk dijadikan perbandingan keberagaman aktifitas masyarakat di zaman yang serba
canggih saat ini.
Aktifitas masyarakat yang tidak terkendali merupakan permasalahan sosial yang cukup
rumit untuk diselesaikan secara tuntas seperti halnya hasil dari aktifitas masyarakat berupa
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan penduduk bumi yang cukup tinggi merupakan
suatu permasalahan yang cukup rumit dan sulit untuk diselesaikan secara tuntas (Fahmi,
2018). Keberagaman aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh bentang lahan (aspek fisik).
Aspek fisik yang tidak mendukung akan menyebabkan permasalahan ekonomi dan budaya.
Permasalahan ekonomi dan budaya yang akan menciptakan elemen Baru suatu
ketimpangan ekonomi dan budaya dalam masyarakat.

Bentang lahan merupakan gabungan dari bentuk lahan. Bentuk lahan merupakan
Kenampakan tunggal, seperti bukit atau lembah sungai. Masyarakat pesisir adalah
Sekelompok orang yang tinggal didaerah pesisir yang sumber kehidupan perekonomiannya
terletak di pemanaatan sumber daya laut dan pasir. Golongan masyarakat pesisir yang
dianggap paling memanfaatkan hasil laut dan potensi wilayah perairan dan wilayah pesisir
untuk menyambung hidup adalah nelayan (Kusnadi, 2016). Sebagai negara maritim yang
Sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dari bidang perikanan. Karena
Indonesia merupkan negara maritim, maka sebagian besar masyarakat Indonesia bermata
Pencaharian sebagai nelayan, dan nelayan merupakan sumber penghasilan utama wilayah
Pesisir pantai.
Pantai merupakan sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah
pesisir laut atau bagian daratan yang tersekat dengan laut. Masyarakat pesisir
memanfaatkan ekosistem darat dan laut yang ada di wilayah pesisir dan pantai. Wilayah
Parangtritis merupakan wilayah pesisir yang luas. Potensi yang ada di kawasan karst
Seringkali belum dapat dimaksimalkan karena sangat kurangnya kajian mengenai kawasan
Ini. Kurangnya pengetahuan dan anggapan bahwa kawasan karst hanya cocok untuk
Pertambangan terkadang menyebabkan munculnya benturan antara kepentingan ekonomi
dengan ekologi.
Menurut Sutikno (2010) kemanfaatan kawasan karst secara garis besar dapat
Dikelompokkan menjadi tiga yaitu kemanfaatan dalam bidang ekonomi, sosial budaya dan
Ilmu pengetahuan. Desa Bledug Kuwu memiliki banyak potensi yang masih belum tergali.
Beberapa potensi yang menarik yang ada di Desa Bledug Kuwu di antaranya dari segi
Kerajinan atau keterampilan masyarakatnya. Hasil kreativitas masyarakat Bledug Kuwu
sebenarnya ada beberapa, tetapi masih kurangnya penguasaan strategi pemasaran
menyebabkan tidak tersebar luasnya hasil produk mereka. Jika mereka bisa menguasai
Strategi pemasaran, mereka akan terbantu dalam hal perekonomiannya. Menurut Sutopo
(2018), pariwisata Bledug Kuwu ini sangat memiliki potensi untuk dikembangan dan
dipasarkan sebagai obyek wisata yang mampu mendatangkan nilai tambah bagi Kabupaten
Grobogan dan jika ditangani dengan sepenuh hati dengan mencoba sentuhan investasi,
maka menambah sumber pendapatan dan PAD Kabupaten Grobogan.

Desa Nglanggeran merupakan salah satu kantung kemiskinan di Kabupaten Gunung Kidul.
Menurut Hary (2016), menyatakan bahwa kesiapan masyarakat ditinjau dari tingkat
Pendidikan, pengetahuan serta tingkat keterlibatan masyarakat menunjukkan bahwa
masyarakat cukup siap menghadapi potensi dampak yang muncul, serta telah mampu
memaksimalkan potensi berupa peluang ekonomi yang tercipta di Desa Nglanggeran.
Masyarakat di daerah sekitar pegunungan Kendeng merupakan masyarakat yang sebagian
besar berprofesi sebagai petani, pedagang, pekebun, dan lain lain. Diadakannya penelitian
Ini dengan tujuan untuk mengetahui dampak keberadaan kondisi geologi dan Geomorfologi
terhadap aktifitas masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta. Adanya kondisi Geologi dan
geomorfologi di suatu wilayah pasti akan membawa pengaruh terhadap Aktifitas
masyarakatnya, karena setiap aktifitas masyarakat dilakukan melihat kondisi alam sekitar,
hasil dari aktifitas masyarakat akan memunculkan bentang kebudayaan yang Berbeda-beda
di setiap daerahnya maka dari itu, pemerintah dan lembaga kemasyarakatan harus saling
bekerjasama untuk mempertahankan kebudayaan-kebudayaan yang hampir punah di
negara Indonesia, khususnya kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Pemetaan sosial diarahkan untuk menggali kebutuhan yang ada dalam Yogyakarta atau
komunitas sebelum memutuskan program apa yang cocok dan pantas dilaksanakan dalam
suatu masyarakat (Satria, 2014). Pengklasifikasian pemetaan sosial di desa Nlanggeran
daerah pegunungan karst termasuk ke dalam desa agraris karena sebagian Besar
wilayahnya dimanfaatkan untuk daerah pertanian. Sedangkan menurut tingkat
Perkembangannya, masyarakat diisi daerah perbukitan atau lipatan ini masuk ke dalam
Desa swadaya dimana kehidupan penduduknya masih bergantung pada alam, tingkat
Pendidikan masih tergolong rendah dan produktivitas penduduk yang masih rendah. Di
daerah Nglanggeran tepatnya sekitar gunung api purba desanya masih kurang tertata
sedikit lagi dan lebih sedikit sudah bagus, karena pada waktu kami melakukan observasi
masih ada rumah yang letaknya menyebar. Dari kondisi pola keruangan desa di Nlanggeran
membuktikan bahwa pola keruangan desa Nlanggeran masih perlu renovasi dan perhatian
dari pemerintah sekitar dan lembaga masyarakat sekitar.
B . Jurnal 2

Posisi geografi Kota Semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah, terletak di pantai
Utara Jawa Tengah tepatnya pada garis 6º, 5’ – 7º, 10’ Lintang Selatan dan 110º, 35’ Bujur
Timur. Sedang Luas wilayah mencapai 37.366.838 Ha atau 373,7 Km². Letak geografi Kota
Semarang dalam koridor Pembangunan Jawa Tengah merupakan simpul-simpul empat
pintu gerbang, yaitu koridor utara Dimana posisi geografi Kota Semarang sebagai ibukota
Propinsi Jawa Tengah terletak di pantai Utara Jawa, koridor Selatan ke arah kota-kota
dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi –
Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan dan Barat menuju Kabupaten
Kendal.
Didalam perkembangan pertumbuhan Jawa Tengah kota Semarang sangat berperan,
terutama Dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan)
serta transport udara Merupakan potensi bagi simpul transport Regional Jawa Tengah.
Posisi lain yang tak kalah penting Adalah hubungan dengan luar jawa, Semarang sebagai
pusat wilayah nasional bagian tengah dengan Aktivitas utama industri, perdagangan,
pendidikan dan pariwisata. Sebagian besar area industri dan Komersial dibangun pada
dataran pantai dengan elevasi antara 0 – 8°.

Meningkatnya pembangunan yang dicanangkan pemerintah kota Semarang melalui


pembangunan Jangka panjang telah menimbulkan kendala yang dapat mengurangi manfaat
dari hasil-hasil Pembangunan. Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini adalah adanya
kerusakan lahan yang terjadi Di beberapa daerah aliran sungai dan penurunan muka tanah,
khususnya Semarang bagian bawah. Perkembangan penduduk yang meningkat setiap tahun
merupakan salah satu kendala dalam Permasalahan kerusakan lahan dan penurunan muka
tanah. Sejalan dengan pertambahan penduduk, Terjadilah peningkatan kebutuhan hidup
baik secara kuantitas maupun kualitas. Dilain pihak Ketersedian sumberdaya lahan dan
pemukiman sangat terbatas. Kondisi yang saling bertentangan ini Akan meningkatkan
tekanan penduduk atas sumberdaya lahan, dimana pada suatu saat tekanan Penggunaan
lahan akan melebihi daya dukung lahan. Selain itu PDAM baru mampu memasok air bersih
Sebesar (46,9%) untuk kebutuhaan sehari-hari dan industri, sehingga kekurangannya
mengambil air Tanah dengan cara membuat sumur gali, sumur pasak, dan sumur bor.
Kota Semarang adalah satu di antara kota-kota besar di Indonesia dan menjadi ibukota
Propinsi Jawa Tengah. Luas daerah administrasi 373,7 Km², terdiri dari 16 kecamatan dan
117 Kelurahan, mempunyai letak geografis yang strategis sebagai pusat pemerintahan.
Dilihat dari kondisi topografis, Kota Semarang terdiri dari dua unit morfologi, di bagian
selatan (kota Atas) terdiri dari perbukitan, merupakan kaki gunung Ungaran yang
terbentang dari timur ke barat, Mulai dari Tanah Putih, Tegal Sari, Siranda sampai Gajah
Mungkur, sedangkan dataran aluvial pantai Terletak di bagian utara (kota bawah).
Kota di bagian utara (kota bawah) yang berbatasan dengan laut jawa memiliki beberapa
Problem yang berkaitan dengan topografi. Problem-problem lingkungan fiskal yang timbul
di Lingkungan pantai antara lain abrasi, sedimentasi, genangan, intrusi air laut,
pengendapan angin, erosi Angin, pengaraman tanah dan pencemaran air tanah (Sutikno,
1983).
Diantara 16 kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan Semarang Utara merupakan daerah
padat penduduk. Beberapa kelurahan selain letaknya di tepi Pantai Utara Jawa juga
merupakan muara Kali Semarang, kelurahan-kelurahan ini sering dilanda banjir genangan.
tiga penyebab banjir genangan di wilayah ini, yaitu (1) Kondisi Topografinya relatif datar (0 –
2%) apabila waktu hujan yang Cukup lama dengan intensitas yang tinggi maka tenggang
waktu air hujan yang mengalir ke laut cukup lama, sehingga terjadi banjir genangan, (2)
akibat padatnya hunian dan kurang teraturnya saluran Drainase menyebabkan aliran air
tidak lancar, (3) Lokasi dekat pantai dan letaknya di muara Kali Semarang, saat terjadi
pasang, air laut masuk melalui kali semarang dan kali baru terus mengalir melalui saluran
drainase ke pemukiman.
Erosi merupakan salah satu bentuk degradasi lingkungan. Akibat dari erosi maka terjadi
pendangkalan sungai dan muara, apabila ini terjadi secara intensif maka dapat
mengakibatkan banjir. Untuk menghitung volume erosi umumnya dimulai dari digitasi peta
dasar meliputi batas wilayah administratif, garis kontur dengan interval 100 m, sungai dan
anak sungai dan infrastruktur seperti jalan dan Ketinggian. Kegiatan selanjutnya adalah
pengolahaan data meliputi: klasifikasi data tabulasi dan Perhitungan-perhitungan dan
hasilnya adalah peta bahaya erosi. Evaluasi geologi teknik zona bahaya Erosi/ lahan kritis di
Kota Semarang telah dilakukan oleh Tigor MHL,Tobing dan Dodid Murdohardono (2002).
Penurunan jumlah air tanah pada sistem akuifer tekanan di daerah pantai Semarang, yang
ditunjukkan oleh adanya penurunan muka airtanah yang mencapai lebih dari 25 m apabila
di hitung dari kondisi awal, dan kini kedudukannya kini sudah berada di bawah muka laut,
bahkan kini Telah dijumpai adanya kerucut penurunan muka airtanah pada kedudukan 20 m
di bawah muka laut. Penurunan mutu air tanah pada sistem akuifer tertekan di daearah
dataran pantai Semarang, yang ditunjukan oleh semakin meluasnya sebaran zona airtanah
payau/asin di Daerah dataran pantai Semarang, serta meningkatnya kadar kegaraman dan
nilai daya hantar listrik air tanah pada beberapa sumur bor di daerah tersebut.

Gejala penurunan/amblesan tanah di beberapa tempat didaerah pantai Semarang yang


ditunjukkan oleh adanya kerusakan bangunan(retak- retak) serta meluasnya banjir dan
genangan air pasang dari laut.
BAB III KELEMAHAN DAN KELEBIHAN

Kelemahan dan Kelebihan Jurnal


Kelemahan :

Jurnal 1 :

- Tidak menyertakan gambar di setiap penjelasan dari materi jurnal


- Penulisan kata – kata serta penomoran dalam tulisan tidak teratur
- Setiap paragraf tidak teratur
- Penulisannya terlalu rapat
Jurnal 2 :

- Penempatan kalimat tidak beraturan , kalimatnya terlalu berantakan


sehingga membuat pembaca kebingungan .
- Tiap paragraf ada yang menjorok ke dalam dan adapula yang tidak menjorok
ke dalam .
- Penulisannya terlalu rapat atau tidak teratur sehingga membuat pembaca
kebingungan dalam memahami materi Jurnal . Serta space penulisan tidak
rapi dan tidak teratur.

Kelebihan :
Jurnal 1 :

- Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar
belakang dari permasalahan , sampai menjelaskan materi step by step.
- Kata yang digunakan dalam jurnal bersifat baku dan sesuai dengan kamus
EYD bahasa Indonesia .
- Langkah-langkah pembuatan jurnal ini sesuai dengan kaidah pembuatan
penulisan jurnal .
- Memaparkan sumber Jurnal yang valid dan memaparkan halaman jurnal
- Menyertakan cover dan judul Jurnal secara jelas sehingga dapat membuat
pembaca mengetahui isi jurnal dari judul Jurnal tanpa harus membaca secara
keseluruhan isi dari jurnal .
Jurnal 2 :

- Menyertakan gambar di penjelasan materi Jurnal


- Ukuran kata dalam jurnal tepat
- Bahasa dalam jurnal mudah dimengerti pembaca .
- Memaparkan halaman jurnal
- Langkah-langkah pembuatan jurnal ini sesuai dengan kaidah pembuatan
penulisan jurnal.
- Memaparkan sumber Jurnal yang valid.
- Menampilkan cover dan judul jurnal secara jelas

Kemuktahiran Jurnal

Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan perkembangan ilmu ,
penggunaan contoh-contoh di dalamnya terkin/aktual , dan menggunakan rujukan baru .
Jurnal ini dikatakan mutakhir karena jurnal ini merupakan jurnal buatan tahun 2013 dan
2019 yang kurun waktunya kurang dari 10 tahun terakhir . Selain itu jurnal ini juga sesuai
dengan perkembangan ilmu , yaitu ilmu pendidikan dikalangan peserta didik atau
mahasiswa . Karena tiap mahasiswa memiliki pemahaman yang berbeda dan terus
berubahubah sesuai dengan kemajuan zaman , maka dikembangkanlah jurnal mengenai
topik bahasan tersebut , maka dari itu jurnal ini dikatakan mutakhir .
BAB IV PENUTUP

Kesimpulan
Masing- masing tempat penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Keadaan perekonomian masing-masing tempat penelitian memiliki persamaan, dimana


daerah penelitian termasuk ke dalam wilayah desa, sehingga mayoritas masyarakatnya
memiliki perekonomian menengah kebawah.
2. Masing-masing daerah mengembangkan daerahnya melalui sektor pariwisata yang
berbeda-beda.

Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam proses penulisan ini .
Kesulitan yang ditemui penulis dalam tahap analisis level teks adalah sulitnya mendapatkan
frame media yang sesuai , karena dalam tahapan ini sangat diperlukan kecermatan serta
ketelitian yang sangat tinggi agar hasil yang didapatkan bisa benar-benar sesuai dengan apa
yang terdapat di teks . Selanjutnya dalam proses pengumpulan data penulis pada awalnya
mengalami kesulitan dalam mendapatkan teks berita yang diteliti , namun pada akhirnya
penulis bisa menganalisis teks tersebut .

Dengan saat terbuka Penulis mengharapkan masukan , saran atau kritik yang membangun
dari para pembaca maupun Bapak Dosen agar penulis dapat memperbaiki analisis jurnal ini
di waktu yang akan datang .
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Arief M Rudianto. (2011). Pemrogaman Web Dinamis Menggunakan PHP dan


MYSQL.C.V Andi Offset.Yogyakarta.

Amaluddin, L., Ikhsan, F., Sejati, A., & Mutiana, M. (2019). Identification Of Huntete
Beach Tourism Object In Kulati Village East Tomia Sub-Disctrict Wakatobi
Regency. Geosfera Indonesia, 3(3), 43-49. Doi:10.19184/geosi.v3i3.8688.

Sutikno. (2010). Seminar Perlindungan Penghuni Kawasan Karst Masa


Lalu, Maasa kini dan Masa datang Terhadap Penurunan Fungsi Kualitas
Lingkungan. Surakarta: PSL-LEMLIT UNS & KMLH.

Hermawan, H. (2016). Dampak pengembangan Desa Wisata Nglanggeran terhadap


Ekonomi masyarakat lokal. Jurnal Pariwisata, 3(2), 105-117.

Nurdin, E. A., Ikhsan, F. A., Apriyanto, B., & Kurnianto, F. A. (2018). Demographic
Factors Influence On Population Added In Sumbersari Jember
District. GEOSFERA INDONESIA, Journal of Geography, 2(1), 60-66.

Rochadi, Baskoro. 2004. Geomorfologi Kota Semarang, Makalah Seminar UNDIP, Semarang.

Sihwanto, Sukrisno, 2000. Peta Pengendalian Pengambilan Air Tanah. DGTL, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai