Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami konsep momentum linear dan
membuktikan hukum kekekalan momentum pada peristiwa tumbukan.

1.2 Dasar Teori


Tumbukan yang terjadi pada benda merupakan suatu hal yang biasa diamati, misalnya pada
kelereng. Tumbukan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tumbukan elastik, tumbukan tak
elastik, dan tumbukan tak elastik sempurna. Tumbukan elastik merupakan tumbukan yang
energi mekaniknya tidak hilang. Jadi, pada benda yang bergerak berlaku hukum kinetik
sehingga pada benda yang mengalami tumbukan elastik energi kinetik benda sebelum
tumbukan dan sesudah tumbukan akan memilki besar yang sama. Tumbukan tak elastik adalah
tumbukan yang memiliki perbedaan jumlah energi kinetik sebelum dan sesudah tumbukan.
Pada tumbukan tak elastik, energi kinetik total sebelum tumbukan lebih besar dari pada energi
kinetik total sesudah tumbukan. Pada tumbukan ini, sesaat setelah kedua benda bertumbukan
benda akan bersatu dan bergerak bersama dengan kecepatan yang sama. Tumbukan tak elastik
sempurna merupakan tumbukan yang kedua benda tetap bersatu yang kemudian bergerak
bersama (menjadi satu benda) setelah terjadinya tumbukan (Young & Freedman, 2002).
Tumbukan berhubungan erat dengan momentum linear. Jika dalam suatu sistem terjadi gaya
yang sama dan tidak ada percepatan, maka kecepatan dan momentum benda akan sama. Hukum
kekekalan momentum menyatakan jika momentum benda akan tetap sama jika tidak ada
pengaruh gaya luar. Hukum kekekalah momentum dapat dituliskan dengan:
Pf=Pi ...1.1
di mana Pf merupakan momentum akhir dan Pi adalah momentum awal. Seperti yang telah
diketahui jika momentum adalah hasil kali antara massa dan kecepatan benda, maka persamaan
1.1 dapat dituliskan dengan:
𝑚𝑣 = 𝑚𝑣′ ...1.2
di mana 𝑚 adalah massa benda, 𝑣 adalah kecepatan benda sebelum tumbukan, dan 𝑣′ adalah
kecepatan benda setelah tumbukan. Pada tumbukan elastik, hukum kekekalan momentum yang
berlaku adalah
𝑚1𝑣1+𝑚2𝑣2= 𝑚1𝑣1′ + 𝑚2𝑣2′ ...1.3
Pada tumbukan tak elastik, hukum kekekalan momentum benda adalah
𝑚1𝑣1+𝑚2𝑣2= 𝑣′(𝑚1+𝑚2) ...1.4
Pada tumbukan tak elastik sempurna atau lenting sebagian berlaku hubungan
𝑣2′ −𝑣1 ′
𝑒= ...1.5
𝑣2 −𝑣1

dengan 𝑒 adalah koefisien resitusi. Jika terjadi banyak tumbukan, maka hukum kekekalan
momentumnya adalah
𝑃 = 𝑃1 + 𝑃2 + ⋯ + 𝑃𝑛 ...1.6
atau jumlah dari momentum setiap benda (Shipman, 2015).
Pada persamaan 1.5 dapat diketahui jika pada tumbukan lenting sebagian berlaku suatu
ukuran yaitu koefisien resitusi. Koefisien resitusi dapat diartika sebagai perbandingan antara
beda kecepatan kedua benda sesudah tumbukan dan sebelum tumbukan. Koefisien resitusi
bergantung pada jenis tumbukan yang terjadi. Pada tumbukan elastik sempurna besarnya
koefisien resitusi adalah 1 dan pada tumbukan tak elastik besarnya koefisien resitusi adalah 0.
Untuk tumbukan elastik sebagian, maka besarnya koefisien resitusi adalah antara 0 dan 1
(Pauliza, 2008).
2.2.1 M1=M2
Peralatan disusun dan kedua papan luncur diberi beban yang sama
sebesar 100 gram

Papan luncur 1 diletakan pada posisi awal rel dan papan luncur 2
sejajar dengan garpu ke dua

Blower dihidupkan dan papan luncur 1 diberi gaya

Waktu tempuh papan luncur bertumbukan diukur

2.2.2 M1<M2

Peralatan disusun dan papan luncur 2 diberi beban yang lebih besr
yaitu sebesar 200 gram sedangkan papan luncur 1 diberi beban yang
lebih kecil yaitu 100 gram

Papan luncur 1 diletakan pada posisi awal rel dan papan luncur 2
sejajar dengan garpu ke dua

Blower dihidupkan dan papan luncur 1 diberi gaya

Waktu tempuh papan luncur bertumbukan diukur


2.2.3 M1>M2

Peralatan disusun dan papan luncur 1 diberi beban yang lebih besr
yaitu sebesar 200 gram sedangkan papan luncur 2 diberi beban yang
lebih kecil yaitu 100 gram

Papan luncur 1 diletakan pada posisi awal rel dan papan luncur 2
sejajar dengan garpu ke dua

Blower dihidupkan dan papan luncur 1 diberi gaya

Waktu tempuh papan luncur bertumbukan diukur


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Hasil Percobaan
3.1.1 Bagian Pertama
M1=M2=100 gram
Lebar interuptor = 60 cm
No. ∆𝑡1 (𝑠) ∆𝑡2 (𝑠)
1. 1,1 0,9
2. 1,3 1,0
3. 0,7 0,8
4. 0,5 0,5
5. 1,2 1,0

3.1.2 Bagian Kedua


M1= 200 gram
M2= 100 gram
Lebar interuptor = 60 cm
No. M1 (g) M2 (g) ∆𝑡1 (𝑠) ∆𝑡1 ′(𝑠) ∆𝑡2 ′(𝑠)
1. 200 100 0,6 4,61 0,60
2. 200 100 0,8 4,63 0,70
3. 200 100 0,7 4,39 0,60
4. 200 100 0,8 3,72 0,80
5 200 100 1,0 3,40 0,90

3.1.3 Bagian Ketiga


M1= 100 gram
M2= 200 gram
Lebar interuptor = 60 cm
No. M1 (g) M2 (g) ∆𝑡1 (𝑠) ∆𝑡1 ′(𝑠) ∆𝑡2 ′(𝑠)
1. 100 200 1,0 2,28 1,50
2. 100 200 0,7 4,42 1,20
3. 100 200 0,8 5,20 1,60
4. 100 200 0,6 3,22 1,30
5. 100 200 0,7 5,50 1,20
3.2 Perhitungan
3.2.1 Bagian Pertama
M1=M2=100 gram
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 (𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 1,1 0,0196 0,55 0,0256
2. 0,6 1,3 0,1156 0,46 0,0625
3. 0,6 0,7 0,0676 0,86 0,0225
4. 0,6 0,5 0,2116 1,20 0,2401
5. 0,6 1,2 0,0576 0,90 0,0441

Ʃ𝑡 4,8
𝑡̅ = = = 0,96 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡̅|2 = |1,1 − 0,96|2 = 0,0196 s²
|𝑡2 − 𝑡̅|2 = |1,3 − 0,96|2 = 0,1156 s²
|𝑡3 − 𝑡̅|2 = |0,7 − 0,96|2 = 0,0676 s²
|𝑡4 − 𝑡̅|2 = |0,5 − 0,96|2 = 0,2116 s²
|𝑡5 − 𝑡̅|2 = |1,2 − 0,96|2 = 0,0576 s²

Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 0,472


𝛿𝑡 = √ =√ = 0,34 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,34
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 35,4%
𝑡̅ 0,96
0,6
𝑣1 = 1,1 = 0,55 m/s
0,6
𝑣2 = 1,3 = 0,46 m/s
0,6
𝑣3 = 0,7 = 0,86 m/s
0,6
𝑣4 = = 1,2 m/s
0,5
0,6
𝑣5 = 1,2 = 0,5 m/s
Ʃ𝑣𝑖 3,57
𝑣̅ = = = 0,71 m/s
𝑛 5

|𝑣1 − 𝑣̅ |2 = |0,55 − 0,71|2 = 0,0256 (𝑚/𝑠)²


|𝑣2 − 𝑣̅ |2 = |0,46 − 0,71|2 = 0,0625 (𝑚/𝑠)²
|𝑣3 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,71|2 = 0,0225 (𝑚/𝑠)²
|𝑣4 − 𝑣̅ |2 = |1,2 − 0,71|2 = 0,2401 (𝑚/𝑠)²
|𝑣5 − 𝑣̅ |2 = |0,5 − 0,71|2 = 0,0441 (𝑚/𝑠)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 0,3948
𝛿𝑣 = √ =√ = 0,31 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,31
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 43,6%
𝑣̅ 0,71
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡2 (𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 0,9 0,0036 0,67 0,0081
2. 0,6 1,0 0,0256 0,60 0,0256
3. 0,6 0,8 0,0016 0,75 0,0001
4. 0,6 0,5 0,1156 1,2 0,1936
5. 0,6 1,0 0,0256 0,6 0,0256

̅ = Ʃ𝑡 = 4,2 = 0,84 𝑠
𝑡′
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡|̅ = |0,9 − 0,84|2 = 0,0036 s²
2

|𝑡2 − 𝑡̅|2 = |1,0 − 0,84|2 = 0,0256 s²


|𝑡3 − 𝑡̅|2 = |0,8 − 0,84|2 = 0,0016 s²
|𝑡4 − 𝑡̅|2 = |0,5 − 0,84|2 = 0,1156 s²
|𝑡5 − 𝑡̅|2 = |1,0 − 0,84|2 = 0,0256 s²

Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 0,1720


𝛿𝑡 = √ =√ = 0,21 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,21
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 25%
𝑡̅ 0,84
0,6
𝑣1 = 0,9 = 0,67 m/s
0,6
𝑣2 = 1,0 = 0,60 m/s
0,6
𝑣3 = = 0,75 m/s
0,8
0,6
𝑣4 = 0,5 = 1,2 m/s
0,6
𝑣5 = 1,0 = 0,60 m/s

Ʃ𝑣𝑖 3,82
𝑣̅ = = = 0,76 𝑚/𝑠
𝑛 5
|𝑣1 − 𝑣̅ |2 = |0,67 − 0,84|2 = 0,0081(𝑚/𝑠)²
|𝑣2 − 𝑣̅ |2 = |0,60 − 0,84|2 = 0,0256 (𝑚/𝑠)²
|𝑣3 − 𝑣̅ |2 = |0,75 − 0,84|2 = 0,0001 (𝑚/𝑠)²
|𝑣4 − 𝑣̅ |2 = |1,2 − 0,84|2 = 0,1936 (𝑚/𝑠)²
|𝑣5 − 𝑣̅ |2 = |0,6 − 0,84|2 = 0,0256 (𝑚/𝑠)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 0,2530
𝛿𝑣 = √ =√ = 0,25 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,25
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 32,9%
𝑣̅ 0,76
𝑃𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 = 𝑃𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ
𝑚1 𝑣1 = 𝑚2 𝑣2
0,1 × 0,71 = 0,1 × 0,76
0,071 𝑘𝑔 𝑚/𝑠 < 0,076 kg m/s

3.2.2 Bagian Kedua


M1>M2
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 (𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 0,6 0,0324 1,0 0,0441
2. 0,6 0,8 0,0004 0,75 0,0016
3. 0,6 0,7 0,0064 0,86 0,0049
4. 0,6 0,8 0,0004 0,75 0,0016
5. 0,6 1,2 0,0484 0,60 0,0361

Ʃ𝑡 3,9
𝑡̅ = = = 0,78 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡|̅ 2 = |0,6 − 0,78|2 = 0,0324 s²
|𝑡2 − 𝑡̅|2 = |0,8 − 0,78|2 = 0,0004 s²
|𝑡3 − 𝑡̅|2 = |0,7 − 0,78|2 = 0,0064 s²
|𝑡4 − 𝑡̅|2 = |0,8 − 0,78|2 = 0,0004 s²
|𝑡5 − 𝑡̅|2 = |1,0 − 0,78|2 = 0,0484 s²

Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 0,088


𝛿𝑡 = √ =√ = 0,15 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,15
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 19,2%
𝑡̅ 0,78
0,6
𝑣1 = = 1,0 𝑚/𝑠
0,6
0,6
𝑣2 = = 0,75 𝑚/𝑠
0,8
0,6
𝑣3 = = 0,86 𝑚/𝑠
0,7
0,6
𝑣4 = = 0,75 𝑚/𝑠
0,8
0,6
𝑣5 = = 0,6 𝑚/𝑠
1,0
Ʃ𝑣𝑖 3,96
𝑣̅ = = = 0,79 𝑚/𝑠
𝑛 5
|𝑣1 − 𝑣̅ |2 = |1,00 − 0,79|2 = 0,0441 (𝑚/𝑠)²
|𝑣2 − 𝑣̅ |2 = |0,75 − 0,79|2 = 0,0016 (𝑚/𝑠)²
|𝑣3 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,79|2 = 0,0049 (𝑚/𝑠)²
|𝑣4 − 𝑣̅ |2 = |0,75 − 0,79|2 = 0,0016 (𝑚/𝑠)²
|𝑣5 − 𝑣̅ |2 = |0,60 − 0,79|2 = 0,0361 (𝑚/𝑠)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 0,0883
𝛿𝑣 = √ =√ = 0,15 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,15
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 18,9%
𝑣̅ 0,79
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 ′(𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 4,61 0,2116 0,13 0,0004
2. 0,6 4,63 0,2304 0,13 0,0004
3. 0,6 4,39 0,0576 0,14 0,0001
4. 0,6 3,72 0,1849 0,16 0,0001
5. 0,6 3,40 0,5625 0,18 0,0009

Ʃ𝑡 ′ 20,75
𝑡̅′ = = = 4,15 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡′̅ |2 = |4,61 − 4,15|2 = 0,2116 s2
̅ |2 = |4,63 − 4,15|2 = 0,2304 s²
|𝑡2 − 𝑡′
̅ |2 = |4,39 − 4,15|2 = 0,0576 s²
|𝑡3 − 𝑡′
|𝑡4 − 𝑡̅′|2 = |3,72 − 4,15|2 = 0,1849 s²
̅ |2 = |3,40 − 4,15|2 = 0,5625 s²
|𝑡5 − 𝑡′

̅ |2
Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡′ 1,247
𝛿𝑡 = √ =√ = 0,56 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,56
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 13,5%
𝑡̅ 4,15
0,6
𝑣1′ = = 0,13 𝑚/𝑠
4,61
0,6
𝑣2′ = 4,63 = 0,13 𝑚/𝑠

0,6
𝑣3′ = = 0,14𝑚/𝑠
4,39
0,6
𝑣4 ′ = 3,72 = 0,16 𝑚/𝑠

0,6
𝑣5′ = = 0,18 𝑚/𝑠
3,40
Ʃ𝑣𝑖 ′ 0,74
𝑣̅ ′ = = = 0,15 𝑚/𝑠
𝑛 5

|𝑣1 − 𝑣̅ ′|2 = |0,13 − 0,15|2 = 0,0004 (𝑚/𝑠)²


̅ |2 = |0,13 − 0,15|2 = 0,0004(m/s)²
|𝑣2 − 𝑣′
|𝑣3 − 𝑣̅ ′|2 = |0,14 − 0,15|2 = 0,0001(m/s)²
|𝑣4 − 𝑣̅ ′|2 = |0,16 − 0,15|2 = 0,0001(𝑚/𝑠)²
|𝑣5 − 𝑣̅ ′|2 = |0,18 − 0,15|2 = 0,000(𝑚/𝑠)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ ′|2 0,0019


𝛿𝑣 = √ =√ = 0,02 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,02
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 13,3%
𝑣̅ ′ 0,15
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 (𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅′|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 0,6 0,0144 1,00 0,0196
2. 0,6 0,7 0,0004 0,86 0
3. 0,6 0,6 0,0144 1,00 0,0196
4. 0,6 0,8 0,0064 0,75 0,0121
5. 0,6 0,9 0,0324 0,67 0,0361

Ʃ𝑡 ′ 3,60
𝑡̅′ = = = 0,72 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡|̅ 2 = |0,6 − 0,72|2 = 0,0144 𝑠²
2
̅ | = |0,7 − 0,72|2 = 0,0004 𝑠²
|𝑡2 − 𝑡′
|𝑡3 − 𝑡̅|2 = |0,6 − 0,72|2 = 0,0144 s²
|𝑡4 − 𝑡̅|2 = |0,8 − 0,72|2 = 0,0064 s²
|𝑡5 − 𝑡̅|2 = |0,9 − 0,72|2 = 0,0324 𝑠²
Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 0,0680
𝛿𝑡 = √ =√ = 0,13 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,13
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 18,05%
𝑡̅ 0,72
0,6
𝑣1 = = 0,60 𝑚/𝑠
1,0
0,6
𝑣2 = = 0,86 𝑚/𝑠
0,7
0,6
𝑣3 = = 0,75 𝑚/𝑠
0,8
0,6
𝑣4 = = 1,00 𝑚/𝑠
0,6
0,6
𝑣5 = = 0,86 𝑚/𝑠
0,7
Ʃ𝑣𝑖 4,07
𝑣̅ = = = 0,81 𝑚/𝑠
𝑛 5
|𝑣1 − 𝑣̅ |2 = |0,60 − 0,81|2 = 0,0441
|𝑣2 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,81|2 = 0,0016 𝑚/𝑠
|𝑣3 − 𝑣̅ |2 = |0,75 − 0,81|2 = 0,0049 𝑚/𝑠
|𝑣4 − 𝑣̅ |2 = |1,00 − 0,81|2 = 0,0016 𝑚/𝑠
|𝑣5 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,81|2 = 0,0361 𝑚/𝑠

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 0,0888
𝛿𝑣 = √ =√ = 0,15 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,15
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 18,5%
𝑣̅ 0,81
3.2.2 Bagian Kedua
M1<M2
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 (𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 1,0 0,0576 0,60 0,0441
2. 0,6 0,7 0,0036 0,86 0,0225
3. 0,6 0,8 0,0064 0,75 0,0036
4. 0,6 0,6 0,0256 1,00 0,0361
5. 0,6 0,7 0,0036 0,86 0,0025

Ʃ𝑡 3,8
𝑡̅ = = = 0,76 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡̅|2 = |1,0 − 0,76|2 = 0,0576 𝑠²
|𝑡2 − 𝑡̅|2 = |0,7 − 0,76|2 = 0,0036 𝑠²
|𝑡3 − 𝑡̅|2 = |0,8 − 0,76|2 = 0,0016 𝑠²
|𝑡4 − 𝑡̅|2 = |0,6 − 0,76|2 = 0,0256 𝑠²
|𝑡5 − 𝑡̅|2 = |0,7 − 0,76|2 = 0,0036 𝑠²

Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 0,0920


𝛿𝑡 = √ =√ = 0,15 𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑡 0,15
𝐾𝑟 𝑡 = × 100% = × 100% = 19,7%
𝑡̅ 0,76
0,6
𝑣1 = = 0,60 𝑚/𝑠
1,0
0,6
𝑣2 = = 0,86 𝑚/𝑠
0,7
0,6
𝑣3 = = 0,75 𝑚/𝑠
0,8
0,6
𝑣4 = = 1,00 𝑚/𝑠
0,6
0,6
𝑣5 = = 0,86 𝑚/𝑠
0,7
Ʃ𝑣𝑖 4,07
𝑣̅ = = = 0,81 𝑚/𝑠
𝑛 5
|𝑣1 − 𝑣̅ |2 = |0,60 − 0,81|2 = 0,0441 (m/s)²
|𝑣2 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,81|2 = 0,0025 (m/s)²
|𝑣3 − 𝑣̅ |2 = |0,75 − 0,81|2 = 0,0036 (m/s)²
|𝑣4 − 𝑣̅ |2 = |1,00 − 0,81|2 = 0,0361 (m/s)²
|𝑣5 − 𝑣̅ |2 = |0,86 − 0,81|2 = 0,0025 (m/s)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 0,0883
𝛿𝑣 = √ =√ = 0,15 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 0,15
𝐾𝑟 𝑣 = × 100% = × 100% = 18,5%
𝑣̅ 0,81
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡1 ′(𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 2,28 3,3856 0,26 0,0100
2. 0,6 4,42 0,0900 0,14 0,0004
3. 0,6 5,20 1,1664 0,12 0,0016
4. 0,6 3,22 0,8100 0,19 0,0009
5. 0,6 5,50 1,9044 0,11 0,0025
Ʃ𝑡 ′ 20,62
𝑡̅′ = = = 4,12 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡′̅ |2 = |2,28 − 4,12|2 = 3,3856 𝑠²
̅ |2 = |4,42 − 4,12|2 = 0,0900 𝑠²
|𝑡2 − 𝑡′
̅ |2 = |5,20 − 4,12|2 = 1,1664 𝑠²
|𝑡3 − 𝑡′
|𝑡4 − 𝑡̅′|2 = |3,22 − 4,12|2 = 0,8100 𝑠²
̅ |2 = |5,50 − 4,12|2 = 1,9044 𝑠²
|𝑡5 − 𝑡′
2
̅|
Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡′ 7,3564
𝛿𝑡′ = √ =√ = 1,36 𝑠
𝑛−1 4

𝛿𝑡′ 1,36
𝐾𝑟 𝑡′ = × 100% = × 100% = 33%
𝑡̅′ 4,12
0,6
𝑣1′ = = 0,26 𝑚/𝑠
2,28
0,6
𝑣2′ = = 0,14 𝑚/𝑠
4,42
0,6
𝑣3′ = = 0,12 𝑚/𝑠
5,20
0,6
𝑣4′ = = 0,19 𝑚/𝑠
3,22
0,6
𝑣5′ = = 0,11 𝑚/𝑠
5,50
Ʃ𝑣𝑖 ′ 0,82
𝑣̅ ′ = = = 0,16 𝑚/𝑠
𝑛 5

|𝑣1 − 𝑣̅ ′|2 = |0,26 − 0,16|2 = 0,0100 (m/s)²


̅ |2 = |0,14 − 0,16|2 = 0,0004 (m/s)²
|𝑣2 − 𝑣′
|𝑣3 − 𝑣̅ ′|2 = |0,12 − 0,16|2 = 0,0016 (m/s)²
|𝑣4 − 𝑣̅ ′|2 = |0,19 − 0,16|2 = 0,0009 (m/s)²
|𝑣5 − 𝑣̅ ′|2 = |0,11 − 0,16|2 = 0,0025 (m/s)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ ′|2 0,0154


𝛿𝑣′ = √ =√ = 0,06 𝑚/𝑠
𝑛−1 4

𝛿𝑣 ′ 0,06
𝐾𝑟 𝑣′ = × 100% = × 100% = 37,5%
𝑣̅ ′ 0,16
No. 𝑠 (𝑚) 𝑡2 ′(𝑠) |𝑡𝑖 − 𝑡̅′|2 (𝑠 2 ) 𝑣𝑖 (𝑚⁄𝑠) |𝑣𝑖 − 𝑣̅ |2 (𝑚⁄𝑠)2
1. 0,6 1,5 0,0144 0,40 0,0025
2. 0,6 1,2 0,0324 0,50 0,0025
3. 0,6 1,6 0,0484 0,38 0,0049
4. 0,6 1,3 0,0064 0,46 0,0001
5. 0,6 1,2 0,0324 0,50 0,0025

Ʃ𝑡 ′ 6,80
𝑡̅′ = = = 1,38 𝑠
𝑛 5
|𝑡1 − 𝑡̅′|2 = |1,5 − 1,38|2 = 0,0144 𝑠²
̅ |2 = |1,2 − 1,38|2 = 0,0324 𝑠²
|𝑡2 − 𝑡′
|𝑡3 − 𝑡̅′|2 = |1,6 − 1,38|2 = 0,0484 𝑠²
|𝑡4 − 𝑡̅′|2 = |1,3 − 1,38|2 = 0,0064 𝑠²
|𝑡5 − 𝑡̅′|2 = |1,2 − 1,38|2 = 0,0324 𝑠²

Ʃ|𝑡𝑖 − 𝑡̅′|2 0,1080


𝛿𝑡′ = √ =√ = 0,16 𝑠
𝑛−1 4

𝛿𝑡 ′ 0,16
𝐾𝑟 𝑡′ = × 100% = × 100% = 11,6%
𝑡̅′ 1,38
0,6
𝑣1 ′ = = 0,40 𝑚/𝑠
1,5
0,6
𝑣2 ′ = = 0,50 𝑚/𝑠
1,2
0,6
𝑣3 ′ = = 0,38 𝑚/𝑠
1,6
0,6
𝑣4 ′ = = 0,46 𝑚/𝑠
1,3
0,6
𝑣5 ′ = = 0,50 𝑚/𝑠
1,2
Ʃ𝑣𝑖 ′ 2,24
𝑣̅ ′ = = = 0,45 𝑚/𝑠
𝑛 5
|𝑣1 − 𝑣̅ ′|2 = |0,40 − 0,45|2 = 0,0025 (m/s)²
|𝑣2 − 𝑣̅ ′|2 = |0,50 − 0,45|2 = 0,0025 (m/s)²
|𝑣3 − 𝑣̅ ′|2 = |0,38 − 0,45|2 = 0,0049 (m/s)²
|𝑣4 − 𝑣̅ ′|2 = |0,46 − 0,45|2 = 0,0001 (m/s)²
|𝑣5 − 𝑣̅ ′|2 = |0,50 − 0,45|2 = 0,0025 (m/s)²

Ʃ|𝑣𝑖 − 𝑣̅ ′|2 0,0125


𝛿𝑣′ = √ =√ = 0,06 𝑚/𝑠
𝑛−1 4
𝛿𝑣 ′ 0,06
𝐾𝑟 𝑣′ = × 100% = × 100% = 13,3%
𝑣̅ ′ 0,45
3.3 Pembahasan
3.3.1 Analias Prosedur
Pada praktikum mengenai materi tentang tumbukan,alat dan bahan yang
digunakan adalah seperangkat rel udara yang berfungsi sebagai rel tumbukan dari papan
luncur yang tersedia,stopwatch berfungsi sebagai pencatat waktu saat terjadinya
tumbukan,blower berfungsi sebagai pemberi udara untuk mengurangi gesekan pada rel
udara,kemudian ada pemberat yang bermassa 100 gr tiap buah nya dan juga ada sumber
tegangan sebai sumber arus listrik,serta papan luncur sebagai media yang akan
bertumbukan.
Dalam melakukan praktikum kali ini hal yang pertama kali dilakukan adalah
memasang pemberat pada papan luncur yang akan di bagi menjadi tiga kali percobaan
berbeda. Pada percobaan pertama massa kedua papan luncur sama besar, kemudian
blower dinyalakan dan papan luncur diberi sedikit dorongan, catat waktu dari papan
luncur bergerak hingga papan mengalami tumbukan dengan papan satunya,lakukan
lima kali pengulangan. Pada percobaan kedua massa pada papan luncur 1 memiliki
massa lebih besar dari pada masa papan luncur 2. Sama seperti percobaan pertama,
blower dinyalakan dan papan diberikan dorongan,namn untuk pencatatan waktu
dilakukan dari papan bergerak hingga papan bertumbukan juga hingga saat papan
berhenti.lakukan percobaaan sebanyak lima kali. Dan untuk perlakuan ketiga papan
luncur 2 memeliki massa lebih besar dari papan luncur 1. Untuk tata cara pelaksanaan
nya bisa dilakukan sama seperti percobaan kedua serta dilakukan juga 5 kali percobaan.
3.3.2 Analisa Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapat beberapa macam data ∆t₁, ∆t₁´,
∆t₂´. ∆t₁ merupakan waktu yang digunakan untuk bertumbukan, ∆t₁´ merupakan waktu
yang digunakan papan luncur 1 untuk bergerak setelah tumbukan hingga berhenti, dan
∆t₂´ merupakan waktu yang digunakan papanluncur 2 untuk bergerak setelah tumbukan
hingga berhenti. Dengan massa yang sama yaitu 100 gram, diapat perbedaan antara ∆t₁
dan ∆t₂´. Dari 5 kali percobaan, ∆t₁ yang didapat berbeda-beda dengan nilai terendah
0,55 dan tertinggi 1,35. Begitu pula dengan ∆t₂´, nilai terendah adalah 0,55 dan nilai
tertinggi adalah 1,05. Percobaan bagian kedua dengan M1= 200g dan M2= 100g juga
terdapat perbedaan ∆t₁, ∆t₂´. ∆t₁ yang didapat nilai terendahnya 0,6s dan nilai tertinggi
1,0s sedangkan ∆t₂´ nilai terendahnya 0,6s dan nilai tertinggi0,9s. Pada percobaan
bagian kedua didapat pula ∆t₁´ dengan nilai terendah 3,40s dan nilai tertinggi4,63s.
Percobaan bagian kedua dengan M1= 100g dan M2=200g terdapat perbedaan ∆t₁ dan
∆t₂´ dengan ∆t₂´ lebih besar. Nilai terendah dari ∆t₁ adalah 0,6s dan nilai tertingginya
adalah 1,0s. ∆t₂´ nilai terendahnya adalah1,2s dan nilai tertingginya 1,6s. Pada
percobaan bagian ketiga juga diperoleh data ∆t₁´ dengan nilai terendahnya 2,28s dan
nilai tertingginya 5,50s.
Pada percobaan bagian pertama didapat 𝑡̅ sebesar 0,96s dengan Kr𝑡̅ =35,4%.
Dengan jarak yang sama yaitu 0,6m diperoleh 𝑣̅ = 0,71 m/s dengan Krv=43,6%. Untuk
̅ didapat 0,84s dengan Krt´= 25% dan 𝑣´
𝑡´ ̅ = 0,76m/s dengan Krv’= 32,9%. Pada
̅ =0,78s dengn Krt=19,2% dan 𝑣̅ =0,79m/s dengan
percobaan bagian kedua diperoleh 𝑡₁
̅ ´ diperoleh seesar 4,15s dengan Krt’= 13,5% dan 𝑣̅ ’= 0,15 m/s
Krv=18,9%. Untuk 𝑡₁
dengan krv’=13,3%. Jika waktu yang digunakan adalah t₂´ didapat 𝑡₂
̅ ’= 0,72% dengan
Krt’= 18,05% dan 𝑣̅ ’= 0,86m/s dengan Krv’=17,4%. Percobaan bagian ketiga diperoleh
̅ ’ diperoleh sebesar 4,12s dengan Krt’= 33% dan 𝑣̅ ’= 0,16m/s dengan Krv’= 37,5%.
𝑡₁
Jika digunakan ∆t₂’ maka didapat 𝑡₂ ̅ = 0,45m/s
̅ ’=1,38s dengan Krt’= 11,6% dan 𝑣´
dengan Krv’=13,3%.
Dengan diketahu massa benda, kecepatan sebelum tumbukan, dan kecepatan
setelah tumbukan maka dapat diketahui besarnya momentum sehingga jenis tumbukan
yang terjadi dapat dikenal. Pada percoban engan kedua massa didapat
Psebelum=0,071kg m/s dan Psesudah= 0,076kg m/s sehingga Psebelum < Psesudah.
Dari hasil tersebut maka pada percobaan pertama terjadi lenting sebagian. Percobaan
dengan M1= 200g dan M2= 100g didapat Psebelum=0,158kg m/s dan Psesudah =0,116
kg m/s sehingga Psebelum > Psesudah. Jadi pada percobaan kedua telah terjadi
tumbukan tidak lenting. Percobaan terakhir dengan M1= 100g dan M2=200g diperoleh
Psebelum=0.081kg m/s dan Psesudah=0,106kg m/s sehingga Psebelum < Psesudah
maka percobaan ketia telah terjadi tumbukan lenting sebagian.
Konsep tumbukan telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah
satunya adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat yang sering
digunakan untuk mengukur laju proyektil seperti peluru. Sebuah balok besar yang
terbuat dari kayu atau bahan lainnya digantung seperti pendulum. Setelah itu, sebutir
peluru ditembakkan pada balok dan biasanya peluru tertanam pada balok. Sebagai
akibat dari tumbukan tersebut, peluru dan balok bersama-sama terayun ke atas sampai
ketinggian tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Pauliza,Oza. 2008. Fisika kelompok Teknologi dan kesehatan. Bandung: Gafindo Media
Pratama.
Shipman, James T. 2016. An Introduction to Physical Science,14th edition. Boston: Cengage
Learning.
Young, High D.& Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai