Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

DINAMIKA

DHIYAR LUTHFAN HAMIDI

E2401211084

ST16.1

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Nur Aisyah Nuzulia S.Si., M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPB UNIVERSITY

2022
I. Tujuan
Mampu menentukan besar percepatan gerak sistem dua benda baik secara teori maupun
secara eksperimen, membandingkan keduanya dan memberikan ulasan tentang kedua hasil
tersebut.
II. Dasar Teori
Dinamika adalah cabang dari ilmu fisika yang mempelajari gaya, torsi, dan efek pada
geraknya. Pembahasan utama dalam dinamika ialah mekanika klasik yang berkaitan dengan
hukum gerak Newton terutama pada sistem partikel, konsep-konsep dasar dalam dinamika
disusun oleh Isaac Newton. Dinamika gerak lurus bermacam-macam pengembangan sudah
dilakukan seperti pengembangan alat peraga berbasis lingkungan untuk meninjau dinamika
gerak sebuah partikel (Isnanto 2014). Dinamika gerak rotasi juga terdapat banyak
pengembangan terutama dalam materi kesetimbangan benda tegar yang bertanggung jawab
terhadap keadaan kesetimbangan benda atau inersia benda (Zulirfan 2011). Aplikasi hukum
kedua Newton di dalam kehidupan sehari-hari yaitu penggunaan Pesawat Atwood pada lift.
Benda yang sedang bergerak di dalam lift, gaya berat benda akan berubah sesuai dengan
pergerakan lift. Lift bergerak ke atas, maka kita akan merasakan gaya berat yang lebih besar
dibandingkan saat lift dalam keadaan diam, begitupun sebaliknya. Contoh lain yaitu terjadi
pada permainan kelereng, saat kita bermain kelereng yang kecil akan mudah dan cepat sekali
menggelinding, sedangkan kelereng yang besar relatif lebih lama.
Hukum Newton merupakan hukum fisika yang mengkaji secara luas tentang dinamika
partikel serta menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak
yang disebabkannya (Muna 2015). Hukum kedua Newton dapat digunakan pada persoalan
yang sederhana seperti pada Pesawat Atwood (Tipler 1998). Pesawat Atwood adalah alat
eksperimental yang sering digunakan untuk mengamati hukum-hukum mekanik tentang gerak.
Pesawat Atwood diperkenalkan oleh ilmuwan Inggris George Atwood (1746- 1807) untuk
mendemontrasikan berlakunya hukum kedua Newton. Alat ini terdiri dari dua buah massa atau
beban yang dihubungkan oleh suatu katrol tetap. Pesawat Atwood telah digunakan untuk
menunjukkan peranan hukum kedua Newton didalam memprediksi gerak (Santoso et al. 2016).
Pesawat Atwood merupakan alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
tegangan, energi potensial dan energi kinetik dengan menggunakan dua pemberat (massa
berbeda) yaitu m1 dan m2 dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol (Wasino 2013).
III. Data
Tabel 4.1a Penentuan Percepatan Secara Teoritis
m (gram) 2M (gram) g (m/s2 ) 𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (m/s 2 )
30.16 ± 0.01 204.57 ± 0.01 9.83 ± 0.05 1.263

Tabel 4.1b Data Percobaan 4.1


Jarak Kecepatan Posisi
i Waktu 𝑡𝑖 (s) 𝑣𝑖2 (m2 /s 2 ) 2 𝑥i (m)
𝑑𝑖 (cm) 𝑣𝑖 (m/s) 𝑥𝑖 (cm)
1 0.09532 5 0.524549 0.275152 10 0.2
2 0.08054 5 0.62081 0.385404 15 0.3
3 0.07244 5 0.690226 0.476412 20 0.4
4 0.06564 5 0.761731 0.580234 25 0.5
5 0.06201 5 0.806322 0.650154 30 0.6
6 0.05741 5 0.870928 0.758516 35 0.7
7 0.0546 5 0.915751 0.8386 40 0.8
8 0.05184 5 0.964506 0.930272 45 0.9
9 0.05012 5 0.997606 0.995217 50 1
10 0.0475 5 1.052632 1.108033 55 1.1
2 2
𝑎eksp = 0.904 m/s 𝑣0 = 0.112 m /s2
2

∆𝑎eksp = 0.014 m/s2 ∆𝑣02 = 0.009 m2 /s2

Tabel 4.2a Penentuan Percepatan Secara Teoritis


𝑀1 (gram) 𝑀2 (gram) g (m/s2 ) 𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (m/s 2 )
255.571 ± 0.001 10.000 ± 0.001 9.83 ± 0.05 0.370

Tabel 4.2b Data Percobaan 4.2


1 2
i Waktu 𝑡𝑖 (s) 𝑡 (S 2) Jarak 𝑥𝑖 (m)
2 𝑖
1 0 0 0 𝑎eksp = 0.3249 𝑥0 = 0.0013
2 0.2 0.02 0.008 ∆𝑎eksp = 0.0004 ∆𝑥0 = 0.0004
3 0.4 0.08 0.028
4 0.8 0.32 0.106
5 1 0.5 0.164
6 1.2 0.72 0.235
7 1.4 0.98 0.32
8 1.6 1.28 0.416
9 1.8 1.62 0.527
10 2 2 0.652
IV. Pengolahan Data
Percobaan 1
Gambar 1 Grafik Hubungan 𝑣 2 terhadap 2𝑥𝑖

Grafik Kecepatan Terhadap Posisi


1.2
y = 1.104x - 0.1226
1

0.8
𝑣𝑖2 (𝑚2 / 𝑠 2 )

0.6

0.4

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
-0.2
2 𝑥i (m)

Perhitungan percepatan secara teoritis


𝑚
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = (2𝑀 +𝑚) 𝑔
30.16
= (204.57 + 30.16) 9.83
= 1.263 m/𝐬𝟐

Ketepatan
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 – 𝑎𝑒𝑘𝑠
= (1 – | |) × 100%
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
1.263 −0.904
= (1 – | |) × 100%
1.263
= 71.58 %
Percobaan 2
1
Gambar 2 Grafik Hubungan x terhadap 2 𝑡𝑖2

Grafik Kecepatan Terhadap Posisi


0.7
y = 0.3249x + 0.0013
0.6

0.5
𝑡 (𝑠 )
1 2 2

0.4
2 𝑖

0.3

0.2

0.1

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Jarak xi (m)

Perhitungan percepatan secara teoritis


𝑀2
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = (𝑀1 +𝑀2) 𝑔
10.000
= (255.571 + 10.000) 9.83
= 0.370 m/𝐬𝟐

Ketepatan
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 – 𝑎𝑒𝑘𝑠
= (1 – | |) × 100%
𝑎𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.370 −0.325
= (1 – | |) × 100%
0.370
= 87.83 %
V. Pembahasan
Hasil teoritis dan hasil eksperimen memiliki perbedaan, karena pada data hasil teoritis
hasil-hasil tersebut didapatkan dengan menghitung secara teoritis menggunakan rumus hukum
kedua Newton, sedangkan pada data hasil eksperimen dapat dicari menggunakan fungsi
LINEST yang terdapat di dalam Microsoft Excel. Data-data tersebut masing-masing memiliki
perbedaan terhadap hasil, hal ini terjadi dikarenakan 3 data di atas menggunakan alat hitung
yang berbeda, sehingga di dalam pengukuran diperlukan adanya nilai ketidakpastian yang
bertujuan agar pengukur dapat mengatasi atau mengurangi kesalahan dalam pengukuran atau
perhitungan semaksimal mungkin. Magnet 1 dengan magnet 2 mempunyai massa yang cukup
jauh berbeda, namun rata-rata waktu yang didapatkan tidak jauh berbeda. Massa tidak
mempengaruhi kecepatan benda yang jatuh dengan asumsi hanya ada gravitasi yang bekerja di
atasnya (Duran dan Bryan 2005).
Berdasarkan data 10x percobaan di atas, data pada hasil teoritis dan hasil eksperimen
memiliki perbedaan. Pada data hasil teoritis, hasil-hasil tersebut didapatkan dengan
menghitung menggunakan rumus Hukum II Newton. Sementara pada data hasil eksperimen,
data didapatkan dari fungsi LINEST yang terdapat di dalam software Microsoft Excel. Data-
data tersebut, masing-masing memiliki perbedaan terhadap hasil, hal ini terjadi dikarenakan
dua data di atas menggunakan alat hitung yang berbeda. Sehingga di dalam pengukuran
diperlukan adanya nilai ketidakpastian agar mengurangi kesalahan dalam pengukuran.
Ketidakpastian itu bisa terjadi karena kalibrasi alat, yang tidak sempurna hal itu menyebabkan
hasil perhitungan yang kurang akurat, dibuktikan dengan nilai persentase kesalahan (galat
error) yang memiliki persentase pada percobaan 1 sebesar 71.58 %dan percobaan 2 sebesar
87.83 %.
Pada gambar 1 dan 2 memiliki persamaan grafik, yaitu arah grafik linearnya ke arah
diagonal atas. Tetapi, pada gambar 1 terlihat grafik tidak beraturan karena adanya titik yang
naik turun pada grafik. Jarak kemiringan grafik pada kedua percobaan diatas menunjukkan
besar percepatan. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya ketidakpastian bersistem pada alat-
alat pengukuran percepatan, seperti kesalahan kalibrasi pada sensor jarak dan alat pewaktu
pencacah AT-01. Terdapat beberapa contoh penerapan Hukum Newton 2 dalam kehidupan
sehari-hari. Pertama, bus yang melaju di jalan raya akan mendapatkan percepatan yang
sebanding dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa bus tersebut. Kedua, ada sistem
kerja lift juga terdapat gaya, untuk lift yang diam atau bergerak dengan kecepatan tetap maka
gaya normal (N) akan sama dengan gaya tarik bumi (w = mg). Sedangkan untuk lift yang
sedang bergerak dipercepat/diperlambat, maka gaya tekan akan sama dengan gaya normal
tetapi tidak sama dengan gaya tarik bumi. Ketiga, ketika kita mendorong meja bermassa kecil
dan meja bermassa besar, percepatannya lebih besar pada meja bermassa kecil sehingga lebih
cepat sampai tujuan.
VI. Simpulan
Berdasarkan data pratikum diatas kita dapat menentukan momen inersia, besar
percepatan gerak sistem dua benda secara teoritis maupun secara eksperimen. Setelah
dilakukan praktikum, didapatkan percepatan yang dihasilkan melalui dua cara yaitu dengan
Microsoft Excel dan teoritis yang menunjukkan adanya perbedaan hasil. Perbedaan hasil ini
terjadi karena adanya perbedaan pada ketelitian masing-masing alat hitung, sehingga
pengukuran membutuhkan adanya nilai ketidakpastian.
VII. Daftar Pustaka
Ariska M. 2019. Penyelesaian dinamika Pesawat Atwood dengan persamaan eularlagrange
sebagai alternatif persamaan newton pada fisika SMA. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran
Fisika. 6(1):62-69.
Firdaus T, Erwin, Rosmiati. 2019. Eksperimen mandiri siswa dalam penentuan percepatan
grafitasi bumi pada materi gerak jatuh bebas. Jurnal Ilmiah Multi Sciences. 11(1):31-
36.
Isnanto AS, Maftukhin A, Kurniawan ES. (2014). Pengaruh penggunaan alat peraga berbasis
lingkungan (APBL) pada materi dinamika partikel terhadap kemampuan psikomotor
p1 peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Kutowinangun. Jurnal Berkala Pendidikan
Fisika. 4(1):30-33.
Muna IA. 2015. Identifikasi miskonsepsi mahasiswa PGMI pada konsep hukum newton
menggunakan certainty of response index (CRI). Jurnal Cendekia J Educ Soc.
13(2):311-322.
Nugraha AM. 2019. Graphic user interface (GUI) untuk materi dinamika gerak sistem katrol
berbasis matlab. Jurnal of Physics Education. 1(2):52-57.
Nurilyasari DF, Zainuddin A, Hariyanto PA. 2018. Analisis keterampilan pemecahan masalah
pada mahasiswa pendidikan fisika Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Materi
Dinamika Gerak Partikel. 3(1):15–21.
Santoso, Sunarno, Akhlis I. 2016. Rancang bangun pencatat selang waktu otomatis dengan
menggunakan sensor peka cahaya untuk Pesawat Atwood. Jurnal Integr Lab J. 4(1):45–
56.
Setyani ND, Handhika J, Cari. 2016. Analisis kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal
multirepresentasi pada materi kinematika dan dinamika. Jurnal Pendidikan
Fisika.1(1):121-127.
Zulirfan, Desmelinda E, Sudrajad H. 2011. Pengembangan perangkat percobaan momen
inersia dan keseimbangan benda tegar sebagai media pembelajaran fisika SMA. Jurnal
of Education. 2(2):8-15.

Anda mungkin juga menyukai