Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Lempeng Tektonik

Dalam istilah geologi, lempeng adalah bongkahan batuan yang kaku dan padat. Kata tektonik
berasal dari kata dasar Yunani, yang berarti “membangun”. Teori lempeng tektonik menyatakan
bahwa lapisan terluar bumi terdiri dari lusinan bahkan lebih lempeng-lempeng besar dan kecil
yang terpisah dan mengapung di atas material sangat panas yang bergerak. Sebelum kelahiran
teori lempeng tektonik, beberapa orang sudah terlebih dahulu meyakini bahwa benua-benua yang
ada saat ini adalah hasil dari pecahan dari sebuah “superbenua” di masa lalu. Beberapa ahli
sejarah mengemukakan Francis Bacon sebagai penulis yang mengemukakan adanya gabungan
benua.
Selain pandangan gabungan benua, banyak juga yang memiliki pandangan Fixist, yaitu
kepercayaan bahwa sejak terbentuknya bumi samudra dan benua tetap pada tempatnya. Pada
abad ke-19, mulai muncul spekulasi-spekulasi terpisahnya benua, namun pada tahun 1889,
Edward P Dutton mengadopsi prinsip Isostasi yang akhirnya memperkuat pandangan fixist
terhadap bumi.
Pada tahun 1904, Eduard Suess dalam karyanya mengenali bahwa adanya perubahan muka laut
dan adanya keserupaan flora dan fauna di Benua Amerika dan Afrika yang sekarang dipisahkan
oleh Samudra Atlantik. Pada tahun 1910, Alfred Wegener mendapat ide tentang pengapungan
benua (Continental Drift) ketika ia mengamati peta dunia dan menemukan kesamaan garis pantai
di kedua tepi samudra atlantik (benua amerika selatan dan benua afrika). Pada tahun 1915,
Wegener merokonstruksi adanya Pangaea. Ia menarik batas benua pada batas luar paparan benua
(continental shelf).

Pada tahun 1920, ia kembali merekonstruksi posisi bumi dengan proyeksi kutub zenit.

Pada tahun 1922, ia menggambarkan paleografi saat karbon awal dan pemisahan benua pada
Eosen dan Kuarter Awal.
Bukti bukti yang mendukung teori Wegener adalah:
- Kemiripan struktur ‘Swartberg’ di Afrika bagian selatan dengan Argentina
- Kemiripan plateu gneiss di Afrika dan Brazil
- Pegunungan yang ada di tepi benu Afrika dan Amerika Selatan.
- Struktur sesar mendatar (strike slip) di timur laut Greenland yang berkorelasi dengan
Pulau Ellesmere.
- Keserupaan flora dan fauna Benua Amerika Selatan dan Benua Afrika.
- Pola gerakan kutub berbeda dengan pola gerakan benua Afrika dan Amerika Selatan yang
menurutnya berhubungan dengan adanya gerakan pengapungan benua.
Wegener sadar akan kesulitan untuk menerangkan gaya yang menyebabkan pengapungan benua
dan memprediksi bahwa solusinya masih butuh waktu yang lama untuk ditemukan. Pada
akhirnya, Wegener pun menyatakan bahwa gaya yang menjadi penyebab gerakan benua
merupakan gaya yang sama dengan penyebab rangkaian pegunungan lipatan.
Terhadap teori Wegener, banyak bantahan yang diberikan. Harold Jeffrey membantah dengan
menyatakan gaya penyebab benua bergerak pastilah sangat besar. Willis membantah dengan
menanyakan bagaimana massa benu yang lebih ringan dapat bergerak melalui masa samudra
yang lebih berat namun massa samudra tetap berada pada tempatnya.
Setelah Wegener meninggal, Arthur Holmes dan Alexander du Toit menggunakan arus konveksi
di bawah kerak untuk mendukung kekuatan penyebab gerakan benua. Teori Pengapungan Bumi
(Continental Drift) ini mengarahkan dimulainya pengembangan teori Lempeng Tektonik
(Tectonic Plate)

Anda mungkin juga menyukai