Anda di halaman 1dari 7

Einstein's: Research Journal of Applied Physics

Vol. 1, No 1, April 2023, pp. 31-37


Open Access: https://journal.uho.ac.id/index.php/einsteins | Published: Magister Fisika Pascasarjana Universitas Halu Oleo

Identifikasi Lapisan Hidrostratigrafi Air Tanah Menggunakan Metode Resistivitas


Konfigurasi Schlumberger Di Pulau Bungkutoko, Kota Kendari

Muhammad Hasir *, Irawati, Syamsul Razzak Haraty


Magister Fisika Pascasarjana Universitas Halu Oleo
*e-mail: muhasir16@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di Pulau Bungkutoko, Kelurahan Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil bawah permukaan lapisan hidrostratigrafi air tanah
dan menentukan kedalaman profil hidrostragrafi akuifer air tanah. Akuisisi data dilakukan dengan menggunaan metode
resistivitas konfigurasi Schlumberger. Pengumpulan data dilakukan sebanyak tiga lintasan, dengan panjang lintasan 200
meter, 300 meter dan 300 meter. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softwere Progress untuk mendapatkan
nilai resitivitas yang sebenarnya. Hasil pengolahan data pada lintasan pengukuran ditampilkan dalam bentuk resistivity
log yang mempresentasi profil lapisan hidrostratigrafi air tanah. Profil kedalaman akuifer air tanah pada lokasi penelitian
(Lintasan-1, Lintasan-2, dan Lintasan-3) masingmasing terdiri atas lapisan pasir, kerikil berlempung basah, kerikil,
gamping dan batupasir. Pada ketiga lapisan tersebut, lapisan hidrostratigrafi berdasarkan nilai resistivitas Lintasan-1 tidak
ditemukan lapisan akuifer, lapisan akuifer Lintasan-2 berada pada kedalaman 8,47-19,17 meter dengan nilai resistivitas
90,95 Ωm dan lapisan akuifer Lintasan-3 berada pada kedalaman 3,26-7,18 meter dengan nilai resistivitas 31,06 Ωm.
Kata kunci: Hidrostratigrafi, Air Tanah, Metode Resistivitas

Identification of Hydrostratigraphic Layers using Schlumberger Configuration Resistivity


Method In Bungkutoko Island,Kendari City

Abstract: this research was conducted on Bungkutoko Island, Bungkutoko Sub-district, Abeli District, Kendari City,
Southeast Sulawesi. This study aims to determine the subsurface profile of the groundwater hydrostratigraphic layer and
determine the depth of the hydrostragraphic profile of the groundwater aquifer. Data acquisition was carried out using
Schlumberger configuration resistivity method. Data collection was carried out in three tracks, with a track length of 200
meters, 300 meters and 300 meters. Data processing was carried out using the Progress software to obtain the actual
resistance value. The results of data processing on the measurement path are displayed in the form of a resistivity log that
represents the profile of the hydrostratigraphic layer. The profile of the depth of the groundwater aquifer at the research
location (Line-1, Line-2, and Line-3) respectively each consists of layers of sand, wet clayey gravel, gravel, lime and
sandstones. In the three layers, the groundwater hydrostratigraphic layer is based on the resistivity value of Line-1 no
aquifer layer found, aquifer layers of Line-2 is at a depth of 8,47-19,17 meters with resistivity value 90,95 Ωm, aquifer
layers of Line-3 is at a depth of 3,26- 7,18 meters with a resistivity value of 31,06 Ωm.
Keywords: Hydrostratigraphy, Ground Water, Resistivity Method

PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang melimpah, dimana air dapat ditemukan di setiap tempat di permukaan bumi
yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup. Bagi manusia kebutuhan air amatlah mutlak. Hampir
semua aktivitas manusia memerlukan air untuk keperluan hidup sehari-hari seperti makan, minum, mandi dan lainnya
(Sapparudin, 2010). Menurut Cahyadi (2012) bahwa salah satu sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan adalah air
yang berasal dari air tanah.
Pulau Bungkutoko berada pada wilayah administrasi Kota Kendari. Secara garis besar, Pulau Bungkutoko
merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di mulut Teluk Kendari dimana aliran air muara teluk yang setiap saat
membawa sejumlah material sedimen yang akan diendapkan di pantai. Berdasarkan peta geologi Lembar Lasusua-
Kendari (Rusmana dkk., 1993), menunjukkan bahwa kondisi Geologi Regional daerah penelitian terdiri dari dua jenis
batuannya yaitu batuan sedimen dan Batuan Metamorf. Formasi Meluhu merupakan batuan tertua Berumur Trias hingga
Jura, sedangkan Formasi lainnya seperti Formasi Alangga, Formasi Langkowala dan Formasi Buara merupakan Formasi
yang lebih muda dan terbentuk di zaman Plistosen hingga Holosen. Kelompok batuan sedimen sangat mendominasi
kawasan daerah penelitian. Sementara berdasarkan Peta Geologi Lembar Lasusua, Jenis sedimen klastik sangat melimpah
di daerah penelitian, dan ditemukan pada beberapa Formasi Batuan penyusun.
Kuantitas air tanah pada suatu daerah bergantung pada sistem dan karakteristik akuifer batuan penyusunnya.Variasi
litologi penyusun dan struktur geologi akan berpengaruh terhadap karakteristik akuifer,potensi dan dinamika air tanah
didalamnya.Variasi litologi penyusun pada suatu daerah dapat diketahui melalui identifikasi dan analisis hidrostratigrafi
(Fetter,1998). Identifikasi hidrostratigrafi dapat dilakukan dengan pendugaan geolistrik. penggunaan metode ini bertujuan
untuk mengetahui lapisan bumi permuakaan, sebagai dapat diketahui kemungkinan keterdapatan air tanah berdasarkan
nilai resistivitas tiap jenis lapisan.

31
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Identifikasi Lapisan Hidrostratigrafi Air Tanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger …

Hidrostratigrafi merupakan suatu model untuk menggambarkan stratum geologis penyusun akuifer yang didalamnya
berisi informasi tentang karakteristik air tanah (Santosa, 2001). Hidrostratigrafi akuifer dapat dijadikan sebagai suatu
geoindikator proses-proses geomorfologi masa lampau yang mempengaruhi pembentukan dan dinamika bentuk lahan,
sehingga asal-usul akuifer dan air tanah pada suatu wilayah dapat dipelajari (Appelo dan Postma, 1994). Proses
geomorfologi masa lampau sangat mempengaruhi pembentukan akuifer yang terdapat pada suatu bentuk lahan. Menurut
Santoso (2002), sejalan dengan waktu geologis, maka perjalanan air tanah melalui stratum batuan penyusun akuifer,
dalam jangka panjang akan menyebabkan berbagai proses yang mempengaruhi dinamika karakteristik air tanah itu
sendiri. Salah satu pendekatan metode untuk mengidentifikasi lapisan yang berpotensi airtanah adalah metode resistivitas
(Telford, 1990).
Metode resistivitas merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk keperluan identifikasi akuifer di
lapangan. Geolistrik dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan tahanan jenis batuan khususnya akuifer di
lapangan. Nilai hambatan jenis tiap batuan bervariasi dan bergantung pada beberapa aspek seperti jenis dan komposisi
material, kemampatan batuan, ukuran dan bentuk pori, kandungan air, serta suhu material (Todd, 1980).
Salah satu metode yang mampu menyelesaikan permasalahan akuifer air tanah yang sudah terkontaminasi air laut
diidentifikasi menggunakan metode geolistrik resistivitas. Metode ini umumnya digunakan untuk eksplorasi dangkal
misalnya pencarian air tanah, struktur geologi, litologi, penyelidikan mineral, dan keperluan geofisika lingkungan dengan
memanfaatkan sifat kelistrikan batuan (Sukisna, 2018).
Metode resistivitas memiliki berbagai konfigurasi pengukuran. Setiap konfigurasi memiliki kelebihan dan
kekurangan, baik ditinjau dari efektivitas, efisiensinya maupun dari sensitifitasnya (Alfisyahrin, 2015). Untuk
memperoleh gambaran variasi distribusi resistivitas bawah permukaan digunakan konfigurasi elektroda Schlumberger.
Konfigurasi ini digunakan untuk menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal (Telford, et al., 1990). Selain itu,
konfigurasi Schlumberger sangat membantu dalam pencarian batas antara air bersih. Melalui metode resistivitas
konfigurasi Schlumberger dapat diketahui susunan stratigrafi penyusun akuifer air tanah di lokasi penelitian. Berdasarkan
uraian uraiann diatas, penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil bawah permukaan berdasarkan nilai resistivitas
serta untuk menentukan lapisan hidrostratigrafi akuifer air tanah berdasarkan nilai resistivitas

METODE
Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2020 di Kelurahan Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota
Kendari yang terletak pada koordinat 3°58’51.028’’S - 122°36’34.172’’E . Desain lintasan pengukuran dapat dilihat pada
gambar 1. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendekrispsikan hidrostratigrafi
air tanah. Data yang digunakan penelitian ini terdiri atas primer dan sekunder. Data primer berupa data arus dan potensial
pada tiap–tiap titik pengukuran. Data sekunder berupa nilai resistivitas lapisan batuan,peta geologi kelurahan
Bungkutoko.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu :
1. Tahap penelitian yang dilakukan dengan pengumpulan data sekunder yang akan digunakan terkait dengan penelitian.
Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi daerah penelitian, mempersiapkan peralatan lapangan serta
penentuan titik lintasan untuk uji geolistrik.
2. Tahap pengumpulan data yang terdiri dari uji geolistrik di tiga titik lintasan yang telah ditentukan. Pengukuran
geolistrik dilakukan 3 titik lintasan dengan menggunakan metode Vertikal Elektrik Sounding (VES) dengan
konfigurasi Schlumber. Konfigurasi Schlumberger dipilih karena baik digunakan untuk mengetahui lapisan-lapisan
batuan secara vertikal. ( Santosa, 2001).Hasil dan pengukuran geolistrik adalah nilai material (Tahanan Jenis) melalui
pengukuran kuat arus, jarak antar elektoda dan beda potensial.
3. Tahap analisis yang dengan dilakukan perhitungan hasil dan uji geolistrik untuk menentukan hidrostratigrafi air tanah.

Pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Excel 2010 dan software Progress. Beberapa hal yang dilakukan dalam
tahapan ini adalah data yang berupa nilai kuat arus (I) dan beda potensial (V) kemudian diolah menggunakan program
Microsoft Excel 2010 untuk mendapakan nilai resistivitas semu (ρa). Data resistivitas semu (ρa) hasil perhitungan dan
spasi elektroda diinput ke program notepad dalam bentuk file txt.. Setelah file data sudah dalam bentuk file txt, kemudian
diinput dalam software Progress untuk menampilkan gambar penampang bawah permukaan daerah survei. 4. Hasil yang
diperoleh diinterpretasi berdasarkan tabel resistivitas material yang dikemukakan oleh Telford (1990). Pada interpretasi
data akan terlihat bagaimana variasi nilai-nilai resistivitas di bawah permukaan daerah survei berdasarkan kedalamannya.
Dari perbedaan nilai resistivitas dapat diduga struktur bawah permukaan yang mengandung air tanah.

32
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Muhammad Hasir, Irawati, Syamsul Razzak Haraty

Gambar 1. Desain lintasan pengukuran pada peta lokasi penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran resisitivitas dilakukan dengan menggunakan alat Resistivity Meter-Naniura NRD-300 Plus. Pengolahan
data menggunakan software Progress, dengan pengolahan tersebut didapatkan model cerminan kondisi bawah permukaan
sehingga dapat dilakukan interpretasi kondisi litologi bawah permukaan. Penyajian data ditampilkan berupa hasil
pengolahan data 1D Progess dari hasil inversi di lapangan. Pengukuran ini dilakukan pada 3 (tiga) lintasan dengan panjang
masing-masing pada tiap lintasan yaitu Lintasan 1 (satu) 200 m, Lintasan 2 (dua) 300 m, Lintasan 3 (tiga) 300 m dan
masing-masing letak yang berbeda-beda.

a. Lintasan-1 Konfigurasi Schlumberger


Lintasan-1 memiliki arah lintasan Utara ke Selatan dan memiliki panjang 200 meter. Titik lintasan ini memiliki besar
RMS Error sebesar 14,8897 %. Dari hasil inversi Progress didapatkan gambaran bawah permukaan dengan nilai
resistivitas yang berbeda-beda. Hasil pengolahan data untuk Lintasan-1 dapat dilihat pada gambar 2. Secara umum pada
Lintasan-1 terdapat 4 lapisan batuan seperti pada tabel 1
Tabel 1. Lapisan batuan yang terdapat pada lintasan-1
Nilai Resistivitas
No. Jenis Lapisan Kedalaman (m) Tebal Lapisan (m) Keterangan
(Ωm)
1 Kerikil 0 – 4,81 461,50 4,81 Non akuifer
Kerikil berlempung
2 4,81 – 8,41 164,24 3,6 Non akuifer
basah
3 Batupasir 8,41 – 11,61 307,53 3,2 Non akuifer
4 Gamping 11,61 –35 1011,80 23,39 Non akuifer

Berdasarkan tabel nilai resistivitas batuan yang terdapat pada lapisan pertama adalah kerikil dengan nilai resistivitas
461,50 Ωm dimana ketebalan lapisannya adalah 4,81 meter dan lapisan kedua yaitu kerikil berlempung basah dengan
nilai resistivitas 164,24 Ωm serta ketebalan lapisannya 3,6 meter. Lapisan ketiga terdapat batupasir berlempung basah
dengan nilai resistivitas 307,53 Ωm dimana ketebalan lapisannya 3,2 meter dan lapisan keempat diinterpretasikan sebagai
gamping dengan nilai resistivitas 1011,80 Ωm serta ketebalan lapisannya yaitu 23,39 meter. Pada Lintasan-1 tidak
ditemukan lapisan akuifer.

33
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Identifikasi Lapisan Hidrostratigrafi Air Tanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger …

Gambar 2. Hasil pengolahan data 1D pada Lintasan-1

b. Lintasan-2 Konfigurasi Schlumberger


Lintasan-2 memiliki arah lintasan Timur ke Barat dan memiliki panjang lintasan 300 meter. Titik lintasan ini memiliki
besar RMS Error sebesar 11,5480 %. Dari hasil inversi Progress didapatkan gambaran bawah permukaan dengan nilai
resistivitas yang berbeda-beda. Hasil pengolahan data untuk Lintasan-2 dapat dilihat pada gambar 3. Secara umum pada
Lintasan-2 terdapat 5 lapisan batuan seperti pada tabel berikut.

Tabel 2. Lapisan Batuan yang terdapat pada Lintasan-2

No. Jenis lapisan Kedalaman (m) Nilai Resistivitas (Ωm) Tebal Lapisan (m) Keterangan

1 Pasir 0 – 3,41 111,68 3,41 Non akuifer


2 Kerikil 3,41 – 8,47 175,34 5,06 Non akuifer

34
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Muhammad Hasir, Irawati, Syamsul Razzak Haraty

3 Air tanah 8,47 – 19,17 90,95 10,7 Akuifer


4 Batupasir 19,17 – 46,07 421,05 26,9 Non akuifer
5 Gamping 46,07 - 69 1282,72 22,93 Non akuifer

Berdasarkan tabel 2 nilai resistivitas batuan yang yang terdapat pada lapisan pertama adalah pasir dengan nilai
resistivitas 111,68 Ωm dan memiliki ketebalan 3,41 meter, lapisan kedua diinterpretasikan sebagai kerikil dengan nilai
resistivitas 175,34 Ωm dan memiliki ketebalan 5,06 meter serta lapisan ketiga diinterpretasikan sebagai lapisan air tanah
dengan nilai resistivitas 90,95 Ωm dimana ketebalan lapisannya 10,7 meter. Lapisan keempat diinterpretasikan sebagai
lapisan batupasir dengan nilai resistivitas 421,05 Ωm dan memiliki ketebalan lapisan 26,9 meter dan lapisan kelima
diinterpretasikan sebagai gamping dimana memiliki nilai resistivitas 1282,72 Ωm dan ketebalan lapisan 22,93 meter.
Pada lapisan ketiga diduga sebagai lapisan akuifer, pendugaan ini didasarkan oleh batuan penyusunnya yang merupakan
batupasir. Batupasir memiliki rongga yang dapat menyimpan air atau mengalirkan air di bawah permukaan.

Gambar 3. Hasil pengolahan data 1D pada Lintasan-2

35
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Identifikasi Lapisan Hidrostratigrafi Air Tanah Menggunakan Metode Resistivitas Konfigurasi Schlumberger …

c. Lintasan-3 Konfigurasi Schlumberger


Lintasan-3 memiliki arah lintasan Utara ke Selatan dan memiliki panjang lintasan 300 meter. Titik lintasan ini
memiliki besar RMS Error sebesar 12,0954 %. Dari hasil inversi Progress didapatkan gambaran bawah permukaan dengan
nilai resistivitas yang berbeda-beda. Hasil pengolahan data Lintasan-3 dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Hasil pengolahan data 1D pada Lintasan-3

Secara umum pada Lintasan-3 terdapat 4 lapisan batuan seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Lapisan Batuan yang terdapat pada Lintasan-3.
Nilai Resistivitas Tebal Lapisan
No. Jenis Lapisan Kedalaman (m) Keterangan
(Ωm) (m)
1 Pasir 0 – 3,26 102,52 3,26 Non akuifer
2 Air tanah 3,26 -7,18 31,06 3,92 Akuifer
3 Batupasir 7,18 -39,56 112,21 32,38 Non akuifer
4 Gamping 39,56 – 59 1583,56 19,44 Non akuifer

Berdasarkan tabel nilai resistivitas pada lapisan pertama merupakan pasir dengan nilai resistivitas 102,52 Ωm dengan
ketebalan lapisan 3,26 meter dan lapisan kedua diinterpretasikan sebagai lapisan air dengan nilai resistivitas 31,06 Ωm
dengan ketebalan lapisan 3,92 meter. Lapisan ketiga diinterpretasikan sebagai lapisan batuan sedimen yaitu batu pasir

36
Einstein's: Research Journal of Applied Physics, 1(1) (2023): 31-37
Muhammad Hasir, Irawati, Syamsul Razzak Haraty

dimana memiliki nilai resistivitas 112,21 Ωm dan ketebalan lapisan 32,38 meter dan lapisan keempat diinterpretasikan
sebagai lapisan batupasir dimana memiliki nilai resistivitas 1583,56 Ωm dengan ketebalan lapisannya 19,44 meter.
Pendugaan adanya akuifer didasari dengan adanya nilai resistivitas yang rendah, dimana lazimnya nilai resistivitas pada
batugamping tinggi berkisar antara 500-10000 Ωm. Nilai resistivitas pada lapisan kedua rendah di sebabkan oleh adanya
pori pada batuan tersebut dan di kurangi dengan nilai resistivitas air. Lintasan ini menjadi potensi sumber cadangan air
tanah yang baik karena memiliki kedalaman yang cukup dalam dan di tutup dengan batuan dasar diatasnya sehingga
kualitas airnya masih terjaga.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa profil bawah permukaan berdasarkan nilai
resistivitas memperlihatkan lapisan yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan oleh perbedaan nilai resistivitas yang
memperlihatkan berbagai macam lapisan batuan. Lapisan hidrostatigrafi akuifer air tanah berdasarkan nilai resistivitas
adalah lintasan 1 tidak ditemukan satu lapisan akuifer, lintasan 2 ditemukan satu lapisan akuifer pada kedalaman 8,47
sampai 19,17 meter dan lintasan 3 ditemukan satu lapisan akuifer pada kedalaman 3,26 sampai 7,18 meter.

DAFTAR PUSTAKA
Alfisyahrin, Ahn. (2015). Analisa Keterdapatan Air Tanah Dengan Metode Geolistrik Pada Daerah Aroppoe Kecamatan
Tanete Rilau Kabupatten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Teknik Geologi.

Cahyadi A, dkk. (2016). Uji akurasi aplikasi electromagnetic very low frequency (EM VLF) untuk analisis potensi air
tanah di pulau sangat kecil. Seminar nasional II pengelolaan pesisir dan daerah aliran sungai: Yogyakarta.

Feter, C.W. (1988). Applied Hydrogeology Ohio: Marine Publishing Company.

Rusmana, E., Sukido, Sukarna, D., Haryono, E., dan Simandjuntak, T.O. (1993). Peta Geologi Lembar Lasuusua-
Kendari, Sulawesi skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Santosa,L.W. (2001). Hidrostratigrafi dan Hidrokimia Airtanah di Sekitar Rowo Jombor Kecamatan Bayat-Klaten,
Majalah Geografi Indonesia. Vol.15, No.2, September 2001.165-184.

Santoso, Djoko. (2002). Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : ITB Press.

Sapparuddin. (2010). Pemanfaatan Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih Di Kampus Bumi Bahari Palu. Jurnal
Smartek,Vol.8, No.2 : 143-152.

Sukisna dan Moh. Toifur. (2018). Penentuan Konduktivitas Air Baku Proses Desalinasi di Baron Teknopark Dengan
Metode Regresi Linier. Seminar Nasional Pendidikan Sains. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Telford, W. M., L. P. Geldart, R. E Sheriff & D. A. Keys. (1990). Applied Geophysic. London: Cambridge University
Press.

Tood, D.K. (1980). Groundwater Hydrology, John Wiley And Sons, New York.

37

Anda mungkin juga menyukai