Anda di halaman 1dari 17

Task#4

GEOLOGI FISIK
IDENTIFIKASI BATUAN METAMORF

Nama : JEFRI NOPRIANSAH

NIM : 410016085
STTNAS

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang
telah ada sebelummya. Proseses metamorfisme adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau
struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature yang tinggi dalam
kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur
200 C – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi
o

dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh
batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu
marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari
batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-
batuan baru lagi (Endarto, 2005)

1.2 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:

a. Mampu mengidentifikasi batuan metamorf

b. Mampu mnjelaskan jenis-jenis batuan metamorf


1.3 ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf
adalah:

No. Nama Alat dan Bahan Kegunaan

1. Sampel batuan metamorf Untuk diidentifikasi

2. Lubang preparat Sebagai pembatas untuk mengamati batuan


agar tidak semua bagian batuan teramati

3. Classification of Sebagai referensi untuk menentukan jenis


Metamorphic Rocks batuan yang telah diidentifikasi

4. Kamera Untuk mengambil gambar sampel mineral

1.4 TEORI

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa
batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami
proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi.

Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur
200 C – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi
o

dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.

Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang mengubah mineral suatu
batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana
kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan
diagenesa.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh
batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu
marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari
batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan
membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-
batuan baru lagi (Endarto, 2005).
Metamorfisme dapat digolongkan menjadi:

1. Metamorfisme kontak/sentuh/termal.

Terjadi pada zone kontak dengan tubuh magma, intrusif ataupun ekstrusif yang mempunyai
tekanan 1000-3000 atmosfer dan temperatur 300-800 derajat celcius.

2. Metamorfisme dinamik/dislokasi/kinematik/kataklastik

Terjadi pada zona sesar

3. Metamorfisme regional

Terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini pengaruh tekanan dan temperatur
berjalan bersama-sama. Proses ini terjadi dalam kerak bumi di bawah zone of weathering and
cementation,tetapi di atas zone of remelting. Tekanan 2000-13000 bars.

Komposisi mineral batuan metamorf.

Dapat digolongkan menjadi 2 macam:

1. Mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme

2. Mineral baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme

Sebagai contoh,kwarsa adalah mineral yang sangat stabil, sehingga mampu bertahan
terhadap proses metemorfisme(kondisi baru) dan oleh sebab itu kwarsa hadir dalam batuan
metamorf. Dilain hal mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses
metamorfisme sesuai dangan kondisinya yang baru.

Mineral yang umum dijumpai dalam batuan metamorf:

1. Kwarsa 6.Muskovit

2. Kalsit 7.Garnet

3. Feldspar 8.Staurolit

4. Klorit 9.Kyanit

5. Biotit 10.Silimanit
Mineral yang jarang ditemukan dalam batuan metamorf:

1. talk 6.wolastonit

2. grafit 7.kodierit

3. epidot 8.andalusit

4. tremolit 9.korundum

Tiga jenis metamorphism dapat bervariasi, tergantung pada efek relatif mekanik dan
perubahan kimia. Metamorphism dinamis, atau cataclasis, terutama hasil dari deformasi mekanis
dengan sedikit jangka panjang perubahan suhu. Tekstur yang dihasilkan oleh penyesuaian tersebut
berkisar dari breccias terdiri dari sudut, batu hancur fragmen yang sangat halus, butiran atau bubuk
batu dengan jelas foliation dan lineation disebut mylonites. Hubungi metamorphism terjadi terutama
sebagai akibat dari peningkatan suhu di mana stres diferensial minor. Sebuah fenomena umum
adalah efek yang dihasilkan berdekatan dengan intrusi batuan beku di mana beberapa zona malihan
mineral diwakili dengan mengubah suhu assemblages mencerminkan gradien dari gangguan suhu
tinggi ke suhu rendah host rocks; zona ini konsentris untuk gangguan. Karena volume suara yang
terkena dampak adalah kecil, tekanan dekat konstan. Batu telah dihasilkan butir equidimensional
karena kurangnya stres dan biasanya halus karena durasi pendek metamorphism. Metamorphism
Daerah hasil dari peningkatan umum suhu dan tekanan di atas area yang luas. Nilai atau intensitas
metamorphism diwakili oleh assemblages mineral yang berbeda. Metamorphism regional dapat
dibagi lagi menjadi tekanan yang berbeda-kondisi temperatur berdasarkan urutan diamati
assemblages mineral. Ini mungkin termasuk kondisi ekstrim, di mana sebagian meleleh terjadi, yang
disebut anatexis. Metamorphism jenis lain dapat terjadi. Mereka retrograde metamorphism,
tanggapan mineral assemblages untuk menurunkan suhu dan tekanan; metasomatism, yang
metamorphism yang mencakup penambahan atau pengurangan komponen dari kumpulan asli; poli-
metamorphism, efek lebih dari satu peristiwa metamorf dan hidrotermal metamorphism, perubahan
yang terjadi dalam kehadiran air pada suhu dan tekanan tinggi yang mempengaruhi hasil mineralogi
dan laju reaksi.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan
tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi.
Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk
terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf
(saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi
yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan
bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi
butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut.
Sifat fisika dankimiayangumumdikenal dalam mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4
kategori sifat, yaitu :

A. Warna

B. Tekstur

C. Struktur

D. Komposisi mineral pembentuk batuan

A. Warna

Beberapa ciri warna pada mineral yang penting :

- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.

- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna

hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan

seperti lembaran-lembaran.

- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas

(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abuabu

diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).

- karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama mineral karbonat ini
adalah bereaksi dengan HCl.

B. Tekstur

Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,

dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang proses
(genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut.

Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan metamorf :


1. Kristaloblastik : mineral-mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi kristalisasi kembali
pada waktu terjadi metamorfosa

2. Tekstur relik (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih terlihat tekstur batuan asalnya.
Secara umum penamaannya diawali dengan ‘blasto’, misal,blastoporfiritik.

C. STRUKTUR

Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.

Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam batuan tersebut, antara
lain dibedakan menjadi 2 macam :

1. Berfoliasi : bila pada batuan metamorf terdapat penjajaran mineral-mineral yang terdapat
dalam batuan tersebut.

2. Non-foliasi: bila pada batuan metamorf tidak terdapat penjajaran mineralmineral yang terdapat
dalam batuan tersebut.

D. Komposisi Mineral pembentuk batuan

Komposisi mineral dalam batuan metamorf dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu :
mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral baru yang terbentuk selama atau
akibat proses metamorfisme. Contohnya; mineral kwarsa adalah mineral yang sangat stabil dan
mampu bertahan terhadap proses metamorfisme sehingga kwarsa tetap hadir dalam batuan
metamorf. Sedangkan mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses
metamorfisme sesuai dengan kondisinya yang baru. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan
metamorf, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, karbonat,mineral lempung. Batuan Metamorf
(Firdaus, 2011).

Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam pembentukan batuan tersebut ;

o Komposisi mineral batuan asal

o Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

o Pengaruh gaya tektonik

o Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
:
· Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial
(berbeda) pada saat proses metamorfisme.

· Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral
dalam batuan tersebut.

Jenis-jenis Metamorfisme

1. Metamorfisme kontak/termal

Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.

2. Metamorfisme regional

Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang
luas.

3. Metamorfisme Dinamik

Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan lempeng.

Facies Metamorfisme

Facies merupakan suatu pengelompokkan mineral-mineral metamorfik berdasarkan tekanan


dan temperatur dalam pembentukannya pada batuan metamorf. Setiap facies pada batuan metamorf
pada umumnya dinamakan berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik
atau kimia.

Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat dipengaruhi oleh tekanan
dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam facies metamorfisme, tekanan dan
temperatur merupakan faktor dominan, dimana semakin tinggi derajat metamorfisme (facies
berkembang), struktur akan semakin berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin
tampak kasar dan besar (Azhar, 2009).

Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

· Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan blasto digunakan
untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering
disebut batuan metabeku atau metasedimen.

· Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini
sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan
akhiran blastik.

Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

· Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.


· Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal

· Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.

· Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh
bidang permukaan kristal di sekitarnya.

· Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya.

· Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.

· Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral

· Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.

Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

· Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.

· Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.

· Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas


mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.

· Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya


unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral

Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi :

· Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal
yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.

· Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi


beberapa kristal yang lebih kecil.

· Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang
berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).

· Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan


keteraturan orientasi.
· Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :

· Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.

· Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur batuan.

Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi
rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut
dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu
disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi
menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses
reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau
membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah
dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar
disebut profiroblastik. Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan
mengalami hancuran yang fragmental sifatnya (Lizza, 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik batuan metamorf

1. Komposisi Mineral Batuan Asal

2. Temperatur dan Tekanan Selama Metamorfosis

3. Pengaruh Gaya Tektonik

4. Pengaruh Fluida

Klasifikasi batuan metamorf

Batuan metamorf diklasifikasikan berdasakan ada atau tidaknya foliasi. Foliasi adalah struktur
planar pada batuan metamorf yang disebabkan oleh pengaruh tekanan diferensial saat proses
metmorfosis.

Tidak Terfoliasi

Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut komposisi mineralnya.

Marmer terdiri dari butiran kalsit berukuran kasar. Jika batuan asalnya adalah dolomit, namanya
menjadi marmer dolomit.
Kuarsit terdiri dari butiran kuarsa yang terlaskan bersama dan terikat kuat pada temperatur tinggi.

Hornfels berukuran butir sangat halus. Hornfels mika berasal dari serpih dan hornfels amphibole
berasal dari basalt.

Terfoliasi

Kelas ini diklasifikasikan lagi menurut tipe foliasinya. Makin jelas foliasinya, makin tinggi derajat
metamorfosisnya (menandakan makin tingginya tekanan/temperatur) (Pettijohn, 1975

1.5 PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum acara Identifikasi Batuan Metamorf adalah:

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

b. Melakukan identifikasi batuan metamorf secara megaskopis/kasat mata berdasarkan sifat-sifat


fisisnya:

- Warna

- Tekstur

- Struktur

- Komposisi mineral pembentuk batuan

c. Menentukan nama batuannya

d. Mengisi data pada lembar pengamatan

1.6 DATA HASIL PENGAMATAN

Nomor urut identifikasi :1

Nomor peraga :1

Warna : Putih, coklat, abu-abu

Tekstur : Relik (sisa)

Struktur : Non Faliasi

Komposisi mineral : Karbonat (kalsit)

Nama batuan : Marmer

Keterangan : Berasal dari batu gamping


Nomor urut identifikasi :2

Nomor peraga :2

Warna : Abu-abu tua dan abu-abu muda

Tekstur : Granuloblastic

Struktur : Foliasi

Komposisi mineral : Mika, kuarsa, feldspar

Nama batuan : Gnesiss

Keterangan : Berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik

Nomor urut identifikasi :3

Nomor peraga :3
Warna : Kuning kecoklatan, kining dan coklat

Tekstur : Lepidoblastic

Struktur : Foliasi

Komposisi mineral : Mika, kuarsa, feldspar

Nama batuan : Gnesiss

Keterangan : Berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik

Nomor urut identifikasi :4

Nomor peraga :4

Warna : Putih, abu-abu kuning

Tekstur : Lepidoblastic

Struktur : Foliasi

Komposisi mineral : Mika

Nama batuan : Batu tulis

Keterangan : Berasal dari batu lumpur


BAB II
PEMBAHASAN

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan yang
telah ada sebelummya. Proseses metamorfisme adalah proses perubahan mineral dan tekstur atau
struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature yang tinggi dalam
kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas memberi nama batuan tersebut.
Sifat fisika dan kimia yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah warna, tekstur, struktur, dan
komposisi mineral penyusun batuan.

Pada praktikum ini ada 4 sampel batuan metamorf yang diidentifikasi. Setelah melakukan
identifikasi dapat ditentukan nama dari batuan metamorf tersebut.

Nomor urut identifikasi pertama dengan nomor peraga 1, diidentifikasi warna batuan putih,
cokelat, dan abu-abu. Tekstur batuan ini adalah relik (sisa) dikatakan relik karena tekstur dari batuan
asal masih terlihat. Struktur batuan ini adalah non faliasi karena pada batuan ini tidak terdapat
penjajaran mineral-mineral. Berdasarkan warna batuan ini, komposisi mineral penyusun batan ini
adalah karbonat (kalsit). Dari cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, dapat diketahui
batuan ini berasal dari batu gamping. Berdasarkan identifikasi ini, nama batuan metamorf ini adalah
batu marmer. (Classification of Metamorphic Rocks).

Marmer adalah batuan kristalin kasar yang berasal dari batu gamping atau dolomit. Marmer
yang murni berwarna putih dan terutama disusun oleh mineral kalsit. Marmer terdiri dari mineral
kalsit yang terjadi karena proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batu gamping. Batuan
ini padat, kompak tanpa foliasi, umumnya bertekstur granoblastik, terbentuk karena proses
metamorphose kontak. Warnanya biasanya abu-abu karena adanya grafit (bereaksi positif dengan
HCl).

Nomor urut identifikasi kedua dengan nomor peraga 2, diidentifikasi warna batuan abu-abu
tua dan abu-abu muda. Tekstur dari batuan ini adalah granuloblastic. Struktur foliasi. Komposisi
mineral batuai ni adalah mika, kwarsa, dan feldspar. Berasal dari sekis, granit dan batuan fulkanis.
Berdasarkan hasil identifikasi batuan ini adalah batu gneiss. Namun dalam percobaan keduan ini
praktikan melakukan kesalahan saat mengidentifikasi karena kurangnya pengetahuan praktikan
terhadap batuan metamorf ini. Berdasarkan arahan asisten, diketahui batuan ini bukanlah batu
gneiss. Setelah mencocokkan dengan beberapa literature, praktikan berpendapat bahwa batuan ini
adalah batu filit. Warna batuan ini adalah abu-abu tua sampai hitam dan abu-abu muda. Tekstur
batuan ini lepidoblastic karena terdiri dari mineral-mineral yang tabular. Strukturnya foliasi ( slaty-
schiston), secara khusus struktur mineral ini adalah phyllitic, yaitu struktur yang tingkatnya masih
lebih tinggi dari slaty cleavage, ditunjukkan oleh kehadiran kilap sutra yang disebabkan oleh
kehadiran mika yang sangat halus. Berdasarkan warna dari mineral komposisi mineral batuan ini
adalah mika dan kwarsa. Dari cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia batuan ini berasal dari slate,
karena batuan ini terbentuk dari kelanjutan proses metamorfosisme dari slate.

Nomor urut identifikasi ketiga dengan nomor peraga 3, diidentifikasi warna batuan ini adalah
kuning kecoklatan, putih dan coklat. Tekstur dari batuan ini adalah lepidoblastic. Strukturnya foliasi.
Berdasarkan warna dari mineral ini komposisi mineral penyusun batuan ini adalah mika, kuarsa dan
feldspar. Berdasarkan cirri-ciri kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, dapat diketahui batuan ini
berasal dari sekis, granit dan batu vulkanik. Berdasarkan hasil identifikasi ini diketahui nama dari
batuan ini adalah gneiss. (Classification of Metamorphic Rocks).

Namun ada kesalahan pada tekstur dari hasil identifikasi batuan ini, tekstur dari batuan ini
adalah granoblastic karena mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya tidak teratur. Secara lebih khusus struktur batuan ini adalah gneissic, yaitu struktur foliasi
yang diperlihatkan oleh penjalaran mineral granular atau berbutir kasar, umumnya berupa kwarsa
dan feldspar. Struktur ini senring memperlihatkan belahan yang tidak rata.

Nomor urut identifikasi keempat dengan nomor peraga 4, diidentifikasi warna batuan ini
adalah putih abu-abu, kuning kecoklatan. Tekstur batuan ini adalah lepidoblastic karena mineral
penyusunnya berbentuk pipih (tabular). Struktur dari batuan ini adalah foliasi, secara lebih khusus
struktur batuan ini adalah schistone yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran mineral-
mineral pipih, kenampakan lebih jelas dari filit sehingga lebih mudah dibelah. Berdasarkan dari warna
penyusun batuan, komposisi mineral penyusun batuan ini adalah mika (muskofit). Berdasarkan
kenampakan fisik dan kimia dari batuan ini, diketahui batuan ini berasal dari batu lumpur.
Berdasarkan hasil identifikasi batuan ini adalah batu sabun (soapstone) batuan ini sering di jadikan
aksesori karena warnanya yang indah bila terkena matahari (Classification of Metamorphic Rocks).
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

a. Untuk mengidentifikasi batuan metamorf ada beberapa kategori sifat fisis yang dapat
diidentifikasi secara megaskopis yakni; warna, tekstur, struktur dan komposisi mineral penyusun
batuan

b. Dari hasil identifikasi batuan metamorf yang dilakukan secara megaskopis terhadap beberapa
sampel batuan, dapat diketahui nama dari beberapa sampel batuan tersebut berdasarkan referensi
dari Classification of Metamorphic Rocks

· Nomor peraga 1 adalah batu Marmer (Marble)

· Nomor peraga 2 adalah batu Filit (Phyllite)

· Nomor peraga 3 adalah batu Gneiss

· Nomor peraga 4 adalah batu Tulis (Schist)

Anda mungkin juga menyukai